Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN

KADAR HEMOGLOBIN PADA SANTRIWATI


DI PONDOK PESANTREN AL MUNAWWIR
KRAPYAK BANTUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
HILDA NUR ALIFAH
201310201030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN
KADAR HEMOGLOBIN PADA SANTRIWATI
DI PONDOK PESANTREN AL MUNAWWIR
KRAPYAK BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat


Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
HILDA NUR ALIFAH
201310201030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN
KADAR HEMOGLOBIN PADA SANTRIWATI
DI PONDOK PESANTREN AL MUNAWWIR
KRAPYAK BANTUL YOGYAKARTA1

Hilda Nur Alifah2 , Diyah Candra Anita K3

INTISARI

Latar Belakang: Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia
yang cukup menonjol pada anak sekolah khususnya remaja. Hal ini dibuktikan
dengan adanya data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia
yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%
penderita berumur 15-24 tahun. Berdasarkan survey awal di Pondok Pesantren Al
Munawwir didapatkan lebih dari 50% santriwati mempunyai kadar hemoglobin
rendah..
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi yang terdiri
dari IMT (Indeks Massa Tubuh) dan LILA (Lingkar Lengan Atas) dengan kadar
hemoglobin.
Metode Penelitian: Penyusunan skripsi ini menggunakan desain analitik korelasi
dengan teknik total sampling. Data diolah dengan menggunakan uji statistika analisis
regresi linier.
Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukan dari 45 responden yang memiliki
status gizi normal berdasarkan pengukuran IMT sebanyak 55,6%, gizi kurang 26,7%,
gizi lebih 17,8%. Responden yang memiliki KEK 26,7% dan normal 73,3%.
Kemudian responden yang memiliki kadar hemoglobin normal 71,1%, kurang
26,7%, tinggi 2,2%
Kesimpulan: Ada hubungan antara status gizi dengan kadar hemoglobin.

Kata kunci: status gizi, IMT, LILA, kadar hemoglobin


Daftar pustaka: 36 buku (2007-2014), 22 jurnal (2006-2016), 1 situs web (2007)
Halaman: x,60 halaman, 12 tabel, 2 gambar, 8 lampiran

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta
THE CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND
HEMOGLOBIN RATE ON FEMALE MUSLIM STUDENT AT AL
MUNAWWIR ISLAMIC BOARDING SCHOOL1

Hilda Nur Alifah2, Diyah Candra Anita K3

ABSTRACT

Background: In Indonesia anemia is one main problem correlated to nutritional


status on students especially teenagers. It is proven by the data from Basic Health
Research in 2013 mentioning that anemia prevelance in Indonesia was 21,7%
covering 26,4% anemia patients aged 5-14 years old and 18,4% patiens aged 15-24
years old. Based on preliminary survey at Al Munawwir Islamic Boarding School,
the result obtained that 50% female Muslim students had low hemoglobin rate.
Objective: The study aims to investigate nutritional status consisting of Body Mass
Index and Mid Upper Arm Circumference (MUAC) and hemoglobin rate.
Method: The Study employed correlative analytica design with total sampling
technique. Statistical test wit linier regression analysis was used as data analysis.
Result: The result of the study showed that 45 respondents had normal nutritional
status based on Body Mass Index 55,6%, 26,7% had low mnutritional status and
17,8% had abundant nutritional status. The respondents who experiebced Chronic
Energy Deficiency wre 26,7% and 73,3% were normal. Furthermore, the respondents
who had normal, low and high hemoglobin rate were 71,1%, 26,7% and 2,2%
respectively.
Conclusion: there is correlation between nutritional status and hemoglobin rate.

Keyword rate: nutritional status, body mass index, mid upper arm circumference,
hemoglobin rate
References: 36 books (2007-2014), 22 journals (2006-2016), 1 website
Page numbers: x, 60 pages, 12 tables, 2 figures, 8 appendices

1
Research Title
2
Student of Bachelor Nursing Program , Faculty of Health Sciences, ‘Aisyiyah
University of Yogyakarta
3
Lecturer of Health Science Faculty ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
PENDAHULUAN dan dapat diukur secara kimia. Jumlah
Remaja adalah tahap dimana Hb/100ml darah dapat digunakan
seseorang mengalami sebuah masa sebagai indeks kapasitas pembawa
transisi menuju dewasa yang dimulai oksigen ke darah. Hemoglobin
dari umur 12 tahun sampai dengan umur mempunyai dua fungsi pengangkutan
19 tahun. Remaja adalah tahap umur penting dalam tubuh manusia, yaitu
yang datang setelah masa kanak-kanak pengangkutan oksigen dari paru-paru ke
berakhir dan ditandai dengan jaringan perifer dan pengangkutan
pertumbuhan fisik yang cepat (Yusuf, karbondioksida dari jaringan perifer ke
2011). organ respirasi untuk selanjutnya
Data Survei Kesehatan Rumah diekskresikan keluar tubuh (Murray,
Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan Granner & Rodwell, 2009). Jika kadar
bahwa prevalensi anemia pada balita Hemoglobin kurang dari normal
sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar (anemia), maka akan menyebabkan
50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja komplikasi termasuk kelelahan dan
putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% stress pada organ tubuh. Dampak
dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. anemia bagi remaja antara lain mudah
Wanita mempunyai risiko terkena lelah, penurunan konsentrasi belajar,
anemia paling tinggi terutama pada dan kurang bersemangat (Proverawati,
remaja putri. Sedangkan menurut data 2011)
hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi Banyak faktor yang menentukan
anemia di Indonesia yaitu penderita produksi kadar hemoglobin dalam tubuh
anemia berumur 5-14 tahun sebesar manusia seperti faktor internal dan
26,4% dan 18,4% penderita berumur 15- eksternal. Faktor internal diantaranya
24 tahun. (Depkes RI, 2013). termasuk usia, ras, jenis kelamin.
Tahun 2010, pemerintah telah Sedangkan faktor eksternal diantaranya
mencanangkan target penurunan angka kondisi demografis, sosial ekonomi,
kejadian anemia pada remaja hingga gaya hidup, dan status gizi (Despande,
20%. Tidak dapat dipungkiri anemia Karva & Agarkhedkar, 2013).
memang merupakan salah satu masalah Status gizi merupakan keadaan tubuh
kesehatan di Indonesia yang sulit sebagai akibat konsumsi makanan dan
ditanggulangi (Puslitbangkep, 2011). penggunaan zat-zat gizi. Status gizi
Remaja Putri lebih rentan terkena dibedakan menjadi tiga golongan yaitu
anemia karena masa pertumbuhan yang gizi buruk, kurang gizi dan gizi lebih
cepat sehingga membutuhkan zat gizi (Hasdianah, Siyoto & Peristyowati,
yang lebih tinggi termasuk zat besi. 2014). Kekurangan zat gizi mikro
Remaja putri biasanya sangat seperti Fe, yodium dan vitamin A akan
memperhatikan bentuk badan sehingga menyebabkan anemia karena ketiga
kebanyakan mereka membatasi asupan unsur tersebut merupakan komponen
makan dan mempunyai beberapa pembentuk hemoglobin (Wibowo,
pantangan makan. Selain itu, siklus 2013).
menstruasi setiap bulan merupakan Nutrisi yang cukup merupakan dasar
salah satu faktor penyebab remaja putri untuk mencapai keoptimalan dalam
rentan terkena anemia (Sediaoetama, pertumbuhan dan kesehatan remaja.
2011). Sedangkan jika nutrisi kurang dapat
Hemoglobin merupakan senyawa menimbulkan banyak dampak buruk
pembawa oksigen pada sel darah merah bagi tubuh diantaranya adalah laju
pertumbuhan fisik yang lambat daripada HASIL DAN PEMBAHASAN
umur seharusnya, gangguan kognitif,
terhambatnya perkembangan otak, Penelitian ini dilakukan di Pondok
resiko tinggi terpapar penyakit dan pesantren Al Munawwir Krapyak
anemia (WHO, 2014). Bantul Yogyakarta adalah Pondok
Status gizi dapat diketahui melalui Pesantren yang terletak di jalan KH. Ali
pengukuran yaitu IMT (Indeks Massa Maksum tromol pos 5 dusun Krapyak
Tubuh) dan LILA (Lingkar Lengan Kabupaten Bantul
Atas). IMT merupakan suatu
Tabel 1 Distribusi Frekuensi
pengukuran yang menunjukkan
Karakteristik Responden
hubungan antara berat badan dan tinggi
badan yang kemudian dihitung No Karakteristik Frekuensi Presentase%
menggunakan rumus matematika
dimana berat badan (kg) dibagi dengan 1. Usia
tinggi badan (cm) (Nurmalina & 15 tahun 5 11,1
Valley, 2011). Sedangkan LILA adalah 16 tahun 15 33,3
pengukuran yang dilakukan dengan cara 17 tahun 7 15,6
18 tahun 7 15,6
mengukur lilngkar lengan atas dengan
19 tahun 11 24,4
sebuah alat yang dinamakan pita LILA Jumlah 45 100
(Ariyani, 2012). 2. IMT
Gizi kurang 12 26,7
Gizi normal 25 55,6
METODE PENELITIAN Gizi lebih 8 17,8
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif Jumlah 45 100
dan menggunakan desain penelitian 3. LILA
deskriptif korelasi, yaitu penelitian yang Normal 33 73,3
diarahkanuntuk mendeskripsikan KEK 12 26,7
hubungan status gizi dengan kadar Jumlah 45 100
hemoglobin pada santriwati di pondok 4. Kadar HB
pesantren Al Munawwir Krapyak 9-11 12 26,7
Bantul Yogyakarta. 11-15 32 71,1
Metode pengumpulan data 15-17 1 2,2
Jumlah 45 100
menggunakan pemeriksaan fisik
langsung yaitu pengukuran IMT dan Sumber: Data primer, 2017
LILA serta pemriksaan kadar
hemoglobin dengan alat GCUHb. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
Pemeriksaan dilakukan dengan cara dari 45 responden yang diteliti, tingkat
memberikan penjelasan terlebih dahulu usia responden paling banyak adalah
kepada responden agar responden santriwati yang berusia 16 tahun yaitu
mengerti apa yang akan peneliti lakukan sebanyak 15 santriwati (33,3%) dan
kepadanya sehingga tidak akan terjadi paling sedikit yaitu berusia 15 tahun
kesalahpahaman. yaitu 5 santriwati (11,1%). Berdasarkan
kategori IMT, santriwati paling banyak
adalah santriwati yang memiliki IMT
normal yaitu sebanyak 25 santriwati
(55,6%) dan paling sedikit yaitu
santriwati yang memiliki gizi lebih
sebanyak 8 santriwati (17,8%). 24 orang (53,3%). Kemudian responden
Kemudian berdasarkan LILA didaptkan yang memiliki kadar hemoglobin rendah
paling banyak santriwati dengan LILA dengan IMT kurang 9 orang (20%) dan
normal sebanyak 33 santriwati (73,3%) responden yang memiliki kadar
dan paling sedikit dengan kategori KEK hemoglobin tinggi dengan IMT lebih
yaitu 12 santriwati (26,7%). Sedangkan hanya 1 orang (2,2%).
berdasarkan kadar hemoglobin paling Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
banyak adalah yang mempunyai kadar bahwa santriwati yang mempunyai
hemoglobin normal sebanyak 32 orang kadar hemoglobin normal dengan LILA
(71,1%) dan paling sedikit adalah normal sebanyak 30 orang (54,1%),
santriwati dengan kadar hemoglobin santriwati yang memliki kadar
tinggi hanya 1 santriwati (2,2%). hemoglobin tinggi dengan LILA
Normal sebanyak 1 orang. Kemudian
Tabel 2 Tabulasi Silang IMT dan Kadar santriwati yang memiliki kadar
Hemoglobin hemoglobin rendah dengan LILA
Kadar IMT kategori KEK sebanyak 9 orang
Hemoglobin kurang normal lebih (81,8%).
(gr?dl F % F % F % Hasil analisis regresi linier ganda
9-11 9 20 1 2,2 1 2,2 menunjukkan bahwa variabel bebas
(rendah) status gizi yang terdiri dari IMT dan
12-15 3 6,7 24 53,3 6 13,3 LILA secara bersama-sama
(normal) mempengaruhi kadar hemoglobin
15-17 0 0 0 0 1 2,2 dengan nilai signifikasi 0,000.
(tinggi) Sementara hasil analisis regresi linier
Jumlah 12 26,7 25 55,6 8 17,8 ganda juga membuktikan bahwa
Sumber: Data Primer, 2017 variabel IMT adalah yang paling
dominan berhubungan dengan kadar
Tabel 3 Tabulasi Silang LILA dengan hemoglobin santriwati. Hasil analisis
Kadar Hemoglobin menunjukkan p value <0,05 yaitu
Kadar LILA sebesar 0,035 yang artinya IMT
Hemoglobin Normal KEK mempunyai pengaruh terhadap kadar
(gr?dl F % F % hemoglobin. Kemudian untuk variabel
9-11 2 18,2 9 17,6 bebas selanjutnya, LILA hasil analisis
(rendah) menunjukkan p value <0,05 yaitu
12-15 30 54,1 3 9,1 sebesar 0,553 yang artinya LILA juga
(normal) mempunyai pengaruh dengan kadar
15-17 1 1 0 0 hemoglobin namun pengaruhnya lebih
(tinggi) rendah daripada IMT.
Jumlah 33 73,3 12 26,7
Sumber :Data Primer 2017 PEMBAHASAN
Status Gizi
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan Status gizi dapat didefinisikan
hubungan variabel IMT dengan kadar sebagai ekspresi dari keadaan
hemoglobin masuk pada kategori keseimbangan antara konsumsi dan
normal. Hubungan dari dua variabel penyerapan zat gizi dan penggunaan zat
dapat dilihat berkategori normal karena – zat gizi tersebut. Kekurangan zat gizi
jumlah yang didapat paling banyak ada makro seperti : energi dan protein, serta
kekurangan zat gizi mikro seperti : zat penelitian Mehta (2013) yang
besi (Fe), yodium dan vitamin A makan menyatakan bahwa ada hubungan antara
akan menyebabkan anemi gizi, dimana IMT dengan anemia. Penelitian ini tidak
zat gizi tersebut terutama zat besi (Fe) sejalan dengan hasil penelitian Sompie,
merupakan salah satu dari unsur gizi Mantik dan Rompis (2015), bahwa IMT
sebagai komponen pembentukan tidak berpengaruh terhadap kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah hemoglobin.
(Almatsier, 2009) Ukuran LILA individu dapat
Variabel IMT pada penelitian ini menggambarkan keadaan status gizi
terfokus pada zat gizi yang dikonsumsi karena LILA pada dasarnya tersusun
remaja dalam sehari. Oleh karena itu atas jaringan otot dan lemak bawah
diperlukan konsumsi makanan yang kulit. Jaringan otot yang baik dan lemak
cukup mengandung zat gizi. Zat gizi bawah kulit terbentuk dari zat-zat gizi
yang bersangkutan adalah zat besi, yang dikonsumsi individu setiap
protein, piridoksin (vitamin B6) yang harinya. Kemudian zat-zat gizi yang
mempunyai peran sebagai katalisator telah dikonsumsi akan diakumulasi
dalam sintesis hem di dalam molekul dalam tubuh dan digunakan untuk
hemoglobin, zat gizi tersebut terutama melakukan proses fungsi tubuh yang
zat besi (Fe) merupakan salah satu unsur lain termasuk pembentukan sel-sel
gizi sebagai komponen pembentukan hemoglobin.
hemoglobin atau membentuk sel darah Hasil penelitian menunjukkan
merah. Zat gizi yang telah dikonsumsi santriwati yang memiliki kadar
tersebut akan digunakan oleh tubuh hemoglobin rendah ditemukan pada
untuk mengatur fungsi tubuh menjadi santriwati yang mempunyai ukuran lila
optimal. kurang dari 23 cm atau masuk dalam
kategori KEK (Kekurangan Energi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kronis) sebanyak 12 orang (26,7%).
proporsi santriwati dengan klasifikasi Fenomena kadar hemoglobin rendah
kadar hemoglobin rendah ditemukan banyak dialami remaja dengan status
pada santriwati yang mempunyai IMT gizi yang kurang atau bisa digambarkan
kurang sebanyak 12 orang (26,7%). melalui LILA yang masuk dalam
Fenomena remaja wanita yang memiliki kategori KEK. LILA adalah gambaran
kadar hemoglobin rendah atau yang tentang keadaan jaringan otot dan
biasa disebut anemia, banyak ditemukan lapisan lemak dibawah kulit. Apabila
pada mereka yang mempunyai IMT ukuran LILA kurang dari normal maka
kurus atau kurang dari nilai normal keadaan ini menunjukkan keadaan gizi
Menurut (Arumsari, 2008), kurang akibat kekurangan energi dan
status gizi berkorelasi positif dengan protein (Arisman, 2009).
konsentrasi hemoglobin, artinya Kadar Hemoglobin
semakin buruk status gizi seseorang Hemoglobin adalah zat warna dalam
maka semakin rendah kadar Hb didalam sel darah merah yang berguna untuk
darah. Hasil penelitian ini sejalan mengangkut oksigen dan
dengan penelitian Sihombing dan karbondioksida. Mioglobin dan hemo-
Riyadina (2009) bahwa pada wanita globin ialah zat warna merah pada
yang memiliki IMT kurang dapat daging yang tersusun oleh protein
menyebabkan kadar hemoglobin rendah. globin dan heme yang mempunyai inti
Hal ini juga diperkuat dengan hasil berupa zat besi. Heme merupakan
senyawa yang terdiri dari dua bagian, faktor yang melatarbelakangi kejadian
yaitu atom zat besi dan suatu cincin kadar hemoglobin rendah atau anemia
plana yang besar yaitu porfirin adalah karena asupan gizi dalam tubuh
(Sandjaja, 2010). kurang dan hal ini menyebabkan
Penilaian kadar hemoglobin pada kebutuhan gizi dalam tubuh tidak
penelitian ini menggunakan alat yang terpenuhi terutama kebutuhan gizi
disebut Haemoglobin Digital Analyzer seperti zat besi dimana zat besi
yang kemudian hasil pemeriksaan merupakan salah satu komponen
digolongkan dalam beberapa klasifikasi terpenting dalam pembentukan
interval. Klasifikasi kadar hemoglobin hemoglobin, dengan kurangnya asupan
dikatakan normal apabila dalam rentang zat besi dalam tubuh akan menyebabkan
11-15 gr/dl. Kadar hemoglobin rendah berkurangnya bahan pembentuk sel
apabila dalam rentang 9-11 gr/dl. Kadar darah merah, sehingga sel darah merah
hemoglobin tinggi apabila dalam tidak dapat melakukan fungsinya dalam
rentang 15-17 gr/dl. Hasil analisis mensuplai oksigen yang akan
statistik menunjukkan bahwa santriwati mengakibatkan terjadinya anemia.
yang memiliki kadar hemoglobin
sebanyak 32 orang (71,1%) , kadar SIMPULAN DAN SARAN
hemoglobin rendah sebanyak 12 orang SIMPULAN
(26,7%) dan yang memiliki kadar Status gizi santriwati di Pondok
hemoglobin tinggi hanya 1 orang Pesantren Al Munawwir Krapyak
(2,2%). Bantul Yogyakarta dikategorikan gizi
HUBUNGAN STATUS GIZI baik dengan melihat dari gambaran dua
DENGAN KADAR HEMOGLOBIN indikator penilaian status gizi yaitu IMT
Hasil analisis multivariat dan LILA. Gambaran frekuensi nilai
menunjukkan bahwa variabel status gizi IMT normal 25 orang (55,6%) dan
yang paling berhubungan dengan kadar ukuran LILA normal 33 orang (73,3%).
hemoglobin santriwati adalah IMT (p
value 0,035). IMT juga bisa dijadikan Kadar hemoglobin pada santriwati di
indikator utama yang mampu Pondok Pesantren Al Munawwir
menggambarkan kadar hemoglobin. Krapyak Bantul Yogyakarta
Remaja putri yang memiliki IMT dikategorikan normal dengan frekuensi
kurang beresiko mempunyai kadar 32 orang (71,1%).
hemoglobin yang rendah Hasil Ada hubungan positif dan signifikan
penelitian ini didukung oleh penelitian antara status gizi dan kadar hemoglobin
Gitau (2016), bahwa faktor yang pada santriwati di Pondok Pesantren Al
dominan berpengaruh terhadap kadar Munawwir Krapyak Bantul Yogyakarta
hemoglobin rendah adalah kurangnya dengan Sig. p sebesar 0,000. Hasil
asupan gizi yang berupa serat, zat besi, analisis regresi linier yang telah
protein dan lemak. Kemudian Penelitian dilakukan bisa diketahui bahwa IMT
ini dikuatkan oleh Besuni (2013), bahwa merupakan faktor yang sangat
terdapat hubungan antara asupan zat gizi mempengaruhi kadar hemoglobin dan
pembentuk sel darah merah salah bisa dijadikan indikator utama dalam
satunya adalah protein dan vitamin B12 mengetahui kadar hemoglobin dengan
pada wanita. nilai signfikasi 0,035.
Sayogo dan Bakta (2007)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa
SARAN Almatsier. (2009). Prinsip Dasar Ilmu
Bagi pondok pessantren sebagai Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
tempat tinggal santriwati diharapkan Utama.
pondok pesantren dapat meningkatkan
perhatiannya terhadap status gizi dan Anggraeni. (2012). Asuhan Gizi:
status kesehatan santriwati. Cara yang Nutritional Care Process.
dapat dilakukan adalah mengatur menu
Yogyakarta: Graha Ilmu.
makanan sesuai dengan prinsip gizi
seimbang dan melakukan pemeriksaan Almatsier. (2009). Prinsip Dasar Ilmu
kesehatan sederhana misalnya
Gizi cetakan ke 8. Jakarta:
pemeriksan IMT dan LILA.
Bagi Santriwati diharapkan agar Gramedia Pustaka Utama.
santriwati bisa meningkatkan
Arisma, M. (2010). Gizi dalam Daur
pengetahuan dam kesadaran tentang
pentingnya menjaga kadar hemoglobin Kehidupan. Jakarta : EGC.
agar tetap dalam rentang nilai normal
Arikunto, S. (2010). Prosedur
sehingga bisa mengurangi resiko
terserang anemia. Kemudian salah satu Penelitian Suatu Pendekatan
cara untuk menjaga kadar hemoglobin Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
adalah dengan menjaga asupan nutrisi
sesuai prinsip gizi seimbang dan Ariyani. (2012). Validitas Lingkar
melakukan olahraga secara teratur. Lengan Atas Mendeteksi Resiko
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan Kekurangan Energi Kronis.
agar melakukan penelitian mengenai Jurnal Kesehatan Masyarakat
kadar hemoglobin dengan Nasional Vol.2 , 83-90.
mempertimbangkan faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya seperti Arumsari, E. (2008). Faktor Resiko
kecukupan besi dalam tubuh, Anemia pada Remaja Putri
metabolisme besi dalam tubuh, umur
Peserta Program Pencegahan dan
dan jenis kelamin, latihan fisik dan
ketinggian tempat dan jumlah sampel Penanggulangan Anemia Gizi
yang lebih banyak. Bes (PPAGB) di Kota Bekasi.

DAFTAR PUSTAKA Bakta, I. (2007). Hematologi Klinik


Adriaansz. (2008). Asuhan Antenatal. In Ringkas. Jakarta: EGC.
S. P., Ilmu Kebidanan Edisi ke 4
Batubara. (2010). Adolescence
Jakarta: Bagian Obstetri dan
Development (Perkembangan
Ginekologi FK UI.
Remaja). Sari Pediatri.
Almatsier. (2011). Gizi Seimbang
Dalam Daur Ulang Kehidupan. Besuni, A., Jafar, N., & Indriasari, R.
Jakarta: Gramedia Pustaka (2013). Hubungan Asupan Zat
Utama. Gizi Pembentuk Sel Darah Merah
Dengan Kadar Hemoglobin pada
Ibu Hamil di Kabupaten Gowa.
Caroline, Thomas; B, Lumb Andrew;. Method and applications.
(2012). Physiology of Nutricion Hospitalaria .
Haemoglobin.
Faizah. (2013). Hubungan Antara
Dahlan. (2011). Statistik untuk Kadar Hemoglobin dan Status
Kedokteran dan Kesehatan. Gizi dengan Prestasi Belajar
Jakarta: Salemba Medika. Remaja di Asrama Putri MTA
Surakarta. Surakarta:
Departemen Gizi dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Masyarakat Fakultas Kesehatan Surakarta
Masyarakat Universitas
Indonesia. (2007). Gizi dan Gibson. (2005). Principle of Nutrition
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Assessment, second edition.
PT. Raja Grafindo Persada. Newyork: Oxford University
Press.
Depkes RI. (2010). Kesehatan Remaja
Problem dan Solusinya. Jakarta: Guyton, & Hall. (2008). Buku Ajar
Salemba Medika. Fisiologi Kedokteran edisi 11.
Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2008). Penanggulangan
Anemia Gizi untuk Remaja dan Hasdianah, S. S., & Peristyowati.
Wanita Usia Subur. Jakarta: (2014). Gizi: Pemanfaatan Gizi,
Ditjen Pembinaan Kesehatan Diet dan Obesitas. Yogyakarta:
Masyarakat. Nuha Medika.

Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Hastutik, & Wigunantiningsih, A.


Dasar. Jakarta: Badan Penelitian (2016). Analisis Kadar
dan Pengembangan Kesehatan Hemoglobin Berdasarkan
Kementrian Kesehatan RI. Lingkar Lengan Atas (LILA)
pada Remaja Putri di STIKES
Despande, Karva, & Agarkhedkar. Mitra Husada Karanganyar.
(2013). Prvelance of Anemia in Maternal vol 1 no 1 .
Adolescent Girl and it's
Corelation with Demographic Hemamalini. (2013). Anemia in
Factors Vol.3. India: Department Relation to Body Mass Index
of Pediatrics, D.Y Medical and Waist Circumference among
College and Hospital. Andhra Pradesh Women.
Obesity and Weight Loss
Evelyn. (2009). Anatomi dan Fisiologis Therapy .
untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Hincliff, S. M. (1996). Physiology for
Nursing Practice. In Tawoto, A.
Fagundez, Torres, Sanchez, Aured, & Ratna, & Wartonah, Anatomi dan
Rodrigo. (2015). Diet history:
Fisiologi untuk Mahasiswa Novyriana, E., Rahmadhani, W., &
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Zuhroh, S. (2016). Hubungan
Media. Lingkar Lengan Atas dengan
Kejadian Anemia dalam
Mehta, K. (2013). Prevelance of Kehamilan di Puskesmas
Nutritional Anemia among Gombong 1.
College Students and its
Correlation with their Body Nurmalina, & Valley. (2011).
Mass Index. International Pencegahan & Manajemen
Journal of Science and Obesitas. Jakarta: PT Elex Media
Research. Komputindo.

Murray, Granner, & Rodwell. (2009). Nursari, D. (2009). Gambaran Kejadian


Biokimia Harper. Jakarta: Anemia Pada Remaja Putri SMP
Penerbit Buku Kedokteran. Negeri 18 Kota Bogor.
Universitas Islam Negeri Syarif
Mustaqin & Wahyuni. (2013). Hidayatullah Jakarta.
Hubungan Kadar Hemoglobin
dengan Kebugaran Jasmani pada Pratiwi. (2014). Faktor Faktor yang
Siswa Ekstrakurikuler Sepakbola Mempengaruhi Anemia pada
SMA Negeri 1 Bangsal Surabaya. Siswi MTs Ciwandan Kota
Surabaya: Universitas Negeri Cilegon Tahun 2014. Jakarta:
Surabaya. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
National Heart Lung and Blood
Institute. (2011). Your Guide to Pramono, J. S., Purwanto, H., & Hendri.
Anemia. United States: US (2014). Analisis Kadar
Department of Health and Human Hemoglobin Ditinjau dari Indeks
Services. Massa Tubuh, Pola Makan dan
Lama Jam Kerja pada Wanita
Njura, Gitou Gladys; O, Kimiywe Pekerja Dinas Pertamanan. Jurnal
Judith; O, Waudo Judith;. (2016). Husada Mahakam , 389-442.
Quality Nutrition Education and
it's Impact on Haemoglobin Proverawati. (2011). Anemia dan
Levels of School Pupils of Kehamilan. Yogyakarta: Nuha
Muranga Country, Kenya. Media.
International Journal of
Advanced Nutritional and Health Puslitbangkep. (2011). Kajian Profil
Science . Penduduk Remaja. Jakarta:
BKKBN.
Notoadmojo. (2010). Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Riyanto, A. (2012). Penerapan Analisis
Multivariat dalam Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Kuantitatif, Kualitatif R& D.
Medika. Bandung: Alfabeta.

Rushton. (2004). Your Body it Works Sugiyono. (2013). Metode Penelitian


the Endocryn System. Chelsea Pendidikan Pendekatan
House. Kuantitatif, Kualitatif R& D.
Bandung: Alfabeta.
Rodrigo, C. P., Aranceta, J., Salvador,
G., & G. V. (2015). Food Supariasa. (2006). Penilaian Status Gizi.
Frequency Questionnaires. Jakarta: EGC.
Nutricion Hospitalaria.
Suprapto, & Hasdianah. (2014).
Sandjaja. (2010). Kamus Gizi. Jakarta: Patologi dan Patofisiologi
Kompas. Penyakit. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sayogo. (2007). Gizi Remaja Wanita.
Jakarta: EGC. Tarwoto. (2008). Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Sistem
Sediaoetama. (2011). Ilmu Gizi untuk Hematologi. Jakarta: Trans Info
Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Media.
Dian Rakyat.
Tarwoto. (2008). Keperawatan Medikal
Sihombing, M., & Riyadina, W. (2009). Bedah Sistem Hematologi.
Faktor-Faktor yang Jakarta: Trans Info Media.
Berhubungan Dengan Anemia
pada Pekerja di Kawasan Victor, K. L., Frank, K. L., & McArdle,
Industri Pulogadung Jakarta. W. D. (2011). Essentials of
Media Peneliti dan Pengembang Exercise Physiology, fourth
Kesehatan . edition. Lippincott William &
Wilkins .
Sompie, K. A., Mantik, M. F., &
Rompis, J. (2015). Hubungan Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis
antara status Gizi dengan Kadar untuk Profesi Keperawatan.
Hemoglobin pada Remaja usia Jakarta: EGC.
12-14 tahun. Jurnal e-Clinic.
WHO. (2011). Pedoman Teknik Dasar
Sirajuddin. (2011). Penuntun Praktikum untuk Laboratorium Kesehatan.
Penilaian Gizi Secara Biokimia Jakarta: Penerbit Buku
dan Antropometri. Makassar: Kedokteran EGC.
Universitas Hasanudin.
Wibowo. (2013). Hubungan Antara
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Status Gizi dengan Anemia pada
Pendidikan Pendekatan Remaja Putri di SMP
Muhammadiyah 3 Semarang.
Widayanti. (2008). Analisis Kadar
Hemoglobin pada Anak Buah
Kapal PT Salam Pasific Indonesia
Lines di Belawan.

Wikipedia. (2007). Hemoglobin.


Retrieved November 17, 2016,
from Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/hemo
globin

Willmore; , Costill; , Kenney;. (2008).


Physiology of Sport and Exercise
vol 4. United States.

Yusuf. (2011). Anemia Defisiensi Besi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zarianis. (2006). Efek Suplementasi


Besi dan Vitamin C Terhadap
Kadar Hemoglobin Anak Sekolah
Dasar yang Anemia di Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak.

Anda mungkin juga menyukai