SEBAGAI FITOREMEDIAN
BAHAN ORGANIK PERAIRAN TAMBAK BUDIDAYA
Wage Komarawidjaja
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL), BPPT
Gedung BPPT-II, Lantai 21, Jl.Thamrin no.8, Jakarta 10340
Abstract
Phytoremediation is the utilization of green plants to remove pollutants from the
environment. A central component of this technology is the use of plants as living
technologies that provide services in addressing environmental issues. Therefore,
based on the hydrological understanding, phytoremediation technology can be used to
manage nutrient and water dynamics; It can lead significant improvement in water
quality as well as remediation of degraded ecosystem.
Laboratory experiment result indicated, seagrass called Gracilaria sp. have the ability
in reducing organic substance as total Nitrogen (N-Total) from 1,2 mg / L into 0.4 mg / L
in less than 10 hour. The integration of seagrass into pond ecosystem as organic
substances phytoremedian of exceeding fish-feed accumulation expected to become
an alternative technology for water quality recovery enhancement.
1. PENDAHULUAN
Fitoremediasi adalah suatu teknologi Dengan sifat fitoekstraksi, dinding thalus
pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi Gracilaria mengasborbsi dan menyimpan
bahkan menghilangkan kehadiran bahan bahan organic seperti Nitrogen dan Posfor
pencemar didalam tanah dan air. didalam sel-sel thalus (Boyajian and Carriera,
Fitoremediasi menjadi pilihan yang 1997). Selanjutnya, limbah bahan organik
menjanjikan, mengingat tidak membutuhkan yang tersimpan pada sel rumput laut, pada
biaya yang besar dan secara estetik saatnya akan didegradasi dengan bantuan
mendukung upaya penghijauan lingkungan. fotosintesis sinar matahari akan diasimilasi
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi sehingga terbentuk energi dan sel sebagai
kegiatan pembangunan di badan air, refleksi dari pertumbuhan rumpun tanaman
khususnya di perairan tambak, teknologi rumput laut tersebut (Boyajian and Carriera,
fitoremediasi dilakukan dengan 1997; Burken and Schnoor, 1997).
memanfaatkan tanaman yang memiliki Kawasan pertambakan secara ekologi
kemampuan menyimpan atau termasuk kedalam ekosistem peralihan,
mengakumulasikan didalam selnya pertemuan antara perairan tawar dan perairan
(fitoekstraksi) (Black, 1995) dan kemampuan laut, sehingga disebut juga sebagai \daerah
memetabolisma (fitodegradasi) bahan peralihan atau ekoton. Di Ekosistem peralihan
pencemar untuk kebutuhan energi dan inilah, berkembang kegiatan budidaya tambak
pertumbuhan (Boyajian and Carriera, 1997). dari yang tradisional, semi intensif dan
Salah satu tanaman yang terpilih sebagai intensif. Dengan berkembangnya
agen fitoremediasi adalah rumput laut pembangunan, ekosistem tambak yang
Gracilaria sp. (Gambar-1). Rumput laut merupakan bagian dari perairan payau dan
Gracilaria sp. selain daya akumulasinya perairan pantai sangat berpeluang menjadi
tinggi terhadap Niterogen sehingga disebut tempat penumpukan limbah yang berasal dari
sebagai “Nitrogen Starved Gracilaria” juga kegiatan sepanjang pantai dan kegiatan yang
mampu memanfaatkan limbah bahan organic berasal dari sebelah hulu.
sebagai sumber nutrient tersebut untuk
kebutuhan energi dan pertumbuhan.
Sebagaimana diketahui bahwa, kegiatan
budidaya perikanan, khususnya budidaya
tambak udang akan menimbulkan sejumlah
besar limbah nitrogen (N) dan posfor (P).
410 Komarawidjaja. W. 2005: Rumput laut……….J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415
900,000
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
2000 2001 2002 2003 2004*)
Laut 197,114 221,010 234,859 249,242 830,810
Tambak 430,017 454,710 473,128 501,977 584,036
Gambar-1. Rumput laut jenis Gracilaria sp. Kolam 214,393 222,790 254,625 281,262 317,598
Karamba 25,773 39,340 40,742 40,304 58,700
Jaring Apung 34,602 40,710 47,172 57,628 58,920
Dengan demikian, akan semakin berat
Sawah 93,063 98,190 86,627 93,779 93,576
tekanan terhadap lingkungan pertambakan,
Laut Tambak Kolam Tahun
Karamba Jaring Apung Sawah
karena disatu sisi kebutuhan air tambak yang
berkualitas dipasok dari air laut dan sungai
Sumber : Kusnendar, 2005
yang sudah banyak mengalami penurunan Gambar-3. Perkembangan Produksi Perikanan.
kualitas, padahal tambak sendiri secara
internal menghasilkan limbah organik yang
tinggi yang dapat berakibat buruk terhadap karena kenyataannya lahan tambak di pantai
lingkungan tambak budidaya. utara Jawa khususnya sudah sulit
dikembangkan, kecuali dilakukan rehabilitasi
atau pemulihan kualitas pertambakan yang
Total : 1,22 jt Ha sudah dibangun beberapa dekade
kebelakang.
Sebagai ilsutrasi, salah satu daerah
450 rb penghasil udang adalah Indramayu, pada
Ha Gambar-4 tampak terjadi peningkatan luas
lahan tambak yang diikuti meningkatnya
volume produksi, tetapi kemudian produksi
772 rb drastis berkurang dengan terjadinya berbagai
Ha kegagalan budidaya tambak udang.
Akhirnya banyak tambak yang menganggur,
tentu perlu dilakukan upaya rehabilitasi atau
pemulihan lingkungannya, sehingga petani
tambak berani kembali melakukan aktifitas
budidaya.
Sumber : Kusnendar, 2005 Untuk itulah, kegiatan kajian pemulihan
Gambar-2. Potensi Lahan Budidaya Air Payau. kualitas lingkungan tambak dilakukan oleh
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Di dalam Kusnendar disebutkan bahwa Lingkungan (P3TL) – BPPT dibawah bidang
tersedia lahan perikanan air payau adalah Teknologi Konservasi dan Pemulihan Kualitas
sekitar 1,22 juta Ha dengan perincian 450-500 Lingkungan, deangan mengintegrasikan
ribu Ha tersedia saat ini dan 772 ribu Ha kegiatan budidaya rumput laut Gracilaria sp.
merupakan lahan yang siap dikembangkan dan mangrove dalam kegiatan budidaya
(Gambar-2). Dari lahan 450-500 ribu hektar tambak dengan tujuan memperbaiki kualitas
dihasilkan komoditas udang sekitar 500-600 air tambak dari polusi bahan organik yang
ribu ton (Gambar-3). Dari informasi tersebut, berasal dari sisa pakan yang terakumulasi di
artinya terjadi peningkatan volume produksi dasar tambak. Rumput Laur Gracilaria
seiring dengan pertambahan luas lahan dipilih (Gambar-1),
tambak. Ini artinya terjadi pemanfaatan
lahan pertambakan luar pulau Jawa semakin
meningkat,
Komarawidjaja. W. 2005: Rumout Laut…………J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415 411
2000 12000
2. HABITAT RUMPUT LAUT
1800
1600
10000 2.1 Kualitas Lingkungan
1400
8000
Rumput laut Gracilaria, ditemukan
tumbuh baik di perairan payau maupun
Udang Lahan
temperatur tinggi dan merupakan daerah
sedimentasi.
Selain hal tersebut, kondisi salinitas dan
Gambar-4. Luas Lahan dan Produksi penetrasi sinar matahari memiliki peran
Udangdi Kab. Indramayu. penting dalam mendukung lehidupan rumput
laut dengan baik.
Karena flora ini memiliki kemampuan Sebagaimana diketahui, bahwa sinar
mengabsorbsi dan memanfaatkan nitrogen matahari berfungsi dalam proses fotosintesa
dan posfor bahan pencemar bagi dalam sel rumput laut. Kecukupan sinar
pertumbuhannya. Kajian skala laboratorium matahari sangat menentukan kecepatan
dan lapang saat ini masih berlangsung rumput laut memenuhi kebutuhan nutrien
bekerjasama dengan Laboratorium Water seperti karbon ( C ), nitrogen (N) dan posfor
Pollution, Biotrop. (P) untuk pertumbuhan dan pembelahan
Sebetulnya, semula, penggalian potensi selnya.
rumput laut dilakukan karena manfaatnya Selanjutnya, ternyata temperatur lingkungan
sebagai sumber bahan baku industri makanan berperan penting dalam proses fotosintesa,
aditif, kosmetik dan obat-obatan dan ini dimana semakin tinggi intensitas sinar
dijadikan salah satu andalan produk matahari dan semakin optimum kondisi
perikanan. Rumput laut jenis Gracilaria ini temperatur, maka akan semakin nyata hasil
tumbuh tersebar di kepulauan Nusantara dan fotosintesanya. Namun kebutuhan kondisi
sudah dibudidayakan oleh petani tambak di temperatur untuk beberapa jenis rumput laut
Utara P Jawa, NTB, NTT, Sulawesi dll. berbeda satu sama lain, tetapi sebagai
Namun akhir akhir ini, rumput laut telah dilirik gambaran kebutuhan temperatur adalah
oleh para ekolog dan ahli lingkungan sebagai berkisar antara 20–30 oC. Demikian halnya,
salah satu tanaman alternatif yang dapat salinitas, perubahan yang sangat ekstrim
digunakan dalam perbaikan lingkungan, akan mengakibatkan terhambatnya
karena memiliki kemampuan yang signifikan pertumbuhan rumput laut. Namun demikian,
dalam menyerap nutrient dari lingkungan terdapat beberapa jenis Gracilaria sp yang
perairan yang eutrofik. Alasan lain memiliki kemampuan adapatasi yang baik
pemanfaatan rumput laut jenis ini adalah dengan perubahan salinitas antara 17-40
kemudahan dalam penanaman dan O
/oo.
kemampuan adaptasi terhadap lingkungan Selanjautnya arus air laut di tambak sangat
yang cukup baik. berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput
Dari aspek biologi, sebenarnya banyak laut, karena berfungsi sebagai pembawa
pilihan flora dan fauna untuk dimanfaatkan nutrien baru, pendorong pembuangan limbah
baik sebagai biofilter, bioakumulator maupun dan mencegah terjadinya pengendapan.
sebagai agen biomonitoring pencemaran
yang terjadi di perairan. Namun karena 2.2 Pertumbuhan Rumput Laut
kemampuan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan yang sangat menonjol, baik Ditinjau dari sisi kualitas lingkungan,
terhadap perbedaan salinitas, cahaya dapat disimpulkan, bahwa kondisi yang
matahari maupun perubahan suhu yang dibutuhkan rumput laut untuk pertumbuhan
tinggi, maka jenis rumput laut ini menjadi adalah hampir sama dengan kondisi
pilihan yang sangat relevan. lingkungan untuk kehidupan bandeng dan
udang, sehingga pemanfaatan rumput laut
250
pemeliharaannya, dan memiliki nilai
Bobot
200
ekonomis. Dengan menekankan kepada
Samp
el 150
alasan ekonomi, maka diharapkan integrasi
(grm)
100 rumput laut sebagai biofilter, akan dengan
50 mudah diterima oleh masyarakat.
0
10/3 30/3 9/ 19/4 29/4 9/5 19/ 29/
Dalam beberapa laporan seperti dikemukakan
Waktu Penimbangan dalam Msuya (2002), bahwa Gracilaria
memiliki kemampuan dalam menyerap
nitrogen (N) dan posfor (P). Salah satu
sumber menyebutkan bahwa kemampuan
Gambar-5. Laju Pertumbuhan Gracilaria sp.
Gracilaria dalam menyerap Nitrogen dalam air
yang tercemar bahan organic mencapai
Sedangkan hasil pengujian kemampuan
konsentrasi 0.4 gram N per m2 per hari.
Gracilaria dalam memanfaatkan limbah
Bahkan didalam Jones (2002), rumput laut
tambak udang, telah dilaporkan oleh Nelson
tersebut dengan cepat mampu mereduksi
dkk (2002) bahwa Gracilaria dapat
kandungan nutrient terlarut dalam air buangan
dikembangkan di tambak udang, khususnya
tambak budidaya.
pada kolam pembuangan dengan tingkat
Kajian Laboratorium, penyisihan Nitrogen oleh
pertumbuhan beragam antara 1.8% - 8.8%
500 gram rumput laut segar Gracilaria sp.,
per hari (Gambar-6). Keragaman
menunjukkan penurunan rata-rata konsentrasi
pertumbuhan tersebut berkaitan erat dengan
nutrien N-total dari 1,2 mg/L menjadi 0.4 mg/L
Komarawidjaja. W. 2005: Rumout Laut…………J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415 413
(Gambar-7). Nitrogen tersebut oleh rumput dalam budidaya ikan di sekitar perairan
laut akan disimpan didalam selnya dalam tambak, secara sederhana dapat dilakukan
Thalus, sebagaimana ditunjukkan oleh dalam satu kolam, yakni menanam rumput
laporan Nelson dkk (2002). bersama sama dengan ikan yang
dibudidayakan. Salah satu gambaran
1.40
modifikasi system pengolahan perairan
1.20 budidaya dengan memanfaatkan rumput laut
Kons. N-total (m g/L)
%N
2
T3 T6 T9 T12 T15 T18 T21 T24 1.5
1
Pengamatan Jam Ke 0.5
N-tot1 N-tot2 0
Day 0 Day 5 Day 10 Day 15