Anda di halaman 1dari 7

RUMPUT LAUT Gracilaria sp.

SEBAGAI FITOREMEDIAN
BAHAN ORGANIK PERAIRAN TAMBAK BUDIDAYA
Wage Komarawidjaja
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL), BPPT
Gedung BPPT-II, Lantai 21, Jl.Thamrin no.8, Jakarta 10340

Abstract
Phytoremediation is the utilization of green plants to remove pollutants from the
environment. A central component of this technology is the use of plants as living
technologies that provide services in addressing environmental issues. Therefore,
based on the hydrological understanding, phytoremediation technology can be used to
manage nutrient and water dynamics; It can lead significant improvement in water
quality as well as remediation of degraded ecosystem.
Laboratory experiment result indicated, seagrass called Gracilaria sp. have the ability
in reducing organic substance as total Nitrogen (N-Total) from 1,2 mg / L into 0.4 mg / L
in less than 10 hour. The integration of seagrass into pond ecosystem as organic
substances phytoremedian of exceeding fish-feed accumulation expected to become
an alternative technology for water quality recovery enhancement.

Keyword : seagrass Gracilaria sp., phytoremediation, brackish water aquaculture.

1. PENDAHULUAN
Fitoremediasi adalah suatu teknologi Dengan sifat fitoekstraksi, dinding thalus
pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi Gracilaria mengasborbsi dan menyimpan
bahkan menghilangkan kehadiran bahan bahan organic seperti Nitrogen dan Posfor
pencemar didalam tanah dan air. didalam sel-sel thalus (Boyajian and Carriera,
Fitoremediasi menjadi pilihan yang 1997). Selanjutnya, limbah bahan organik
menjanjikan, mengingat tidak membutuhkan yang tersimpan pada sel rumput laut, pada
biaya yang besar dan secara estetik saatnya akan didegradasi dengan bantuan
mendukung upaya penghijauan lingkungan. fotosintesis sinar matahari akan diasimilasi
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi sehingga terbentuk energi dan sel sebagai
kegiatan pembangunan di badan air, refleksi dari pertumbuhan rumpun tanaman
khususnya di perairan tambak, teknologi rumput laut tersebut (Boyajian and Carriera,
fitoremediasi dilakukan dengan 1997; Burken and Schnoor, 1997).
memanfaatkan tanaman yang memiliki Kawasan pertambakan secara ekologi
kemampuan menyimpan atau termasuk kedalam ekosistem peralihan,
mengakumulasikan didalam selnya pertemuan antara perairan tawar dan perairan
(fitoekstraksi) (Black, 1995) dan kemampuan laut, sehingga disebut juga sebagai \daerah
memetabolisma (fitodegradasi) bahan peralihan atau ekoton. Di Ekosistem peralihan
pencemar untuk kebutuhan energi dan inilah, berkembang kegiatan budidaya tambak
pertumbuhan (Boyajian and Carriera, 1997). dari yang tradisional, semi intensif dan
Salah satu tanaman yang terpilih sebagai intensif. Dengan berkembangnya
agen fitoremediasi adalah rumput laut pembangunan, ekosistem tambak yang
Gracilaria sp. (Gambar-1). Rumput laut merupakan bagian dari perairan payau dan
Gracilaria sp. selain daya akumulasinya perairan pantai sangat berpeluang menjadi
tinggi terhadap Niterogen sehingga disebut tempat penumpukan limbah yang berasal dari
sebagai “Nitrogen Starved Gracilaria” juga kegiatan sepanjang pantai dan kegiatan yang
mampu memanfaatkan limbah bahan organic berasal dari sebelah hulu.
sebagai sumber nutrient tersebut untuk
kebutuhan energi dan pertumbuhan.
Sebagaimana diketahui bahwa, kegiatan
budidaya perikanan, khususnya budidaya
tambak udang akan menimbulkan sejumlah
besar limbah nitrogen (N) dan posfor (P).

410 Komarawidjaja. W. 2005: Rumput laut……….J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415
900,000

800,000

700,000
600,000

500,000

400,000

300,000
200,000

100,000

0
2000 2001 2002 2003 2004*)
Laut 197,114 221,010 234,859 249,242 830,810
Tambak 430,017 454,710 473,128 501,977 584,036
Gambar-1. Rumput laut jenis Gracilaria sp. Kolam 214,393 222,790 254,625 281,262 317,598
Karamba 25,773 39,340 40,742 40,304 58,700
Jaring Apung 34,602 40,710 47,172 57,628 58,920
Dengan demikian, akan semakin berat
Sawah 93,063 98,190 86,627 93,779 93,576
tekanan terhadap lingkungan pertambakan,
Laut Tambak Kolam Tahun
Karamba Jaring Apung Sawah
karena disatu sisi kebutuhan air tambak yang
berkualitas dipasok dari air laut dan sungai
Sumber : Kusnendar, 2005
yang sudah banyak mengalami penurunan Gambar-3. Perkembangan Produksi Perikanan.
kualitas, padahal tambak sendiri secara
internal menghasilkan limbah organik yang
tinggi yang dapat berakibat buruk terhadap karena kenyataannya lahan tambak di pantai
lingkungan tambak budidaya. utara Jawa khususnya sudah sulit
dikembangkan, kecuali dilakukan rehabilitasi
atau pemulihan kualitas pertambakan yang
Total : 1,22 jt Ha sudah dibangun beberapa dekade
kebelakang.
Sebagai ilsutrasi, salah satu daerah
450 rb penghasil udang adalah Indramayu, pada
Ha Gambar-4 tampak terjadi peningkatan luas
lahan tambak yang diikuti meningkatnya
volume produksi, tetapi kemudian produksi
772 rb drastis berkurang dengan terjadinya berbagai
Ha kegagalan budidaya tambak udang.
Akhirnya banyak tambak yang menganggur,
tentu perlu dilakukan upaya rehabilitasi atau
pemulihan lingkungannya, sehingga petani
tambak berani kembali melakukan aktifitas
budidaya.
Sumber : Kusnendar, 2005 Untuk itulah, kegiatan kajian pemulihan
Gambar-2. Potensi Lahan Budidaya Air Payau. kualitas lingkungan tambak dilakukan oleh
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Di dalam Kusnendar disebutkan bahwa Lingkungan (P3TL) – BPPT dibawah bidang
tersedia lahan perikanan air payau adalah Teknologi Konservasi dan Pemulihan Kualitas
sekitar 1,22 juta Ha dengan perincian 450-500 Lingkungan, deangan mengintegrasikan
ribu Ha tersedia saat ini dan 772 ribu Ha kegiatan budidaya rumput laut Gracilaria sp.
merupakan lahan yang siap dikembangkan dan mangrove dalam kegiatan budidaya
(Gambar-2). Dari lahan 450-500 ribu hektar tambak dengan tujuan memperbaiki kualitas
dihasilkan komoditas udang sekitar 500-600 air tambak dari polusi bahan organik yang
ribu ton (Gambar-3). Dari informasi tersebut, berasal dari sisa pakan yang terakumulasi di
artinya terjadi peningkatan volume produksi dasar tambak. Rumput Laur Gracilaria
seiring dengan pertambahan luas lahan dipilih (Gambar-1),
tambak. Ini artinya terjadi pemanfaatan
lahan pertambakan luar pulau Jawa semakin
meningkat,
Komarawidjaja. W. 2005: Rumout Laut…………J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415 411
2000 12000
2. HABITAT RUMPUT LAUT
1800

1600
10000 2.1 Kualitas Lingkungan
1400
8000
Rumput laut Gracilaria, ditemukan
tumbuh baik di perairan payau maupun

Luas Lahan (Ha)


1200
Produksi (Ton)

1000 6000 perairan pantai. Lebih dari 16 spesies


800 rumput laut ini, ditemukan dan tumbuh
600
4000 diberbagai belahan dunia, baik di derah
400
beriklim tropis maupun temperate.
200
2000
Secara alam, berdasarkan habitatnya,
0 0
beberapa spesies rumput laut Gracilaria sp
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 tumbuh pada areal pasang surut, dengan ciri
lahan pasir berlumpur, perairan eutropik,
Tahun

Udang Lahan
temperatur tinggi dan merupakan daerah
sedimentasi.
Selain hal tersebut, kondisi salinitas dan
Gambar-4. Luas Lahan dan Produksi penetrasi sinar matahari memiliki peran
Udangdi Kab. Indramayu. penting dalam mendukung lehidupan rumput
laut dengan baik.
Karena flora ini memiliki kemampuan Sebagaimana diketahui, bahwa sinar
mengabsorbsi dan memanfaatkan nitrogen matahari berfungsi dalam proses fotosintesa
dan posfor bahan pencemar bagi dalam sel rumput laut. Kecukupan sinar
pertumbuhannya. Kajian skala laboratorium matahari sangat menentukan kecepatan
dan lapang saat ini masih berlangsung rumput laut memenuhi kebutuhan nutrien
bekerjasama dengan Laboratorium Water seperti karbon ( C ), nitrogen (N) dan posfor
Pollution, Biotrop. (P) untuk pertumbuhan dan pembelahan
Sebetulnya, semula, penggalian potensi selnya.
rumput laut dilakukan karena manfaatnya Selanjutnya, ternyata temperatur lingkungan
sebagai sumber bahan baku industri makanan berperan penting dalam proses fotosintesa,
aditif, kosmetik dan obat-obatan dan ini dimana semakin tinggi intensitas sinar
dijadikan salah satu andalan produk matahari dan semakin optimum kondisi
perikanan. Rumput laut jenis Gracilaria ini temperatur, maka akan semakin nyata hasil
tumbuh tersebar di kepulauan Nusantara dan fotosintesanya. Namun kebutuhan kondisi
sudah dibudidayakan oleh petani tambak di temperatur untuk beberapa jenis rumput laut
Utara P Jawa, NTB, NTT, Sulawesi dll. berbeda satu sama lain, tetapi sebagai
Namun akhir akhir ini, rumput laut telah dilirik gambaran kebutuhan temperatur adalah
oleh para ekolog dan ahli lingkungan sebagai berkisar antara 20–30 oC. Demikian halnya,
salah satu tanaman alternatif yang dapat salinitas, perubahan yang sangat ekstrim
digunakan dalam perbaikan lingkungan, akan mengakibatkan terhambatnya
karena memiliki kemampuan yang signifikan pertumbuhan rumput laut. Namun demikian,
dalam menyerap nutrient dari lingkungan terdapat beberapa jenis Gracilaria sp yang
perairan yang eutrofik. Alasan lain memiliki kemampuan adapatasi yang baik
pemanfaatan rumput laut jenis ini adalah dengan perubahan salinitas antara 17-40
kemudahan dalam penanaman dan O
/oo.
kemampuan adaptasi terhadap lingkungan Selanjautnya arus air laut di tambak sangat
yang cukup baik. berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput
Dari aspek biologi, sebenarnya banyak laut, karena berfungsi sebagai pembawa
pilihan flora dan fauna untuk dimanfaatkan nutrien baru, pendorong pembuangan limbah
baik sebagai biofilter, bioakumulator maupun dan mencegah terjadinya pengendapan.
sebagai agen biomonitoring pencemaran
yang terjadi di perairan. Namun karena 2.2 Pertumbuhan Rumput Laut
kemampuan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan yang sangat menonjol, baik Ditinjau dari sisi kualitas lingkungan,
terhadap perbedaan salinitas, cahaya dapat disimpulkan, bahwa kondisi yang
matahari maupun perubahan suhu yang dibutuhkan rumput laut untuk pertumbuhan
tinggi, maka jenis rumput laut ini menjadi adalah hampir sama dengan kondisi
pilihan yang sangat relevan. lingkungan untuk kehidupan bandeng dan
udang, sehingga pemanfaatan rumput laut

412 Komarawidjaja. W. 2005: Rumput Laut………….J. Tek. . Ling-P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415


baik di kawasan tambak udang maupun kecukupan nutrien dan teknik budidaya
tambak bandeng diduga kuat bisa dilakukan. rumput laut yang digunakan.
Sebagaimana diketahui bahwa, unsur utama Dengan demikian, pertumbuhan rumput laut
bagi pertumbuhan adalah karbon (C), nitrogen di tambak kajian masih memerlukan
(N) dan posfor (P). Rumput laut mendapat penelaahan lebih lanjut, sehingga hasilnya
sumber C diperoleh dari karbon dioksida ( dapat diminati oleh petani tambak. Namun
CO2) yang sangat banyak terlarut dalam air. demikian, pertumbuhan ini sudah mendekati
Oleh karena itu, meskipun kebutuhannya dari laporan Soriano dkk (2002).
banyak, tetapi karena persediaan didalam air
tidak terbatas, maka yang dipermasalahkan
adalan sejauhmana kandungan nitrogen (N) 10

dan posfor (P) di dalam air dapat mencukupi 8


kebutuhan pertumbuhan dan perbanyakan 6
rumput laut. 4
Dengan demikian, menanaman rumput 2
laut di perairan tambak budidaya dengan
0
kandungan nitrogen yang berlimpah kelebihan In effluent Transferred Chemical Not fertilzed
pakan, sangat menguntungkan, dimana channel to ocean fertilizer

rumput laut butuh N yang cukup untuk


pertumbuhan dan disisi lain Graciliaria sp
Sumber: Nelson dkk (2001)
diharapkan dapat mengurangi pencemaran N-
organik yang terjadi di ekosistem perairan Gambar-6. Laju Pertumbuhan Rumput
tambak budidaya. Melimpahnya nutrien Lautdalam berbagai media.
diperairan tambak budidaya terjadi karena
adanya akumulasi dekomposisi tanaman,
limbah domestik, limbah pertanian dan 3. FITOREMEDIASI PENCEMAR
industri. ORGANIK
Pertumbuhan rumput laut di lokasi kajian di Integrasi rumput laut dalam upaya
daerah Tegal-Brebes menunjukkan bahwa pemulihan kualitas air, akibat pencemaran
kondisi substrat sangat menentukan ekosistem perairan payau, khususnya di
kecepatan pertumbuhan awal rumput laut. perairan budidaya, dapat dilakukan dengan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa berbagai jenis teknologi, baik dengan
tingkat pertumbuhan harian rata-rata masih teknologi sederhana maupun teknologi yang
dibawah 3% (2-3,5%) sebagaimana disajikan kompleks. Namun secara biologi,
pada Gambar -5. pengolahan limbah dengan memanfaatkan
rumput laut spesies tertentu dari jenis
450 Gracilaria, dipandang lebih berpeluang,
400
mengingat metoda aplikasi sangat sederhana,
350
daya adaptasi yang tinggi, mudah
300

250
pemeliharaannya, dan memiliki nilai
Bobot
200
ekonomis. Dengan menekankan kepada
Samp
el 150
alasan ekonomi, maka diharapkan integrasi
(grm)
100 rumput laut sebagai biofilter, akan dengan
50 mudah diterima oleh masyarakat.
0
10/3 30/3 9/ 19/4 29/4 9/5 19/ 29/
Dalam beberapa laporan seperti dikemukakan
Waktu Penimbangan dalam Msuya (2002), bahwa Gracilaria
memiliki kemampuan dalam menyerap
nitrogen (N) dan posfor (P). Salah satu
sumber menyebutkan bahwa kemampuan
Gambar-5. Laju Pertumbuhan Gracilaria sp.
Gracilaria dalam menyerap Nitrogen dalam air
yang tercemar bahan organic mencapai
Sedangkan hasil pengujian kemampuan
konsentrasi 0.4 gram N per m2 per hari.
Gracilaria dalam memanfaatkan limbah
Bahkan didalam Jones (2002), rumput laut
tambak udang, telah dilaporkan oleh Nelson
tersebut dengan cepat mampu mereduksi
dkk (2002) bahwa Gracilaria dapat
kandungan nutrient terlarut dalam air buangan
dikembangkan di tambak udang, khususnya
tambak budidaya.
pada kolam pembuangan dengan tingkat
Kajian Laboratorium, penyisihan Nitrogen oleh
pertumbuhan beragam antara 1.8% - 8.8%
500 gram rumput laut segar Gracilaria sp.,
per hari (Gambar-6). Keragaman
menunjukkan penurunan rata-rata konsentrasi
pertumbuhan tersebut berkaitan erat dengan
nutrien N-total dari 1,2 mg/L menjadi 0.4 mg/L

Komarawidjaja. W. 2005: Rumout Laut…………J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415 413
(Gambar-7). Nitrogen tersebut oleh rumput dalam budidaya ikan di sekitar perairan
laut akan disimpan didalam selnya dalam tambak, secara sederhana dapat dilakukan
Thalus, sebagaimana ditunjukkan oleh dalam satu kolam, yakni menanam rumput
laporan Nelson dkk (2002). bersama sama dengan ikan yang
dibudidayakan. Salah satu gambaran
1.40
modifikasi system pengolahan perairan
1.20 budidaya dengan memanfaatkan rumput laut
Kons. N-total (m g/L)

1.00 Gracilaria sp disajikan pada Gambar-9.


0.80
0.60
0.40
3.5
0.20 3
2.5
0.00

%N
2
T3 T6 T9 T12 T15 T18 T21 T24 1.5
1
Pengamatan Jam Ke 0.5
N-tot1 N-tot2 0
Day 0 Day 5 Day 10 Day 15

Sumber: Nelson dkk (2001)


Gambar-7. Penyisihan nutrient N-total oleh Gambar-8. Persen pengikatan Nitrogen pada
Rumput Laut Thalus Rumput Laut

Pada Gambar-8, tampak terjadi Dalam Gambar-9, tambak budidaya yang


peningkatan konsentrasi N dalam thalus dari memanfaatkan air dari sumber air laut yang
1,3 % menjadi 3,1% setelah 10 hari rumput telah diolah di tambak tandon. Tambak
laut ditumbuhkan pada air pembuangan budidaya dengan rumput laut yang
tambak. diintegrasikan bisa ditanam bersamaan atau
Namun hal yang penting dicermati dalam berbeda petak dengan fungsi rumput laut
rangka pemanfaatan rumput laut adalah sebagai penyisih kelebihan nutrien terlarut.
tersedianya kecukupan nutrien yang Setelah air buangan tambak melewati petak
diindikasikan oleh nilai perbandingan antara C rumput laut, maka dapat dialirkan kembali ke
: N yang terkandung dalam rumput laut. tambak tandon atau dibuang ke saluran
Secara tidak langsung, perbandingan C dan N pembuangan dan diteruskan ke laut.
menggambarkan ketersediaan nutrien
diperairan yang bersangkutan. Ratio C dan
N rumput laut adalah antara 5 dan 40, dimana
dengan ratio yang tinggi menunjukkan Tambak Budidaya Air Buangan
rendahnya kandungan N dalam air,
sebaliknya ratio rendah merupakan kondisi
dimana rumput laut mengakumulasikan N
dalam selnya atau dengan kata lain sebagai
indikator, bahwa lingkungan perairan
Tambak Budidaya
mengandung kadar N yang tinggi. Rumput Laut
Oleh karena itu, jenis Gracilaria disebut
sebagai “Nitrogen starved Gracilaria”, yang Rumput Laut & Ikan Air Buangan
berarti berapapun tersedia N dalam air akan
terus diserap dan disimpan di dalam sel ,
sehingga konsentrasinya menjadi berlipat.
Ciri khas ini menunjukkan rumput laut
Gracilaria memiliki kemampuan yang sesuai
untuk dimanfaatkan sebagai tanaman
penyaring (Biofilter), penyimpan
(Bioakumulator) dan biomonitoring.
Pemanfaatan Gracilaria sp sebagai agen Air Buangan
Tambak Budidaya
fitoremediasi, tidak terbatas pada pengelolaan
pencemaran di kawasan budidaya tambak,
tetapi dapat diterapkan dengan
memanfaatkan lahan kurang produktif untuk
dijadikan salah satu tempat proses
pengolahan perairan tercemar, sehingga
lahan dimana tanaman agen fitoremediasi
tumbuh menjadi lebih produktif dan Gambar-9. Pola integrasi Rumput Laut pada
ekonomis. Selanjutnya integrasi rumput laut tambak budidaya.

414 Komarawidjaja. W. 2005: Rumput Laut………….J. Tek. . Ling-P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415


7. seaweed, abalone, fish and clams in
modular intensive land based system.
4. KESIMPULAN Aquaculture Eng. 17 : 215-239.
Dari uraian sebelumnya, dapat 8. Shpigel M, Neori A, Propper D M and
sisimpulkan bahwa : Gordin H. 1993. A proposed model for
“Environmentally clean” land based
1. Gracilaria sp dapat digunakan culture of fish, bivalves and seaweeds;.
sebagai tanaman fitoremedian Aquaculture 117 : 115-128.
kelebihan bahan organik, karena
memiliki kemampuan dalam 9. Msuya F E and A. Neori. 2002. Ulva
mengakumulasikan bahan terseabut reticulata and Gracilaria crassa:
dalam sel (Fitoekstraksi) macroalgae that can biofilter effluent from
tidal fishponds in Tanzania. Wstern
2. Gracilaria sp sebagai agen Indian Ocean J. Mar. Sci. 1 (2) : 117-
fitoremediasi memiliki adaptasi yang 126.
tinggi terhadap lingkungan tambak
budidaya. 10. Costanzo S D, M J O’Donohue and W C
Dennison. 2000. Gracilaria edulis as a
3. Integradsi rumput laut Gracilaria sp biological indicator of pulsed nutrients in
merupakan salah satu alternatif oligotrophic waters. J. Phycol. 36 : 680-
dalam melakukan pemulihan kualitas 685
perairan tambak budidaya.
11. Boyd, C. E. 1990. Water Quality in
Ponds for Aquaculture. Alabama
DAFTAR PUSTAKA Agricultural Experiment Station. Auburn
University. Alabama.
1. Dahuri, R. 2002. Pemanfaatan
sumberdaya perairan di pesisir bagi 12. Black, H (1995). Absorbing possibilities:
pembangunan yang berkelanjutan Phytoremediation. Environmental Health
melalui pengembangan industri Perspective. Volume 103, Number 12,
budidaya. Prosiding Seminar Nasional December 1995.
Limnologi 2002. ISBN 979-8163-11-7. : 13. Boyajian, G. and L. H. Carriera (1997).
1-22 Phytoremediation: A clean transition from
2. Garno Y S, P Pranoto dan W laboratory to marketplace. Nature
Komarawidjaja. 1995. Biotechnology. Volume 15, February,
Menyelamatkan kehancuran industri 1997, p. 127-128.
budidaya udang dari degradasi 14. Burken, J.G., and J. L. Schnoor. Uptake
ekosistem tambak. Publikasi Ilmiah and Metabolism of Atrazine by Poplar
Menuju Era Teknologi Hijau. Buku 1: Trees. Environmental Science and
Masalah Lingkungan dan Technology, Volume 31, No. 5. p. 1399 -
Pengelolaannya.. Jakarta. ISBN 979- 1405.
8465-12-1 : 247-256.
15. Soriano E M, C Morales & W S C
3. Lee T M, Y C Chang and Y H Lin. Moreira. 2002. Cultivation of Gracilaria
1999. Differences in physyiological (Rhodophyta) in shrimp pond effluents in
responses between winter and summer Brazil. Aquaculture Research, Volume
Gracilaria tenuistipitata to varying 33, Issue 13. p, : 1081
temperature. Bot. Bull. Acad. Sin.49 :
93-100. 16. Kusnendar, E. 2005. Problem in
aquaculture and its solution. Presented
4. Jones A B, N P Preston and W C at Training Course on Bioremediation.
Dennison 2003. The efficiency and SEAMEO – Biotrop. Bogor.
condition of oysters and macroalgal used
as biological filters of shrimp pond 17. Nelson, S., Glenn E., Moore D., Walsh T.
effluent. Aquaculture Research 33 : 1- and Fitzsimmons K. 2001. Use of an
19 edible red seaweed to improve effluent
from shrimp farms. Environmental
5. Jones, A B. 1993. Macroalgal Nutrient Reseacrh Laboratory, Univ. Arizona.
Realtiionships. Department of Botany, Tucson. AZ
Univ. of Queensland. Unpublished.
6. Neori A, Ragg N L C and Shpigel M.
1998. The integrated culture of
Komarawidjaja. W. 2005: Rumout Laut…………J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415 415
416 Komarawidjaja. W. 2005: Rumput Laut………….J. Tek. . Ling-P3TL-BPPT. 6. (2): 410-415

Anda mungkin juga menyukai