Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

SEKILAS TENTANG FILSAFAT

A. Pengertian Fisafat
1. Filsafat dalam Pengertian Etimologis
Filsafat (Indonesia) atau falsafah (Arab) atau philosophi (Inggris), berasal dari bahasa
Yunani philosophia yang merupakan kata majemuk dari dua kata, philo yang berarti cinta
dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat dapat dikatakan cinta
kebijaksanaan.
2. Filsafat dalam Pengertian Terminologis
Filsafat secara terminologis memiliki dua makna. Prtama, filsafat dalam dimensi
aktivitas, berfilsafat yaitu berpikir secara radikal, universal, logis, sistematis tentang
hakikat segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Kedua, filsafat dalam dimensi
produk; yaitu filsafat berarti pemikiran-pemikiran yang dihasilkan dari kegiatan
berfilsafat.
B. Objek Filsafat
Objek filsafat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.
1. Objek material filsafat adalah segala sesuatu “yang ada’ dan “yang mungkin ada”.
2. Objek formal filsafat adalah menyelidiki segala sesuatu guna mengerti hakikatnya
dengan sedalam-dalamnya.
C. Metode Filsafat
Secara sederhana metode-metode yang biasa digunakan dalam filsafat antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1. Metode Contemplatif (perenungan) yaitu berpikir sampai menemukan kebenaran
hakiki.
2. Metode Deduktif yaitu berpikir sampai menemukan kebenaran yang hakiki. Pada
hakikatnya metode deduktif adalah metode rasional, dalam artian kebenaran umum
yang dijadikan ukuran kebenaraan yang bersifat kasus (khusus) itu bersifat rasional.
3. Metode speculative (spekulatif). Mohammad Noor Syam mengatakan bahwa metode
spekulatif yang dalam bahasa inggris disebut speculative juga berarti perenungan atau
merenung.
BAB 2

FILSAFAT DAN PENDIDIKAN

A. Pendidikan Dalam Analisis Filsafat


Beberapa analisis filsafat mengenai pendidikan diantaranya, apakah hakikat pendidikan?,
apakah pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia?, apakah sebenarnya
tujuan pendidikan itu?, siapakah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan itu?,
apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan ideal?, bagaimana asas
penyelenggaraan pendidikan yang baik?, dll.
B. Pendekatan Filosofis Dalam Pemecahan Masalah Pendidikan
1. Pendekatan Spekulatif (speculativ approach) atau pendekatan reflektif. Kedua istilah
itu, mempunyai arti memikirkan, mempertimbangkan, membayangkan, dan
menggambarkan.
2. Pendekatan normatif (normative approach). Pendekatan normatif menurut Zuhairini
dkk., yaitu pendekatan terhadap nilai atau aturan dan ketentuan yng berlaku dan
dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.
3. Pendekatan analisis konsep (conceptual analysis). Analisis konsep menurut menurut
Zuhairini dkk., adalah pengertian atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu objek.
4. Analisis ilmiah terhadap realitas yang aktual. Pedekatan ini sesungguhnya adalah
masalah pendidikan yang aktual yang menjadi problem masa kini yang perlu untuk
dicarikan solusinya dengan sebaik-baiknya.
C. Hubungan Filsafat dan Teori Pendidikan
Filsafat dan teori pendidikan memiliki hubungan secara komplementer. Pertama, filsafat
merumuskan dasar-dasar, konsep, dan isi moral kependidikan. Kedua, filsafat
merumuskan science of education, meliputi politik, organisasi, dan metodologi
kependidikan.
BAB 3
EKSISTENSI FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pegertian Filsafat Pendidikan Islam
Berikut akan dikemukakan pengertian Filsafat Pendidikan Islam(philosophy of Islamic
education/Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah) menurut teori beberapa ilmuwan.
1. Teori Zuhairini, dkk.

Teori Zuhairini, dkk., filsafat pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis
dari sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap maslah kependidikan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat Islam.

2. Teori Abdul Munir Mulkhan

Menurut Abdul Mulkhan, filsafat pendidikan Islam adalah suatu analisis atau pemikiran
rasional yang dilakukan secara kritis, radikal, sistematis, dan metodologis, untuk
memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pendidikan Islam.

3. Teori Ahmad D. Marimba

Menurut Marimba Filsafat pendidikan Islam adalah perenungan-perenungan tentang apa


yang sesungguhnya mengenai pendidikan Islam, bagaimana usaha-usaha pendidikan
dilaksanakan agar berhasil sesuai dengan hukum-hukum Islam.

4. Teori A. Sadili, dkk.

Menurut Teori A. Sadili, dkk. filsafat pendidikan Islam adalah pikiran, pandangan, dan
renungan manusia mengenai suatu proses penenaman benih baru atau proses transformasi
dan usaha mengembangkan bakat serta kemampuan seseorang , baik kawasan kognitif,
afektif, psikomotorik, maupun akhlak kepribadian untuk menetapkan status, kedudukan
dan fungsinya di alam semesta dan di akhirat nanti.
B. Objek Filsafat Pendidikan Islam
Objek kajian filsafat pendidikan Islam dibagi menjadi dua, yaitu objek material
filsafat pendidikan Islam dan objek formal filsafat pendidikan Islam.
1. Objek material filsafat pendidikan Islam adalah segala hal yang berkaitan dengan
usaha manusia secara sadar untuk menciptakan kondisi yang memberi peluang
berkembangnya kecerdasan, pengetahuan, dan kepribadianya atau pola kelakuan
(akhlak) peserta didik melalui pendidikan.
2. Objek formal filsafat pendidikan Islam adalah aspek khusus dari usaha manusia
secara sadar tersebut, yaitu menciptakan kondisi yang memberi peluang
pengembangan kepribadian atau pola kelakuan (akhlak) sehingga peserta didik
memiliki kemampuan untuk menjalani dan menyelesaikan permasalahan hidupnya
dengan menempatkan Islam sebagai petunjuk (hudan) dan pembeda (furqan)

C. Metode Filsafat Pendidikan Islam


1. Metode Spekulatif dan Kontemplatif

Spekulatif dan Kontemplatif bisa berarti merenungatau dalam bahasa arab disebut
tafakkur. Metode ini dapat dipakai untuk memikirkan sesuatu yang abstrak, misalnya
hakikat hidup menurut Islam, sifat Tuhan, takdir, dan lain sebagainya. Dengan metode ini
pula kita dapat merenungkan sesngguhnya pendidikan Islam dengan segala
komponennya apa hakikatnya atau esensinya.

2. Metode Nomatif

Dalam filsafat pendidikan Islam metode ini dipakai untuk mencari nilai, aturan, atau
hukum yang berkaitan dengan pendidikan Islam; sehingga tujuan, proses, bahan, dan
semua yang terlibat dalam pendidikan Islam tersebut sesuai dengan nilai, aturan, atau
hukum Islam yang bersumber dari al-qur’an dan sunnah. Dalam prosesnya metode ini
dapat dilakukan dengan Ijtihad.
3. Metode Analisi Konsep

Analisis konsep ini berarti menguraikan sesuatu pengertian yang bersifat tertentu dengan
menggunakan alat komunikasi yang biasa disebut dengan bahasa, sehingga dapat di
pahami suatu konsep yang berkaitan dengan problematika pendidikan Islam. Misalnya
konsep filosofis mengenai fitrah, ikhsan, taqwa, bahagia, manusia sempurna, dan lain
sebagainya.

4. Meode Historis

Metode historis atau sejarah adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu
perkembangan filsafat yang telah terjdi, sejak kelahirannya sampai sekarang. Metode
historis juga berarti menggunakan sejarah untuk mengambil pelajaran dan
memproyeksikannya ke masa depan.

5. Metode Deduktif

Metode deduktif berarti penalaran dari suatu kebenaran yang umum ke suatu hal yang
khusus. Metode ini digunakan dalam filsafat, karena pada dasarnya filsafat itu bersifat
rasional-logis dan lebih banyak berangkat dari kebenaran-kebenaran yang bersifat umum.

6. Metode terpadu

Metode terpadu maksudnya memadukan unsur rasional-empiris dengan unsur intuisi.


Ketika menyelesaikan persoalan pendidikan Islam, unsur intuisi juga digunakan sebagai
metode pencarian kebenaran disamping unsur rasional-empiris.

D. Sistematika Filsafat Pendidikan Islam

Selain membahas eksistensi filsafat pendidikan Islam sebagai sebuah disiplin sendiri,
beberapa persoalan yang harus dibahas oleh filsafat pendidikan Islam adalah sebagai
berikut.

1. Pengertian filsafat, objek, metode, danhubungan antara filsafat dan pendidikan


2. Pengertian, objek, metode, dan kegunaan filsafat pendidikan Islam.
3. Problem filosofik filsafat pendidikan Islam:
a. Peranan filsafat pendidikan Islam dalam pendidikan manusia seutuhnya;
b. Potensi fitrah, kebudayaan Islam, dan pendidikan;
c. Allah dalam pandangan filsafat pendidikan Islam;
d. Pandangan Islam tentang manusia dan alam semesta.
4. Kepribadian muslim dan cara pembentukannya.
5. Perkembangan filsafat pendidikan Islam.
6. Pemikiran-pemikiran baru mengenai pendidikan Islam.
7. Aliran-aliran filsafat pendidikan Islam.
8. Perbandingan filsafat pendidikan Islam dan lainnya.

E. Peranan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Pendidikan


Filsafat pendidikan Islam memberikan corak dan pribadi yang khas terhdap pendidikan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam, memberikan solusi bagi
problematika filosofis kependidikan Islam, memberikan sandaran intelektual bagi orang
yang terlibat dalam pendidikan Islam, memberikan pandangan tentang hakikat manusia
dan tujuan hidupnya menurut Islam, memberikan penilaian terhadap pemikiran-
pemikiran filosofis tentang pendidikan Islam dari para filosofis Islam, memberikan
kesempatan bagi para pendidik muslim untuk selalu berusaha meninjau kembli pandangan
dasar-dasar filsafat pendidikan.
BAB 4
URGENSI FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM

A. Peranan Filsafat Pendidikan Islam Bagi Pendidikan Manusia Seutuhnya


1. Pengertian Pendidikan Manusia Seutuhnya
Yang dimaksud pendidikan manusia seutuhnya yaitu pendidikan yang memperhatikan
ketiga unsur manusia; jasmani, akal, hati nurani. Ketiga unsur tersebut tidak ada yang
boleh dilupakan, Jadi, dengan pendidikan manusia seutuhnya akan di peroleh manusia
yang sempurna (al-insan al-kamil) yang mempunyai ciri-ciri, kuat jasmaninya, sehat
akalnya, dan baik hati nuraninya.
2. Peranan Filsafat Pendidikan Islam
Fisafat pendidikan Islam memiliki peranan strategis dalam mengarahkan pendidikan,
termasuk pedidikan manusia seutuhnya. Filsafat pendidikan Islam akan memberikan
alternatif-alternatif pemikiran dan jawaban atas problem-problem yang dihadapi oleh
pendidikan, sehingga akan menambah khazanah teori pendidikan yang sesuai denan
tuntunan manusia, baik sebagai makhluk pribadi sosial, dan lainnya.

B. Potensi Fitrah, Kebudayaan Islam, Dan Pendidikan Islam


1. Potensi Fitrah Manusia
Fitrah menurut M. Arifin yaitu faktor kemampuan dasar perkembangan manusia yang
terbawa sejak lahir yang berpusat pada “potensi dasar” untuk berkembang. Potensi dasar
itu berkembang secara menyeluruh (integral) yang menggerakkan seluruh aspek-aspeknya
secara mekanistis dan satu sama lain saling mempengaruhi menuju ke arah tujuan
tertentu, Aspek-aspek fitrah adalah komponen dasar yang bersifat dinamis, responsif
terhadap pengaruh lingkungan, termasuk pendidikan.
2. Kebudayaan Islam
Kebudayaan Islam, sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia muslim yang dinafasi
dengan nilai-nilai Islam, merupakan hasil proses aktualisasi potensi dasar (fitrah) manusia
yang berpadu dengan pendidikan. Kebudayaan Islam tidak diperoleh sejak lahir, tetapi
diperoleh melalui belajar dengan memanfaatkan potensi dasar manusia yang dibimbing
dengan suatu pedoman kitab suci dan sunnah.
3. Pendidikan Islam
a. Definisi Pendidikan dan Pendidikan Islam
Berikut ini definisi tentang pendidikan menurut beberapa ilmuwan.
1. Teori John S. Brubacher
Pendidikan merupakan perkembangan yang terorganisir dan kelengkapan dari semua
potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani, oleh dan untuk kepribadian individunya
dan kegunaan masyarakatnya yang diarahan untuk menghimpun semua aktivitas tersebut
bagi tujuan hidup yang akhir.
2. Teori Prof. Lodge
Menurut Prof. Lodge kata pendidikan dipakai dalam pengertian yang lebih luas dan lebih
sempit. Dalam pengertian lebih luas, semua pengalaman dapat dikatakan sebagai
pendidikan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit berarti praktik yang identik
dengan ‘sekolah’, yaitu pengajaran formal dalam kondisi-kondisi yang diatur.
Dari kedua uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah aktivitas dan
usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian (personality) dengan jalan membina
potensi-potensi pribadinya, yaitu nurani (pikiran, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan
jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
Sementara itu definisi tentang pendidikan Islam bisa dilihat dari beberapa teori
berikut ini.
1. Teori Prof. Ahmad Sanusi
Pendidikan Islam adalah proses sosial-psikologis untuk mengenbangkan dan
mendewasakan kepribadian manusia seutuhnya, secara fisik, intelektual, emosional,
moral, dan spiritual sedemikian rupa, sehingga menjadi muslim yang kompeten
dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam.
2. Teori H.M. Arifin, M.Ed
Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah
menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.

Pendidikan Islam merupakan usaha yang sadar dilakukan untuk mengembangkan


potensi manusia secara maksimal agar manusia tersebut dapat melaksanakan tugas-tugas
yang telah ditetapkan kepadanya, baik sebagai hamba Allah (Abdullah) maupun sebagai
wakil Allah (Khalifatullah) dimuka bumi sesuai dengan nilai Al-Qur’an dan hadis.

b. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam


1. Pendidikan Islam sebagai pengembang fitrah
Pendidikan Islam merupakan proses untuk menumbuhkan dan menembangkan
potensi dasar (fitrah) manusia yang telah dibawa sejak lahir, baik yang berupa fitrah
agama, fitrah intelek, fitrah sosial, dan lain sebagainya.
2. Pendidikan Islam sebagai Konservasi Budaya
Pendidikan Islam bertugas memelihara warisan budaya Islam untuk diransfer kepada
generasi berikutnya.
BAB 5
THEOS, ANTROPHOS, DAN KOSMOS DALAM
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Allah (Theos) Dalam Pemikirn Pendidikan Islam


Allah dalam pemikiran pendidikan Islam lebih dekat sebagai al-Rabb yang menjadi
dasar dari kata al-Tarbiyah. Terdapat kaitan ertat antara kondep al-tarbiyah (pendidikan)
dengan persepsi terhadap tuhan yang bersifat rububiyah atau mendidik.
Allah dalam memelihara dan mengembangkan atau mendidik makhluk-makhluknya
ada lima ciri dasar.
1. Allah menganugerahi makhluk-makhluk-NYA segala kebaikan tanpa mengharap
balasan dari mereka.
2. Allah menganugerahi makhluk-makhluk-NYA segala sesuatu demi kelangsungan
hidup dan kesejahteraan mereka.
3. Allah telah mengetahui lebih dulu apa-apa yang dibutuhkan oleh makhluk-makhluk-
NYA dan menyediakannya kebutuhan-kebutuhan tersebut sebelum mereka
merasakan arti pentingnya.
4. Pemberian Allah bersifat universal.
5. Allah sebagai Dzat yang maha oenyayang (al- Rahim).

B. Manusia (Antrophos) Dalam Pandangan (Pendidikan) Islam


1. Manusia Menurut Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an terdapat tiga istilah kunci yang mengacu kepada makna pokok
manusia; basyar, insan, dan al-nas.
a. Basyar
Makna manusia sebagai basyar adalah manusia sebagai makhluk biologis yang
keberadaannya tidak jauh berbeda dengan makhluk hidup lainnya, misalnya dapat
makan, minum, melakukan hubungan seks, berjalan dan lain sebagainya.
b. Insan
1. Insan yang dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai khalifah atau
pemikul amanah.
a. Keistimewaan memiliki wujud yang berbeda dengan hewan.
b. Manusia sebagai pemikul al-wilayah al-ilahiyyah (urusan-urusan ketuhanan
di muka bumi)
c. Memiliki tanggung jawab dari apa yang dikerjakannya
2. Insan yang dihubungkan dengan predisposisi negatif dari manusia.
Menurut Al-Qur’an manusia cenderung zalim (QS. Ibrahim(14): 34); tergesa-gesa
(QS. Al-Isra’ (17): 11); Bakhil (pelit) (QS. Al-Isra, (17): 100), dll.
3. Insan yang dihubungkan dengan proses penciptaan manusia
Proses penciptaan manusia atau asal kejadian manusia dinisbatka pada kosep
insan dan basyar sekaligus. Menurut Yusuf al-Qardhawi, manusia adalah
gabungan kekuatan tanah dan hembusan ilahi (baina qabdhat al-thin wa nafkhat
al-ruh).
c. Al-Nas

Istilah al-nas menunjukkan makna manusia sebagai makhluk sosial. Secara term (istilah)
al-nas menunjukkan arti manusia sebagai makhluk yang bisa dijabarkan berikut ini.

1. Banyak ayat yang menunujukkan manusia adalah makhluk sosial.


2. Dengan memperhatikan ungkapan “aktsar al-nas”, dapat disimpilkan bahwa
sebagian besar manusia mempunyai kausalitas rendah, baik dari segi ilmu
maupun dari segi iman.
3. Al-Qur’an menegaskan bahwa petunjuk Al-Qur’an bukan hanya dimaksudkan
pada manusia secara individu, tetapi juga manusia secara sosial.

2. Manusia Menurut Pandangan Beberapa Ilmuwan Muslim


Al-Farabi, al-ghazali, dan Ibnu Rusyd mempunyai pandangna bahwa manusia
memiliki dua komponen sebagai berikut.
a. Komponen Jasad
Menurut Al-Farabi, komponen ini berasal dari alam ciptaan yang mempunyai,
bentuk, rupa, kualitas, kadar, gerak, diam, berjasad, dan terdiri atas organ. Begitu
juga al-Ghazali memberikan sifat jasad manusia yang ada di dalam bumi ini, yaitu
dapat bergerak, memiliki rasa, berwatak gelap dan kasar. Sementara itu Ibnu Rusyd
berpendapat bahwa komponen jasad adalah komponen materi
b. Komponen Jiwa
Menurut al-Farabi, komponen jiwa berasal dari alam perintah (alam Khaliq) yang
mempunyai sifat bebeda dengan jasad manusia. Menurut al-Ghazali, jiwa ini dapat
berpikir, mengingat, mengetahui, dan sejenisnya; unsur jiwa merupakan unsur ruhani
sebagai penggerak jasad untuk melakukan aktivitasnya.
Menurut Ibnu Maskawaih komponen manusia terdiri dari tiga komponen; tubuh,
hayat, dan jiwa. Sedangkan menurut ilmuwan lain yaitu Ibnu Sina membagi jiwa
manusia menjadi tiga; jiwa tumbuh-tumbahan, jiwa binatang, dan jiwa manusia.

C. Alam (Kosmos) Dalam Teori (Pendidikan) Islam


1. Hakikat Alam Menurut Islam
Menurut Islam alam ini diciptakan Tuhan dengan haq atau benar (QS. AL-Zumar
(39): 5), tidak batil (QS. Shad (38): 27 ), tidak main-main (QS. Al-Anbiya’ (21): 16),
al-Dukhan (44): 38, dll. Hal-hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan alam
semesta adalah sebagai berikut.
a. Alam bukanlah kepunyaan manusia, melainkan milik Allah (QS. Ali Imran (3):
26); manusia mendapat amanah dari Allah untuk suatu tujuan yang diperintahkan
oleh-NYA.
b. Alam semesta, sebagaimana yang sudah terjadi, dapat diarahkan menuju suatu
perubahan yang dikehendaki.
c. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan alam, manusia diperintahkan bertindak
ecara moral, tidak boleh mengeksploitasi sumer daya alam yang dapat
menyebabkan kerusakan dan hilangnya keseimbangan, keserasian,
keharmonisan.
d. Islam mewajibkan kepada manusia untuk mengkaji dan memahami tanda-tanda
Allah di alam (QS. Al- Ghasyiyah (88): 17,18,19,20).
2. Alam dan Ilmu Pengetahuan (Science)
Memikirkan dan memahami alam sebagai alat dan mengandung alamat (pertanda)
adanya Tuhan dari kegungan-NYA dengan melihat hukum Allah (sunnah Allah,
natural law) bagi seluruh alam semesta, baik mikro maupun makro, akan
berimplikasi pada diperolehnya ilmu pengetahuan (science). Jadi, pengetahuan
(science) tidak lain adalah usaha manusia untuk memahami hukum (sunnah, taqdir)
Tuhan yang pasti bagi alam semesta ciptaan-NYA. Oleh karena itu, ia mempunyai
nilai kebenaran selama mewakili hukum kepastian atau taqdir-NYA. Apabila sesuai
dengan hukum Allah, maka ilmu pengetahuan pasti punya nilai manfaat bagi
manusia.
BAB 6
MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM

A. Makna Kepribadian Muslim


Menurut Filmore H. Sanford, kepribadian (personality-bahAsa Inggris, syakhshiah-
bahasa Arab) adalah susunan yang unik dari sifat-sfiat seseorang yang berlangsung lama.
Sementara itu, menurut Allport kepribadian adalah susunan yang dinamis di dalam sistem
psikofisik (jasmani-ruhani) seseorang (individu) yang menentukan perilaku dan pikiran
yang berciri khusus.
Dengan demikian kepribadian muslim adalah kepribadian seseorang yang sesuai
dengan tuntunan ajaran Islam. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang patuh dan
berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Muslim


Kepribadian seorang muslim itu dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor
pembawaan, yaitu potensi yang dibawa seseorang sejak lahir, baik dalam bentuk fisik
maupun non fisik. Kedua, faktor lingkungan, yaitu segala di luar potensi yang dibawa
sejak lahir.
C. Aspek dan Tenaga Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku yang tampak dan ketahuan dari luar.
Misalnya, cara-cara berbuat, berbicara, dan sebagainya.
2. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat atau
ketahuan dari luar. Misalnya cara-cara berpikir, bersikap, minat, dan sebagainya.
3. Aspek-aspek keruhanian yang luhur, meliputi aspek aspek kejiwaan yang lebih
abstrak. Misalnya filsafat hidup dan kepercayaan.
Adapun aspek-aspek tenaga kepribadian dalah sebagai berikut.

1. Tenaga-tenaga kejasmanian, meliputi tenaga-tenaga yang bersumber dari tubuh,


misalnya, tenaga-tenaga yang bersumber dari bekerjanya kelenjar-kelenjar, peredaran
darah, alat-alat pernapasan, syaraf, dan sejenisnya.
2. Tenaga-tenaga kejiwaan, terdiri atas karsa, rasa, cipta. Tenaga-tenaga kejiwaan juga
terdiri atas syahwat, gadahab (marah), natiqah-natiqah (akal-pikiran).
3. Tenaga keruhanian yang luhur. Tenaga ini dapat menerima wahyu, dan dapat
memberikan keputusan yang arif bagi sesuatu yang kadang tidak bisa dicapai oleh
akal pikiran.
D. Proses Pembentukan Kepribadian
Proses pembentukan kepribadian pada umumnya dan kepribadian muslim pada
khususnya harus dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut.
1. Proses Pembiasaan
Pembiasaan (habituasi) ini digunakan untuk melatih keterampilan aspek-aspek jasmaniah
yang berkaitan dengan kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu. Tujuan utama dari
pembiasaan adalah menanamkan kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan
sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat dikuasai dengan baik.
2. Pembentukan Pengertian, Sikap, dan Minat
Pada tahap kedua ini dititikberatkan pada perkembangan akal, minat, dan sikap
(pendirian) dengan tiga jalur pembentukan.
a. Pembentukan formil yaitu dengan latihan cara pikir yabg baik, penanaman minat yang
kuat, dan pendirian yang tepat.
b. Pembentukan materiil yaitu pembentukan yang berkenaan dengan pemberian ilmu
pengetahuan.
c. Pembentukan intensiil yaitu pembentukan yang berupa pengarahan. Dalam Islam,
pengarahan itu ke arah pada terbentuknya kepribadian muslim.
3. Pembentukan Keruhanian Yang Luhur
Pembentukan keruhanian yang luhur ini dilakukan dengan menggunakan tenaga budhi
dan tenaga-tenaga kejiwaan yang lain sebagai tambahan. Dengan pembentukan
keruhanian yang luhur, akan dihasilkan kesadaran dan pengertian yang mendalam.
BAB 7
ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM

A. Refleksi Filosofis Pendidikan Islam


Islam mengandung potensi-potensi perekat diantara pemikiran para ahli pendidikan Islam.
Mereka senantiasa berupaya menjadikan Islam sebagi kacamata pandang. Al-Ghazali
misalnya, menurutnya tujuan menuntut llmu adalah untuk memperoleh ilmu yang
bermanfaat di akhirat dan mendorong melakukan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah.
Sedangkan untuk tokoh Thusi, menurut Muhammad Jawwad Ridha, megharuskan kepada
setiap muridnya dalam mencari ilmu untuk selalu berniat mencari ridlha Allah,
menghilangkan kebodohan, menjadikan Islam menjadi jaya, dan mengembangan Islam
melalui amar ma’ruf dan nahi munkar. Sikap dan kecenderungan agamis itu menimbulkan
rasa tanggung jawab keagamaan yang sangat kuat dikalangan para ahli pendidikan
muslim. Mereka menganggap tugs mengajar tidak sekedar sebagi profesi kerja, melainkan
sebagai tuntutan kewajiban agama.

B. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Islam


1. Aliran Konservatf (al-Muhafidz)
Aliran ini cenderung bersikap murni keagamaan. Para Ulama yang termasuk dalam
kategori aliran pendidikan ini adalah al-Ghazali, Zarnuji, Nasiruddin al-Thusi.
2. Aliran Religus-Rasional (al-Diny al-‘aqlany)
Aliran pendidikan ini mengakui bahwa semua ilmu dan sastra yang tidak mengantarkan
pemiliknay menuju kehidupan akhirat, dan tidak memberikan makna sebagai bekal
disana, maka ilmu demikian hanya menjadi bumerang bagi si pemilik tadi kelak di
akhirat. Namun berbeda dengan aliran konservatif saat membahas persoalan pendidikan,
aliran ini cenderung bersikap rasional-filosofis yang menjadi jalan masuk bagi pemerhati
yang ingin mengkaji strategi atau program pendidikannya.
3. Aliran Pragmatis (al-Dzara’iy)
Menurut Muhammad Jawwad Ridha tokoh utama aliran ini adlah Ibnu Khaldun.
Pemikiran Ibnu Khaldun lebih banyak bersifat pragmatis dan lebih banyak berorientasi
pada dataran aplikatif-praktis. Ibnu Khaldun juga mengklasifikasi ragam jenis ilmu yang
perlu masukkan ke dalam kurikulum pendidikan menjadi dua.
1. Ilmu-ilmu yang bersifat intrinsik, misalnya ilmu tafsir, fiqih, hadis, dll.
2. Ilmu-ilmu yang bersifat ekstrinsik, misalnya, kebahasa-Araban, ilmu hitung, dan
sejenisnya.
BAB 8

PROBLEMATIKA DAN MODERNISASI

PENDIDIKAN ISLAM

A. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Filsafat Pendidian Islam

Filsafat Islam telah melahirkan pemikiran-pemikiran yang mempunyai karakteristik


tertentu dalam memandang berbagai bidang kehidupan, terutama tentang manusia, Tuhan,
dan alam semesta. Sistem berpikir yang menghasilkan berbagai pandangan filsafat dalam
masalah hidup dan kehidupan manusia, pasti akan berpengaruh terhadap implementasi
pendidikan.

Selain itu, menurut Zuhairini dkk., problem hakikat iman juga menjadi faktor yang
berpengaruh terhadap pendidikan Islam. Bagi kelompok Murji’ah, iman cukup dalam hati;
sedangkan Khawarij berpandangan bahwa iman itu dalam hati dan dinyatakan dengan
lisan serta disempurnakan dengan perbuatan. Adapun menurut Mu’tazilah iman itu harus
dibuktikan dengan perbuatan.

Implikasi dari pandangan-pandangan teologis diatas akan berlainan dalam kependidikan.


Kelompok Mu’tazilah secara konseptual lebih mempunyai dampak positif dalam
perkembangan pendidikan umat Islam. Karena mereka menghendaki adanya keselarasan
yang konsekuen antara lahir dan batin; hati dan ucapan; hati dan perbuatan.

B. Problem Filosofis Pendidikan Islam


Menurut Zhairini dkk., beberapa persoalan yang melemahkan pengembangan pemikiran
dan pendidikan di dunia Islam, antara lain sebagai berikut.
1. Filsafat Islam yang dimasukkan al-Ghazali di dunia Islam timur dan filsafat Islam
yang dimasukkan oleh Ibnu Rusyd di dunia Islam barat terlalu berlebihan. Al-Ghazali
terlalu mementingkan aspek ruhaniyah sedangkan Ibnu Rusyd terlalu menuju kearah
materialisme.
2. Umat Islam terutama para pemerintahnya (Khalifah, Sultan, Amir), pada masa
pertengahan melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan kurang untuk tidak
mengatakan tidak memberi kesempatan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
3. Terjadi pemberontakan-pemberontakan di kalangan internal umat Islam diserati
dengan serangan dari luar, sehingga menimbukkan kehancuran-kehancuran yang
mengakibatkan berhentinya pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia
Islam.

C. Modernisasi Pembaruan Pendidikan Islam


1. Pengertian Modernisasi
Modernisasi atau pembaruan merupakan terjemahan dari istilah bahasa arab “tajdid”.
Modernisasi berarti proses menuju modern. Modern itu sendiri suatu istilah yang
digunakan untuk menyebut suatu era baru (new age) yang berfungsi
untukmembedakan dengan masa lalu (the ancient).
2. Modernisasi Pendidikan Islam
Pembaruan pendidikan Islam terjadi setelah umat Islam berhubungan dengan
Barat pada akhir abad ke-18 M. Pembaruan pendidikan Islam pada aspek cita-cita
telah dimulai oleh Kerajaan Turki Utsmani yang disebabkan karena kekalahan umat
Islam dalam berbagai perang melawan Eropa. Selain. Selain di Turki, pembaruan
juga dilaukan di Mesir.
Pembaruan Pendidikan Islam senantiasa menimbulkan persoalan bagi para tokoh
pemikir Islam. Ada yang berpendapat bahwa pembaruan pendidikan dengan jalan
transformasi pengetahuan modern semestinya hanya pada bidang teknologi saja.
Sedangkan sebagian yang lain beranggapan bahwa kaum muslim harus memperoleh
pengetahuan teknologi dan intelektual Barat sekaligus, sebab tidak ada ilmu
pengetahuan yang merugikan umat Islam.
3. Pola Modernisasi Pendidikan Islam
Pola modernisasi pendiidkan Islam di dunia Islam dapat dipetakan menjadi tiga
pola yang berbeda.
a. Pola Pembaruan yang Berorientasi ke Barat.
b. Pola Pembaruan yang Berorientasi pada Sumber Islam Murni.
c. Pola Pembaruan yang Berorientasi pada Nasionalisme.
BAB 9

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN BARAT

A. Perbandingan Filsafat Pendidikan Islam Dan Barat


Toto Suharto membuat perbandingan Filsafat pendidikan Islam dan Barat menjadi 4
(empat). Diantaranya sebagai berikut.
1. Filsafat pendidikan Islam berdasarkan pada wahyu Tuhan, sedangkan Filsafat
pendidikan Barat berpijak pada humanistik murni dan filsafat pendidikan profan yang
mengandalkan rasionalitas manusia
2. Filsafat pendidikan Islam berusha mengembangkan pandangan integral antara yang
perfoan dengan yang sakral, sementara filsafat pendidikan Barat hanya mengembangkan
aspek profan saja.
3. Filsafat pendidikan Islam memperhatikan dan mengembangkan semua aspek
kepribadian manusia, mulai dari hati, hingga akal sedangkan filsafat pendidikan Barat
hanya memperhatikan akal saja.
4. Ide-ide maupun gagasan dalam filsafat pendidikan Islam, selain bersifat teoritik, juga
bersifat realistik dan dapat diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Adapun ide-ide dan
gagasan dalam filsafat pendidikan Barat sulit ditransformasikan dalam bentuk action
(tindakan), apalagi dijadikan sebgai pandangan hidup (way of life).

B. PELUANG DAN TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM

Ahmad syar’i mengidentifikasi peluang yang dimiliki oleh pendidikan Islam sebagai
berikut.

1. Peningkatan fungsi dan peranan pendidikan Islam.


2. Peningkatan persaingan dan antisipasi agama.
3. Pengembangan kelembagaan.
4. Kerja sama.
Sedangkan tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Islam menurut Ahmad Syar’i
adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan dan peningkatan kualitas kelembagaan.
2. Persaingan antarlembaga merupakan realitas objek yang tidak bisa dihindari.
3. Pengelolaan kelembagaan.
4. Kemandirian.

Anda mungkin juga menyukai