Anda di halaman 1dari 12

BAB 1.

PENDAHULUAN

Kingdom Protista mencakup semua spesies uniseluler eukariotik. Protista


dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu, Protista mirip hewan (Protozoa), Protista mirip
tumbuhan (Alga), dan Protista mirip jamur. Protista sangat kompleks, sel-selnya
menunjukkan keberagaman yang lebih besar daripada sel-sel yang dimiliki kingdom-
kingdom multiseluler. Pada makalah kali ini akan membahas mengenai protista mirip
tumbuhan atau alga.

Alga adalah protista yang memiliki ciri ciri menyerupai tumbuhan. Berdasarkan
ukurannya alga dibagi menjadi makroalga dan mikroalga. Makroalga adalah golongan alga
atau ganggang yang berukuran besar, dan mikroalga adalah alga berukuran kecil. Alga adalah
golongan tumbuhan yang hidup baik di air laut maupun air tawar, namun sebagian besar
makroalga hidup di air laut.

Jenis-jenis alga yang dapat bergerak aktif memiliki alat gerak berupa buluc cambuk
atau flagella. Selain itu terdapat spora yang dapat bergerak disebut zoospora. Divisi-divisi
alga dibedakan terutama atas sifat kimia pigmen fotosintesisnya termasuk klorofil dan
pigmen tambahan, susunan kimia makanan cadangannya, jumlah dan tipe flagella pada tiap
sel yang bergerak dalam daur hidupnya. Sifat tambahan seperti kandungan kimia dan struktur
dinding sel, tipe reproduksi, dan morfologi alat reproduksi juga digunakan dalam klasifikasi.

1
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Eustigmatophyta

2.1.1 Ciri-Ciri

Eustighmatophyta adalah alga hiju kuning uniseluler atau bersel satu. Alga ini
memiliki ciri umum berbentuk buat atau ovoid, memiliki dua flagela yang tidak sama
yaitu flagela anterior dan flagela posterior. Flagela anterior ditutupi dengan bulu lateral
(mastignema), sedangkan flagel posterior halus dan biasanya lebih pendek atau dalam
keadaan tertentu direduksi menjadi tubuh basal.

Eustigmatophyta sebagian menghasilkan zoospora. Zoospora pada


Eustigmatophyta umumnya berbentuk basil atau batang dengan satu nukleus yang
diposisikan di bagian depan, memiliki satu plastida tanpa pirenoid, satu atau lebih
mitokondria, sejumlah vesikel dengan kandungan lamella dan badan Golgi. Plastida pada
Eustigmatophyta memiliki kloroplast yang mengandung klorofil a, dan violaxantin
sebagai pigmen karotenoid utama. Ciri khusus dari Eustigmatophyta adalah memiliki
bintik merah atau eyespot berwarna merah diluar kloroplast yang mengandung lemak dan
bersifat fotoresptif.

2.1.2 Habitat

Eustigmatophyta dapat hidup dimanaput terutama di habitat air tawar dan darat,
Danau dan kolam mesotropik dan eutrofik dengan pH netral atau sedikit basa telah
terbukti menjadi sumber yang kaya akan strain eustigmatofit yang beragam secara
filogenetik, Satu-satunya eustigmatofit yang diketahui menghuni habitat laut atau payau
termasuk dalam genus picoplanktonic Nannochloropsis (termasuk juga spesies air tawar
N. limnetica) dan Microchloropsis.

2.1.3 Reproduksi

Eustigmatophyta bereproduksi secara aseksual terutama dengan pembentukan


autospore. Reproduksi sel ini diawali dengan pertumbuhan sel yang membesar. periode
selanjutnya adalah terjadinya peningkatan aktifitas sintesa sebagai bagian dari persiapan
pembentukan sel anak, yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap selanjutnya

2
adalah terbentuknya sel induk muda yang merupakan tingkat pemasakan akhir, yang
disusul dengan pelepasan sel anak. Pada spesies yang lebih memanjang, autospora diatur
kurang lebih secara longitudinal atau pembelahan memanjang di dalam dinding sel induk
sebelum dilepaskan.

2.1.4 Filogeni

Eustighmatophyta adalah protista mirip tumbuhan yang termasuk kedalam


supergrup stramenopiles. Stramenopiles atau Heterokonta adalah supergrup yang terdiri
dari organisme fototrofik dan heterotrofik. Stramenopiles sebagian besar berupa
ganggang, mulai dari rumput laut multiseluler hingga diatom uniseluler yang merupakan
komponen utama plankton.

Eustigmatophyta termasuk kedalam supergrup Stramenopiles karena memiliki ciri


umum yang sama dengan stramenophiles yaitu memiliki dua flagela yang tidak sama.
Dua flagela Eustigmatophyta berupa flagela anterior dan flagela posterior. Kekerabatn
yang paling dekat dengan Eustigmatophyta adalah Raphydophyta dan Chrysophyta.

2.1.5 Peranan

Eustigmatophyta merupakan alga yang memilik peran diantaranya sebagai sumber


oksigen, sebagai bahan pakan alami, mengandung banyak protein, sebagai sumber
biodiesel, Produsen dalam bentuk plankton di lingkungan perairan.

2.2 Haptophyta

2.2.1 Ciri-Ciri

Haptophyta termasuk dalam organisme uniseluler yaitu organisme bersel satu.


Kebanyakan haptophytes muncul sebagai koloni dan beberapa sebagai filamen pendek. Sel-
sel biasanya ditutupi dengan sisik yang bervariasi derajat kompleksitasnya mulai dari
struktur rumit yang terkalsifikasi disebut "Coccoliths". Sisik dan coccolith digunakan dalam
identifikasi spesies. Haptophytes memiliki dua flagella yang sama panjang. Haptophytes
memiliki struktur unik yang disebut haptonema, yaitu organel filiform yang terkait dengan
flagela, tetapi strukturnya berbeda.

3
Nukleus haptophytes berada ditengah, Plastida mengandung klorofil a, b, c1 dan c2
serta betakaroten, diatoxanthin dan diadinoxanthin. Beberapa spesies lainnya memiliki
pigmen c3. Cara memperoleh makanan pada haptophytes adalah secara osmotrophic dan
phagotrophic, namun pada umumnya adalah secara mixotrophy, memiliki satu hingga dua
kloroplas, tilakoid bertumpuk tiga dan Penyimpanan makanan berupa chrysolaminarin.

Haptophytes memiliki struktur khusus yang menjadikannya berbeda dengan


kelompok-kelompok lainnya yaitu “haptonema”. Panjang haptonema sangat bervariasi mulai
dari yang pendek (1-2 μm) pada genus Isochrysis dan Chrysotila hingga sangat panjang
seperti pada genus Chrysochromulina. Pada spsies C. strobilus, haptonema yang panjang
mungkin mencapai 100 μm, diameter sel hanya sekitar 8 μm. Haptonema berfungsi sebagai
alat untuk menangkap mangsanya.

(Gambar A : cara haptophytes memperoleh makan)

Haptophytes juga memiliki ciri-ciri berupa coccolith. Cocoolith adalah lempeng


kalsium karbonat yang dibentuk oleh coccolithophores yang tersusun di dalam coccosphere.
Berdasarkan pada struktur dan dimana tempat dihasilkannya, coccolith dibedakan menjadi
dua yaitu Heterococcoliths, dibentuk secara internal oleh aparatus golgi contohnya
Emiliania huxleyi dan Holococcolith, dibentuk secara external oleh aparatus golgi
contohnya Coccolithus braarudi. Tidak semua spesies haptophytes memiliki coccolith.
Spesies Non-coccolith menghasilkan dimethylsulfide (DMS) yaitu sebuah molekul yang
mengandung belerang dan mudah menguap sehingga dapat meningkatkan hujan asam
contohhnya adalah Pavlova , Chrysochromulina , Prymnesium.

4
2.2.2 Habitat

Sebagian besar spesies Haptophyta ditemukan hidup di lautan bagian pesisir. Beberapa
spesies lain seperti Diacronema vlkianum dan Prymnesium parvum dapat tumbuh subur di
kolam, danau dan cekungan sungai dengan kadar salinitas sedikit lebih tinggi. Hanya 15
spesies yang dilaporkan dapat hidup di perairan tawar seperti Hymenomonas roseola,
beberapa Prymnesium dan Chrysochromulina. Pertumbuhan beberapa haptophytes
distimulasi oleh penyerapan senyawa organik terlarut. Mereka dapat membuat koloni di
daerah beriklim sedang dan boreal. Sejauh ini Emiliania huxleyi dan Gephyrocapsa oceanica
pembentuk koloni mekar paling menonjol.

2.2.3 Reproduksi

(Gambar B : Siklus reproduksi haptophyta)

Reproduksi haptophytes dilakukan secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual


dilakukan secara syngami sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan
mitosis dan meiosis. Salah satu contoh reproduksinya yaitu pada Phaeocystis. Siklus
hidupnya terbagi menjadi fase motil (makroflagellata) dan non motil (palmeloid).
Makroflagelata akan membentuk koloni muda hingga koloni besar secara mitosis.
Koloni kemudian bermeiosis membentuk mikroflagellata (jantan) dan makroflagellata

5
(betina) yang bersifat haploid. Bereproduksi secara syngami membentuk sel
makroflagellata .

2.2.4 Filogeni
Haptophyta merupakan anggota dari supergrup Chromalveolata. Supergrup
Chromalveolata adalah supergrup eukariota yang pertama kali di usulkan oleh Thomas
Cavalier-Smith sebagai penyempurna dari kerajaan chromista pada tahun 1981.
Supergrup Chromalveolata terdiri dari heterokontophyta, haptophyta, cryptophyta,
alveolata, dinoflagellata, apicomplexa dan ciliophora.

Haptophyta dalam pohon filogeni memisah dari filum lainnya karena haptophyta
memiliki struktur ciri khusus yaitu haptonema. Setiap sub kelompok utama pada
supergrup Chromalveolata memiliki karaktristik unik seperti alveoli dari alveolata,
haptonema dari haptophyta, ejectisome dari crypsophyta, dan dua flagela berbeda dari
heterokontophyta. Ciri-ciri umum morfologi pada supergrup Chromalveolata adalah
terdapat selulosa di sebagian besar dinding sel dan memiliki asal-usul kloroplas bersama.

Filum haptophyta mencakup 80 genera yang beranggotakan dua kelas, yaitu


Prymnesiophycae (Coccolithophyceae) dan Pavlovophyceae. Terdapat 330 spesies yang
telah di analisis. Prymnesiophycae (Coccolithophyceae) memiliki sekitar 76 genera dan 318
spesies. Pavlovophyceae memiliki 4 genera dan 13 spesies . Anggotanya sering membentuk
komponen penting plankton lautan dan pesisir serta beberapa spesies diketahui membentuk
bunga dan beberapa beracun. Keragaman haptophyte mungkin memuncak masa lalu, seperti
yang didokumentasikan dalam catatan fosil coccolith yang meluas hingga akhir 225 juta
tahun lalu (Archibal , 2016).

2.2.5 Peranan
Haptophytes secara luas digunakan sebagai bioindikator dalam industri minyak dan
kontributor batu kapur di dasar laut sekitar 25%. Hal tersebut dikarenakan haptophyta
mengandung CaCO3. Coccolitho phores adalah beberapa fitoplankton laut yang paling
banyak, terutama di laut terbuka dan sangat berlimpah sebagai mikro alga pada seluruh
wilayah perairan laut. Sebagai fitoplankton, coccolithophores berkontribusi produksi primer
dan ekspor bahan organik ke laut dalam.

6
Haptophytes juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Contohnya adalah
Chrysochromulina dan Prymnesium , secara periodik dapat meracuni laut. Blooming
Phaeocytis dapat meghasilkan busa yang tidak menyenangkan yang sering menumpuk di
pantai. Selain itu, produksi DMS oleh haptophyta non-coccolith yang telah di analisis dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam.
Potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan dengan adanya kelompok haptophyta
adalah Spesies Pavlova lutheri dan Isochrysis sp. dalam industri akuakultur untuk memberi
makan larva tiram dan udang . Mereka mengandung sejumlah besar asam lemak tak jenuh
ganda seperti asam docosahexaenoic (DHA), asam stearidonic dan asam alfa-linolenat.
Kemampuan haptophyta dalam melakukan fotosintesis dengan adanya pigmen klorofil di
dalam selnya, mampu menghasilkan biomassa yang mengandung protein, karbohidrat, lipid
dan senyawa bioaktif yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk industri akuakultur.

3.1 Raphidophyta

3.1.1 Ciri-ciri

Raphydophyta merupaka alga uniseluler berflagela. Raphidophyta tidak memiliki


dinding sel melainkan menggunakan neurotoxin sebagai alat proteksi diri. Hidup sebagai
individu motil atau palmelloid dengan panjang 10–80 μm.. Alga ini memiliki plastida
yang banyak mengandung klorofil a, c1 dan c2. Spesies Raphidophyta air laut memiliki
xanthophyll, fucoxanthin, sebagai karotenoid utama, dan berwarna kekuning-kuningan.
Sedangkan pigmen karotenoid spesies Raphidophyta air tawar adalah β, β-carotene,
diadinooxanthin, heteroxanthin, dan vaucheriaxanthin , dan berwarna hijau.

Sel-sel Raphidophyta bervariasi dari ovoid hingga kira-kira berbentuk bulat.


Raphidophyta memiliki dua flagella yang berbed flagel anterior memiliki mastigonema
dan flagel posterior halus di permukaan. Anggota Raphidophyta laut (Chattonella,
Fibrocapsa dan Heterosigma) secara luas diketahui memiliki senyawa neurotoksin.
Penyerapan racun oleh ikan menghasilkan depolarisasi saraf yang memasok jantung. Ini
mengurangi denyut jantung, sehingga menurunkan tekanan darah, yang kemudian
mempengaruhi transfer oksigen ke lamella insang, dan menyebabkan kondisi hipoksia
yang menyebabkan kematian ikan.

7
3.1.2 Habitat

Spesies Raphidophyta air tawar pada umumnya hidup di habitat pH asam atau
netral di mana vegetasinya berlimpah. Raphidophyta muncul sebagai produsen alami
berupa plankton di antara tanaman air, atau berdekatan dengan lumpur. Spesies
Raphidophyta air laut ditemukan di perairan pantai, tanggul, atau di perairan payau
muara.

3.1.3 Reproduksi

Anggota Raphidophyta bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner.


Dalam suatu proses pembelahan biner biasanya ditandai dengan diawali suatu proses
replikasi atau penggandaan pada DNA menjadi dua bagian kopi DNA yang memiliki sifat
identik. Kopian DNA kemudian akan dilanjutkan oleh proses pembelahan pada
sitoplasma (sitokinesis) membentuk dinding pemisah yang membatasi di antara kedua
bagian sel anakan dari indukan. Reproduksi seksual terjadi pada tiga genus alga tribofit.
Tribonema bereproduksi secara isogami, Botrydium bereproduksi secara isogami atau
anisogami,dan Vaucheria bereproduksi secara oogami.

3.1.4 Filogeni

Raphidophyta adalah protista mirip tumbuhan yang termasuk kedalam supergrup


stramenopiles. Stramenopiles atau Heterokonta adalah supergrup yang terdiri dari
organisme fototrofik dan heterotrofik. Stramenopiles sebagian besar berupa ganggang,
mulai dari rumput laut multiseluler hingga diatom uniseluler yang merupakan komponen
utama plankton.

Raphidophyta termasuk kedalam supergrup Stramenopiles karena memiliki ciri


umum yang sama dengan stramenophiles yaitu memiliki dua flagela yang tidak sama.
Dua flagela Raphydophyta berupa flagela anterior dan flagela posterior. Kekerabatn yang
paling dekat dengan Raphidophyta adalah Eustigmatophyta dan Chrysophyta.

8
3.1.5 Peranan

Raphidophyta merupakan alga bersifat toxin yang memiliki peranan positif


maupun negatif. Raphidophyta memiliki peran yang sama dengan alga pada umumnya
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai penghasil oksigen, sebagai produsen alami
dalam habitat perairan, bioindikator kualitas lingkungan perairan. Dampak negatif dari
Raphidophyta adalah kematian ikan dalam jumlah banyak oleh neurotoxin dari
Raphidophyta ketika terjadi blooming alga.

2.4 Chlorokybophyceae

2.4.1 Ciri-ciri

Chlorokybophyceae memiliki ciri-ciri diantaranya adalah berwarna hijau terang,


memiliki bentuk tubuh ada yan bulat, filamen dan menyerupai tumbuhan tinggi ,
multiseluler, uniselular, dan koloni. Cara hidupnya heterotrof dan ada yang bersimbiosis
dengan organisme lain, ada yang hidup soliter (sendiri), dan berkoloni (berkelompok).
Salah satu contoh simbiosis mutualisme yang terkenal adalah simbiosis antara
Chlorophyta dan Fungi (jamur) membentuk Lichenes (lumut kerak). Sel Eukariot karena
inti sel telah memiliki membran, Tubuhnya mengandung klorofil dan bewarna hijau.
berisi klorofil a, klorofil b, karoten dan santofil. Memiliki satu atau dua flagella yang
ukurannya sama panjang bagi ganggang hijau yang motil.

Struktur tubuh dari Chlorokybophyceae diantarany adalah Berbentuk filamen tidak


bercabang, Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contohnya Chlamidomonas. Sel tunggal
uniseluler dan non motil. Contohnya Chlorella, Dinding sel tersusun atas 2 lapisan.
Kolonin tidak beraturan. Contohnya Tetraspora. Tubular, yaitu talus yang memiliki
banyak inti tanpa sekat melintang. Contohnya Caulpera, pergerakannya menggunakan
flagella, pergerakan dengan sekresi lendir.

Alga hijau merupakan mikroorganisme aerobic fotosintetik, dapat dijumpai di


mana saja yang memiliki cukup cahaya, kelembapan, dan nutrient sederhana yang dapat
memperpanjang hidupnya. Pertumbuhan alga hijau berlangsung cepat di air yang diam
dengan bantuan sinar matahari. Beberapa alga hijau beradaptasi pada tanah lembab,
pohon, dan bahkan pada permukaan batuan.

9
2.4.2 Habitat
Chlorokybophyceae hidup dalam habitat diantaranya menempati berbagai habitat
air tawar dan terrestrial (Sebagian besar di air tawar, dan beberapa di air laut) Sebagian
yang hidup di air laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan Siphonales. melekat
pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut Chlorophyta yang hidup di
air tawar memiliki sifat kosmopolit, terutama yang hidup di tempat yang terkena cahaya
matahari langsung seperti kolam, danau , sungai atau selokan. Sebagian besar merupakan
algae air tawar terdapat pula ditanah atau didinding tembok yang lembab, diatas batang
pohon dan dapat pula sebagai epifil (pada permukaan tanah).

2.4.3 Reproduksi
Chlorokybophyceae bereproduksi dengan tiga cara yaitu vegetative, seksual, dan
aseksual. Secara vegetative yaitu Patahnya thallus atau pigmen menjadi dua atau lebih,
setiap patahan akan tumbuh menjadi individu baru. Pada cara seksual dengan Isogami
yaitu peleburan 2 gamet yang bentuk dan ukuran sama. Anisogami yaitu peleburan dua
gamet yang ukurannya tidak sama dan Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu
kecil dan bergerak (sebagai sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur).
Kemudian secara aseksual yaitu dengan membentuk zoospora yaitu sel berflagel 2
sehingga dapat bergerak atau berpindah, contohnya Chlorococcum. Chlorokybus dan
anggota Klebsormidiophyceae dan Coleochaetophyceae mereproduksi aseksual dengan
cara zoospore.

2.4.4 Diversitas
Menurut Smith (1955) klas dari Chlorophyceae terdiri dari 10 bangsa yaitu :
Volvocales, Tetrasporales, Ulotrichales, Oedogenales, Ulvales, Schizogonales,
Chlorococales, Siphonales, Siphonacladades, Zygnematales.Sedangkan menurut Mattox
dan Stewart (1984), ada 5 kelas Chlorophyta yaitu : Micromunadophyceae,
Charophyceae, Ulvophyceae, Pleurastrohyceae. Chloophyceae.

Kelas Chlorobiphyceae sendiri terbagi dalam 8 bangsa (ordo), yaitu :


1. Volvocales
2. Tetrasporales : tubuh basal dan bentuk mata, dinding glicoprotein

10
3. Chlorococcales : sel -sel nonmotil, agregasi dan berkoloni sel – selnya tampak
Vacuola contractile, pembagiannya hanya menyatu dengan bentuk pada tahap
reproduksi saja.
4. Ulotrichales : filament talus dengan bentuk bulat sel.
5. Ulvales : parenchymatous sel
6. Oedogonialies : filament-filament bercabang dan tidak bercabang dengan sel sel
Uninucleat, pembagian sel-sel termasuk pembentukan lingkaran, stephanokontous
zoospora dan sperma.
7. Cladoporales : (mencakup siphonocladales) alga multiseluler dengan sel-sel
Multinicleat, filamen atau sascate thalli
8. Caulerpales : (siphorales) single coenoytic sel berkomposisi dengan thallus;
Siphonaxanthin; dinding selulosa, mannans atau xylan.

2.4.5 Peranan
Peran ekologi dari Chlorokybophyceae yaitu Menghasilkan O2 (oksigen) dan hasil
fotositensis, Sebagai plankton pakan alami bagi ikan dan organisme air lain, Sumber
protein tunggal (Chlorella) memiliki kandungan protein tinggi, Berperan sebagi
produsen dalam ekosistem penghasil energi yang merupakan organisme hijau yang
mampu membentuk makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Dalam ekosistem
laut, Chlorophyta berfungsi sebagai produsen yang menyediakan energi bagi konsumen
laut.

Potensi ekonomi Chlorokybophyceae adalah sebagai bahan obat-obatan, bahan


kosmetik, Sebagai sumber bahan makanan (karbohidrat dan protein), Sebagai alternatif
bahan pangan bagi astronot, terutama spesies chlorela (karena kandungan chlorelinnya
banyak mengandung vitamin E. Dampak Negatif Ekologi dari Chlorokybophyceae dapat
membuat air berubah warna dan menjadi bau karena beberapa spesies memiliki fisologi
atau fisik yang dapat menyebabkan bau. Menjadi masalah dalam proses penjernihan air.

11
BAB 3. PENUTUTUP
3.1 Kesimpulan

Protista merupakan organisme eukariotik pertama atau paling sederhana.


Protista dibagi menjadi tiga yaitu protista mirip tumbuhan, protista mirip hewan, dan protista
mirip jamur. Eustigmatophyta, raphidophyta, haptophyta dan chlorokybopyceae merupakan
protista mirip tumbuhan karena bersifat fotoautotrof dan memiliki kloroplas yang
mengandung klorofil atau plastida yang berisi berbagai pigmen fotosintetik untuk melakukan
fotosintesis. Masing-masing anggota filum Eustigmatophyta, raphidophyta, haptophyta dan
chlorokybopyceae memiliki ciri-ciri morfologi, anatomi, reproduksi dan habitat yang
berbeda.
Keberadaan protista mirip tumbuhan ini memberikan pengaruh terhadap
lingkungan. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan pengaruh negatif. Beberapa
spesies dapat dimanfaatkan sebagai potensi ekonomi dan bioindikator lingkungan.

3.2 Saran

Menyadari bahwa kekurangan dalam makalah ini adalah penulis masih dalam
tahap belajar, pembaca diharapkan dapat mengambil dan mencari referensi lain yang lebih
dapat dipertanggung jawabkan.

12

Anda mungkin juga menyukai