Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH
OLEH :
Pandu Hidayat (11118004)
2
KATA PENGANTAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
(change) sangat tidak disukai karena dapat menghancurkan sesuatu yang
sudah dalam waktu yang lama berjalan dengan normal.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
negara berubah; (5) privatisasi bisnis milik masyarakat berlanjut; dan (6)
pemegang saham minta lebih banyak nilai.
Menurut Benninton, faktor-faktor yang mendorong perubahan adalah (1)
pertumbuhan dan sebaliknya; (2) merger dan akuisisi; (3) joint venture; (4)
komersialisasi dan privatisasi; (5) kompetisi internasional dan lokal; (6)
reformasi peraturan; (7) berubahnya keinginan customer; (8) kemajuan
operasional; (9) tawaran pasar yang berbeda; (10) kesepakatan manajerial baru
atau ide-ide manajemen baru; dan (11) teknologi baru.
Greenberg dan Baron membagi kekuatan dibelakang kebutuhan dan
perubahan pada perubahan terencana dan tidak terencana. Dalam perubahan
terencana kekuatan tersebut adalah (1) perubahan dalam produk atau jasa; (2)
perubahan dalam urkuran dan struktur organisasi; (3) perubahan dalam sistem
administrasi; dan (4) introduksi teknologi baru. Sedangkan perubahan tidak
terencana terjadi karena, (1) pergeseran demografis pekerja; (2) kesenjangan
kinerja; (3) peraturan pemerintah; (4) kompetisi global; (5) perubahan kondisi
ekonomi; dan (6) kemajuan dalam teknologi.
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan
dapat terjadi karena faktor internal ataupun eksternal. Selain daripada itu,
perubahan juga dapat terjadi dengan rencana ataupun tidak terencana.
Adapun faktor-faktor pendorong perubahan dari berbagai pendapat
tersebut adalah; (1) perkembangan teknologi; (2) institusi sosial (perubahan
pasar, tuntutan konsumen, perubahan struktur organisasi); (3) idiologi (politik
dunia, tekanan sosial dan politik); (4) perubahan demografi; (5) persaingan
global; (6) merger dan akuisisi; (7) komersialisasi dan privatisasi; (8)
peraturan pemerintah; (9) masalah sumber daya manusia; dan (10)
perilaku/keputusan manajerial.
7
Kreitner dan Kinicki membuat tipologi umum untuk perubahan
organisasional dalam tiga bentuk, yaitu; perubahan adaptif, perubahan
inovatif, dan perubahan inovatif secara radikal. Perubahan adaptif adalah
yang paling rendah dalam hal kompleksitas, biaya, dan ketidakpastian.
Perubahan inovatif terletak di tengah-tengah dari kontinum kompleksitas,
biaya, dan ketidakpastian. Sedangkan perubahan inovatif secara radikal
adalah di ujung kanan kontinum dari kompleksitas, biaya, dan
ketidakpastian. Perubahan jenis ini adalah yang paling sulit
diimplementasikan dan cenderung menjadi suatu hal yang paling
mengancam bagi kepercayaan manajerial dan keamanan pekerjaan
karyawan.
Robbins memberikan makna perubahan sebagai membuat sesuatu
menjadi lain, dan membedakan perubahan pada prosesnya yaitu terencana
dan tidak terencana. Perubahan yang terencana, yaitu suatu kegiatan
perubahan yang disengaja dan berorientasi pada tujuan. Perubahan
terencana dalam urutan besarnya dibagi menjadi dua, yaitu (1) perubahan
urutan pertama bersifat linear dan berkesinambungan. Sedangkan (2)
perubahan urutan-kedua adalah perubahan multidimensional,
multitingkatan, tidak berkesinambungan, dan radikal yang mencakup
pengkerangkaan ulang atas pengandaian mengenai organisasi dan dunia
tempat organisasi itu beroperasi.
Hussey membagi jenis perubahan pada dua model yaitu incremental
dan fundamental, pada masing-masing darinya didasari atas tingkatan
mengenai urgensi dan resistensinya. Dicirikan bahwa perubahan
incremental terjadi dengan sendirinya atau melalui evolusi. Namun
demikian itu dipengaruhi hubungan antara “tingkat urgensi dengan tingkat
resistensinya”. Bila tingkat urgensi dan tingkat resistensi rendah, maka sifat
perubahan menjadi “partisipasi ekstensif”. Namun bila tingkat urgensinya
rendah, tetapi tingakt resistensinya tinggi, maka perubahannya akan bersifat
“persuasive”. Tetapi sebaliknya, bila tingkat urgensi tinggi, sedangkan
tingkat resistensinya rendah, maka sifat perubahannya adalah “partisipasi
terfokus”. Sedangkan bila urgensi dan resistensi tinggi, maka perubahan
dapat bersifat “persuasif sampai dengan memaksa”.
8
Sedangkan perubahan fundamental merupakan perubahan strategi,
visioner, dan transformasional. Perubahan ini biasanya besar dan secara
dramatis mempengaruhi operasi masa depan organisasi. Dalam perubahan
fundamental bila tingkat urgensi tinggi, sedangkan tingkat resistensi rendah,
maka sifat perubahan adalah visioner atau karismatik. Sedangkan bila
tingkat resistensinya tinggi, maka dapat bersifat visioner atau memaksa.
Namun, bila urgensinya pada tingkat kritis dan bila tingkat resistensinya
rendah, maka sifat perubahannya visioner atau persuasif. Bila resistensinya
tinggi, maka sifat perubahan adalah diktatorial.
Meyerson sebagaimana dikutip oleh Wibowo memperkenalkan
Tempered Radical Change. Yaitu perubahan yang dilakukan dengan cara
yang sangat drastis sampai pada cara yang melalui adaptasi evolusioner.
Dalam pendapatnya, Meyerson mengungkapkan bahwa strategi perubahan
merupakan suatu kontinum dari yang sifatnya sangat pribadi (most
personal) sampai pada sangat umum (most public). Bentuk perubahan yang
terjadi dapat berupa; (1) disruptive self-expression; (2) verbal jujitsu; (3)
variable-term opportunism; dan (4) strategic alliance building.
Disruptive self-expression (ekspresi diri bersifat mengganggu)
secara pelan-pelan dapat mempengaruhi orang lain. Kadang-kadang yang
dilakukan sangat sederhana seperti penggunaan bahasa, cara berpakaian,
atau sikap tertentu secara perlahan mengubah iklim kerja.
Verbal jujitsu (bela diri secara lisan) telah melibatkan kekuatan
untuk mengarahkan perubahan situasi. Pekerja yang menerapkan verbal
jujitsu bereaksi atas pernyataan yang tidak diinginkan dan mengalihkan
menjadi peluang untuk perubahan yang diperhatikan orang lain.
Variable-term opportunism (variable oportunisme) mengubah
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sejak lama dan secara kreatif
membuka peluang baru. Dalam jangka pendek, berarti menyiapkan
kapitalisasi lingkungan. Dan dalam jangka panjang berarti sesuatu yang
lebih proaktif.
Strategic alliance building (membangun persekutuan strategis)
berarti membangun perserikatan atau kerja sama dengan orang lain. Dengan
9
demikian, akan didapatkan legitimasi, akses pada sumber daya dan kontak,
bantuan teknis dan tugas, dukungan emosional dan saran.
Dari berbagai penjelasan tersebut dapat digaris bawahi, bahwa jenis
perubahan organic growth dapat dilakukan oleh organisasi dengan tingkat
pengembangan berkelanjutan atau continual improvement. Sedangkan,
perubahan dengan jenis radical change dapat diimplementasikan pada
organisasi dengan keinginan yang mendesak untuk berubah, dan untuk
organisasi yang mengadakan merger atau akusisi
10
2.3.3 Kurangnya ilmu pengetahuan
Pergaulan, dan keinginan untuk maju. Ilmu pengetahuan merupakan
hal penting dalam membuat suatu perubahan dalam organisasi. Seringkali
perubahan disikapi sebagai ancaman. Di sini letak pentingnya ilmu
pengetahuan dan pergaulan anggota organisasi, terutama pimpinan.
Lemahnya pengetahuan dan pembacaan akan lingkungan serta pergaulan
positif, dapat menyebabkan keengganan untuk berubah. Seringkali kita
melihat dan merasakan orang orang yang berjiwa penakut, kebanyakan orang
kalau tidak tahu ingin menghindar dari segenap resiko, menerapkan
manajemen kaku dan lebih mengedepankan manajemen yang tertutup.
Seringkali akibat dari mandeknya pengetahuan menjadikan individu yang
status quo, yang tidak mau kehilangan posisi, tinggalah sikap jumud,
kemandekan.
Robbins mengkategorikan keengganan terhadap perubahan pada dua
tingkatan yaitu keengganan individual dan keengganan organisasi. Dalam
kategori keengganan individual adalah (1) kebiasaan; (2) keamanan; (3)
faktor-faktor ekonomi; (4) rasa takut terhadap yang tidak dikenal; dan (5)
pemrosesan informasi selektif. Sedangkan dalam kategori keengganan
organisasi adalah; (1) kelembaman struktural; (2) fokus terbatas terhadap
perubahan; (3) kelembaman kelompok; (4) ancaman terhadap keahlian; (5)
ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang mapan; dan (6) ancaman
terhadap sumber daya yang mapan.
12
perkembangan pribadi siswa secara menyeluruh dan utuh. Maka, segi
intelektual, sosial, emosional, spiritual, fisik, seni, semua mendapat porsi yang
seimbang. Salah satu unsur tidak lebih tinggi dari yang lain sehingga
mengabaikan yang lain. Kurikulum dibuat lebih menyeluruh dan memasukkan
banyak segi. Pendekatan terhadap siswapun lebih utuh dengan memperhatikan
unsur pribadi, lingkungan, dan budaya. Pembelajaran lebih menggunakan
inteligensi ganda, dengan mengembangkan intelligence qoutient (IQ), spiritual
qoutient (SQ), dan emotional qoutient (EQ) secara integral.
Prinsip “proses menjadi” mengungkapkan bahwa manusia memang terus
berkembang menjadi semakin penuh. Dalam proses menjadi penuh itu unsur
partisipasi, keaktifan, tanggung jawab, kreativitas, pertumbuhan, refleksi, dan
kemampuan mengambil keputusan sangat penting. Proses itu terus menerus
dan selalu terbuka terhadap perkembangan baru. Dalam pendidikan, prinsip
kemenjadian ini ditonjolkan dengan pendekatan proses, siswa diaktifkan untuk
mencari, menemukan dan berkembang sesuai dengan keputusan dan tanggung
jawabnya. Dalam proses itu, siswa diajak lebih banyak mengalami sendiri,
berefleksi dan mengambil makna bagi hidupnya. Dalam proses ini siswa
dibantu sungguh menjadi manusia yang utuh, bukan hanya menjadi calon
pekerja atau pengisi lowongan kerja.
Namun bukan berarti perubahan pengembangan pendidikan dari
sentralistik ke desentralistik tidak lepas dari persoalan. Satu persoalan klasik
yang mendera dunia pendidikan di Indonesia adalah begitu mudahnya
kurikulum berubah. Sudah menjadi rahasia umum jika ganti periode
pemerintahan, ganti menteri pendidikan, maka berubah pula kurikulum
pendidikan nasional. Sebagai contoh berubahnya kurikulum KTSP (2006)
menjadi kurikulum 2013. Perubahan memang hal yang pasti karena
merupakan jalan ke arah yang lebih baik. Namun, kekhawatiran di dunia
pendidikan muncul dikarenakan setiap adanya pergantian menteri maka
kurikulum pun ikut berubah.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan dapat
terjadi karena faktor internal ataupun eksternal. Selain daripada itu, perubahan
juga dapat terjadi dengan rencana ataupun tidak terencana.
Adapun faktor-faktor pendorong perubahan dari berbagai pendapat
tersebut adalah; (1) perkembangan teknologi; (2) institusi sosial (perubahan
pasar, tuntutan konsumen, perubahan struktur organisasi); (3) idiologi (politik
dunia, tekanan sosial dan politik); (4) perubahan demografi; (5) persaingan
global; (6) merger dan akuisisi; (7) komersialisasi dan privatisasi; (8)
peraturan pemerintah; (9) masalah sumber daya manusia; dan (10)
perilaku/keputusan manajerial.
Jenis perubahan organic growth dapat dilakukan oleh organisasi dengan
tingkat pengembangan berkelanjutan atau continual improvement. Sedangkan,
perubahan dengan jenis radical change dapat diimplementasikan pada
organisasi dengan keinginan yang mendesak untuk berubah, dan untuk
organisasi yang mengadakan. merger atau akuisisi.
Penolakan terhadap perubahan, seringkali ketika pimpinan akan
melakukan perubahan, ada kelompok dalam organisasi yang menolak degnan
berbagai alasan, baik alasan subyektif yang menyangkut pemindahan posisi
dan fungsi seorang individu, maupun alasan obyektif.
Pembahasan mengenai partial changes dalam dunia pendidikan di
Indonesia dapat ditarik kesimpulan bahwa desentralisasi pendidikan telah
mengubah paradigma pada pengembangan pendidikan itu sendiri. Sebelum
otonomi pendidikan, orientasi pengembangan pendidikan bersifat parsial.
Namun pendidikan pada era reformasi juga ditemukan beberapa persoalan
terutama menenai pemabaharuan kurikulum. Perubahan kurikulum memang
suatu keniscayaan agar selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Akan
tetapi dalam perubahannya meski hati-hati dan harus melalui suatu tahapan
dan kajian evaluasi yang mendalam. Karena dampak yang dilakukan dalam
perubahan kurikulum akan dirasakan masyarakat dalam jangka waktu yang
panjang.
14
DAFTAR PUSTAKA
15