Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH ISU DAN KECENDERUNGAN DALAM

KEPERAWATANN KOMUNITAS

OLEH:
MARIA MOI DEU 011171061
DIAN CRISTIANI 01117041
FANSISKUS BORGIAS 011170028
ANDRIANUS F. NAY 0111725
MARIA YULITA 011170035

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dansyukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena berkat dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Komunitas.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi
materi maupun penulisanya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurkannya.
Semoga makalah yang telah penulis susun dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi yang membaca.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keprawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat
sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi
terkini dari keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang
ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun
sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik
keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan
oleh:
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga
informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan
cepat diketahui oleh masyarakat,
 Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,
 Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat
ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.
Pada sisi lain, banyak anggota masyarakat yang menderita sakit dan karena berbagai
pertimbangan terpaksa di rawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan
kesehatan, seperti kasus-kasus penyakit terminal, keterbatasan kemampuan
masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit yang
berorientasi pada profit, banyak orang merasakan bahwa di rawat inap membatasi
kehidupan manusia, lingkungan di rumah yang dirasakan lebih nyaman ( Depkes
RI,2002 ). Maka dari itu dalam makalah ini kami membahas trend dan issue kesehatan
keperawatan komunitas tentang home care (Home Health Care), perawatan keluarga
dan pondok kesehatan desa.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..…. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….……. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….………. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..........…. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………..........….... 2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………..........….. 2
1.4 Manfaat ………………………………………………………………………..........… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………... 3
2.1 Konsep Komunitas dan Kesehatan Masyarakat …………………………….........….. 3
2.2 Konsep Keperawatan Komunitas …………………………………………….........… 4
2.3 Konsep Masalah Kesehatan Komunitas ………………………………………............ 8
2.4 Trend Dan Issue Keperawatan Komunitas ……………………………………........... 11
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………………….. 12
3.1 KONSEP HOME CARE ……………………………………………………… 12
3.1.1 Definisi Home Care ………………………………………………………… 12
3.1.2 Model / Teori yang Mendukung Home Care ………………………………. 15
3.1.3 Landasan Hukum Home Care ………………………………………………. 18
3.1.4 Tujuan Perawatan Kesehatan Di Rumah …………………………………… 19
3.1.5 Unit Pelayanan Perawatan Di Rumah ………………………………………. 20
3.1.6 Mekanisme Perawatan Di Rumah ……………………………………………20
3.1.7 Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah ………………………………....…21
3.1.8 Manfaat Perawatan Kesehatan Di Rumah (Home Care) …………………….23
3.1.9 Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan Di Rumah (Home Care) ……………….23
3.1.10 Prinsip Home Care ………………………………………………………….24
3.1.11 Peran Dan Fungsi Perawat Home Care
3.1.12 Kegiatan Home Care
3.1.13 Tatalaksana Home Care
3.2 KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
3.1.1 Definisi Perawat Keluarga
3.1.2 Peran Perawat Keluarga
3.1.3 Intervensi Utama Perawat Keluarga
3.3 KONSEP PONDOK KESEHATAN DESA (PONKESDES)
3.3.1 Definisi Pondok Kesehatan Desa
2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep tentang home care / home health care?


2. Bagaimana konsep tentang perawat keluarga?
3. Bagaimana konsep tentang ponkesdes?

2.3 Tujuan
1. Agar mengetahui tentang konsep home care/home health care.
2. Agar mengetahui tentang konsep perawat keluarga.
3. Agar mengetahui tentang konsep ponkesdes.

2.4 Manfaat
1. Mengetahui tentang konsep home care/home health care.
2. Mengetahui tentang konsep perawat keluarga.
3. Mengetahui tentang konsep ponkesdes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunitas dan Kesehatan Masyarakat


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama.
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan
dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal,
kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul,


atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007).Perawatan kesehatan adalah
bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran
serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan
yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan


masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth,
2007). Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek
dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga
kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat
mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak,
2005).
2.2 Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi
barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini
dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi,
2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan
komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran
serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh
dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai
kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2005).
Keperawatan komunitas adalah keperawatan yang diberikan dari luar suatu institusi
yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).
Pada keperawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi
komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak,
2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu
sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat (Riyadi, 2007).

 Individu sebagai klien


Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
 Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan
Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
 Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang
bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
keperawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti,
tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan
kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak,
2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien
termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok
khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan
pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model
pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan
masyarakat.
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth,
2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini
memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan
atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain:
adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).

Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar
muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat
(Elisabeth, 2007).
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan
(Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :

 Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/klien.
 Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan
Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri.
 Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah
kesehatan.
 Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu
kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat
wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan
mamandang komunitas sebagai klien.
2.3 Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
 Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya
dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun
tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari
organisme tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannyauntuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia
(Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005), lingkungan
merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan Program
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.
Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus 2008.

Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah
menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan pendekatan
sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
 Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
 Mencuci tangan pakai sabun.
 Mengelola air minum dan makanan yang aman.
 Mengelola sampah dengan benar.
 Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
 Penyediaan air minum
 Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
 Pembuangan sampah padat
 Pengendalian vector
 Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
 Higiene makanan, termasuk higiene susu
 Pengendalian pencemaran udara
 Pengendalian radiasi
 Kesehatan kerja
 Pengendalian kebisingan
 Perumahan dan pemukiman
 Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
 Perencanaan daerah dan perkotaan
 Pencegahan kecelakaan
 Rekreasi umum dan pariwisata
 Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah), bencana
alam dan perpindahan penduduk
 Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan


ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
 Penyehatan air dan udara
 Pengamanan limbah padat atau sampah
 Pengamanan limbah cair
 Pengamanan limbah gas
 Pengamanan radiasi
 Pengamanan kebisingan
 Pengamanan vektor penyakit
 Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana

 Perilaku Masyarakat
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta
lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau
perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan
sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau
rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan
kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori
(Wawan, 2010), yaitu:
 Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
 Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi kesehatan
individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja
berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).

2.4 Trend Issue Keperawatan Komunitas


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan
kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat
menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan
memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan
dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan
keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai
tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh:
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi
dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat.
 Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,
 Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka
ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Konsep Home Care / Home Health Care


3.1.1 Definisi Home Care / Home Health Care
Menurut PermenKes No 09/2014 tentang klinik pasal 32 ayat 4 home care adalah
bagian atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komperhensif
yang diberiakan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.
Neis dan Mc. Even (2010) menyatakan home care adalah sistem dimana pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang cacat atau orang-
orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya.

3.1.2 Model/ Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care


Menurut Hidayat (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung home
care antara lain :
1) Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang
mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen
lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi :
a. Udara bersih,
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan
psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya
terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan
masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi
dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
2) Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa manusia
merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda –
beda.
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan
manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan
dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.
Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu
keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan
yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang
terdiri dari integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu
kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lain.
Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan
berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan
proses terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik
perlahan – lahan maupun berlangsung dengan cepat.
Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien
yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut
Rogers, 1979 Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup.
Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.
3) Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang
berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan
pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan,
dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa
seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan
keyakinan kultur (orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit,
atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-
faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik,
ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan
mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.
4) Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang
kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikial
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi
dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan
intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
5) Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam
kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk
teori Self Care, di antaranya :
a. Perawatan diri sendiri (Self Care)
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh
individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta
kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural,
kesehatan dan lain-lain.
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri
sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk
perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan
berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi
tubuh.
Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu : Universal Self Care
Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan
dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan
perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul
sebagai hasil dari kondisi pasien).
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala
perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan
dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self
carenya secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum
dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses
penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak
atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support,
meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan
atau mendidik pada orang lain.
6) Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang
ditetapkan oleh pasien.

3.1.3 Landasan Hukum Home Care


a. Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :
 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri
 Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
b. Landasan hukum :
 UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
 UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
 UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
 PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
 PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker,
ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian,
administrator kesehatan, penyuluh kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat,
radiographer, perekam medis, dan teknisi elektromedis
 SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
 Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
 Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
 Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasiona
 Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy.
 Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
 Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
keperawatan

3.1.4 Tujuan Perawatan Kesehatan di Rumah


 Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya.
 Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan dan kecacatan.
 Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga.
 Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang
diperlukan rehabilitasi atau perawatan paliatif.

3.1.5 Unit Perawatan Kesehatan di Rumah


 Pengelolah pelayanan
Merupakan individu, kelompok, ataupun organisasi yang bertanggung jawab terhadap seluruh
pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan, serta
mekanisme pelayanan sesuai standart yang ditetapkan.
 Pelaksana pelayanan
Merupakan tenaga keperawatan professional bekerja sama dengan tenaga professional lain
terkait dan tenaga non-profesional. Pelaksana pelayanan terdiri atas coordinator kasus dan
pelaksana pelayanan.
 Klien
Merupakan penerima perawatan kesehatan di rumah dengan melibatkan salah satu anggota
keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan keluarga dapat
menunjuk seseorang yang akan menjadi pengasuh yang melayani kebutuhan sehari-hari klien.

3.1.6 Mekanisme Perawatan di Rumah (Home Care)


Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan
rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun
pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau
praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di
lakukan adalah sebagai berikut:
 Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
 Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka
di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi
perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan
mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis
pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
 Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan
dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh
pengelola perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator
kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui
oleh koordinator kasus.
 Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan dirumah :
 Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping
bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
 Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed consent)
 Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah
untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
3.1.7 Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan
keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan
keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
 Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio-
psiko- sosio- spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan
observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat
perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan
tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-
tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis),
memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.
Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien,
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk
perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara
berkelompok.
 Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan
keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan
memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan
terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.
 Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan,
mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
Ruang Lingkup Home Care, yaitu:
a. Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif
b. Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya.
c. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social

Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di
rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus
khusus yang di jumpai di komunitas.Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah
sakit adalah:
a. Klien dengan penyakit gagal jantung,
b. Klien dengan gangguan oksigenasi,
c. Klien dengan perlukaan kronis,
d. Klien dengan diabetes,
e. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
f. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
g. Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
h. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
i. Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
1. Klien dengan post partum,
2. Klien dengan gangguan kesehatan mental,
3. Klien dengan kondisi usia lanjut,
4. Klien dengan kondisi terminal.
5. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis.

3.1.8 Manfaat Perawatan Kesehatan di Rumah (Home Care)


Manfaat untuk keluarga :
 Biaya kesehatan akan lebih terkendali
 Mempererat ikatan keluarga karena dapat berdekatan dengan anggota keluarga yang lain
saat sakit
 Merasa lebih nyaman karena berada di rumah sendiri
Manfaat untuk perawat :
 Memberikan variasi lingkungan kerja sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang
sama.
 Dapat mengenal lingkungan dan klien dengan baik sehingga pendidikan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien.

3.1.9 Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan di Rumah (Home Care)


 Fase persiapan :
Pada Fase pertama ini,perawat mendapatkan data tentang keluarga yang akan dikunjungi dari
Puskesmas atau Ibu Kader.Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan
yang akan dilakukan.Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini.
 Fase Inisiasi (perkenalan)
Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini,perawat dan
keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah
kesehatan.
 Fase implementasi
Pada Fase ini,Perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dimiliki oleh klien dan keluarga.
Lakukan intervensi sesuai rencana. Eksplorasi Nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga
terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat Pendidikan Klien dan
keluarga serta sediakan pula informasi tertulis.
 Fase terminasi
Fase ini perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan
yang ditetapkan bersama keluarga.Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah
kesehatan yang sekarang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkin di alami oleh
keluarga sangat penting dilakukan pada fase terminasi.
 Fase pasca kunjungan
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokomentasi lengkap tentang hasil
kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan ,dokumentasi tersebut harus memenuhi
aspek lengkap(komplit),jelas(clear),dan dapat dibaca(legible). Adapun cara untuk melakukan
kunjungan yaitu angket, pertelepon, lewat email,atau kunjungan secara langsung.

3.1.10 Prinsip Home Care


 Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat/ tim
 Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
 Mengumpulan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
 Menggunakan data hasil pengkajian dalam menetakan diagnosa keperawatan.
 Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan.
 Memberi pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
 Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan
 Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus.
 Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
 Mengembankan kemampuan profesional.
 Berpartisifasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
 Menggunakan kode etik keperawatan daam melaksanakan praktik keperawatan

3.1.11 Peran dan Fungsi Perawat Home Care


A. Manajer kasus: Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan,dengan fungsi :
 Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.
 Menyusun rencana pelayanan.
 Mengkoordinir aktifitas tim
 Memantau kualitas pelayanan
B. Pelaksana: memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan. dengan fungsi:
 Melakukan pengkajian komprehensif
 Menetapkan masalah
 Menyusun rencana keperawatan
 Melakukan tindakan perawatan
 Melakukan observasi terhadap kondisi pasien.
 Membantu pasien dalam mengembangkan prilaku koping yang efektif.
 Melibatkan keluarga dalam pelayanan
 Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
 Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan.
 Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

3.1.12 Kegiatan Home Care


Manajemen Kasus Home Care
1) Melakukan seleksi kasus
 Resiko tinggi ( Bayi, balita, lansia, ibu maternal )
 Cidera tulang belakang cidera kepala
 Coma, Diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat
 Stroke
 Amputasi
 Ketergantungan obat
 Luka kronis.
 Disfungsi kandung kemih
 Rehabilitasi medic
 Nutrisi melalui infuse
 Post partum dan masalah reproduksi
 Psikiatri
 Kekerasan dalam rumah tangga

2) Melakukan pengkajian kebutuhan pasien.


 Kondisi fisik
 Kondisi psikologis
 Status sosial ekonomi
 Pola prilaku pasien
 Sumber- sumber yang tersedia di keluarga pasien

3) Membuat perencanaan pelayanan


 Membuat rencana kunjungan
 Membuat rencana tindakan
 Menyeleksi sumber- sumber yang tersedia di keluarga / masyarakat.

4) Melakukan koordinasi pelayanan


 Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
 Membuat perjanjian kepada pasien da keluarga tentang pelayanan
 Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
 Melakukan rujukan pasien
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan.
 Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
 Menilai hasil akhir pelayanan ( sembuh, rujuk, meninggal, menolak )
 Mengevaluasi proses manajemen kasus
 Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
3.1.13 Tatalaksana Home Care
1. Prasyarat Penyelenggara Home Care
Ketenagaan
a. Manajer kasus, dengan kualifikasi:
 Minimal D.III
 Pemegang sertifikat pelatihan home care
 Pengalaman kerja minimal 3 tahun
 Memiliki SIP,SIK,SIPP
b. Pelaksana pelayanan, dengan kwalifikasi :
 Minimal D.III
 Pemegang sertifikat pelatihan home care
 Pengalaman kerja minimal 3 tahun
 Memiliki SIP,SIK,SIPP

Alat/ sarana
a) Alat kesehatan
 Tas/ kit
 Pemeriksaan fisik
 Set perawatan luka
 Set emergency
 Set pemasangan selang lambung
 Set huknah
 Set memandikan
 Set pengambilan preparat
 Set pemeriksaan lab. Sederhana
 Set infus/ injeksi
 Sterilisator
 Pot/ urinal
 Tiang infuse
 Tempat tidur khusus orang sakit
 Pengisap lender
 Perlengkapan oxygen
 Kursi roda
 Tongkat/ tripot
 Perlak/ alat tenun
b) Alat habis pakai
 Obat emergency
 Perawatan luka
 Suntik/ pengamian darah
 Untuk infuse
 Pemasangan selang lambung
 Huknah, selang lambung, kateter
 Sarung tangan, masker

3.1.14 Perizinan Home Care


1. Berbadan hukum ( yayasan, badan hukum lainnya )
2. Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten/ Kota, dengan melampirkan:
 Rekomendasi PPNI
 Ijin prakik perawat ( SP, SIK, SIPP )
 Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan transportasi
 Ijin lokasi bangunan
 Ijin lingkungan
 Ijin usaha
 Persyaratan tata ruang bangunan

3.2 Konsep Perawatan Keluarga


3.2.1 Definisi Perawat Keluarga
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga
untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian waktu
bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan
pada kinerja perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Menurut Neis dan Mc Ewen (2007) Family nursing care may be focused on the
individual family member, within the context of the family, or the family unit. Regardless of
the identified client, the nurse establishes a relationship with each family member within the
unit and understands the influence of the unit on the individual and society.
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam
konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan
hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit
pada individu dan masyarakat.
Perawat yang melakukan kunjungan ke rumah memiliki perhatian yang menyeluruh
terhadap masalah kesehatan yang ditemukan atau diidentifikasi dari keluarga tertentu atau
sekelompok keluarga. Perawat kesehatan masyarakat harus harus memiliki kemampuan
klinik yang memadai dan bekerja sama dengan klien yang ada di komunitas. Untuk dapat
melakukan hubungan dengan keluarga , perawat tidak perlu bertemu secara langsung dengan
seluruh anggota keluarga. Salah satu anggota keluarga dapat menjadi sumber informasi,
tetapi perawat juga harus menyadari adanya kemungkinan bahwa informasi yang diberikan
tersebut dipengaruhi oleh persepsi dari sumber. Perawat memerlukan waktu untuk
memperkenalkan diri pada keluarga, gunakan panggilan yang formal, kecuali jika keluarga
berkehendak lain. Sangat penting bagi perawat untuk berinteraksi dengan sebanyak mungkin
anggota keluarga.
Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di europe yang merupakan praktek
keperawatan termodern saat ini adalah :
 Promoting and protecting people health. Merupakan perubahan pradigma dari cure menjadi
care melalui tindakan preventif.
 Mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit .
3.2.2 Peran Perawat Keluarga
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan,
Friedmen menyatakan bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi lima fungsi dasar
keluarga, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan
keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Peran perawat
dalam melakukan perawatan keluarga antara lain sebagai berikut :
a. Pendidik (Edukator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara madiri
dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu
didukung oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar
mengajar. Secara umum tujuan proses pembelajaran adalah untuk mendorong perilaku sehat
atau mengubah perilaku yang tidak sehat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah
untuk peningkatan kesehatan dan penanganan penyakit serta membantu keluarga untuk
mengembangkan ketrampilan penyelesaian maslaah yang sedang dialami atau dibutuhkan.
Disamping hal-hal diatas perawat kesehatan keluarga juga melakukan bimbingan antisipasif
kepada keluarga, sehingga dapat terwujud keluarga yang sejahtera, bertanggung jawab
memberikan pendidikan keperawaatan keluarga kepada sesame perawat dan tim kesehatan
lain.
b. Koordinator
Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum,
menyeluruh, dan berkelanjutan dapat dilaksanakan jika direncanakan dan dikoordinasikan
dengan baik.
Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien
yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan dirumah, maka diperlukan
koordinasi lanjuatan asuhan keperawatan di rumah. Program kegiatan atau terapi dari
berbagai disiplin pada keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam pelaksanaanya. Koordinasi diperlukan pada nperawatana berkelanjutan agsr tercapai
pelayanan yang komprehensif.
c. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
Kontak pertama perawat terhadap keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang sakit.
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga, baik di rumah, klinik, maupun di rumah
sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung atau mengawasi keluarga
memberikan perawatan terhadap anggota yang di rumah sakit , perawat melakukan perawatan
langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga
mampu melakukanya di rumah, perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga
untuk melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesehatan
masyarakat.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan atau Penasehat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Hubungan
perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya. Dengan demikian keluarga mau meminta nasihat kepada perawat tentang masalah
yang bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai narasumber untuk
mengatasi masalah kesehatan keluarga.
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
g. Advokasi
Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang kala
keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan. Sebagai advokat klien, perawat
berkewajiban untuk melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan social ekonomi
lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga
mencari bantuan.
h. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat
kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai
kendala yang ada. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan masalah social budaya. Agar dapat
melaksanakan peran fasilitator dengan baik , maka perawat komunitas harus mengetahui
system pelayanan kesehatan misalnya system riujukan dan dana sehat.
i. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.

3.2.3 Intervensi Utama Perawat Keluarga


Empat intervensi utama perawat keluarga dititikberatkan kepada pencegahan.
 Primerà proaktif mencegah stessor, mempermudah mendapatkan fasilitas kesehatan.
Contoh : memberi pendkes untuk mencegah penyakit, menciptakan suasana harmonis di
keluarga.
 Sekunder screening, vaksinasi, deteksi awal timbulnya penyakit.
 Tersier rehabilitasi untuk mencegah morbiditas lebih lanjut. Contohnya ROM bagi
penderita stroke.
 Direct care bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem pendukung utama untuk
menyembuhkan
Empat tingkatan keluarga
 Family as context
1. Fokus pada kesehatan individu
2. Keluarga sebagai background dari anggotanya
3. Keluarga sebai support system atau stressor terberat bagi anggota
4. Individu / anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi
5. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan
 Family as client
1. Fokus pada seluruh anggota keluarga
2. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok atau keseluruhan dari anggota keluarga
3. Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya
4. Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan
diintervensi bersamaan.
 Family as system
1. Fokus masalah pada hubungan antara anggota keluarga
2. Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam keluarga
3. Anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi
4. Fokus intervensi : mengenai hubungan ibu anak, hub perkawinan, dll
 Family as component of society
1. keperawatan.
2. Fokus keluarga dengan individu sebagai background
3. Keluarga dipandang sebgai interaksional system
4. Fokus intervensi : dinamis internal keluarga, hubungan dalam keluarga
5. subsistem keluarga dengan lingkungan luar.

3.3 Konsep Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES)


3.3.1 Definisi Pondok Kesehatan Desa
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau
kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai
jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan
akses dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
3.3.2 Visi Ponkesdes
"Terwujudnya Desa/Kelurahan Sehat Menuju Kecamatan Sehat". Visi tersebut
merupakan pengembangan dari visi Puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat.
Gambaran dari desa/kelurahan sehat adalah kondisi dimana suatu desa berada dalam
lingkungan yang sehat masyarakatnya, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta mudah
menjangkau dan dijangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas.

3.3.3 Misi Ponkesdes :


Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi yang dilaksanakan adalah :
 Menggerakkan masyarakat desa/kelurahan,agar menciptakan lingkungan desa/kelurahan yang
sehat
 Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di desa/kelurahan
 Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar di Ponkesdes
 Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,keluarga,masyarakat desa/kelurahan.

3.3.4 Tujuan Ponkesdes


Tujuan Ponkesdes adalah meningkatkan akses pelayanan kesehatan serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
desa/kelurahan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya.
BAB 1V
PENUTUP

4.1 Simpulan
Situasi kesehatan saat ini sudah jauh berubah yaitu perubahan pola penyakit dari
infeksi menjadi penyakit degeneratif, umur harapan hidup meningkat (jumlah lansia
meningkat) krisis ekonomi menyebabkan daya beli turun (risiko kasus gizi buruk) harga obat
relatif tinggi, biaya perawatan di RS cukup mahal (cari pengobatan alternatif) penyakit-
penyakit yg masih menjadi masalah global seperti AIDS, SARS, TBC,Flu Burung semakin
meningkat.
Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat dan mutu pelayanan
menjadi kunci utama. Pelayanan kesehatan tidak hanya diberikan di tempat institusi
pelayanan kesehatan saja, tetapi mobilitas pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan di
masyarakat. Keberhasilan ditentukan produktifitas dan efisiensi dalam pelayanan kesehatan
diperlukan sumber daya yang handal.

4.2 Saran
Perawat dapat memilih dari dan menggunakan berbagai metode, materi, dan media
untuk mendukung kesehatan mereka kegiatan pendidikan. Sumber daya tersebut harus
ditinjau dan di evaluasi untuk kesesuaian mereka untuk kelompok sasaran yang dituju. Kunci
untuk memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat yang merangkul gagasan
bahwa pendidikan kesehatan adalah proses interaktif akan dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal banyak. Untuk rekan sejawat mengetahui trend issue keperawatan kesehatan
komunitas di Indonesia dan dunia diantaranya home care, home health care, perawat
keluarga, pondok kesehatan desa (ponkesdes).
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, Sugeng, 2007. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika
Efendi, Ferry dan Makhfud. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV Sagung
Seto
Anderson, Elisabeth T, 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori Dari
Praktek. Jakarta: Ecg
Wawan dan Dewi, 2010. Teori dan Pengukuran dan Sikap Perilaku
Manusia,Yogyakarta: Nuha Medika
PerMenKes No 9. 2014. Tentang Klinik
Widyanto, 2014. Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta:
Sorowajan
Bukit, Evi Karota, 2008. Perawatan Kesehatan Rumah ( Home Health Care ),
Universitas Sumatra Utara. Medan.
Neis dan Mc. Even, 2010

Anda mungkin juga menyukai