Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Diagnosis komunitas, sering juga disebut public health assessment, adalah suatu
kegiatan untuk menentukan masalah yang terdapat dalam komunitas melalui suatu studi.
Diagnosis komunitas adalah suatu komponen penting dalam perencanaan program
kesehatan. Kegiatan ini menilai dan menghubungkan masalah, kebutuhan, keinginan, dan
fasilitas yang ada dalam komunitas. Dari hubungan keempat hal tersebut, dipikirkan suatu
solusi atau intervensi untuk pemecahan masalah yang ada dalam komunitas tersebut
(Dhaar GM, 2008).
Meskipun seringkali disamakan dengan asesmen kebutuhan, namun terdapat
perbedaan yang jelas: suatu diagnosis komunitas yang baik diharapkan dapat bersifat luas
dan mencakup berbagai aspek komunitas seperti budaya, struktur sosial, peran komunitas,
dan lain sebagainya; sebuah diagnosis komunitas yang baik harus dapat memberikan suatu
bayangan bagi para perencana program akan bagaimana kehidupan di daerah tersebut,
masalah-masalah kesehatan yang penting, intervensi yang paling mungkin berhasil, dan
cara evaluasi program yang baik (Quinn Sc, 1999).
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan diagnosis
komunitas adalah definisi karakteristik komunitas, prioritas masalah, penilaian masalah
kesehatan terpilih,intervensi, evaluasi (Mulan F, 2002).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diagnosis Komunitas


2.1.1 Definisi
Definisi komunitas
Komunitas didefinisikan sebagai sekelompok orang yang memiliki paling tidak ada
satu kesamaan sifat yang berlaku untuk semua anggota komunitas bersangkutan.
Kesamaan sifat ini bisa berupa kesamaan wilayah misalnya komunitas Jakarta; kesamaan
pekerjaan misalnya komunitas guru; kesamaan suku misalnya komunitas Betawi;
kesamaan kondisi perumahan misalnya komunitas perumnas; dan sebagainya. Komunitas
dapat juga didefiniskan sebagai sebagian dari anggota masyarakat yang lebih besar, serta
memiliki kesamaan sifat atau minat.

Definisi diagnosis komunitas


Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu
masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat lapangan. Menurut definisi WHO,
diagnosis komunitas adalah penjelasan secara kuantitatif dan kualitatif mengenai kondisi
kesehatan di komunitas serta faktor faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatannya.
Diagnosis komunitas ini mengidentifikasi masalah kemudian mengarahkan suatu
intervensi perbaikan sehingga menghasilkan suatu rencana kerja yang konkrit.
Keterampilan melakukan diagnosis komunitas merupakan keterampilan yang harus
dikuasai oleh dokter untuk menerapkan pelayanan kedokteran secara holistik dan
komprehensif dengan pendekatan keluarga dan okupasi terhadap pasien. Dalam
penerapannya, penggunaan diagnosis komunitas dalam suatu program kesehatan adalah
sebagai berikut :
- untuk berperan sebagai referensi data kesehatan dalam suatu wilayah
- untuk menyediakan gambaran secara keseluruhan mengenai masalah kesehatan pada
komunitas lokal dan penduduknya
- untuk merekomendasikan intervensi yang akan dijadikan prioritas dan solusi
pemecahan masalah yang mampu laksana
- untuk mengindikasi alokasi sumber daya dan mengarahkan rencana kerja di masa depan
- untuk menciptakan peluang dari kolaborasi inter sektoral dan keterlibatan media
- untuk pembentukan dasar indikator keberhasilan dari evaluasi program kerja kesehatan.
Oleh karena itu diagnosis komunitas harus disadari bukan sebagai suatu kegiatan
yang berdiri sendiri namun merupakan bagian dari suatu proses dinamis yang mengarah
kepada kegiatan promosi kesehatan dan perbaikan permasalahan kesehatan di dalam
komunitas. Diagnosis komunitas merupakan awal dari siklus pemecahan masalah untuk
digunakan sebagai dasar pengenalan masalah di komunitas, sehingga dilanjutkan dengan
suatu perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi serta evaluasi bagaimana intervensi
tersebut berhasil dilakukan di komunitas.
Diagnosis komunitas, sering juga disebut public health assessment, adalah suatu
kegiatan untuk menentukan masalah yang terdapat dalam komunitas melalui suatu studi.
Diagnosis komunitas adalah suatu komponen penting dalam perencanaan program
kesehatan. Kegiatan ini menilai dan menghubungkan masalah, kebutuhan, keinginan, dan
fasilitas yang ada dalam komunitas. Dari hubungan keempat hal tersebut, dipikirkan suatu
solusi atau intervensi untuk pemecahan masalah yang ada dalam komunitas tersebut
(Dhaar GM, 2008).
Meskipun seringkali disamakan dengan asesmen kebutuhan, namun terdapat
perbedaan yang jelas: suatu diagnosis komunitas yang baik diharapkan dapat bersifat luas
dan mencakup berbagai aspek komunitas seperti budaya, struktur sosial, peran komunitas,
dan lain sebagainya; sebuah diagnosis komunitas yang baik harus dapat memberikan suatu
bayangan bagi para perencana program akan bagaimana kehidupan di daerah tersebut,
masalah-masalah kesehatan yang penting, intervensi yang paling mungkin berhasil, dan
cara evaluasi program yang baik (Quinn Sc, 1999).
Kata “diagnosis” digunakan karena pada dasarnya proses diagnosis komunitas
didasarkan pada prinsip-prinsip diagnosis klinis; perbedaannya adalah bahwa diagnosis
komunitas diaplikasikan pada komunitas dalam peran dokter yang lebih luas, sedangkan
diagnosis klinis diaplikasikan pada tingkat yang lebih personal. Perbandingan diagnosis
klinis dan diagnosis komunitas dapat dilihat pada tabel berikut (Hiremath DA, 2004) :
Tabel 1. Perbandingan diagnosis klinis dan diagnosis komunitas.

Diagnosis Klinis Diagnosis Komunitas


Pasien Komunitas
Dokter Dokter atau tenaga profesional
Pengumpulkan data dari anamnesis dan Pengumpulan data dari rekam medis, angka
pemeriksaan fisis mortalitas, angka morbiditas
Penentuan masalah individual Penentuan masalah komunitas
Penentuan pemeriksaan penunjang yang Penentuan studi atau eksplorasi yang akan
dibutuhkan dilakukan pada komunitas
Melakukan pemeriksaan klinis dan Melakukan survei, skrining, atau surveilans
penunjang
Analisis dan interpretasi data Analisis dan interpretasi data
Menentukan diagnosis klinis Menentukan diagnosis komunitas
Memberikan terapi dan edukasi Merencanakan dan mengimplementasikan
pelayanan dan program untuk komunitas
Follow-up pasien untuk perbaikan klinis Follow-up dengan evaluasi program
Bila tidak ada perbaikan, pertimbangan untuk Bila tidak ada kemajuan, pertimbangan untuk
mengganti terapi ubah atau modifikasi program

2.1.2. Langkah-langkah Diagnosis Komunitas


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan diagnosis
komunitas adalah sebagai berikut (Mulan F,2002) :
1. Definisi komunitas
Melalui data demografis, data kesehatan, data kualitatif ditentukan komunitas yang
spesifik.
2. Karakteristik komunitas
Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, dapat ditentukan masalah kesehatan dalam
komunitas yang terpilih untuk kandidat intervensi.
3. Prioritas masalah
Dari masalah yang ada, ditentukan masalah yang paling penting dalam komunitas.
4. Penilaian masalah kesehatan terpilih
Masalah yang terpilih dianalisa dengan mempertim bangkan faktor-faktor yang terkait
dan strategi serta fasilitas yang ada untuk rencana intervensi
5. Intervensi
Penentuan intervensi dipengaruhi oleh masalah dan sumber yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi penting untuk menilai pemecahan masalah melalui intervensi yang diberikan.

2.2. Teori Perilaku


Perilaku manusia merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal. Faktor determinan perilaku manusia cukup luas, namun beberapa ahli mencoba
merumuskan teori terbentuknya perilaku manusia, yaitu berupa “PRECEDE-PROCEED”
dan teori Health Belief Model.

1. Teori PRECEDE-PROCEED (Lawrence Green, 1991)


Kesehatan seseorang ditentukan oleh faktor perilaku atau behavior (B) yang terbentuk
dari 3 faktor, yaitu:
- Faktor predisposisi atau predispotition factors (PF) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai,
- Faktor pendukung atau enabling factors (EF) yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan.
- Faktor pendorong atau reinforcing factors (RF) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau dari kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Gambar 1. Teori Lawrence Green


Contoh:
- Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya diposyandu dapat
disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi
bagi anaknya. (PF)
- Karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas setempat mengimunusasi
anaknya. (EF)
- Para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain di sekitar tadak pernah
mengimunisasi anaknya. (RF)
Secara matematis : B = f ( Pf, Ef, Rf )

2. Teori Health Believe Model


Teori ini berkembang pada tahun 1950 oleh psikologis sosial di Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat untuk menjelaskan kegagalan menyeluruh
dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pencegahan dan pendeteksian
penyakit. Kemudian, teori ini berkembang dalam fungisnya mempelajari respon
masyarakat terhadap gejala-gejala dan perilaku-perilaku mereka dalam merespon
diagnosis penyakit.
Teori ini dekat dengan pendidikan kesehatan dengan konsep perilaku kesehatan
merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus bahwa persepsi
seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi
keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya.
Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
- Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
- Menganggap serius masalah
- Yakin terhadap efektivitas pengobatan
- Tidak mahal
- Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Kelemahan dari teori ini yaitu bersaing dengan kepercayaan dan sikap-sikap lain,
dan pembentukan kepercayaan seiring dengan perubahan perilaku.
Teori HBM ini terdiri atas beberapa konsep primer yang memprediksi alasan
masyarakat bertindak dalam pencegahan, skrining, atau kontrol kondisi penyakit,
yaitu kerentanan, keseriusan, manfaat dan tantangan perilaku, isyarat untuk bertindak,
dan efikasi diri.
Perceived Susceptibility: Kerentanan yang dirasakan yang berarti kemungkinan
seseorang dapat terkena suatu penyakit.
Perceived Seriousness: Keseriusan yang dirasakan yaitu orang mengevaluasi
keseriusan penyakit tersebut bila mereka membiarkan masalah kesehatannya atau
membiarkan penyakitnya tidak ditangani.
Perceived Benefits: Keyakinan akan keuntungan yang berarti keyakinan
seseorang akan keuntungan yang akan diperoleh apabila dia melakukan apa yang di
sarankan oleh petugas kesehatan.
Perceived Barriers: Keyakinan tentang halangan yaitu opini seseorang dari sisi
ekonomi dan sisi psikologi yang memberikan kesan negatif terhadap apa yang akan
dilakukan.
Cues to action: Isyarat untuk bertindak, berasal dari informasi dari luar atau
nasihat mengenai permasalahan kesehatan misalnya naiehat orang lain, media
massa,kampanye, pengalaman dari orang lain yang pernah mengalami hal yang sama
dan sebagainya.

Gambar 2. Komponen Teori HBM


2.3 Posisi Diagnosis Komunitas Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Diagnosis Komunitas dikembangkan untuk mendukung area kompetensi dokter
khususnya area ke-7 yaitu tentang “Pengelolaan Masalah Kesehatan”. Pada penjabaran
area kompetensi ke- 7 ini disebutkan bahwa dokter mampu mengelola masalah kesehatan
individu, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, terpadu dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Diagnosis komunitas
disebutkan dengan tegas dalam penjelasannya yaitu dokter mampu menginterpretasi data
kesehatan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis
komunitas. Selain itu diagnosis komunitas juga merupakan implementasi dari ketrampilan
yang harus dilaksanakan secara mandiri (Kompetensi 4A). Ketrampilan tersebut antara
lain:
1. Memperlihatkan kemampuan pemeriksaan medis di komunitas
2. Memperlihatkan kemampuan penelitian yang berkaitan dengan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai