Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
memberi kemudahan kepada saya dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Karena makalah ini tidak akan selesai tanpa izin dari-Nya. Tak lupa saya haturkan
Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah memberi
petunjuk kepada kita ke jalan yang lurus.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Tentunya, saya
mengharapkan kepada Ibu/Bapak dosen untuk memberikan masukan dan saran
demi perbaikan pembuatan makalah di masa yang akan datang dan
mengaharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi menyempurnakan tugas
ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................4
3.1 Kesimpulan.............................................................................15
3.2 Saran.......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Retorika adalah suatu ilmu yang sangat menarik karena mempelejari
tentang bagaimana seni berbicara yang baik dan benar. Setiap bentuk
komunikasi bisa disebut juga sebagai drama. Oleh karenanya, seorang
pembicara haruslah mampu mendramatisir apa yang sedang dibicarakan agar
audiensnya merasa tertarik untuk mendengarkan. Jika seseorang mampu
bercerita sesungguhnya ia mampu untuk menjadi penceramah. Maka suatu
ilmu retorika harus dikuasai seseorang yang hendak berdakwah. Disamping
itu kita harus mengetahui bagaimana sejarah retorika dari zaman ke zaman.
Dan pada makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian retorika itu sendiri
serta perkembangannya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
manusia lahir. Pakar komunikasi Hornby dan Pranwell (1961:364)
mengemukakan retorika sebagai seni menggunakan kata-kata secara
mengesankan, baik lisan, maupun tulisan, atau berbicara dengan banyak
orang dengan menggunakan pertunjukan dan rekaan. Webster’s Tower
Dictionary (1957): 230) menyatakan rhetoric sebagai seni menggunakan
bahasa secara efektif. Sementara dalam bahasa Belanda ditemukan istilah
retorica sebagai ilmu pidato dalam arti pemakaian kata-kata dengan gaya
yang indah. Bahkan dalam persfekti Islam, Tuhanlah yang mengajari kita
bicara, dengan kemampuan berbahasa yang dianugrahkanNya kepada kita.
Dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman: 1-4 disebutkan, “Tuhan yang Maha
Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia,
yang mengajarinya pandai bicara”. Bicara telah menjadi salah satu sifat
dasar manusia. Namun bukan berarti kita tak perlu mengembangkan dan
mempelajarinya. Retorika merupakan salah satu bentuk elaborasi bicara,
dalam mencapai tujuan yang lebih luas. retorika menurut Jalaluddin
Rakhmat seharusnya menjadi mata ajaran poros demi emansipasi manusia
menjadi tuan dan puan. Retorika membebaskan anda dari posisi budak;
mengangkat Anda menjadi tuan dan Puan. Dengan senjata, para tuan dapat
menguasai tanah dan negara. Dengan Retorika, para pemimpin dapat
menaklukkan hati dan jiwa.
Ilmu retorika ini dipelajari mulai abad 5 (SM) ketika kaum sophis
di Yunani mulai melakukan pengembaraan untuk mengajarkan tentang
politik dan pemerintahan dengan memiliki penekanan terutama pada
kemampuan seni berpidato. Retorika dipelajari dan diawali dinegara-
negara yang menganut demokrasi langsung, yaitu negara Romawi dan
Yunani. Maka dari itu dengan adanya ilmu retorika ini pemerintah bisa
membujuk rakyat dan memenangkan pemilihan. Pada waktu itu rerorika
memiliki beberapa fungsi ( Sunarjo, 1983:55 ), yaitu untuk mencapai suatu
kemenangan / kebenaran seseorang atau golongan dalam masyarakat untuk
meraih kekuasaan, yakni mencapai kemenangan seesorang atau kelompok
dengan sebuah pemeo yaitu ‘siapa yang menang dialah yang berkuasa’
sebagai alat persuasi yang digumnakan sebagai alat mempengaruhi
5
manusia lain. Menurut Harsoyo, retorika sebagai suatu ilmu memiliki
beberapa sifat yaitu rasional, empiris, umum dan akumulatif. Sifat retorika
rasional karena apa yang disampaikan oleh pembicara haruslah rasional
dan juga logis. Empiris berarti memiliki fakta-fakta yang dapat diamati
oleh panca indra kita. Kemudian umum, berarti kebenran yang
disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasiakan karena memiliki
suatu nilai sosial. Dan yang terakhir adalah akumulatif yaitu berarti
perkembangan ilmu yang sudah ada sebelumnya, yaitu dengan
penggunaan bahasa baik lisan ataupun tulisan.
Aristoteles mempertegas bahwa manusia memiliki beberapa variasi
emosi dan hal ini dapat digunakan oleh seorang orator atau pembicara
guna unuk mempengaruhi audiensnya. Aristoteles juga memberikan
sebuah pengertian tentang retorika yaitu retorika sebagai seni yang
memilki nilai-nilai tertentu didalamnya. Nilai itu berisi nilai keadilan yang
mempunyai kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat. Menurut
Aritoteles retorika memilki beberapa fungsi yaitu sebagai tentang
pengetahuan yang mendalam tentang retorika dan latihan-latihan yang
medalam dalam retorika dapat mencegah retorika dipergunakan sebagai
alat penipuan: retorika pun sama halnya dengan dialektik yang dapat
memaksa orang untuk berpikir dan mengajukan sebuah pertanyaan.
6
2.2 Sejarah Perkembangan Retorika
7
adalah Empedocles, ia pernah berguru pada filsuf Masyhur, Phtytagoras, dan
dengan tuluisannya The Nature Of Things membawanya menjadi seorang
yang terkenal. Sebagai politikus, mistikus, orator, dan filosof, Empedocles
mengajarkan prinsip-prinsip retorika yang kelak dijual Gorgias kepada
penduduk Athena. Diantara tokoh-tokoh retorika yang banyak, penulis yang
dikategorikan sebagai the most important setelah Corax dan Empedocles
adalah Protagoras, Demosthenes, Isocrates, Plato dan juga Aristoteles.
Sejarawan menyebut kaum soophist juga berjasa dalam pengembangan
retorika dan mempopulerkannya. Bagi mereka retorika bukan hanya ilmu
berpidato, tetapi juga meliputi pengetahuan sastra, graatika dan logika.
Mereka juga mengajarkan tentang bagaimana cara memanipulasi ekonomi
yang dikenal dengan sebutan hypocrisis. Berkat kegigihan Protagoras dan
tokoh lainnya kemudian semakin banyak bermunculan jago-jago pidato pada
olimpiade, gedung perwakilan,. dan pengadilan. Demosthenes memiliki gaya
bicara yang bisa disebut tidak berbunga-bunga, jelas dan keras. Ia pandai
dalam menggabungkan argumentasi, ekspresionis ulung, lantang dan
memiliki cara yang unik saat berlatih. Yaitu dengan cara menyendiri di dalam
gua buatannya sendiri.
Adapun Isocrates adalah tokoh yang dikenal mengangkat retorika
sebagai ilmu terbatas. Keterbatasan inilah yang membuat retorika menjadi
ilmu yang hanya untuk kaum berada. Namun Isocrates sendiri telash
mendirikan sekolah retorika yang paling berhasil pada tahun 391 SM. Ia
mendidik siswanya dengan menggunkan kata-kata yang jernih tetapi tidak
berlebihan, juga dalam rentetan anak kalimat yang seimbang dengan
pergeseran gagasan yang lancar. Karena ia tidak memiliki suara dan
keberanian maka dari itu ia hanya menuliskan pidatonya dalam kertas saja. Ia
menuliskan risalah-risalah pendek dan kemudian menyebarkannya.
8
2.2.2 Retorika Romawi
Retorika pada zaman Romawi sempat mengalami gejala statis. Juga
tidak ada kemajuan yang berarti terciptanya, pasca De Arte Rhetorica, dua
ratus tahun sebelumnya digubah oleh Aristoteles. Terdapat pustaka pada
zaman romawi yakni Ad Herranium yang di tulis dalam bahasa Latin. Ad
Herranium hanya berbicara tentang warisan retorika gaya Yunani, dan itupun
hanya menekankan pada aspek praktisnya saja. Walaupun pada zaman
Romawi sempat mengalami gejala statis namun tidak menyurutkan pelajar
untuk terus belajar tentang retorika dan akhirnya lahirlah orator-orator ulung
seperti contohnya Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius, dan Cicero. Cicero
diyakini sebagai orator terbaik yang hidup pada zaman romawi. Menurut Will
Durant, Cicero menyajikan orasinya secara bergelora, menggunakan humor
dan anekdot, serta lihai dalam menyentuh perasaan pendengar, terampil
mengalihkan perhatian, tak jarang memberondong pertanyaan retoris yang
sulit dijawab, dan pandai pula menyederhanakan materi yang sulit.
Quintillianus mendirikan sekolah retorika yang akhirnya dapat
merobohkan perkembangan retorika di romawi yang statis. Menurut
Quintillianus retorika didefinisikan sebagai ilmu berbicara yang baik. Siapa-
siapa yang ingin mendalami retorika haruslah besar dari dalam keluarga yang
terdidik dan pendidikan orator pun harus tanamkan sedini mungkin, kalau
bukan sebelum ia terlahir. Dan seorang calon orator harus dibekali musik,
gimnastik, sastra, sains, filosofi dan gemar baca tulis, yang semua itu akan
mendekati sebagai manusia yang sempurna.
9
yang paling prinsipal adalah adanya kepemimpinan seperti adanya khilafah,
imamah, riasah, ataupun imarah yang baik. Penghidupan kembali ilmu-ilmu
yang sebelumnya telah mati suri terjadi di Timur pada zaman Daulat
Abbasiyah dan mencapai puncaknya pada masa khilafah Harun Al-Rasyid.
Pada masa itu hiduplah ahli bahasa yang terkenal mempelopori penyusunan
tata bahasa, seni bahasa, dan nada sajak. Pelopor tersebut adalah Kjalaf AL
Ahmar, Al Ashmai, Al Khalil bin Ahmas Al Farahidi, Akhfasyi Al Akbar,
Akhfasyi Al Awsath, Sibawaihi dan Al kisai.
Selama abad pertengahan ilmu retorika mencapai titik terdalamnya.
Penyelelidikan dan pendalaman ilmu retorika ditekan, sehingga menjadikan
perkembangan yang kreatif berlanjut kerdil.
Diantara kemajuan ilmu pengetahuan lainnya, ilmu retorika memiliki
kemajuan yang pesat. Hal ini dikarenakan retorika dalam tradisi keilmuan
islam didasari oleh banyak disiplin ilmu seperti diantaranya As Sharf, An
Nahwu, Al Ma’ani, Al Bayan, Al Balaghah, dan sebagainya, yang
keseluruhannya merujuk pada Al-Quranul Karim
10
Braciolini (1380-1459). Dia adalah seorang Philolog dan seorang pengumpul
karya tulisan dari zaman kuno. Dia mengumpulkan karya-karya dari
Quintillianus dan sebagian pidato dari Cicero. Kemudian tokoh retorika lain
adalah Valla (1407-1457) adalah seorang profesor ilmu retorika dari kota
Pavila, ia sangat berjasa karena memiliki peranan dalam menghidupkan
kembali ilmu retorika seperti pada zaman kuno,dan juga melihat bagaimana
pentingnya ilmu dialektika dan retorika sebagai sungguh-sungguh ilmu
filsafat. Kemudian tokoh lain adalah Ulrich Von Huten (1488-1523) adalah
tokoh yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu retorika.
Sebagai reaksi dari adanaya gerakan reformasi di Eropa, kemudian
munculah gerakan anti reformasi yang dipelopori oleh pater-pater Yesuit.
Dimana-mana dihidupkan kembali mimbar-mimbar khotbah gereja. Yang
terkenal dari kelompok anti reformasi ini adalah pemdiri Yesuit, yaitu
Ignatius dari Loyola (1491-1556) dan Petrus Kansius (1521)1597), misionaris
dari daerah-daerah yang berbahasa jerman. Selain itu muncul pengkhotbah
dari Ordo St. Agustinus, mereka terkenal karena menampilkan khotbah yang
praktis dihalam raja. Salah satunya adalah Abraham dari Santa Clara (
1644-1709), dari tangannya tersebut terbit buku tentang ilmu retorika yang
berjumlah 16 buku.
11
a. Prancis
Gerakan dalam aspek tertentu di prancis melahirkan penyair-penyair,
pengarang, moralis, dan pengkhotbah terkenal. Sampai pada saat revolusi
Prancis kepandaian berbicara hanya sampai pada di rumah- rumah biara.
Setelah revolusi tersebut retorika berkembang dan meluas sampai pada
kaum yang awam, dan justru masa setelah revolusi adalah puncaknya.
Tokoh-tokoh terkenal dari Prancis adalah di antaranya Mirabeaus (1749-
1791) dia adalah ahli pidato terkenal. Ia menguasai teknik berdebat,
memiliki suara yang jelas dan mimik yang menarik, kemudian
pengungkaopannya tajam dan juga logis. Kemudian ada Napoleon
Bonaparte (1769-1821) adalah seorang diktator yang memiliki banyak
bakat dan mengenal jiwa manusia secara teliti. Dia adalah seorang ahli
pidato yang luar biasa. Menurut dia kalimat yang dapat mempengaruhi
pendengar adalah kalimat yang pendek dan seringkali diulang. Napoleon
juga mengikuti kursus pidato dengan Talma ( 1763-1826) seorang pemain
teater dan guru ilmu retorika. Charles De Gaulle (1890-1970) adalah
seorang Jenderal yang mengangkat suara dari tempat pengasingannya di
London untuk mendorong rakyat Prancis supaya bertahan dalam
tantangan. Ia juga adalah seorang ahli pidato yang bersifat kepahlawanan.
b. Inggris
Ketika orang di Eropa, khususnya Jerman sebagian besar berkecimpung
dalam bidang puisi dan filsafat, rang Inggris mempelajari retorika secara
sistematis dan mengembangkannya dengan karakter tersendiri. Bangsa
Inggris yakin bahwa katakata yang diucapkan memiliki fdaya untuk
mempengaruhi dan menguasai manusia. Oleh karena itu ilmu retorika
dipergunakan sebagai ilmu untuk memperluas kekuasaan Kerajaan Inggris.
Secara alamiah orang Inggris adalah pendiam, dalam arti bahasa dan gerak
motorik geraknya kurang dinamis . Tetapi para pemimpin Inggris
mempelajari ilmu retorika secara teliti dan melatih diri secara intensif
dalam seni berbicara.
12
c. Amerika Serikat
Negara Amerika juga memiliki demokrasi Anglo-Amerikan, sudah
memiliki tradisi retoris parlemen sejak kira-kira dua ratus terakhir. Nenek
moyang orang Amerika adalah orang-orang yang pandai dalam berbicara,
tanpa memiliki modal berbicara tersebut akan sulit untuk menyatukan
bangsa Amerika untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan
Inggris. Retorika di Amerika memiliki beberapa tahap perkembangan
yaitu pada masa awal, selama perang saudara, dan abad XIX-XX.
d. Jerman
Sampai pada saat revolusi, ilmu retorika di jerman tidak dapat berkembang
dengan pesat. Dikarenakan oleh bangsa Jerman dikuasai oleh kaisar yang
terlalu otirite, sehingga orang bawahan atau rakyat jelata tidak memiliki
kebebasan untuk berbicara. Karena munculnyaa reformasi yang
diprakarsai oleh Marten Luther, kepandaian seni berbicara mulai
berkembang khususnya pada mimbar-mimbar Gereja baik oleh pemimpin
agama Proitestan maupun Katolik. Pada saat perang dunia kedua,
perkembangan ilmu retorika berkembang dengan pesat. Setelah kaum Nazi
pada tahun 1933 mengambil alih pucuk pemerintahan, retorika dijadikan
sebagai wadah untuk menanamkan pengaruh dianatar rakyat Jerman,
khususnya dikalangan generasi mudanya.
Demagog terkenal pada zaman ini adalah Adolf Hitler (1889-1945) dia
adalah Kanselir Jerman yang mengantar Jerman untuk menuju perang
dunia kedua dan serentak pula membawa Jerman pada keruntuhan dan
perpecahan pula. Seorang demagog yang terkenal pada zaman Nazi adalah
Herman Goering (1893-1946), Goering adalah presiden yang kelak akan
menjadi marsekal. Demagog lain yang terkenal pada zaman Nazi selain
Hitler dan Goering adalah Joseph Goebells (1897-1945) dia dalah menteri
yang menangani bagian propaganda pada masa Hitler.
Hitler dan Gobbels memberikan bukti historis bagaimana retorika yang
disalahgunakan, akan membawa malapetaka bagi suatu bangsa dan negara.
13
Dan setelah perang dunia kedua tidak ada lagi ahli pidato yang muncul di
Jerman.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Retorika berasal dari bahasa Inggris yaitu “ rhetoric” dan bersumber dari
perkataan latin yaitu “rhetorica” yang memiliki arti ilmu bicara. Ilmu retorika
diartikan sebagai kesenian untuk berbicara dengan baik, yang dicapai dengan
sebuah talenta dan tak lupa dengan ketrampilan teknis.
Retorika juga memilki sejarah perkembangan yang panjang, mulai dari zaman
Yunani, Romawi, Abad Pertengahan,Renaisans, hingga sampai pada zaman
modern.
Pelajaran retorika juga mulai diajarkan disekolah-sekolah. Seiring dengan
perkembangan zaman retorika terus berkembang hingga akhirnya memasuki
era modern dan terdapat pula beberapa tokoh politik dan ilmuan yang sangat
berperan penting. Dan pada akhirnya retrorika dikenal sebagai ilmu seni
berbicara yang digunakan dalam proses komunikasi umat manusia. Seni
berbicara ini tak hanya sekedar berbicara dengan jelas dan lancar namun juga
kemampuan untuk berpidato secara singkat, jelas dan mengesankan. Hingga
kini retorika digunakan dalam bidang atau lingkungan yang amat luas, seperti
bidang politik, perdagangan, seni, pendidikan, dan lain-lain.
3.2 Saran
Setelah diuraikan beberapa penjelasan tentang sejararah perkembangan
ilmu retorika yang telah diambil dari berbagai referensi, diharapkan mahasiswa
mengetahui serta memahami definisi serta perkembangan panjang retorika dari
zaman Yunani, Romawi, Abad pertengahan, Renaisans dan Humanisme, dan
juga zaman Modern.
15
DAFTAR PUSTAKA
Suardi. 2017. Urgensi Retorika Dalam Perspektif Islam dan Persepsi Masyrakat.
Jurnal Pemikiran Islam. 41(2): 130-134.
16