Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan

belum pernah menikah/kawin.Batasan ini ditetapkan berdasarkan

pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan

kematangan mental seseorang yang dicapai pada umur 21 tahun.

Keperawatan anak merupakan disiplin kesehatan yang berfokus pada

kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara

komprehensif dalam meberikan askep anak.

Perlu kita ketahui bahwa sekolah merupakan tempat belajar terbaik

untuk anak. Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. karakteristik

dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan

khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,

contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan

menjadi tulisan Braille (tulisan timbul) dan tunarungu berkomunikasi

menggunakan bahasa isyarat (bahasa tubuh).

Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia

kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The

American Academy Of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk

menyebut prematur.
Menurut World Health Organization’s Internationalization

Classification of Functioning, Disability and Health, anak - anak yang

mengalami cerebral palsy akan mengalami permasalahan seperti kelemahan,

kekakuan, kelambanan, dan mengalami masalah dengan keseimbangan.

Anak dengan cerebral palsy memiliki ketergantungan yang tinggi dalam

pemenuhan perawatan sehari-harinya untuk waktu yang lama.

Seorang anak yang mengalami cerebral palsy akan mengalami

hambatan sebagaimana yang dipaparkan di atas, tergantung pada tipe

maupun kategori yang didiagnosa. Hal ini juga dapat terkait dengan

beberapa permasalahan lain yang mungkin terlihat pada anak-anak yang

mengalami cerebral palsy (dalam Berker & Yalcin, 2010).

Indonesia merupakan negara dengan angka prematuritas tertinggi

kelima di dunia. Angka kejadian preeklampsia berat di Indonesia

sebanyak 31,04%. Bayi prematur memiliki resiko morbiditas jangka

pendek dan jangka panjang. Sebanyak hampir 50% bayi lahir prematur

memiliki masalah neurologis diantaranya seperti gangguan motorik

Pada bayi yang lahir prematur menurut penelitian yang dilakukan di

kecamatan semampir surabaya, 78% bayi lahir dengan kodisi berat badan

tidak mencukupi sehingga sangat berpotensi terjadi cerebral palsy.

. Cerebral palsy dapat mempengaruhi cara-cara anak menggerakkan

wajah, mulut dan kepala. Anak mungkin mengalami kesulitan untuk

menggigit, mengunyah dan menelan makanan, yang dapat mengakibatkan

konsumsi nutrisi yang rendah. (dalam Bagnara dkk, 2000).


Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan Juni 2019 dikatakan

bahwa Cerebral palsy merupakan salah satu bentuk ketidak normalan yang

cukup banyak terjadi dan dialami oleh para remaja. Ketidaknormalan secara

fisik pada remaja ini secara langsung ataupun tidak akan mempengaruhi rasa

penerimaan diri (self acceptance) pada mereka.

Menurut informasi yang didapatkan dari pembina fisioteraphy di

Yayasan Pembinaan Anak Cacat Makassar mengatakan bahwa sulawesi

selatan yaitu makassar adalah urutan ketiga di indonesia yang memiliki

penduduk cerebral palsy terbanyak.

Dari 154 orang siswa – siswi di Sekolah Luar Biasa Yayasa

Pembinaan Anak Cacat Makassar 15 orang anak yang mengalami cerebral

palsy dan mendapatkan teraphy khusus saat jam istirahat di kelas. Dan

melalui beberapa wawancara dengan orangtua anak ada beberapa anak yang

mengalami cerebral palsy dan lahir prematur.

Dengan melihat kejadian diatas maka mendorong peneliti untuk

meneliti masalah cerebral palsy dengan prematur sebagai dasar peningkatan

pengetahuan dan dituangkan dalam bentuk proposal dengan judul "

Hubungan Bayi Lahir Prematur Dengan Kejadian Cerebral Palsy Di Sekolah

Luar Biasa YPAC Makassar ".

B. Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dari

penelitian ini adalah apakah ada atau tidak ada " Hubungan Bayi Lahir
Prematur Dengan Kejadian Cerebral Palsy Di Sekolah Luar Biasa YPAC

Makassar?"

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara bayi lahir prematur dengan

kejadian cerebral palsy di Sekolah Luar Biasa YPAC Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan faktor – faktor terjadinya prematur

dengan kejadian Cerebral Palsy di Sekolah Luar Biasa YPAC

Makassar.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat ilmiah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu

pengetahuan dan informasi khususnya untuk di Sekolah Luar Biasa

YPAC.

2. Manfaat Institusi

Bagi Institusi, mewujudkan program pendidikan dengan

melaksanakan penelitian. Dan Sebagai bahan bacaan dan tambahan

referensi terkhusus untuk keperawatan anak pada kejadian bayi lahir

prematur dan penderita cerebral palsy di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Makassar.
3. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti

sendiri dalam rangka menambah wawasan keilmuan dan pengembangan

diri peneliti khususnya di bidang penelitian lapangan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Prematur

1. Definisi

Bayi prematur mengacu pada kelahiran bayi yang terjadi

sebelum ibu mencapai akhir dari minggu ke-37 usia kehamilan. Ada

berbagai tingkat prematuritas dan masing-masing membawa risiko

mereka sendiri. Bayi sangat prematur, lahir sebelum minggu ke-26,

adalah yang paling berisiko dan kadang-kadang dikenal sebagai

prematur mikro. Seorang bayi lahir pada 37 minggu atau lebih

dikenal sebagai bayi “term”, alias tepat waktu. Umumnya, semakin

dini kelahirannya, semakin tinggi pula risiko kesehatannya. Menurut

WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia

kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir).

The American Academy Of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu

untuk menyebut prematur. Inflamasi pada bayi prematur

meyebabkan proliferasi, diferensiasi dan kematian sel yang akan

menyebabkan Cerebral Palcy (CP), kejang, kelainan sensorik dan

kelainan kognitif.

2. Penyebab Prematur

a. Usia saat hamil.


Wanita berusia di bawah 16 tahun dan mereka yang berusia

lebih dari 35 tahun saat hamil memiliki peningkatan peluang 2-4

persen dari kelahiran bayi prematur, dibandingkan mereka yang

berada di rentang usia 21-24 tahun saat hamil.

b. Jarak antar kehamilan

Periode antar dua kehamilan yang berjarak hanya enam

sampai sembilan bulan antara kelahiran satu bayi dengan awal

kehamilan berikutnya diketahui meningkatkan risiko kelahiran

bayi prematur. Bahkan, lebih dari setengah dari perempuan

melaporkan kehamilan setelah 12 bulan melahirkan bayi pertama

mereka, melahirkan bayi berikutnya sebelum 39 minggu, menurut

temuan sebuah studi di BJOG: An International Journal of

Obstetrics and Gynaecology.

c. Riwayat kelahiran prematur

Risiko kelahiran bayi prematur meningkat pada wanita yang

memiliki riwayat melahirkan prematur sebelumnya. Bahkan, studi

menunjukkan wanita yang melahirkan prematur berada pada

tingkat peluang 30-50 persen lebih tinggi untuk mengalami

kelahiran bayi prematur di kehamilan berikutnya

d. Kehamilan kembar

Diperkirakan 50 persen dari kehamilan kembar dua berakhir

dalam kelahiran prematur dan hampir semua kejadian kembar

kelipatan yang lebih tinggi (90 persen) dilahirkan prematur.


Sebanyak 36 persen dari kembar tiga dilahirkan sebelum 32

minggu kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dilakukan

oleh Ifeoma Offiah dan tim peneliti dari Rumah Sakit Bersalin

Universitas Cork, Irlandia.

e. Berat badan saat hamil yang tidak memenuhi standard

Meskipun hampir setengah dari wanita mengalami kenaikan

berat badan terlalu banyak selama kehamilan, 21 persen tidak

mendapatkan jumlah yang disarankan, menurut sebuah studi

dalam jurnal Obstetrics and Gynecology.

f. Stres fisik

Enam belas ribu kelahiran prematur telah dikaitkan dengan

polusi udara di AS, menurut sebuah studi oleh NYU Langone

Medical Center. Daerah-daerah yang paling terpengaruh adalah

kabupaten kota.

g. Gaya hidup (alkohol, rokok, dan penyalahgunaan zat)

Alkohol dapat membahayakan perkembangan janin di

dalam rahim. Anda tidak boleh minum sama sekali pada trimester

pertama, dan idealnya tidak sama sekali sampai setelah

melahirkan. Jika Anda memilih untuk minum, batasi diri untuk

satu atau dua unit alkohol sekali atau dua kali seminggu,

maksimum.

h. Kesehatan mental ibu (depresi dan trauma)


Paparan peristiwa hidup traumatik telah dikaitkan dengan

kelahiran prematur kronis dan ekstrim. Eksposur didefinisikan

seperti kematian atau penyakit serius yang dialami kerabat dekat,

6 bulan sebelum konsepsi atau pada trimester pertama atau kedua

kehamilan, atau mengalami KDRT atau kekerasan seksual selama

Anda hamil. Kurangnya dukungan dari orang-orang sekitar dan

bahkan fasilitas kesehatan yang mumpuni juga dapat memicu

kelahiran bayi prematur.

B. Tinjauan Umum Tentang Cerebral Palsy

1. Defenisi

Cerebral Palsy (CP) adalah gangguan motorik dan postural


non-progresif dan juga umumnya menyebabkan disabilitas fisik
yang berat pada anak. Cerebral palsy menggambarkan
sekelompok gangguan permanen perkembangan gerakan dan
postur tubuh, menyebabkan keterbatasan aktivitas yang dikaitkan
dengan gangguan non-progresif yang terjadi di otak janin atau
bayi yang sedang berkembang (Campbell, et al.,2012).
William Little, yang pertama kali mempublikasikan
kelainan ini pada tahun 1843, menyebutkan dengan istilah
Cerebral Diplegia, sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia
neonatorum. Pada waktu itu, kelainan ini dikenal sebagai penyakit
dari Little. Sigmund Freud menyebut kelainan ini dengan istilah
Infantil Cerebral Paralysis, sedangkan Sir William Osler pertama
kali memperkenalkan istilah Cerebral Palsy. Nama lainnya
adalah Static Encephalopathies of Childhood (Soetjiningsih,
2016).
2. Etiologi

Cerebral Palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun


faktor lainnya. Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang
menderita kelainan ini, maka kemungkinan besar disebabkan oleh
faktor genetik. Menurut Soetjiningsih, kerusakan pada otak dapat
terjadi pada masa prenatal, natal, dan postnatal.
a. Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik,
kelainan kromosom.
b. Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun
c. Infeksi intrauterin: TORCH (Toxoplasma. Rubella atau
campak Jerman, Cytomegalovirus, Herpes simplexvirus) dan
silifis
d. Radiasi saat masih dalam kandungan
e. Keracunan saat kehamilan, kontaminasi air raksa pada
makanan, rokok, dan alkohol.
f. Riwayat obsetrik (riwayat keguguran, riwayat lahir mati,
riwayat melahirkan anak dengan berat badan < 2000 gram
atau lahir dengan kelainan morotik, tetardasi mental atau
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pemikiran Variabel

Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan pustaka

maka kerangka konsep dalam penelitian ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Usia Ibu Antenatal Care

Riwayat Penyakit Ibu Status Masa Gestasi

Lama Persalinan Berat Badan Lahir


Cerebral Palsy
Keracunan Zat Toxic saat Hamil Urutan Kehamilan

Riwayat Obstetri

Keterangan :

: Variabel Dependen yang diteliti

: Variabel Independen yang diteliti

: Penghubung antar Variabel

B. Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain). Variable juga

merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan

sebagaia suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu

penelitian (Nursalam, 2016).

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menetukan variable lain. Suatu kegiatan stimulus yang


dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variable

dependen. Variable bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan

diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap

variable lain (Nursalam, 2016). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah motivasi, ketersediaan waktu, dan pengetahuan.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variable

lain. Variable respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi

variabel-variabel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah

aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai

stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang

diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2016). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalan pelayanan home care pada lansia.

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2014).

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian

dari permasalahan (Nursalam, 2016).


1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak Ada Hubungan hubungan antara bayi lahir prematur

dengan kejadian cerebral palsy di Sekolah Luar Biasa YPAC

Makassar.

2. Hipotesis Alternatif (Ha/H1)

Ada Hubungan hubungan antara bayi lahir prematur dengan

kejadian cerebral palsy di Sekolah Luar Biasa YPAC Makassar.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode

penelitian cross sectional studi dengan pendekatan korelasi deskripstif untuk

mengetahui Hubungan Bayi Lahir Prematur dengan Kejadian Cerebral Palsy

di SLB – YPAC Makassar 2019.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang menjalani

teraphy dan sekolah di SLB - YPAC Makassar 2019 yakni sebanyak

154 anak.

b. Sample

Sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik purposive

sampling, dimana pengambilan data sesuai dengan karakteristik sampel

yang layak dimasukkan atau layak untuk diteliti sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai berikut (Sugiyono, 2010) :

a) Kriteria Inklusi

 Anak yang menjalani teraphy di SLB – YPAC Makassar

 Anak yang menderita Cerebral Palsy

 Anak yang ada di tempat penelitian ( Ruangan Teraphy )


b) Kriteria Eksklusi

 Anak yang menjalani teraphy di SLB – YPAC Makassar

 Anak yang menderita Cerebral Palsy

 Anak yang ada di tempat penelitian ( Ruangan Teraphy )

Dari 154 populasi didapatkan 15 anak yang memenuhi kriteria

inklusi dan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

C. Lokasi

Penelitian ini dilakasanakan di SLB – YPAC Makassar

D. Waktu

Penelitian ini laksanakan pada tanggal 30 September – 5 Oktober 2019

E. Variabel

a. Variabel Independen

 Usia Ibu

 Riwayat Penyakit Ibu

 Keracunan Zat Toxic saat Hamil

 Riwayat Obstetri

 Urutan Kehamilan

 Antenatal Care

 Status Masa Gestasi

 Lama Persalinan
 Berat Badan Lahir

b. Variabel dependen

Cerebral Palsy

F. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Cara Pengukuran Skala

Cerebral Palsy Cerebral palsy yang termasuk Wawancara Nominal

Golongan Ringan golongan ringan pada 1. Tidak

umumnya dapat hidup secara 2. Ya

mandiri, tanpa banyak

memerlukan bantuan orang

lain.

Cerebral Palsy CP yang memerlukan Wawancara Nominal


Golongan Sedang
pertolongan khusus dan 1. Tidak

pendidikan khusus agar anak- 2. Ya

anak tersebut dapat mengurus

dirinya sendiri dapat

pindah/ambulasi sendiri dan

dapat berbicara.

Cerebral Palsy Cerebral palsy yang termasuk Wawancara Nominal


Golongan Berat
golongan berat sudah 1. Tidak

menunjukkan kelainan yang 2. Ya

sedemikian rupa, sehingga


sama sekali sulit melakukan

kegiatan-kegiatan fisik dan

tidak mungkin dapat hidup

tanpa bantuan orang lain.

Usia Ibu Adalah usia saat ibu hamil Wawancara Nominal

anak yang menderita CP 1. < 20 atau >

35 tahun

2. 20 – 35

tahun

Riwayat Penyakit Riwayat penyakit yang Wawancara Nominal

Ibu dialami ibu saat kehamilan, 1. Memiliki

seperti : preeklamsi, DM dll riwayat

2. Tidak

memiliki

riwayat

Keracunan zat Proses masuknya zat yang Wawancara Nominal

toksik saat hamil bersifat toksik yang dapat 1. Ada

mempengaruhi pembentukan 2. Tidak ada

otak janinseperti alkohol,

rokok dan sebagainya

Riwayat obstetri Adalah riwayat kehamilan Wawancara Nominal

terdahulu menghasilkan 1. Riwayat

“outcome” jelek seperti buruk


abortus, lahir mati, kematian 2. Riwayat baik

neonatal dan bayi abnormal

Urutan Kelahiran Adalah urutan anak keberapa Wawancara Nominal

penderita Cerebral Palsy 1. Anak ke - 1

2. Anak ke -> 1

Antenatal Care Adalah frekuensi Wawancara Nominal

pemeriksaan selama 1. < 4 kali

kehamilan pada tenaga medis 2. > 4 kali

atau bidan

Status Masa Adalah periode sejak hari Wawancara Nominal

Gestasi pertama haid terakhir sampai 1. < 37 minggu

bayi dilahirkan, dihitung (bayi kurang

dalam minggu. Perhitungan bulan)

dilakukan oleh pemeriksa / 2. 37-42

penolong persalinan minggu (bayi

cukup bulan)

3. 42 minggu

atau lebih

(bayi lebih

bulan)

Lama Persalinan Adalah periode waktu antara Wawancara Nominal

permulaan persalinan yang 1. > 12 Jam

salah satu tandanya kencing- 2. < 12 jam


kencing sering sampai

lahirnya bayi

Berat Badan Lahir Adalah berat bayi lahir yang Wawancara Nominal

ukur dalam waktu 24 jam 1. < 2500 gram Nominal

setelah berlangsungnya 2. > 2500 gram

persalinan oleh dokter / bidan

penolong persalinan

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan lembar wawancara dan observasi.

H. Teknik Pengolaan Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh dengan cara wawancara dan observasi

dilapangan.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu catatan medis

YPAC, catatan medis responden dan sumber-sumber lainnya.


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB YPAC Makassar pada bulan oktober
2019. Jenis penelitian ini adalah metode penelitian observasi analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen.
Data diperoleh dari olahan data SLB YPAC, wawancara langsung dan
membagikan kuesioner yang memuat pertanyaan tentang aktifitas ibu saat
hamil, dimana proses pengisian kuesionernya didampingi langsung oleh
peneliti.
Pada penelitian ini diperoleh responden sebanyak 15 orang yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Data yang diperoleh
kemudian disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan distribusi frekuensi
serta presentase dari data-data tersebut.
1. Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan bayi lahir prematur pada
anak di fisioterapi SLB YPAC Makassar
Variabel F %
Tidak prematur 8 53,3
Prematur 7 46,7
Jumlah 15 100,0
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 1 diperoleh data dari 15 responden menunjukkan
bahwa bayi lahir prematur adalah yang tidak mengalami prematur
sebanyak 8 (53,3%) responden, dan untuk yang mengalami prematur
sebanyak 7 (46,7%) responden.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kejadian cerebral palsy pada
anak di SLB YPAC Makassar
Variabel F %
Ringan 7 46,7
Sedang 5 33,3
Berat 3 20,0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 2 diperoleh data dari 15 responden menunjukkan
bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian cerebral palsy
pada anak yang ringan sebanyak 7 (46,7%) responden, dan yang
mengalami cerebral palsy sedang sebanyak 5 (33,3) responden sedangkan
yang berat sebanayak 3 (20,0%) responden.
2. Analisis Bivariat
Tabel 3
Hubungan bayi lahir prematur dengan kejadian cerebral palsy pada anak di
ruangan fisioterapi SLB YPAC Makassar
Kejadian cerebral palsy Jumla
Bayi lahir Nilai
Ringan Sedang Berat h
prematur ρ
n % n % N % n %
Tidak 85 4 5
6 2 0 0 8
prematur ,7 0,0 3,3
0,034
14 6 1 4
prematur 1 3 3 7
,3 0,0 00,0 6,7
10 1 1 1 1
Jumlah 7 5 3
0,0 00,0 00,0 5 00,0
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 15 responden
(100,0) pada bayi lahir prematur yang tidak mengalami prematur dengan
kejadian cerebral palsy ringan yaitu 6 (85,7%) responden, responden yang
mengalami prematur dengan kejadian cerebral pasy ringan lebih sedikit
yaitu 1 (14,3%), dan untuk pada kejadian cerebral palsy sedang dengan
bayi lahir tidak mengalami prematur yaitu 2 (40,0%) dan yang mengalami
prematur yaitu 3 (60,0 %). Sedangkan pada kejadian cerebral palsy berat
dengan bayi lahir tidak prematur tidak ada (0%), dan yang lahir prematur
sebanyak 3 (100,0).

Anda mungkin juga menyukai