Pembimbing:
dr. Cipta Pramana, SpOG (K)
Disusun Oleh :
Geofanny Febrine Chandra
Cyntia Berliani S
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
- UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
RSUD KRMT WONGSONEGORO - SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Diajukan untuk
Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Obstetri dan Gynekologi
di RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO
Disusun Oleh :
Geofanny Febrine Chandra
Cyntia Berliani S
I. IDENTITAS
Nama penderita : Ny. T
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Meteseh Rt 04/01, Tembalang, Kota Semarang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 09 Agustus 2019
Ruang : Srikandi
No. RM : 384728
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 9 Agustus 2018 pukul 06.00
WIB di IGD Ponek RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.
Keluhan Utama : Keluar air dari jalan lahir sejak pukul 05.00
Riwayat pernikahan :
Pasien menikah 1 kali dengan suami sekarang, usia saat menikah 29 tahun
Riwayat Obstetri :
G2P1A0
No. Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Jenis Keadaan
partus partus hamil persalinan persalinan kelamin anak
1 2015 RSWN aterm SC dokter Minus 9 Laki- Hidup,
laki/3900 sehat
gr
2 2019 Hamil
ini
Selama kehamilan pasien sudah melakukan 3x kontrol kehamilan di pusskesmas rowosari dan
hasil pemeriksaan normal
Riwayat Kontrasepsi :
Riwayat Alergi :
Riwayat obat maupun makanan disangkal
Abdomen :
Inspeksi → perut membuncit, striae (+), linea nigra (+), bekas operasi (+).
Palpasi →
- Leopold
Leopold 1 : Teraba besar bulat lunak tidak melenting (bokong)
Leopold 2 : Perut sebelah kanan teraba memanjang punggung, perut
Sebelah kiri teraba kecil-kecil ekstremitas
Leopold 3 : Teraba bulat keras melenting (kepala)
Leopold 4 : Konvergen (belum masuk PAP)
- TFU : 18 cm
TBJ dihitung dengan rumus :
(TFU-12)x155 = (18-12) × 155
= 930 gr
- DJJ : 137 kali/menit
- HIS : tdk ada
- Genitalia :
- Inspeksi vulva-uretra: tenang, perdarahan aktif (-)
- VT : portio lunak, arah posterior, 1 cm, KK (-), EFF 10%,
penurunan bagian bawah janin: kepala masih tinggi .
Presentasi kepala U, hodge I (station -3), ppv air ketuban,
lakmus test +,
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 09 Agustus 2019
HEMATOLOGI Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 10,4 (L) g/dl 11,7 – 15,0
Hematokrit 31,80 (L) % 35-47
Jumlah Eritrosit 3,63 (L) /uL 4,2 – 5,4
Jumlah leukosit 12,9 (H) /uL 3,6-11,0
Jumlah trombosit 312 /ul 150- 400
Gula Darah Sewaktu 79 mg/Dl 70-110
HBsAg Negatif Negatif
Urinalisa Protein negatif
VII. DIAGNOSIS
Diagnosa Kerja
G2P1A0 usia 33 tahun Hamil 26 minggu 4 hari
Janin 1 hidup intra uteri, presentasi kepala U, punggung kanan
Inpartu Kala 1
KPD 1 jam (9/8/2019 pukul 05.00)
PPI
Riw. SC 4 th yll a/i miopia tinggi ( -8 dan – 9)
VIII. TATALAKSANA
- Medikamentosa :
1. Nifedipine 3x10mg
2. Inj cefotaxim 1gr-IV
3. Inj Dexamethason 2x2 amp ( mulai tanggal 10/8/19- 12/8/19)
4. IVFD RL 20tpm
- Non medikamentosa
1. Bedrest
IX. CATATAN PERKEMBANGAN
A: G2P1A0 33 th hamil 26 mg 5 hr
partus prematurus imminen
KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 )
Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 )
Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i
miopi tinggi )
P Pengawasan 10
Menganjurkan ibu untuk tidur miring
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Jam 09.30 dr. cipta, Sp.OG visit advice
* terapi lanjut
* dexa 2x2 amp
PROGRAM
* Nifedipine 3 x 10 mg -->jm 22.00 + , jm 06.00 +
* Dexa 2x2 amp
* Bedrest;
11/08/2019
S: ibu mengatakan keluar air ketuban, kenceng2
(-),
gerakan janin aktif.
O:
KU: baik.cm
TD: 120/70 mmHg Nadi : 88 x/mnt Suhu : 36,2 C
RR : 20 x/mnt
Terpasang infus RL 20 tpm
HIS : tidak ada
DJJ : 145 x/mnt
PPV : air ketuban
tgl 9/8 2019 jam 08.30 VT pembukaan 1 cm eff 10
%
KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru
A: G2P1A0 33 th hamil 26 mg 6 hr
partus prematurus imminen
KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 )
Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 )
Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i
miopi tinggi )
P Pengawasan 10
Menganjurkan ibu untuk tidur miring
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
PROGRAM
* Nifedipine 3 x 10 mg --> Jam 22.00 (-)
* Dexa 2 x 2 amp --> jam 20.00 (+) ke3
* Bedrest
O : KU: baik.cm
TD: 110/80 mmHg Nadi : 88 x/mnt Suhu : 36 C
RR
: 20 x/mnt
Terpasang infus RL 20 tpm
HIS : tidak ada
DJJ : 143 x/mnt
PPV : -
tgl 9/8 2019 jam 08.30 VT pembukaan 1 cm eff 10
%
KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru
A: G2P1A0 33 th hamil 27 mg
partus prematurus imminen
KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 )
Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 )
Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i
miopi tinggi )
P Pengawasan 10
Menganjurkan ibu untuk tidur miring
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
PROGRAM
* Nifedipine 3 x 10 mg --> Jam 22.00 (+) jam 06
* Bedrest;
O: KU: baik.cm
Tekanan Darah : 110/70 ;Pernapasan : 20 ;Nadi :
80
;Suhu: 36.4
HIS : tidak ada
DJJ : 145 x/mnt
PPV : lendir
tgl 9/8 2019 jam 08.30 VT pembukaan 1 cm eff 10
%
KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru
P Pengawasan 10
Menganjurkan ibu untuk tidur miring
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
PROGRAM
* therapy lanjut
* tunda plg
* Nifedipine 3 x 10 mg --> jam 22.00 (+), jam
06.00
(+)
* Bedrest
15/08/2019 S: ibu mengatakan rembes (-), gerakan janin
aktif,
02.06 kenceng2 (+
O : KU: baik.cm
Tekanan Darah : 110/70 ;Pernapasan : 20;Nadi :
82
;Suhu : 36.6
HIS : tidak ada
DJJ : 145 x/mnt
PPV : lendir
VT pembukaan 1 cm eff 10 %
KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru
jam 13.30 vt pembukaan 2cm kk+ melekat kepala
turun H1
A: A G2P1A0 33 th hamil 27 mg 2 hr
partus prematurus imminen
KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 )
Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 )
Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i
miopi tinggi )
P Pengawasan 10
Menganjurkan ibu untuk tidur miring
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
PROGRAM :
* observasi
* Nifedipine 3 x 10 mg --> jam 22.00 (+) jam
06.00
(+)
* terapi lanjut
advice dr cipta SPOG:
- tidak perlu pasang infus RL lagi
O
KU: baik.cm
Tekanan Darah : 120/70 ; Pernapasan : 16; Nadi :
85
;Suhu : 36.5
PPV : bloodslim
jam 07.00 vt pembukaan lengkap kk (-) kepala
turun
H2
HIS 3 X10m/35 d ppv +djj 134 x/m
jam 09.00 Vt pembukaan tetap
HIS 3 X10m/35 d ppv +djj 138 x/m
Jam 14.00 VT pembukaan tetap
HIS 3X10m/35 d ppv +djj 146 x/m
A : G2P1A0 33 th hamil 27 mg 2 hr
inpartu kala II
partus prematurus
KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 )
Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 )
Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i
miopi tinggi )
P Pengawasan 9
Menganjurkan ibu untuk tidur miring
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Melaksanakan advice dokter
Visite dr Cipta SpOG :
-Tunggu dan evaluasi
- partus pervaginam
B : ku: baik, cm
14.30
vt pembukaan lengkap kk- eff 30% kep turun h1
his: 3x/10/35
djj: 146 x/m
O KU: baik.cm
Tekanan Darah : 110/70 ; Pernapasan : 20; Nadi :
84
;Suhu : 36.4
PPV : bloodslim
Jam 14.00 VT pembukaan tetap ( lengkap kk- kep
turun h2 )
HIS 3X10m/35d
PPV: bloodslim
DJJ: 146 x/m
A G2P1A0 33 th hamil 27 mg 2 hr
inpartu kala II
partus prematurus
KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 )
Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 )
Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i
miopi tinggi )
P Pengawasan 9
Menganjurkan ibu untuk tidur miring
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Melaksanakan advice dokter
Visite dr Cipta SpOG :
- Tunggu dan evaluasi
- Partus Pervaginam
lapor dr cipta spog, adv:
- drip oxy mulai 8tpm
jam 19.30 - 20.30 di coba pimpin mengejan, bayi
belum lahir. DJJ: 142x/m
>> pesen NICU (+) pr. vinka;
A G2P1A0 33 th hamil 27 mg 3 hr
inpartu kala II
partus prematurus
KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 )
Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 )
Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i
miopi tinggi )
P Pengawasan 9
Menganjurkan ibu untuk tidur miring
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Melaksanakan advice dokter
PROGRAM
- Tunggu dan evaluasi
- Partus Pervaginam
- drip oxy mulai 8tpm + jam 16.00 + habis +
>> pesen NICU (+) pr. vinka
jam 22.00 lapor dr cipta +
adv
- ditunggu saja
- lanjut indksi botol ke 2;
O ku : baik, cm
terpasang Inf RL + 10 IU oxy 20 tpm
HIS + 2- 3m/ 45 d ppv + djj 152 x/m
VT pembukaan lengkap kk - kep turun H III +
02 3lt/m +
A Inpartu kala II
Partus prematurus
O ku : baik, cm
terpasang inf RL + 10 IU oxy 20 tpm
TFU setingfgi pusat CUT lembek
ppv 50 cc, mengalir aktif
tali pusat terlihat pendek
O KU: Baik, CM
13.30 TD : 83/53 N : 118 RR : 20 S : 36.2
TAKI Terpasang inf RL + oksitosin 10 unit 20 tpm
---> HES 20 tpm jm 14.00
TAKA terpasang Inf RL guyur
A P2A033 TH
Inpartu Kala IV
Plasenta Restan
Post HPP
post 3 guyur RL
13.15 dr Cp visite :
- tdk boleh pindah DK ,
- cek HB skrg + H -
- terapy spt biasa
- infus 2 jalur lanjut dulu
- curet tgl 17/8 jm 09.00 , IC - IBS - anestesi -
- Usaha PRC 1 kolf +, usaha + dpt –
14.00 Lap dr Cp :
- masuk HES 1 flash
- Usaha PRC II kolf, usaha + dpt -
- PRC I masuk dulu tanpa crossmatch . IC - , form
laborat -
- Infus drip oxytosin 1 sampai 2 ampul
13.55 B KU : baik, cm
taka Terpasang Inf RL + 10 IU oxy 20 tpm
Taki terpasang Inf RL + 10 IU oxy 20 tpm
TD : 70/40 N : 112 RR : 20 S: 36
TFU 3 jr bwh pusat CUT keras
PPV dbn
urine 20 cc
A post HPP
palcenta restan
Post partum spontan
14.00 Lap dr Cp :
- masuk HES 1 flash
- Usaha PRC II kolf, usaha + dpt -
- PRC I masuk dulu tanpa crossmatch . IC - , form
laborat -
- Infus drip oxytosin 1 sampai 2 ampul ;
17/08/2019 S pasien mengatakan tdk ada keluhan
O KU: baik
TD104/65
N:85x
RR:18x
Suhu 36.4 C
SPO2: 98%
A P2A0 33 TH
post partum spontan H-1
Plasenta Restan
Post HPP
anemia berat (HB:6.4gr/dl)
post transfusi PRC 1 kolf
P
- Infus drip oxytosin 1 sampai 2 ampul
- jika prc ke 2 habis langsung tranfusi prc ke 3
- setelah tranfusi prc ke 3 habis, cek lab
- Premed inj dexa 1 ampul
- Perbaikan ku dulu
- Curet sementara tunda dulu
-PO:amoxicilin 3x 500mg jam
asam mefenamat 3x 500mg
methergin 3x 1
tambah darah 1x1
vit A 200.000 ke -2n tidakada keluhan
jernih
hasil laborat tgl 16/8/2019
hb post tranfusi 3 kolf :8.2 hemtrokrit 24.10
trmobo
:314 lekosit :36.1
EWS : 0
IRA NURHALVINA WIJAYANTI
AMKEB (BIDAN)
18/8/19 10:11 Srikandi A P2A0 33 TH
post partum spontan H-2
Plasenta Restan
Post HPP
anemia sedang t ( HB:8.2)
post transfusi PRC 3 kolf
IRA NURHALVINA WIJAYANTI
AMKEB (BIDAN)
18/8/19 10:11 Srikandi P Pengawasan post partum
Mengajarkan perawatan luka perineum
Mengajarkan dan bantu ibu mobilisasi
Memfasilitasi pemberian nutrisi
PROGRAM :
- Tunda curet
- Perbaikan KU dulu
- infus drip oksitosin 1 sampai 2 ampul
- PO :
Asam mefenamat 500 mg / 8 jam , jam 14.00
+
Methergin 1 tab / 8 jam , jam 14.00 +
Tambah darah 1 tab / 24 jam , jam 14.00 (+)
jam 07.30dr cipta spog viste advice:
usaha prc 1 kolf - dapat -
amox diganti injeksi cefotaxime 2.1 jam 20.00 (-)
19/8/2019 S ibu mengatakan sdh tdk ada keluhan
KU : Baik, CM
07.00 TD : 120/68 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 84
SpO2 : 98%
09.00 TD : 121/62 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 82
SpO2 : 98%
12.00 TD : 121/62 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 82
SpO2 : 99%
14.00 TD : 115/71 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 84
SpO2 : 99%
TFU 2 jr bwh pusat, CUT keras
PPV 30 cc, lochea rubra(+)
hasil laborat tgl 19/8/2019 :
post tranfusi 4 kolf --> HB 10.0 Leco: 26.1 HT:
29.80
EWS : 0
NIA KURNIA Amd.Keb (BIDAN)
19/8/19 13:35 Srikandi A P2A0 33 TH
post partum spontan H-3
Plasenta Restan
Post HPP
post transfusi PRC 4 kolf
NIA KURNIA Amd.Keb (BIDAN)
19/8/19 13:35 Srikandi P Pengawasan post partum
Mengajarkan perawatan luka perineum
Mengajarkan dan bantu ibu mobilisasi
Memfasilitasi pemberian nutrisi
PROGRAM :
- Kuretase tgl 20-8-2019 jam 17.00
TT (-)
- Perbaikan KU dulu
- infus drip oksitosin 1 sampai 2 ampul
- PO :
Asam mefenamat 500 mg / 8 jam --> jam
14.00 (+)
Methergin 1 tab / 8 jam --> jam 14.00 (+)
Tambah darah 1 tab / 24 jam --> jam 14.00
(+)
- Injeksi cefotaxime 2x1 --> jam 08.00 (+)
- Inj Ca Gluconas (+) jam 09.00;
NIA KURNIA Amd.Keb (BIDAN)
KU : Baik, CM
Tekanan Darah : 120/80
Pernapasan : 20
Nadi : 87
Suhu : 36
TFU 3 jr bwh pusat, CUT keras
Hb post tranfusi 10,0
A P2A0 33 TH
post partum spontan H-5 post kuret a/iPlasenta
Restan
Post HPP
post transfusi PRC 4
P Boleh Pulang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi
Ketuban pecah dini ini merupakan salah satu masalah yang paling umum di kebidanan,
komplikasi yang rumit terjadi sekitar 5% sampai 10% dari kehamilan aterm dan sampai
dengan 30% kelahiran premature.2,3 Masalah ketuban pecah dini memerlukan perhatian yang
besar, karena prevalensinya cenderung meningkat. Kejadian ketuban pecah dini aterm terjadi
pada sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan PPROM terjadi pada sekitar 2-3% dari semua
kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar.4
Meskipun korion lebih tebal dari amnion, namun amnion memiliki gaya tarik yang
lebih besar. Korion ini menyerupai selaput epitel pada umumnya, dengan polaritas yang
diarahkan ke desidua maternal. Saat kehamilan berlanjut, vili trofoblastik dalam lapisan
korion mengalami regresi.5
Cairan Ketuban
Sejak awal kehamilan cairan ketuban telah dibentuk. Cairan ketuban merupakan
pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar
natrium, ureum, kreatinin tidak berbeda dengan kadar serum ibu, artinya kadar di cairan
ketuban merupakan hasil difusi dari ibunya. Cairan ketuban mengandung banyak sel janin
(lanugo,verniks kaseosa). Fungsi cairan ketuban yang juga penting ialah menghambat bakteri
karena mengandung zat seperti fosfat dan seng.4
Selaput amnion yang meliputi permukaan plasenta akan mendapatkan difusi dari
pembuluh darah korion di permukaan. Volume cairan amnion berhubungan dengan usia
kehamilan, dimana saat usia 12 minggu terdapat cairan amnion sebanyak 50 ml, 400ml pada
20 minggu, dan mencapai puncaknya yaitu 1 liter pada usia kehamilan 36-38 minggu. Pada
kehamilan aterm rata-ratadidapatkan volume sebanyak 600-800 ml, dengan PH 7,2 dan massa
jenis 1,0086. Setelah 20 minggu produksi cairan berasal dari urin janin. Sebelumnya cairan
amnion juga banyak berasal dari rembesan kulit, selaput amnion dan plasenta. Janin juga
meminum cairan amnion yang diperkirakan sebanyak 500ml/hari. Selain itu, cairan ada yang
masuk ke paru sehingga penting untuk perkembangannya.4,7
Produksi Pembuangan
Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.4
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini
seperti:9
1. Serviks inkompeten, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
serviks uteri (akibat persalinan, kuretase, atau tindakan bedah obstetri lainnya).
2. Ketegangan rahim berlebihan (tekanan intra uterin meningkat secara berlebihan /
overdistensi uterus: seperti pada keadaan trauma, kehamilan ganda, hidramnion).
3. Kelainan letak janin dan rahim misalnya: letak sungsang dan letak lintang, sehingga
tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
4. Kemungkinan kesempitan panggul dimana bagian terendah belum masuk PAP
misalnya pada Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).
5. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah (Amnionitis/Korioamnionitis).
6. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, ataupun kelainan genetik).
7. Akhirnya, pecahnya selaput ketuban juga dapat disebabkan oleh trauma dan setelah
fetoskopi atau amniosentesis (iatrogenic).
Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin
panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda kehamilan, makin sulit
upaya penatalaksanaannya tanpa menimbulkan morbiditas janin.
Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi urerus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh.4
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah. 4
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah:
Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen;
Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat
oieh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. 4
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat
peningkatan MMP, cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini. 4 Selaput ketuban sangat kuat pada
kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan
selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan
janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya
ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan
prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari
vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks,
solusio plasenta. 4
Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). Termasuk
diantaranya; high virulensi yaitu Bacteroides, dan low virulensi yaitu Lactobacillus.4 Kolagen
terdapat pada lapisan kompakta ketuban, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifasi dan inhibisi
interleukin-1 (iL-1) dan prostaglandin. 4
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.4
Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm harus meliputi 3
hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan presentasi janin, dan penilaian
kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua pemeriksaan penunjang terbukti signifikan
sebagai penanda yang baik dan dapat memperbaiki luaran. Oleh karena itu, akan dibahas mana
pemeriksaan yang perlu dilakukan dan mana yang tidak cukup bukti untuk perlu dilakukan.2
- Pemeriksaan penunjang
Pada beberapa kasus, diperlukan tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan
lain keluarnya cairan/ duh dari vagina/ perineum. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru. Tes ini digunakan untuk membedakan
cairan amnion dari urin dan sekresi vagina. Selama hamil, pH normal vagina adalah 4,5 – 6,0
dan urin memiliki pH ≤ 6,0. Sedangkan pH cairan amnion 7,1 – 7,3. Pemeriksaan ini
dilakukan pada saat pemeriksaan vagina dengan spekulum dan diletakkan kertas nitrazin.
Mukus servikal, darah, dan semen merupakan penyebab tersering terjadinya false positif.
Fern test juga dilakukan untuk membedakan cairan amnion dengan cairan lainnya.
cairan dari fornix posterior ditempatkan pada slide dan dibiarkan kering di udara, cairan
ketuban akan membentuk pola fernlike kristalisasi (bentuk pakis) pada mikroskop.2,10
Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas setelah menjalani pemeriksaan fisik, tes
nitrazin dan tes fern, dapat dipertimbangkan. Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor
binding protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda dari persalinan preterm, kebocoran cairan
amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki sensitivitas yang rendah. Penanda tersebut juga
dapat dipengaruhi dengan konsumsi alkohol. Selain itu, pemeriksaan lain seperti pemeriksaan
darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak memprediksi infeksi neonatus pada KPD preterm.
Untuk memastikan adanya tanda infeksi dengan pemeriksaan leukosit darah >
15.000/mm3.2,4,10
- Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ultrasound dapat menentukan usia kehamilan, presentasi janin,
dan jumlah cairan amnion. Ketuban Pecah Dini dapat dikonfirmasikan dengan adanya
oligohidramnion. Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan amnion yang
berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan janin
terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah besar. Normalnya volume
cairan ketuban tidak menyingkirkan diagnosis, hal ini dapat disebabkan jika jumlah cairan
ketuban yang keluar hanya sedikit. Normal volume cairan ketuban antara 250 – 1200 cc.
Dijelaskan bahwa terjadinya persalinan dan adanya infeksi jarang terjadi jika terdapat volume
cairan amnion adekuat.2,4,10
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari ketuban pecah dini yaitu, inkontinensia uri, peningkatan
sekresi vagina pada saat kehamilan (fisiologis), cairan eksogen (semen), dan fistel
vesikovaginal. Selain itu amnionitis dengan keluhan cairan vagina berbau, demam menggigil
dan nyeri perut, djj cepat harus disingkirkan.10
Tatalaksana
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas dan morbiditas
perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atau akibat kelahiran preterm
pada kehamilan dibawah 37 minggu. Prinsipnya penatalaksanaan ini diawali dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang yang mencurigai tanda-
tanda KPD. Setelah mendapatkan diagnosis pasti, dokter kemudian melakukan
penatalaksanaan berdasarkan usia gestasi. Hal ini berkaitan dengan proses kematangan organ
janin, dan bagaimana morbiditas dan mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun
tokolisis.2
Lakukan penilaian awal pada ibu hamil dan janin, yaitu : 4
Memastikan diagnosis
Menentukan usia kehamilan
Evaluasi infeksi maternal atau janin, pertimbangkan butuh antibiotik atau tidak
terutama jika ketuban pecah sudah lama
Dalam kondisi inpartu, ada gawat janin atau tidak
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktif dan
konservatif. Manajemen konservatif adalah penanganan dengan pendekatan tanpa intervensi,
sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih aktif mengintervensi persalinan.2
Penderita dengan kemungkinan Ketuban Pecah Dini harus masuk rumah sakit untuk
diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang
untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat janin,
persalinan diterminasi. Bila Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur, diperlukan
penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien Ketuban Pecah
Dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya
bergantung pada usia kehamilan. 4
Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila
tidak ahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32 -
34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (saibutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia
kehamilan 32 - 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda
infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32 - 37 minggu
berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2
hari, deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. 4
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat
pula diberikan misoprostol 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.4
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.
Komplikasi
Komplikasi akibat ketuban pecah dini dapat terjadi pada ibu maupun janin.
Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi intrauterin. Infeksi tersebut dapat
berupa endomyometritis, maupun korioamnionitis yang berujung pada sepsis. Pada sebuah
penelitian, didapatkan 6,8% ibu hamil dengan KPD mengalami endomyometritis purpural,
1,2% mengalami sepsis, namun tidak ada yang meninggal dunia.12
Diketahui bahwa yang mengalami sepsis pada penelitian ini mendapatkan terapi
antibiotik spektrum luas, dan sembuh tanpa sekuele. Sehingga angka mortalitas belum
diketahui secara pasti. 40,9% pasien yang melahirkan setelah mengalami KPD harus dikuret
untuk mengeluarkan sisa plasenta, 4% perlu mendapatkan transfusi darah karena kehilangan
darah secara signifikan.12
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada janin adalah persalinan lebih
awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya selaput amnion sampai persalinan
secara umum bersifat proporsional secara terbalik dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi.
Sebagai contoh, pada sebuah studi besar pada pasien aterm menunjukkan bahwa 95% pasien
akan mengalami persalinan dalam 1 hari sesudah kejadian. Sedangkan analisis terhadap studi
yang mengevaluasi pasien dengan preterm 1 minggu, dengan sebanyak 22 persen memiliki
periode laten 4 minggu. Bila KPD terjadi sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat
mengalami sekuele seperti malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing
enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventrikel, dan sindrom distress
pernapasan.12
ANALISIS KASUS
Pada kasus didapatkan Ny. T, 33 tahun dengan diagnosis G2P1A0 hamil 26 minggu 4
hari dengan ketuban pecah dini. Diagnosis ini detegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Atas dasar :
Pada anamnesis didapatkan keluar air dari jalan lahir sejak 1 jam sebelum masuk
rumah sakit. Demam, nyeri abdomen, dan riwayat trauma sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan obstetrik didapatkan Janin 1 Hidup intra uterin, presentasi kepala,
punggung kanan belum masuk PAP. DJJ 137X/menit. HIS (-) tdk ada
Pemeriksaan dalam didapakan hasil pembukaan 1 cm, KK (-), efficement 10%,
penurunan kepala masih tinggi. PPV (+) cairan ketuban (lakmus tes + )
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia
Jadi penatalaksanaan pada pasien ini dapat kita lakukan pemberian induksi untuk
diusahakan lalu dilakukan kuretase
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. American College of Obstetrics and Gynecology. ACOG Practice Bulletin No. 80:
Premature rupture of membranes. Clinical management guidelines for obstetrician-
gynecologists. Obstet Gynecol. 2007 Apr;109(4): h. 1007-19.
2. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Ketuban Pecah Dini. POGI. 2016.
3. Gibbs RS, et all. Danforth’s Obstetrics and Gynecology, 10th Ed. Wolters Kluwers:
Lippincott Williams & Wilkins, 2008; h.188-197
4. Saiffudin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ketuban Pecah Dini Dini. Soetomo
Soewarto. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiriharjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2011. h. 677-80.
5. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD.Williams Obstetrics. 24 st edition.2014. h. 98-100
6. Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. Contemporary diagnosis and management of
preterm premature rupture of membranes. Rev Obstet Gynecol. 2008 Winter;1(1): h.
11-22.
7. Dutta DC. Textbook of Obstetrics, including perinatology and contraception. 8th
edition. The Health Sciences Publisher. 2015
8. Alamsyah M, Handono B. Ketuban pecah dini pada kehamilan preterm. Dalam:
Prematuritas. PT Refika aditama. Bandung; 2009. h. 95-112
9. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD.Williams Obstetrics. 24 st edition.2014. h. 98-100
10. Sualman K. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Preterm.
Universitas Riau, Pekanbaru. 2009
11. Yang LC, Taylor DR, Kaufman HH, Hume R, Calhoun H. Maternal and Fetal
Outcomes of Spontaneous Preterm Premature Rupture of Membranes.
http://www.jaoa.org/content/104/12/537.full
12. Beckmann CRB, Ling FW, Barzanzky BM, Herbert WNP, Laube DW, Smith RP.
Obstetrics and gynecology. 6th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
13. Angsar MD. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam; Saifuddin AB, editor ilmu
kebidanan. Edisi IV. Jakarta; PT bina pustaka sarwono prawirohardjo; 2010. Hal 530-
559