Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aldo Risky Pratama

NIM : H1041191035
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Judul Tugas : Sejarah Bahasa Indonesia

Sejarah Bahasa Indonesia

Seperti kita ketahui bersama bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh rakyat
Indonesia dalam berkomunikasi dan sudah kita ketahui juga, Bahasa Indonesia kini juga sudah banyak
di pelajari di luar negeri bahkan ada juga perguruan tinggi yang menjadikan pelajaran Bahasa
Indonesia menjadi pelajaran yang penting untuk di pelajari salah satunya pada Tokyo University of
Foreign Studies (TUFS) di Negara Jepang. selain itu Bahasa Indonesia juga menjadi identitas bangsa
kita di tengah-tengah bangsa lain di dunia. Berikut saya akan menceritakan singkat sejarah Bahasa
Indonesia.

Bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa Nasional pada tanggal 28 Oktober 1928.
pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan
berikrar, Ikrar para pemuda ini dikenal dengan Sumpah Pemuda yang salah satu unsur nya berbunyi.
“menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda ini
menyatakan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia, dan Bahasa
Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada
saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara Selain kedudukan sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera di
dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. Di dalam kedudukan sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) bahasa resmi negara; (2) bahasa pengantar di dalam dunia
pendidikan; (3) alat perhubungan dalam tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah; dan (4) alat pengembangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kemudian pada putusan Kongres Bahasa Indonesia II
tahun 1954 di Medan yang, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu. Bahasa Indonesia yang kini kita gunakan sebagai bahasa resmi di negara kita berasal dari
bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang kita gunakan sekarang merupakan bahasa Melayu sesepuh atau
melayu tua dan sampai sekarang masih dapat kita selidiki sebagai peninggalan masa lampau.
Penelitian yang dilakukan lebih lanjut oleh para ahli, bahkan menghasilkan penemuan bahwa bahasa
Austronesia (adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya) , itu juga mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan bahasa-bahasa yang dipergunakan di daratan Asia tenggara. Sudah
dari dahulu kala, bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu dikenal oleh penduduk daerah yang bahasa
sehari-harinya bukan dari bahasa Indonesia atau Melayu.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu
ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang
Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan
Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa
Melayu Kuno. Bahasa Melayu Kuno itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa
Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti
berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuno
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku
pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antar suku di Nusantara maupun
sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam,
baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun
1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-
Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di
wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena bahasa
Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh
corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa
Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada
masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Kebangkitan Nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan
kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa
Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai
oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. (from: berbagai
sumber).

Apa sebab Bahasa Melayu yang dijadikan Bahasa Nasional? Dan Mengapa tidak bahasa Jawa atau
bahasa Sunda yang jumlah pemakaiannya meliputi hampir seluruh penduduk Indonesia dan juga
bahasa yang kesusastraannya sudah maju dibandingkan dengan bahasa Melayu dan bahasa-bahasa
daerah lainnya? Prof. Dr. Slamet mulyana mengemukakan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya,
antara lain sebagai berikut.

1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua franca di
Indonesia, bahasa perhubungan atau bahasa perdagangan. Dengan bantuan para pedagang, bahasa
Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu
menjadi bahasa penghubung antara individu.

2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari. Tak dikenal tingkatan bahasa
seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau perbedaan pemakaian bahasa kasar dan halus seperti
dalam bahasa Sunda atau bahasa Jawa.
3. Faktor psikologis, yaitu suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, semata-mata didasarkan pada keinsafan akan manfaatnya ada
keikhlasan mengabaikan semangat dan rasa kesukuan karena sadar akan perlunya kesatuan dan
persatuan.

4. Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu. Jika bahasa itu tidak
mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang luas,
tentulah bahasa itu tidak akan dapat berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Pada kenyataannya
dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai untuk merumuskan
pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas.

Prof. Soedjito menjelaskan secara sederhana alasan mengapa bahasa Melayu yang dijadikan landasan
lahirnya bahasa Indonesia sebagai berikut ;

1. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan) selama berabad-abad
sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita (Nusantara). Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa Jawa,
Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.

2. Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan melampaui batas-batas wilayah
bahasa lain meskipun penutur aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa, Sunda, Madura,
ataupun bahasa daerah lainnya.

3. Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya sehingga tidak dianggap
sebagai bahasa asing.

4. Bahasa melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat bahasa sehingga mudah
dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda, Madura yang mengenal tingkat-tingkat bahasa.

5. Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa antar penutur yang berasal dari
berbagai daerah. Dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan tidak menimbulkan perasaan
kalah terhadap golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan antarbahasa daerah.

Sehubungan dengan hal yang terakhir itu, kita wajib bersyukur atas kerelaan mereka membelakangkan
bahasa ibunya demi cita-cita yang lebih tinggi, yakni cita-cita nasional. Pada zaman Belanda ketika
Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei 1918 bahasa Melayu memperoleh pengakuan sebagai
bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama di
dalam sidang Dewan rakyat. Sayangnya, anggota bumi putra tidak banyak yang memanfaatkannya.
Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo pada tahun 1938.
Pada kongres itu ada dua hal hasil keputusan penting yaitu bahasa Indonesia menjadi (1) bahasa
resmi , dan (2) bahasa pengantar dalam badan-badan perwakilan dan perundangundangan.
Demikianlah ”lahir”nya bahasa Indonesia bukan sebagai sesuatu yang tiba-tiba dapat begitu saja,
tetapi melalui perjuangan panjang disertai keinsafan, kebulatan tekad, dan semangat untuk bersatu.
Api perjuangan itu berkobar terus untuk mencapai Indonesia merdeka yang sebelum itu harus berjuang
melawan penjajah. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan Jepang tidak dapat
menggunakan bahasa lain selain bahasanya sendiri. Bahasa Belanda jatuh dari kedudukannya sebagai
bahasa resmi. Bahkan, dilarang untuk digunakan. Jepang mengajarkan bahasa Jepang kepada orang
Indonesia dan bermaksud menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk
digunakan oleh orang Indonesia. Akan tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan secara cepat seperti
waktu dia menduduki Indonesia. Karena itu, untuk sementara Jepang memilih jalan yang praktis yaitu
memakai Indonesia yang sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Satu hal yang perlu dicatat
bahwa selama zaman pendudukan Jepang 1942-1945 bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa
pengantar di semua tingkat pendidikan. Demikianlah, Jepang terpaksa harus menumbuhkan dan
mengembangkan bahasa Indonesia secepat-cepatnya agar pemerintahannya dapat berjalan dengan
lancar. bagi orang Indonesia hal itu merupakan keuntungan besar terutama bagi para pemimpin
pergerakan kemerdekaan. Dalam waktu yang pendek dan mendesak mereka harus beralih dari bahasa
Belanda ke Bahasa Indonesia. Selain itu, semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang belum
paham akan bahasa Indonesia, secara cepat dapat memahami bahasa Indonesia. Waktu Jepang
menyerah, tampak bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan makin kuat kedudukannya.
Berkaitan dengan hal di atas, semua peristiwa tersebut menyadarkan kita tentang arti bahasa nasional.
Bahasa nasional identik dengan bahasa nasional yang didasari oleh nasionalisme, tekad, dan semangat
kebangsaan. Bahasa nasional dapat terjadi meskipun eksistensi negara secara formal belum terwujud.
Sejarah bahasa Indonesia berjalan terus seiring dengan sejarah bangsa pemiliknya.

Luas penyebaran suatu bahasa menunjukkan banyak hal. Pertama, bahasa tersebut banyak disenangi
oleh pengguna. kedua, bahasa tersebut mudah dipelajari dan enak digunakan. Ketiga, masyarakat
penggunanya adalah orang-orang yang memiliki wibawa, prestasi dan prestise yang tinggi sehingga
masyarakat dari luar bahasa itu berasal akan merasa bangga jika menggunakan bahasa tersebut.
Sebuah bahasa menjadi sangat penting jika memiliki fungsi atau selalu digunakan dalam penyebaran
ilmu pengetahuan, sastra, dan teknologi. Hanya orang-orang terpelajar yang selalu berusaha
menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan baik sastra , kehidupan makhluk hidup, dan
teknologi. Tidak dapat dibayangkan jika bahasa yang berfungsi sebagai pengembang ilmu
pengetahuan tersebut tidak ada. Demikian saudara pembahasan kita tentang sejarah, kedudukan, dan
fungsi bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai