Anda di halaman 1dari 53

PRAKTIKUM I

REAKSI KIMIA

Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan uji kimia pada simplisia untuk mengetahui dan mengenal
kandungan aktif yang berkhasiat

Pendahuluan

Dalam menelusuri tumbuhan dan senyawa kandungan dari bahan yang memiliki aktivitas
biologi pada umumnya dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu:

a. Pendekatan fitofarmakologi

Meliputi uji berbagai efek farmakologi ekstrak tumbuhan atau bagian tumbuhan terhadap
hewan percobaan. Seperti efek farmakologi terhadap susunan saraf pusat atau organ tertentu
lainnya.

b. Pendekatan skrining fitokimia

Sedangkan pendekatan skrining fitokimia meliputi: analisa kualitatif kandungan zat kimia
tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji dan lain-lain), terutama
kandungan metabolit sekunder yang bioaktif, seperti alkaloid, antrakinon, flavonoid, glikosida
jantung, kumarin, saponin, tannin, minyak atsiri, dan sebagainya. Dengan pereaksi yang spesifik,
zat-zat tersebut akan memberikan warna yang khas, sehingga mudah dideteksi.

Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Tabung reaksi 1. Kertas saring

2. Gelas beker 2. Aquadest

3. Erlenmeyer 3. HCl 1%

4. Corong 4. Pereaksi Mayer

5. Pipet tetes 5. I2 0,1 N

Page 1
6. Cover glass 6. FeCl3 1N

7. Waterbath 7. HCl 0,5 N & 2 N

8. Pinset 8. NaCl

9. Penjepit kayu 9. H2SO4

10. Bunsen 10. Larutan Vanili 10%

11. Mikroskop 11. Amonia

12. Objek glass 12. NaOH 4 N

13. Kloroform

14. Eter

15. Pereaksi Liebermen Burchard

16. Pereaksi Dragendroft

Cara Kerja

a. Identifikasi Pati dan Aleuron

diambil serbuk simplisia kemudian diletakkan diatas kaca objek, kemudian ditambahkan
larutan I2 0,1 N. sampel dikeringkan diatas api agar melekat pada kaca objek, kemudian dilihat
dimikroskop. Jika selnya berwarna biru maka didalam sampel terdapat pati, tetapi jika kuning
kecoklatan maka didalam sampel terdapat aleuron.

b. Identifikasi Tanin

reaksi identifikasi tannin dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. serbuk simplisia ditambah dengan H2O kemudian dipanaskan lalu disaring, diambil filtratnya
kemudian ditambahkan NaCl atau HCl 0,5 N, menghasilkan endapan.

2. serbuk simplisia ditambah FeCl3 1 N menghasilkan warna biru hitam.

3. serbuk simplisia ditambah H2SO4 menghasilkan endapan coklat kekuningan

c. identifikasi Katekol

serbuk simplisia diletakkan pada objek glass dibasahi larutan vanili 10%, diamati pada
mikroskop, jika terdapat katekol akan terlihat warna merah intensif.

Page 2
d. Identifikasi Flavonoid

serbuk simplisia dihaluskan, kemudian air dari serbuk yang telah halus diteteskan diatas
kertas saring kemudian diuapkan diatas ammonia. Jika warna tetesan dari serbuk simplisia
berubah menjadi warna kuning intensif maka didalam sampel terdapat flavonoid.

e. Identifikasi Alkaloid

2 gram simplisia dimasukan kedalam tabung reaksi, dilarutkan dengan H2O dan ditambah
NaOH 4N 2ml dan 1ml HCl 2N, setelah itu ditambahkan 20 ml kloroform sampai terbentuk 2
lapisan. Kemudian mengambil lapisan air dan dibagi menjadi tiga tabung reaksi.

1. tabung 1 sebagai pembanding

2. tabung 2 ditambahkan reagen mayer, jika terdapat endapan kekuningan maka didalam sampel
terdapat senyawa alkaloid.

3. tabung 3 ditambahkan reagen dragendrof, jika terdapat endapan jingga maka didalam sampel
terdapat senyawa alkaloid

f. Identifikasi Saponin

serbuk simplisia dimaksudkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan H2O dan dikocok.
Sampel yang mengandung saponin akan menghasilkan busa yang bertahan selama 10 menit.

g. Identifikasi Steroid

serbuk simplisia dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian


ditambahkan etanol. Disaring dan diambil filtratnya, setelah itu diuapkan hingga mengering.
Suspensikan dengan H2O dan ditambahkan eter. Pisahkan eternya, kemudian lapisan tersebut
ditambahkan Libermen Burchard, menghasilkan warna hijau tua yang menunjukkan adanya
steroid.

h.Identifikasi Lignin

serbuk simplisia diletakan pada objek glass dibasahi florglusin, ditambah HCl 2 tetes,
diamati pada mikroskop. Jika terdapat lignin akan terlihat dinding sel warna merah.

Page 3
Hasil Pengamatan

No Identifikasi Prosedur Hasil Pengamatan Gambar

1. Pati dan Aleuron Serbuk simplisia + I2 Sel berwarna kuning


0,1N keringkan diatas kecoklatan, positif
api mengandung aleuron
dan berwarna biru,
positif mengandung
pati.

2. Tanin a) serbuk + H2O, a. negatif, tidak


panaskan filtrate + menghasilkan endapan
HCl 0,5 N.
b) serbuk + FeCl3 1N b. positif terhadap
FeCl3 1 N yang
menghasilkan endapan
hitam.
c) serbuk + H2SO4 c. positif terhadap
H2SO4 menghasilkan
endapan coklat.

3. Katekol Serbuk simplisia + Negatif ,warna yang


vanili 10% terlihat adalah warna
merah.

4. Flavonoid Serbuk dihaluskan, Negatif , terdapat


air serbuk diteteskan serbuk simplisia warna
diatas kertas saring, merah .
uapkan diatas amonia

Page 4
5. Alkaloid Serbuk + H2O + a) Perbandingan
NaOH 4N + HCl 2N Larutan warna
+ Kloroform, ambil
kuning
lapisan air.
a) sebagai b) Reagen meyer (+)
pembanding menghasilkan endapan
b) + reagen mayer kekuningan
c) + reagen c) Dragendroft (+)
dragendroft menghasilkan endapan
jingga

6. Saponin Serbuk + H2O, kocok Negatif, tidak


hingga berbusa yang menghasilkan
bertahan 10 menit busa

7. Steroid Serbuk + etanol, Negatif, setelah di


diuapkan filtrate. suspensikan dengan
Suspensi + H2O + H2O dan eter.
eter, pisahkan lapisan Menghasilkan warna
eter + libermen merah
burchard
8. Lignin Serbuk + HCl 2 tetes Terlihat dinding sel
berwarna merah
sehingga positif lignin

Page 5
Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan uji reaksi kimia pada rimpang kunyit (Curcuma
Domestica )yang telah dijadikan serbuk dan telah diketahui kandungannya. Identifikasi
kandungan metabolit sekunder yang bioaktif atau kandungan aktif yang dapat berkhasiat
dilakukan dengan reaksi warna yang menggunakan pereaksi spesifik. Jadi praktikum ini
bertujuan untuk membuktikan adanya kandungan metabolit sekunder tersebut. Metabolit
sekunder yang akan dibuktikan pada praktikum ini adalah pati dan aleuron, tannin, katekol,
alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, dan lignin.

1. Identifikasi Pati dan Aleuron

Untuk membuktikan pati dan aleuron pada sampel ditambahkan dengan larutan iodide 0,1
N yang menghasilkan warna biru untuk pati dan kuning kecoklatan untuk aleuron. Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan pada sampel tersebut positif mengandung pati dan aleuron.

2. Identifikasi Tanin

Pada uji senyawa tannin atau polifenol yang termasuk golongan fenol negative dengan
penambahan H2O dan HCl 0,5 N karena tidak menghasilkan endapan. Pada tahap selanjutnya
serbuk yang ditambahkan FeCl3 yang merupakan senyawa logam, sehingga apabila bereaksi
dengan tannin maka Fe3+ akan tereduksi menjadi Fe2+ dan membentuk senyawa kompleks yang
dapat menghasilkan warna biru kehitaman. Dari hasil pengujian dengan penambahan FeCl3
menunjukan perubahan warna biru kehitaman ini artinya positif terhadap tannin. Tahap terakhir
positif dengan penambahan H2SO4 yang menghasilkan endapan hitam. Dapat disimpulkan
serbuk simplisia kunyit mengandung tannin.

3. Identifikasi Katekol

Pada pengujian senyawa katekol dilakukan pengamatan dibawah mikroskop yang terlihat
warna merah pada sel bukan merah intensif, hal ini menunjukkan serbuk simplisia pada rimpang
kunyit tidak mengandung senyawa katekol atau negatif terhadap senyawa katekol. Senyawa
katekol mempunyai fungsi antioksidan untuk manusia, pada tumbuhan berfungsi sebagai
metabolisme tanaman.

Page 6
4. Identifikasi Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dapat diidentifikasi dengan cara menguapkan
diatas amonia yang bertujuan untuk meubah warna larutan flavonnoid. Dikarenakan flavonoid
memiliki kandungan flavin yang dapat memberikan warna kuning atau jingga. Pada percobaan
ini kami menggunakan kertas saring, sehingga bila terdapat kandungan flavonoid pada sampel
maka kertas saring berubah menjadi warna kuning. Dari hasil pengujian tetesan serbuk simplisia
yang telah diuapkan menghasilkan warna merah pada kertas saring. Hal ini menunjukkan bahwa
serbuk dari rimpang kunyit negatif terhadap senyawa flavonoid.

5. Identifikasi Alkaloid

Untuk membuktikan adanya senyawa alkaloid serbuk simplisia dilarutkan terlebih dahulu
dengan H2O dan ditambahkan NaOH, penambahan NaOH bertujuan untukmemisahkan alkaloid
basa dari ikatan garamnya dengan asam organik sehingga alkaloid bebas dan dapat disari oleh
pelarut organik, kemudian penambahan HCl mengakibatkan larutan terbentuk dua fase karena
perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous polar dan kloroform yang bersifat nonpolar,
yang bertujuan melarutkan alkaloid. Dari dua lapisan yang terbentuk, lapisan yang diambil
adalah lapisan air, pada tabung pertama ditambahkan reagen mayer, didapatkan endapan
kekuningan yang berbentuk amorf, hal ini menunnjukkan lapisan air tersebut dapat bereaksi
dengan reagen mayer atau dengan kata lain positif mengandung alkaloid. Pada tabung kedua
yang ditambahkan dengan reagen dragendrof menghasilkan endapan yang berwarnanila dalam
bentuk amorf, sehingga positif memiliki kandungan alkaloid.

6. Identifikasi Saponin

Pada pengujian ini dengan penambahan H2O dan dikocok kuat yang akan terbentuk busa,
busa yang terbentuk karena rantai gula yang terkandung dalam filtrat pecah. Namun pada
percobaan ini busa yang dihasilkan tidak bertahan lama yang berarti serbuk simplisia tersebut
negatif mengandung saponin.

Page 7
7. Identifikasi Steroid

Pada pengujian senyawa steroid pada serbuk simplisia tidak menghasilkan warna hijau
tua, tetapi menhasilkan warna merah yang setelah ditambahkan dengan reagen liberman
burchard, hal ini menunjukkan serbuk simplisia negatif mengandung steroid.

8. Identifikasi Lignin

Pada pengujian terakhir yaitu identifikasi lignin yang dilakukan dengan penambahan
reagen Florglusin dan HCl. Namun karena keterbatasan bahan di laboratorium jadi hanya
dilakukan dengan penambahan HCl 2 tetes. Pada pengamatan dibawah mikroskop terlihat warna
merah pada dinding sel, tetapi kami tidak dapat mengatakan serbuk simplisia tersebut positif atau
negative terhadap senyawa lignin karena tidak digunakan penambahan reagen florglusin, karena
reagen florglusin lah yang dapat membuktikan senyawa tersebut mengndung lignin atau tidak
dengan adanya perubahan warna yang spesifik. Berdasarkan literatur sesrbuk simplisia rimpang
kunyit tidak memiliki kandungan senyawa lignin, kita ketahui lignin pada tanaman terdapat
dikulit kayu batang, sedangkan sampel yang kami gunakan adalah serbuk simplisia dari rimpang
kunyit.

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan pada uji reaksi kimia dapat disimpulkan bahwa pada serbuk
simplisia rimpang kunyit (Curcuma Domestica) memiliki kandungan aktif yang berkhasiat yaitu
pati dan aleuron, tannin, dan alkaloid. Untuk senyawa steroid tidak dapat ditentukan positif atau
negatif karena reagen florglusin tidak digunakan oleh keterbatasan bahan di laboratorium.
Berdasarkan literatur kandungan aktif yang berkhasiat pada rimpang kunyit yaitu minyak atsiri,
kurkumin, pati, lemak, dammar, protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C.

Page 8
PRAKTIKUM II

ANALISIS KUANTITATIF PEMERIKSAAN SUSUT PENGERINGAN dan BAHAN


ORGANIK ASING

Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan pengujian kualitas simplisia dengan melakukan metode


pemeriksaan susut pengeringan dan bahan organik asing.

Pendahuluan

Metode analisis simplisia yang dilakukan pertama kali yaitu pengambilan contoh. Contoh
suatu simplisia harus mewakili batch yang diuji, untuk mengurangi penyimpangan yang
disebabkan oleh kesalahan pengambilan contoh terhadap hasil analisis, baik kualitatif maupun
kuantitatif. Dalam pengambilan contoh diperlukan cara kerja yang sangat ketat, termasuk
kebutuhan pengambilan contoh dari wadah yang lebih banyak atau pengambilan contoh yang
lebih banyak dari setiap wadah. Contoh dalam skala besar jika pada pengambilan bagian luar
wadah, penandaan dan keterangan etiket menunjukan bahwa bets dapat dianggap homogen,
ambil contoh secara terpisah dari berbagai wadah yang dipilih secara acak sesuai ketentuan. Jika
beberapa sub-bets yang sehomogen mungkin, kemudian lakukan pengambilan contoh pada
masing-masing sub-bets seperti pada bets yang homogen. Contoh bahan harus diambil pada
bagian atas, tengah dan bawah dari setiap wadah. Jika contoh bahan terdiri dari bagian-bagian
berukuran 1 cm atau lebih kecil dan untuk semua bahan yang diserbukkan atau digiling, lakukan
pengambilan contoh dengan menggunakan suatu alat pengambilan contoh dapat menembus
bahan dari bagian atas ke bagian bawah wadah, tidak kurang dari dua pengambilan yang
dilakkukan pada arah yang berlawanan. Persiapkan contoh dalam skala besar dengan
menggabungkan dan mencampurkan setiap contoh yang telah diambbil dari setiap wadah yang
telah terbuka dan dijaga jangan sampai terjadi kenaikan tingkat fragmentasi atau mempengaruhi
derajat kelembaban secara bermakna. Contoh dalam skala laboratorium, persiapkan contoh
laboratorium dengan membagi contoh dalam skala besar menjadi empat bagian atau catatan.
Cara membagi empat adalah dengan menempatkan contoh yang telah dicampur dengan baik,
diartakan dalam bentuk tumpukan segi empat dan sama rata, kemudian dibagi secara diagonal
menjadi empat bagian sama. Ambil kedua bagian yang berlawanan dan campur secara hati-hati.

Page 9
Ulangi proses ini secukupnya sampai diperoleh jumlah yang diperlukan.contoh skala
laboratorium harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan semua pengujian yang diperlukan.
Perkecil ukuran contoh dalam skala laboratorium dengan membagi empat, jaga agar setiap
bagian dapat mewakili. Pada bahan yang tidak digiling atau tidak diserbukkan, giling contoh
sehingga melewati ayakan 20 dan campur hasil ayakan. Jika bahan tidak dapat digiling, perkecil
sedapat mungkin sehingga menjadi lebih halus, campur dengan mengguling-gulingkan pada
kertas atau kain, sebarkan menjadi lapisan tipis dan ambil bagian untuk pengujian.

Contoh untuk pengujian kecuali dinyatakan lain dalam monografi, timbang sejumlah
contoh dalam skala laboratorium, seperti dibawah ini, usahakan agar bagian yang diambil
mewakili (jika perlu dibagi empat):

Akar rimpang, kulit batang dan herba 500 g

Daun, bunga, biji dan buah 250 g

Potongan bagian tanaman 50 g

Tebarkan contoh menjadi suatu lapisan tipis dan pisahkan bahan organik asing dengan
tangan sessempurna mungkin. Timbang dan hitung persentase bahan organik asing terhadap
bobot contoh yang digunakan (Depkes RI, 1989).

Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Cawan porselin 1.Simplisia

2. pinset

3. loop

Cara Kerja

a. Susut pengeringan

Panaskan cawan porselin kosong selama 30 menit

Page 10
Dinginkan dalam desikator

Timbang bobot cawan porselin kosong

Timbang serbuk sebanyak 3 gram, masukkan dalam cawan

* masukkan kedalam oven selama 30 menit

Keluarkan cawan porselin, dinginkan dalam desikator

Timbang caawan porselin + serbuk (susut pengeringan I)

Ulangi langkah * , sampai ditentukan bobot cawan + serbuk yang konstan

Hitung kadar susut pengeringan

𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔


Kadar bahan organik asing (%) = × 100%
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙

b. bahan organik asing

Timbang serbuk simplisia sebanyak 25 gram

Letakkan diatas kertas putih

Amati menggunakan lup dan ambil bahan organik asing menggunakan pinset

Timbang bahan organik asing

Hitung kadar bahan organik asing

𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔


Kadar bahan organik asing (%) = × 100%
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙

Page 11
Hasil Pengamatan

a. susut pengeringan

diketahui : - Berat cawan porselin kosong = 46,1132 gram


- Berat serbuk simplisia kunyit = 3.0208 gram
- Berat cawan + serbuk = 49,1340 gram
- Susut pengeringan: berat cawan + serbuk simplisia (I) = 48.9354 gram
berat cawan + serbuk simplisia (II) = 48.8844 gram
berat cawan + serbuk simplisia (III) = 48,8831 gram

[(berat cawan+serbuk II)+ (berat cawan+serbuk III)]


Berat cawan + serbuk simplisia (rata-rata)= 2

(48,8844+48,8831)
=
2

97,7675
=
2

= 48,8837 gram

berat sampel− [(berat cawan+serbuk)− berat cawan kosong]


Susut pengeringan (%) = × 100%
berat sampel

3,0208−(48,8837−46,1132)gram
= × 100%
3,0208 gram

3,0208−2,7705 gram
= ×100 %
3,0208 gram

0,2503 gram
= × 100%
3,0208 gram

= 0,0828 × 100%

= 8,28 %

Page 12
b. Bahan organik asing

diketahui : - bahan organik asing = 0 gram


- berat sampel awal = 25 gram
- berat sempel = ( sampel+ kertas perkamen) – kertas perkamen kosong
= 26,8558 – 1,8555
= 25,0003 gram

bahan organik asing


Kadar bahan organi asing = × 100%
bahan sampel
0
= × 100%
25,0003

= 0%
Pembahasan
Pada uji susut pengeringan, dilakukan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105ºC selama 30 menit atau sampai berat konstan. Pada suhu 105ºC ini, air akan
menguap dan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih yang lebih rendah dari air akan ikut
menguap juga. Susut pengeringan dinyatakan sebagai nilai prosen terhadap bobot awal. Pada
praktikum ini uji susut pengeringan dilakukan sampai 3 kali sampai bobot konstan. Pada 30
menit pertama bobot susut pengeringan 48.9354 gram, pada 30 menit kedua bobot susut
pengeringan sebesar 48.8844 gram, dan pada 30 menit ketiga sebesar 48,8831 gram. Sehingga
didapatkan bobot susut penegringan rata-rata 48,8837 gram yang dikurang dengan berat cawan
maka berat susut pengeringannya adalah 2,7705 gram. Dengan begitu semakin lama pengeringan
semakin besar nilai susut penegringannya. Tetapi selisih kenaikan susut pengeringan amatlah
sedikit. Dari percobaan yang telah dilakukan dan perhitungan didapatkan susut pengeringan
sebesar 8,28 %. Tujuan menegtahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal
tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Pada proses pengeringan selama
30 menitnya, simplisia kunyit ini akan kehilangan senyawanya sekitar 0,05-0,01 gram..
Pada simplisia kunyit ini mengandung minyak menguap, jadi susut pengeringan ini tidak
bisa dikatakan identik dengan kadar air, karena berat simplisia yang berkurang bukan hanya
disebabkan kehilangan air, namun juga ada zat lain seperti minyak atsiri. Sedangkan kurkumin
dalam bentuk Kristal mempunyai titik lebur sebesar 183-185ºC.

Page 13
Jadi pada suhu 105ºC, Kristal kurkumin ini tidak ikut menguap. Jadi pada susut
pengeringan ini simplisia kunyit akan kehilangan senyawa sebesar 8,28% selama proses
pengeringan. Senyawa yang hilang paling banyak minyak menguap dan air.
Pada simplisia kunyit ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap bahan organik asing. Dari
hasil pengamatan benda asing yang terkandung dalam simplisia kunyit tidak ada atau dapat
dikatakan 0% bahan organik asing. Hal ini membuktikan bahwa pada simplisia kunyit tersebut
bebas dari benda asing atau bersih, benda organik asing tergantung pada pembuatan simplisia
pada saat pencucian atau pemilahan bahan sebelum dibuat menjadi serbuk. Jadi tergantung pada
kebersihan dalam pembuatan simplisia tersebut.

Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa susut
pengeringan simplisia kunyit ini akan kehilangan senyawa sebesar 8,28% selama proses
pengeringan. Senyawa yang hilang paling banyak minyak menguap dan air. Pada pemeriksaan
bahan organik asing tidak didapatkan benda asing atau dapat dikatakan bebas terhadap benda
asing.

Page 14
PRAKTIKUM III

ANALISIS KUANTITATIF PEMERIKSAAN KADAR SARI

Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui penetuan kadar sari pada ekstrak yang larut dalam air
maupun yang larut dalam etanol.

Pendahuluan

Seperti telah diketahui samebelumnya, bahwa untuk mendapatkan suatu bahan alam perlu
dilakukan ekstraksi. Sifat-sifat senyawa alami yang sangat komplek tentunya memerlukan
sesuatu keterampilan khusus untuk mendapatkan senyawa sesuai yang diharapkan. Sifat-sifat
umumdari senyawa alami sangat tidak polar (non polar) misalnya senyawa-senyawa
hidrokarbon sampai dengan senyawa yang sangat polar seperti karbohidrat.
Pada percobaan ini mahasiswa akan diperkenalkan bagian standarisasi sederhana
senyawa bahan alami yaitu uji kadar sari yang tentunya melelalui proses ekstraksi. Penetapan
kadar sari meliputi penetapan kadar sari yang larut dalam air dan penetapan kadar sari yang larut
dengan etanol. Bagi seorang fermasis yanginginmempelajari farmakognosis-fitokimia tentunya
hal ini sangat penting setidaknya sebagian dasar-dasar untuk pengujian selanjutnya.

Alat dan bahan

Alat Bahan

1. Cawan porselin 1. Aquadest

2. Gelas beker 2. Simplisia

3. Gelas ukur 3. Kloroform

4. Corong 4. Etanol

5. Botol penyemprot

Page 15
Cara kerja

1. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Timbang serbuk kering sebanyak 5 gram

Maserasi sampel selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform

Lakukan pengadukan pada 6 jam pertama

Biarkan selama 18 jam

Saring ekstrak yang diperoleh

Uapkan filtrat sebanyak 20 ml hingga kering dalam cawan yang telah ditara

Panaskan sisa pada suhu 105 ºC, hingga bobot tetap

Hitung kadar sari dalam persen terhadap bahan yang dikeringkan di udara

𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔


Kadar bahan organik asing (%) = × 100%
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙

2. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Timbang serbuk kering sebanyak 5 gram

Maserasi sampel selama 24 jam dengan 100 ml etanol

Lakukan pengadukan pada 6 jam pertama

Biarkan selama 18 jam

Saring ekstrak yang diperoleh

Page 16
Uapkan filtrat sebanyak 20 ml hingga kering dalam cawan yang telah ditara

Panaskan sisa pada suhu 105 ºC, hingga bobot tetap

Hitung kadar sari dalam persen terhadap bahan yang dikeringkan di udara

Hasil Pengamatan
1. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Diketahui : - Bobot cawan kosong = 30,6486 gram


- Bobot cawan + sampel = 30,8020 gram
- Volume air-kloroform = 100 ml
- Volume filtrat = 20 ml
- Bobot sampel = 5 gram

[(berat cawan+sampel)− berat cawan kosong] × 100


20
Kadar Sari Larut Air(%) = × 100%
berat sampel

(30,8020−30,6486)gram × 5
= × 100%
5 gram

0,1534 gram × 5
= ×100 %
5gram

0,767 gram
= × 100%
5 gram

= 0,1534 × 100%

= 15,34 %

2. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Diketahui : - Bobot cawan kosong = 40,8100 gram


- Bobot cawan + sampel = 40,9822 gram
- Volume etanol = 100 ml
- Volume filtrat = 20 ml

Page 17
- Bobot sampel = 5 gram

[(berat cawan+sampel)− berat cawan kosong] × 100


20
Kadar sari larut etanol(%) = × 100%
berat sampel

(40,9822−40,8100)gram × 5
= × 100%
5 gram

0,1722 gram × 5
= ×100 %
5gram

0,861 gram
= × 100%
5 gram

= 0,1722 × 100%

= 17,22 %

Pembahasan

Simplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami proses lanjutan atau langsung di
konsumsi harus memiliki standarisasi. Hal ini penting sebagai acuan mengenai segala sesuatu,
menegenai cara penggunaan simplisia. Karena simplisia yang berasal dari bahan alam biasanya
memiliki keragaman, terutama dalam kandungan zat aktifnya.sehingga agar didapatkan mutu dan
kualitas yang sama pada semua konsumen, standar penggunaan simplisia sangat diperlukan,

Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan
senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang dapat
terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol).

Metode penetuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang
terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga dilakukan untuk
melihat hasil ekstraksi sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi
senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur.

Page 18
Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu di maserasi selama kurang
lebih 14 jam dengan air. Sedangkan pada penentuan kadar sari larut etanol, simplisia terlebih
dahulu di maserasi selama 24 jam dengan etanol. Hal ini bertujuan agar zat aktif yang ada pada
simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut.

Ketika penetuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih dahulu,
penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat anti mikroba atau sebagai pengawet,
karena apabila pada saat maserasi hanya air saja, kemungkinan ekstraknya akan rusak karena air
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses
hidrolisis yang akan merusak ekstrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas ekstrak tersebut.
Sementara pada penentuan kadar sari larut etanol tidak ditambahkan kloroform karena etanol
sudah memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan kloroform.

Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar sari larut air dari rimpang
kunyit adalah 15,34 % dan 17,22 % untuk kadar sari larut etanol. Kadar sari larut etanol yang
didapat lebih besar dibandingkan dengan kadar sari larut airnya. Hal ini dikarenakan air bersifat
polar dan etanol bersifat non polar. Jadi etanol bisa menarik senyawa yang bersifat polar dan non
polar dibanding air hanya dapat menarik senyawa yang polar saja. Oleh karena itu etanol biasa
disebut pelarut universal.

Kesimpulan

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
penetuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam
pelarut dari sejumlah simplisia agar dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi
senyawa tertentu. Air merupakan pelarut yang bersifat polar dan etanol pelarut yang bersifat non
polar. Kadar sari yang diahasilkan pada masing-masing pelarut tersebut yaitu 15,34 % dan 17,22
%.

Page 19
PRAKTIKUM IV

ANALISIS KUANTITATIF PEMERIKSAAN KADAR ABU

Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan pengujian kualitas simplisia dengan melakukan metode


pemeriksaan kadar abu.

Pendahuluan

Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen
organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu simplisia menunjukkan kadar mineral, kemurnian
dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan.

Timbang seksama dengan krus yang telah ditara sejumlah contoh setara dengan 2 g
sampai 4 g bahan yang telah dikeringkan di udara, dipijarkan perlahan, kemudian naikkan suhu
secara bertahap hingga 675ºC - 725ºC sampai bebas karbon dan tetapkan bobot abu. Jika abu
bebas karbon tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut, lakukan penyarian dengan air panas,
tampung sisa yang tidak larut, pada kertas saring bebas abu, pijarkan residu dan kertas saring
sampai abu berwarna putih atau hampir putih, kemudian tambahkan filtrat, uapkan sampai kering
dan panaskan hingga suhu seperti diatas. Jika abu bebas karbon tidak bisa diperoleh dengan cara
ini , dinginkan krus, tambahkan 15 ml etanol , lepaskan abu dengan pengaduk gelas, bakar etanol
dan panaskan lagi isi krus hingga suhu seperti di atas, lalu dinginkan dalam desikator, timbang
abu dan hitung kadar abu dalam persen terhadap bobot contoh yang digunakan.

Didihkan abu yang diperoleh seperti tertera pada penetapan kadar abu dengan 25 ml asam
klorida 3N selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut pada krus kaca masir yang telah
ditara atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan dan timbang. Hitung kadar
abu tidak larut dalam asam, dalam persen, dihitung terhadap bobot contoh yang digunakan yang
tertera pada literature pembakuan pereaksi. Hitung kadar abu, dalam mg per ml, larutan air.

Page 20
Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Cawan porselin 1. Aquadest

2. Gelas beker 2. Simplisia

3. Gelas ukur 3. Asam Sulfat

4. Corong

5. Botol penyemprot

Cara Kerja

1. Penetapan Kadar Abu

Panaskan cawan porselin dalam oven

Dinginkan cawan porselin dalam desikator

Timbang cawan porselin

Timbang sampel sebanyak 2 gram

Masukkan ke dalam tanur/vurnish selama 6 jam sampai menjadi abu

Dinginkan dalam desikator

Timbang cawan + sampel (abu), sampai bobot tetap

Hitung persentasi kadar abu

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝


Kadar Abu (%) = × 100%
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙

Page 21
2. Penetapan Kadar Abu tidak Larut Asam

Abu

Didihkan dengan 25 ml H2SO4 2 N

Kumpulkan bagian yang tidak larut

Saring dengan menggunakan kertas saring

Cuci dengan air panas, timbang sisa abu yang tidak larut

Panaskan selama 30 menit pada suhu tidak lebih dari 105ºC, hingga bobot tetap

Timbang dan hitung kadar abu tidak larut asam

Hasil Pengamatan
1. Penetapan Kadar Abu

Diketahui : - Bobot cawan kosong = 44,6280 gram


- Bobot cawan + sampel (abu) = 44,7541 gram
- Bobot sampel (abu) = 0,1261 gram
- Bobot sampel = 2 gram

berat abu tetap


Kadar Abu (%) = × 100%
bahan sampel awal

0,1261 gram
= × 100%
2 gram

= 0,06305 × 100%

= 6,305 %

Page 22
2. Penetapan Kadar Abu tidak Larut Asam

Diketahui : - Bobot cawan sebelum penetapan (a) = 62,9145 gram


- Bobot cawan setelah penetapan (b)1 = 61,5568 gram
- Bobot cawan setelah penetapan (b)2 = 61,4754 gram
- Bobot sampel = 2 gram

b1+b2
Berat cawan setelah penetapan rata-rata =
2
61,5568+61,4754
=
2
123,0322
=
2
= 61,5161 gram

a−b
Kadar abu tidak larut asam (%) = × 100%
berat sampel

62,9145−61,5161 gram
= × 100%
5 gram

1,3984 gram
= ×100 %
2 gram

= 0,6992 × 100%

= 69,92 %

Pembahasan

Pada praktikum kali ini proses pengabuan dilakukan dengan menggunakan tanur yang
memijarkan sampel pada suhu 675ºC - 725ºC. Penggunaan tanur karena suhunya dapat diatur
sesuai dengan suhu yang ditentuakan untuk proses pengabuan. Untuk analisis kadar abu pada
praktikum ini bahan yang digunakan adalah serbuk simplisia rimpang kunyit. Penetapan kadar
abu bertujuan memberikan gambaran kandungan mineral cemaran luar, sehingga ini bisa
digunakan untuk mengetahui tingkat cemaran senyawa non organik (mineral). Prinsip kerja
penetapan kadar abu yaitu bahan dipanaskan pada temperature dimana senyawa organik dan

Page 23
turunannya menguap sehingga hanya senyawa mineral (anorganik) yang tertinggal. Sedangkan
penetapan kadar abu tidak larut asam merupakan kelanjutan dari penetapan kadar abu, yaitu
dengan melarutkan hasil abu yang dihasilkan pada penetapan kadar abu sebelumnya dalam
larutan asam, larutan asam yang digunakan pada praktikum ini yaitu H2SO4.

Dalam penetapan kadar abu, pemijaran dilakukan sampai memperoleh bobot yang tetap.
Sampel yang telah ditimbang 2 gram dimasukkan dalam tanur selama 6 jam. Setelah tercapai
pengabuan yang dapat ditunjukkan pada warna yang dihasilkan sampel yaitu putih abu-abu.
Pada penetapan kadar abu, cawan tidak boleh dipegang lansung dengan tangan karena
dikhawatirkan keringat atau minyak dari tangan akan berpengaruh pada berat kadar abu,
sehingga akan menyulitkan dalam pencarian bobot tetap karena berpengaruh pada bobot alat
dan proses pembobot tetapan alat. Berat abu tetap yang didapat pada rimpang kunyit yakni
sebesar 0,1261 gram dengan kadar abu total 6,305 %. Angka tersebut menggambarkan jumlah
kandungan mineral dan unsur anorganik internal maupun hasil cemaran yang ada pada simplisia
tersebut. Sementara untuk kadar abu yang tidak larut asam diperoleh berat abu 1,3984 gram
dengan kadar 69,92 %. Proses pengabuan telah terjadi penguapan air dan zat-zat yang terdapat
pada sampel, sehingga yang tersisa dari hasil pembakaran yang sempurna yakni abu.

Besarnya kadar abu yang didapat pada praktikum kali ini, mungkin disebabkan oleh suhu
ruang ataupun adanya pasir dan kotoran yang terdapat dalam sampel. Untuk itu dilakukan
pengujian kadar abu total yang memiliki berbagai macam tujuan yakni menentukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan juga sebagai
parameter nilai bahan makanan dan mengetahui adanya abu yang tidak larut dalam asam yang
cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain yang terdapat dalam suatu bahan atau
juga sebagai formulasi karena abu merupakan partikel paling kecil.

Kesimpulan

Dari data hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar abu ada
hubungannya dengan mineral suatu bahan. Kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam
suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar akan tetapi
komponen organiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Kadar abu yang
dihasilkan sebesar 6,305 % dan kadar abu tidak larut asam 69,92 %.

Page 24
PRAKTIKUM IV

ANALISIS KUANTITATIF PEMERIKSAAN KADAR ABU

Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan pengujian kualitas simplisia dengan melakukan metode


pemeriksaan kadar abu.

Pendahuluan

Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen
organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu simplisia menunjukkan kadar mineral, kemurnian
dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan.

Timbang seksama dengan krus yang telah ditara sejumlah contoh setara dengan 2 g
sampai 4 g bahan yang telah dikeringkan di udara, dipijarkan perlahan, kemudian naikkan suhu
secara bertahap hingga 675ºC - 725ºC sampai bebas karbon dan tetapkan bobot abu. Jika abu
bebas karbon tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut, lakukan penyarian dengan air panas,
tampung sisa yang tidak larut, pada kertas saring bebas abu, pijarkan residu dan kertas saring
sampai abu berwarna putih atau hampir putih, kemudian tambahkan filtrat, uapkan sampai kering
dan panaskan hingga suhu seperti diatas. Jika abu bebas karbon tidak bisa diperoleh dengan cara
ini , dinginkan krus, tambahkan 15 ml etanol , lepaskan abu dengan pengaduk gelas, bakar etanol
dan panaskan lagi isi krus hingga suhu seperti di atas, lalu dinginkan dalam desikator, timbang
abu dan hitung kadar abu dalam persen terhadap bobot contoh yang digunakan.

Didihkan abu yang diperoleh seperti tertera pada penetapan kadar abu dengan 25 ml asam
klorida 3N selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut pada krus kaca masir yang telah
ditara atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan dan timbang. Hitung kadar
abu tidak larut dalam asam, dalam persen, dihitung terhadap bobot contoh yang digunakan yang
tertera oada literature pembakuan pereaksi. Hitung kadar abu, dalam mg per ml, larutan air.

Page 25
Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Cawan porselin 1. Aquadest

2. Gelas beker 2. Simplisia

3. Gelas ukur 3. Asam Sulfat

4. Corong

5. Botol penyemprot

Cara Kerja

1. Penetapan Kadar Abu

Panaskan cawan porselin dalam oven

Dinginkan cawan porselin dalam desikator

Timbang cawan porselin

Timbang sampel sebanyak 2 gram

Masukkan ke dalam tanur/vurnish selama 6 jam sampai menjadi abu

Dinginkan dalam desikator

Timbang cawan + sampel (abu), sampai bobot tetap

Hitung persentasi kadar abu

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝


Kadar Abu (%) = × 100%
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙

Page 26
2. Penetapan Kadar Abu Larut Air

Abu

Didihkan dengan 25 ml air selama 5 menit

Kumpulkan bagian yang tidak larut

Saring dengan menggunakan kertas saring

Cuci dengan air panas, timbang sisa abu yang tidak larut

Panaskan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450ºC, hingga bobot tetap

Timbang dan hitung kadar abu yang larut dalam air

Hasil Pengamatan
1. Penetapan Kadar Abu

Diketahui : - Bobot cawan kosong = 40,8183 gram


- Bobot cawan + sampel (abu) = 40,8486 gram
- Bobot sampel (abu) = 0,0303 gram
- Bobot sampel = 2 gram

berat abu tetap


Kadar Abu (%) = × 100%
bahan sampel awal

0,0303 gram
= × 100%
2 gram

= 0,01515 × 100%

= 1,515 %

Page 27
2. Penetapan Kadar Abu Larut Air

Diketahui : - Berat cawan kosong = 40,8183 gram


- Bobot abu awal = 0,0303 gram
- Bobot cawan sebelum penetapan (a) = 41,9496 gram
- Bobot cawan setelah penetapan (b)1 = 40,8864 gram
- Bobot cawan setelah penetapan (b)2 = 40,7868 gram
- Bobot sampel = 2 gram

b1+b2
Berat cawan setelah penetapan rata-rata =
2
40,8864 + 40,7868 gram
=
2 gram
81,6732 gram
=
2 gram
= 40,8366 gram
Berat abu tetap = (berat cawan + abu setelah penetapan rata-rata) – berat cawan kosong
= 40,8366 – 40,8183
= 0,0183 gram

berat abu awal−berat abu tetap


Kadar abu larut air (%) = × 100%
berat sampel

0,0303 – 0,0183 gram


= × 100%
2 gram

0,012 gram
= ×100 %
2 gram

= 0,006 × 100%

= 0,6 %

Page 28
Pembahasan

Pada praktikum kali ini proses pengabuan dilakukan dengan menggunakan tanur yang
memijarkan sampel pada suhu 675ºC - 725ºC. Penggunaan tanur karena suhunya dapat diatur
sesuai dengan suhu yang ditentuakan untuk proses pengabuan. Untuk analisis kadar abu pada
praktikum ini bahan yang digunakan adalah serbuk simplisia rimpang kunyit. Penetapan kadar
abu bertujuan memberikan gambaran kandungan mineral cemaran luar, sehingga ini bisa
digunakan untuk mengetahui tingkat cemaran senyawa non organik (mineral). Prinsip kerja
penetapan kadar abu yaitu bahan dipanaskan pada temperature dimana senyawa organik dan
turunannya menguap sehingga hanya senyawa mineral (anorganik) yang tertinggal. Sedangkan
penetapan kadar abu larut air merupakan kelanjutan dari penetapan kadar abu, yaitu dengan
mendidihkan hasil abu yang dihasilkan pada penetapan kadar abu sebelumnya dalam 25 ml air.

Dalam penetapan kadar abu, pemijaran dilakukan sampai memperoleh bobot yang tetap.
Sampel yang telah ditimbang 2 gram dimasukkan dalam tanur selama 6 jam. Setelah tercapai
pengabuan yang dapat ditunjukkan pada warna yang dihasilkan sampel yaitu putih abu-abu.
Pada penetapan kadar abu, cawan tidak boleh dipegang lansung dengan tangan karena
dikhawatirkan keringat atau minyak dari tangan akan berpengaruh pada berat kadar abu,
sehingga akan menyulitkan dalam pencarian bobot tetap karena berpengaruh pada bobot alat
dan proses pembobot tetapan alat. Berat abu tetap yang didapat pada rimpang kunyit yakni
sebesar 0,0303 gram dengan kadar abu total 1,515%. Angka tersebut menggambarkan jumlah
kandungan mineral dan unsur anorganik internal maupun hasil cemaran yang ada simplisia.
Sementara untuk kadar abu yang larut air diperoleh berat abu 0,0183 gram dengan kadar 0,6 %.
Proses pengabuan telah terjadi penguapan air dan zat-zat yang terdapat pada sampel, sehingga
yang tersisa dari hasil pembakaran yang sempurna yakni abu.

Besarnya kadar abu yang didapat pada praktikum kali ini, mungkin disebabkan oleh suhu
ruang ataupun adanya pasir dan kotoran yang terdapat dalam sampel. Untuk itu dilakukan
pengujian kadar abu total yang memiliki berbagai macam tujuan yakni menentukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan juga sebagai
parameter nilai bahan makanan dan mengetahui adanya abu yang larut dalam air menunjukkan
adanya pasir atau kotoran lain yang terdapat dalam suatu bahan atau juga sebagai formulasi
karena abu merupakan partikel paling kecil.

Page 29
Kesimpulan

Dari data hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar abu ada
hubungannya dengan mineral suatu bahan. Kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam
suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar akan tetapi
komponen organiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Kadar abu yang
dihasilkan sebesar 1,515% dan kadar abu larut air 0,6 %.

Page 30
PRAKTIKUM V

MASERASI

Tujuan

Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan ekstraksi bahan alam dengan metode
maserasi.

Pendahuluan

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewwani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia dengan
menggunakan pelarut tertentu. Pemilihan metode ekstraksi senyawa kimia didasarkan atas
beberapa factor yaitu sifat jaringan tumbuhan, sifat kandunagan zat aktif serta kelarutan dalam
pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar
dan senyawa non polar dalam pelarut non polar.

Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada


temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena
dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat
perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel. Metabolit sekunder yang ada dalam
sitoplasmaakan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur dalam perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam
pelarut tersebut. Secara umu methanol merupakan pelarut yang banyak digunakan untuk proses
ekstraksi senyawa organik bahan alam karena melarutkan seluruh golongan metabolit.

1. Pembuatan simplisia

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering
(penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai

Page 31
derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar
beberapa hal berikut:

a. Semakin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien, namun makin halus
serbuk, maka makini rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.

b. Selama penggunaan perlatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda
keras (logam,dll) maka akan timbul panas (kalori) yang dapat berpengaruh pada senyawa
kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.

2. Cairan pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk
senyawa kandunagan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut
dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan yang diinginkan.

3. Separasi dan pemurnian

Tujuan dari tahapan iini adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak
dikehendaki semaksiamal mungkin.

4. Pemekatan/penguapan

Pemekatan berarti peningkatan jumlah parsial solute (senyawa terlarut) secara penguapan
pelarut tanpa sampai menjadi kering, ekstrak hanya menjadi kental/pekat.

5. Pengeringan ekstrak

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa
kering-rapuh, tergantung dari proses dan peralatan yang digunakan. Ada beberapa proses
pengeringan ekstrak yaitu dengan cara:

a. Pengeringan evaporasi

b. Pengeringan sublimasi

c. Pengeringan konveksi

Page 32
d. Pengeringan kontak

e. Pengeringan radiasi

f. Pengeringan dielektrik

6. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal.

Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Cawan porselin 1. Simplisia

2. Gelas beker 2. Metanol

3. Gelas ukur

4. Corong

5. Alat maserasi

6. Botol penyemprot

Cara Kerja

1. Menimbang serbuk simplisia sebanyak 300 gram

2. Masukkan serbuk simplisia kedalam alat maserasi

3. Menambahkan pelarut methanol hingga serbuk terendam dan pelarut berada 2 cm diatas
sampel, menutup alat maserasi sambil sesekali diaduk. Merendam sampel selama 3 kali 24
jam sambil dilakukan pengadukan dan setiap 24 jam dilakukan penyaringan.

4. Mengambil ekstrak cair yang didapat dan dilakukan remaserasi sampai warna sempel
jernih/bening.

5. Menguapkan ekstrak cair yang didapat hingga diperoleh ekstrak kental sampel.

6. Menimbang ekstrak kental yang didapat.

Page 33
Hasil Pengamatan

Dilakukan pengenceran etanol 96% menjadi 95% sebanyak 1000 ml

V1 × N1 = V2 × N2

V1 × 96% = 1000 ml × 95%

95000
V1 =
96

V1 = 989,5833 ml ad 1000 ml

Diketahui : - Berat cawan kosong = 38,5088 gram

- Berat sampel = 300 gram


- Berat cawan + ekstrak = 60,7874 gram
- Berat ekstrak kental = (berat cawan + ekstrak)- berat cawan kosong
= 60,7874 gram – 38,5088 gram
= 22,2786 gram

Berat ekstrak
% Rendemen Kunyit = × 100%
Berat serbuk simplisia
22,2786 gram
= × 100%
300 gram
= 0,0742 × 100%
= 7, 42 %

Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan ekstraksi senyawa bahan alam dengan menggunakan teknik
maserasi, yaitu suatu teknik ekstraksi dingin dengan cara merendam sampel bahan alam dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Pada percobaan ini digunakan sampel bahan alam berupa
kunyit, karena menurut teori di dalam kunyit tersebut terkandung metabolit sekunder berupa

Page 34
minyak atsiri dan kurkumin. Hal yang pertama dilakukan adalah memotong kecil sampel kunyit,
fungsi dari pemotongan secara kecil agar metabolit sekunder dapat keluar dari sampel kemudian
dijemur selama 4 hari pada suhu kamar, tujuan dari penjemuran pada suhu kamar bukan secara
sinar matahari langsung adalah agar metabolit sekunder yang terdapat pada kunyit tidak rusak
karna terkena cahaya matahari langsung. Setelah itu dihaluskan dengan cara blender menjadi
serbuk dimaksudkan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas bidang sentuh semakin
banyak supaya saat pelarutan dengan metanol, ekstrak yang diperoleh lebih banyak. Kemudian
merendam sampel kunyit yang telah dijadikan serbuk halus dengan menggunakan pelarut
metanol (CH3OH), pada percobaan ini digunakan pelarut metanol (CH3OH) karena pelarut
metanol (CH3OH) adalah pelarut yang paling sempurna dalam melarutkan metabolit sekunder
yang ada pada sampel kunyit bahan alam tersebut.

Pada percobaan yang telah dilakukan perendaman sampel kunyit tersebut direndam
selama 1x24 jam, fungsi dari perendaman sampel kunyit tersebut agar semua senyawa metabolit
sekunder dapat larut dalam pelarut methanol (CH3OH) yang digunakan. Selanjutnya menyaring
hasil rendaman sampel tersebut dengan menggunakan kain kasa agar endapan yang ada pada
sampel kunyit tidak ikut ke dalam ekstrak cair kunyit yang disaring. Setelah didapatkan ekstrak
kunyit yang cair maka dilanjutkan dengan evaporasi yang berfungsi untuk menguapkan sehingga
akan terpisah antara pelarut metanol yang digunakan dengan ekstrak kunyit kental yang
diperoleh.. Dari hasil percobaan tersebut didapatkan ekstrak kental kunyit sebesar 22,2786 gram
dari 300 gram sampel kunyit yang digunakan sehingga kadar yang diperoleh dari sampel kunyit
tersebut sebesar 7, 42 %.

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan metode maserasi 300 gram serbuk simplisia
kunyit dihasilkan ekstrak 22,2786 gram dengan Rendemen 7,42%

Page 35
PRAKTIKUM VI
PERKOLASI
Tujuan
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan ekstraksi bahan alam dengan metode
perkolasi.

Pendahuluan

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewwani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia dengan
menggunakan pelarut tertentu. Pemilihan metode ekstraksi senyawa kimia didasarkan atas
beberapa factor yaitu sifat jaringan tumbuhan, sifat kandunagan zat aktif serta kelarutan dalam
pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar
dan senyawa non polar dalam pelarut non polar.

Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Cawan porselin 1. Simplisia

2. Gelas beker 2. Aquadest

3. Gelas ukur 3. Metanol

4. Corong

5. Botol penyemprot

6. Kertas saring

7. Alat percolator

Page 36
Cara Kerja

1. Menimbang serbuk simplisia sebanyak 300 gram

2. Masukkan serbuk simplisia kedalam alat perkolator

3. Menambahkan pelarut methanol hingga serbuk terendam dan pelarut berada 2 cm diatas
sampel, menutup alat perkolator sambil sesekali diaduk. Merendam sampel selama 3 kali 24
jam sambil dilakukan pengadukan dan setiap 24 jam dilakukan penyaringan.

4. Mengambil ekstrak cair yang didapat

5. Menguapkan ekstrak cair yang didapat hingga diperoleh ekstrak kental sampel.

6. Menimbang ekstrak kental yang didapat.

Hasil Pengamatan

Dilakukan pengenceran etanol 99% menjadi 95% sebanyak 1000 ml

V1 × N1 = V2 × N2

V1 × 99% = 1000 ml × 95%

95000
V1 =
99

V1 = 959,5959 ml ad 1000 ml

Diketahui : - Berat cawan kosong = 52,8698 gram


- Berat cawan + ekstrak = 92,2680 gram
- Berat sampel = 300 gram
- Berat ekstrak kental = (berat cawan+ekstrak)- berat cawan kosong
= 92,2680 gram – 52,8698 gram
= 39,3982 gram

Page 37
Berat ekstrak
% Rendemen Kunyit = × 100%
Berat serbuk simplisia
39,3982 gram
= × 100%
300 gram

= 0,1313 × 100%
= 13,13 %

Pembahasan

Pada praktikum ini simplisia yang digunakan adalah rimpang kunyit dengan
menggunakan cairan penyari etanol 95%. Pertama-tama serbuk simplisia dibasahi dengan etanol
95 % sampai serbuk simplisia terbasahi semua. Tujuan pembasahan serbuk simplisia adalah agar
serbuk simplisia yang akan di ekstraksi tidak mengalami pembengkakkan sel secara tiba-tiba di
dalam alat perkolator (dapat menyebabkan pelarut sulit mengalir), menjaga keseragaman
kelembapan simplisia sehingga mencegah pembentukan saluran-saluran, meningkatkan porositas
dinding sel sehingga meningkatkan difusi substansi terekstraksi dari sel ke dalam pelarut atau
penembusan sel oleh pelarut.

Selanjutnya Perkolator yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan diberi kapas
yang dibasahi etanol pada bagian bawah perkolator agar serbuk simplisia tidak keluar melalui
bagian bawah perkolator. Jika ada serbuk simplisia yang keluar maka akan menyebabkan
perkolat menjadi keruh. Serbuk simplisia yang telah terbasahi semua dipindahkan sedikit demi
sedikit ke dalam perkolator yang telah disiapkan, lalu masukkan cairan penyari melalui dinding
perkolator agar cairan penyari rata mengenai serbuk simplisia dan supaya tidak terbentuk lubang
ditengah-tengah serbuk simplisia, hingga serbuk terendam dan pelarut berada 2 cm diatas
sampel, setelah semuanya dimasukkan perkolator ditutup dengan aluminium foil untuk
mencegah etanol menguap dan dibiarkan selama 24 jam. Perendaman ini bertujuan agar sel-sel
simplisia mengembang sempurna sehingga cairan penyari akan mudah menembus sel. Setelah 24
jam cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 mL per menit. Kemudian cairan penyari
ditambahkan berulang-ulang sehingga selalu ada selapis cairan penyari diatas simplisia. Dari
hasil praktikum kami, perkolat yang didapatkan jernih dan berwarna coklat kekuningan. Setelah
itu hasil dari perkolasi diuapkan diatas waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.

Page 38
Pada praktikum kali ini diperoleh ekstrak kental kunyit dengan bobot 39,3982 gram.
Setelah diperoleh bobot ekstrak kental maka dihitung randemennya dengan cara bobot ekstrak
yang diperoleh dibagi dengan jumlah simplisia yang ditimbang kemudian dikalikan dengan
100%. Pada praktikum ini diperoleh hasil randemennya yaitu sebesar 13,13 %

Kesimpulan

Pada praktikum kali ini digunakan rimpang kunyit sebagai serbuk simplisia dan metode
ekstraksi yang dilakukan adalah perkolasi. Pada praktikum ini diperoleh ekstrak kental dari hasil
ekstraksi serbuk kunyit sebanyak 39,3982 gram dari 300 gram serbuk simplisia kunyit. Dari
bobot ekstrak yang didapat maka praktikan dapat menghitung randemennya dan kali ini
randemen yang diperoleh sebesar 13,13 %.

Page 39
PRAKTIKUM VII
EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Tujuan
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan ekstraksi bahan alam dengan metode
ekstraksi cair-cair.

Pendahuluan

Ekstraksi adalah proses pemisahan zat terlarut didalam 2 macam zat pelarut yang tidak
saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut
organik.

Ekstraksi senyawa alam tidak sama dengan ekstraksi senyawa murni, terutama
penambahan ke dua pelarut yang tidak saling bercampur, tidak selalu berbanding 1:1. Pada
ekstraksi senyawa alam penambahan air harus diperhitungkan supaya diperoleh suspensi yang
homogen.

Dikenal 3 macam bentuk corong pisah yaitu bentuk bulat untuk mengekstraksi
komponen kimia yang mengandung terpen glikosida, bentuk lonjong untuk mengekstraksi bahan
alam yang mengandung lemak dan saponin sedangkan bentuk segi empat adalah untuk
mengekstraksi senyawa sintetik/ murni.

Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Cawan porselin 1. Aquadest

2. Gelas beker 2. Simplisia

3. Gelas ukur 3. Dietil eter

4. Corong 4. N-hexane

5. Corong pisah

6. Botol penyemprot

Page 40
Cara Kerja

1. Ekstrak methanol terlebih dahulu dipekatkan kemudian ditimbang sebanyak 1 gram.

2. Menambahkan air hingga terbentuk suspense yang homogen.

3. Memindahkan suspensi kedalam corong pisah dan menambahkan pelarut, setelah itu corong
pisah ditutup, dibalik dan kran corong dibuka lalu dikocok satu arah beberapa kali hingga
didapatkan massa yang terdistribusi.

4. Setelah itu kran corong ditutup lalu corong dibalik dan dibiarkan hingga terjadi pemisahan.

5. Lapisan sari dikeluarkan dan lapisan eter ditampung.

6. Lapisan air dikocok lagi dengan pelarut kembali biasanya dilakukan 3 kali ekstraksi.

Hasil Pengamatan

Diketahui : Berat cawan kosong = 38,4909 gram

Berat cawan + ekstrak kloroform = 46,1078 gram

Berat ekstrak kloroform = 7,6169 gram

Berat sampel = 1 gram

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
%Rendemen ekstrak = ×100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑜𝑟𝑚


% Rendemen ekstrak kloroform = ×100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛

7,6169 𝑔𝑟𝑎𝑚
= ×100%
38,4909 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,1978 × 100 %

= 19,78 %

Page 41
Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan penimbangan terhadap sampel ekstrak kental rimpang
kunyit sebanyak 1 gram kemudian di pindahkan ke dalam corong pisah, dimana corong pisah ini
adalah alat utama yang digunakan untuk melakukan esktraksi pelarut secara cair-cair. Setelah itu
ditambahkan 50 ml kloroform, fungsi penambahan kloloform adalah sebagai pelarut non polar
dan merupakan larutan yang mudah menguap sehingga sampel ekstrak tersebut tidak larut atau
tidak beraksi dengan kloroform. Kemudian di kocok beberapa menit, fungsi pengocokan ini agar
larutan kloroform tersebut dapat bercampur dengan ekstrak kental dari rimpang kunyit. Pada
percobaan yang telah dilakukan setelah didiamkan 30 menit larutan kloroform dan ekstrak kental
rimpang kunyit tidak terpisah, melainkan tetap bercampur, sehingga tidak terbentuk 2 fase dari
cairan tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa ekstrak kental rimpang kunyit bersifat nonpolar.
Maka ekstraksi cair-cair dari ekstrak kental rimpang kunyit berakhir pada tahap pertama saja,
dikarenakan larutan tersebut telah bercampur yang menandakan pelarut yang cocok pada ekstrak
kental tersebut adalah kloroform. Kemudian hasil ekstrak tersebut di uapkan dengan cara
pemanasan agar larutan kloroform yang ada dalam larutan tersebut habis menguap.

Dari hasil percobaan tersebut di dapatkan ekstrak kental yaitu pada penambahan
kloroform berwarna kuning kemerahan, dimana fase yang berwarna kuning kemerahan
merupakan kurkumin. Dari perlakuan tersebut didapatkan bobot ekstrak setelah penguapan
sebesar 7,6169 gram dengan berat wadah yang ditempati sebesar 38,4909 gram. Dengan
demikan didapatkanlah presentasi kadar dari sampel ekstrak kental rimpang kunyit tersebut
dimana sampel bobot ekstrak setelah penguapan dibagi dengan bobot wadah yang digunakan
dikali dengan 100 % adalah sebesar 19,78 %.

Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
ekstraksi cair-cair ini dapat ditentukan pelarut yang cocok dari larutan ekstrak kunyit tersebut.
Dari perhitungan didapatkan hasil presentasi kadar ekstrak kunyit sebesar 19,78 %

Page 42
PRAKTIKUM VIII
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan identifikasi kimia dengan KLT.

Pendahuluan
KLT merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut dalam
lemak yaitu lipid, steroid, karotenoid, kuinon sederhana, dan klorofil. Untuk pekerjaan
penyiapan, KLT dilakukan pada lapisan penyerap yang tebal. Kecepatan KLT yang lebih besar
disebabkan oleh sifat penyerap yang lebih padat bila dilapiskan pada plat dan ini merupakan
keuntungan bila kita meneliti senyawa yang bersifat labil.

Teknik KLT dikembangkan tahun 1978 oleh Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent
dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai fase diam. Fase gerak akan naik sepanjang
fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka.
Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan
mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang dipisahkan. Pemilihan sistem pelarut
dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip kromatografi yang akan digunakan suatu
mikro syringe (penyuntik berukuran mikro). Sampel diteteskan pada salah satu bagian tepi plat
kromatografi.

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan
mengguanakn zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan secara merata pada lempeng
kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan
pemisahan didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat
penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap serta jenis pelarut. Perkiraan identifikasi
diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang hampir sama.

Keunggulan KLT antara lain :

1. sederhana dan relatif murah

Page 43
2. memungkinkan penggunaan pereaksi-pereaksi agresif, yang harus dihindarkan pemakaiannya
di dalam kromatografi kolom.

3. merupakan satu-satunya teknik yang dapat menganalisa berbagai campuran komponen secara
serempak.

Silika gel merupakan penyerapan yang paling banyak dipakai dalam KLT dan karena itu
masuk akal jika dipakai pada percobaan pertama. Senyawa netral yang mempunyai gugusan
sampai tiga pasti dapat dipisahkan pada lapisan yang diaktifkan dengan memakai pelarut organik
atau campuran pelarut yang normal. Sebagian besar silika gel bersifat asam, maka asam relatif
mudah dipisahkan, sehingga meminimumkan reaksi asam-basa antara penyerap dan
senyawayang dipisahkan. Jika ada kesukaran pada pemisahan asam atau basa, mungkin dapat
digantikan suatu pelarut yang diasamkan atau dibasakan.

Lapisan penyerap sering mengandung indikator fluorosensi yang ditambahkan untuk


membantu penampakan bercak warna pada lapisan yang telah dikembangkan. Indikator
fluorosensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika disinari. Melalui penyinaran
indikator fluorosensi akan bersinar pada panjang gelombang yang sesuai.

Plat KLT yang telah ditotoli cuplikan ditaruh dalam bejana KLT yang berisi pelarut yang
tingginya beberapa mm. tinggi pelarut didalam bejana harus dibawah tempat penotolan pada
pelat. Bejana ditutup dengan penutup atau dengan lembaran aluminium, dan pelarut dibiarkan
merambat naik sampai batas yang telah ditetapkan. Pengembangan memerlukan waktu sekitar 5
menit, bergantung pada penyerap dan pelarut. Jika bercak mempunyai Rf yang lebih kecil dari
0,5 , lapisan harus dikeringkan dan dikromatografi sekali lagi.

Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Cawan porselin 1. Aquadest

2. Gelas beker 2. Simplisia

3. Gelas ukur 3. Dietil eter

4. Corong 4. N-hexane

Page 44
5. Botol Penyemprot

6. plat

7. chumber

Cara Kerja

1. Pembuatan eluen

a. Eluen non polar dibuat dengan campuran yaitu n-heksana dan etil asetat dengan
perbandingan 8:2;7:3;6:4.

b. Eluen polar dibuat dengan campuran pelarut yaitu etil asetat : etanol : air dengan
perbandingan 15:2:1, 8:2:1, 6:2:1.

2. Penjenuhan eluen

Penjenuhan eluen dilakukan dengan memasukkan eluen kedalam chumber dengan ketinggian
kurang dari 2 cm. Memasukkan kertas saring ke dalam chumber yang berisi eluen. Menutup
chumber dan kemudian mengamati sampai eluen naik kebagian atas kertas saring (berarti
jenuh). Mengeluarkan kertas saring dari chumber.

3. Penotolan dan identifikasi KLT

Penotolan dan identifikasi KLT dilakukan dengan melarutkan ekstrak simplisia dengan etanol
dalam vial. Menotolkan ekstrakyang telah diencerkan diatas plat KLT hingga terbentuk noda.
Memasukkan kedalam chumber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan. Mengeluarkan plat
KLT hasil penotolan dari chumber setelah eluen yang menaik mendekati garis batas atas
sebesar 0,5 cm. Mengamati noda yang terbentuk dibawah sinar UV dengan panjang
gelombang tertentu. Dan menggambar hasil yang terbentuk. Selain menggunakan sinar UV
untuk melihat noda yang dibentuk menggunakan penampak bercak H2SO4. Menyemprotkan
H2SO4 diatas plat KLT, memanaskan diatas Bunsen sehingga noda atau plot terlihat jelas.
Mengamati kembali noda yang terbentuk di bawah sinar UV dan menggambar hasilnya.
Kemudian menghitung harga Rfnya.

Page 45
Hasil Pengamatan

Jarak Jarak
No Perlakuan Gambar
Noda Pelarut
1. Menotolkan ekstrak sampel - 15 cm
yang telah diencerkan (noda
diatas plat KLT dan berekor)
memasukkan ke dalam
chumber, setelah itu
mengamati noda dibawah
sinar uv

1. Rf noda ekstrak

 Noda ekstrak = 0

2. Rf noda fraksi

 Noda fraksi 1 = 1,5 cm

Perhitungan

Jarak noda
Rf =
Jarak pelarut

1. Rf noda ekstrak

Diketahui : Jarak pelarut = 15 cm

Jarak noda 1 = 0 cm
0 cm
Rf 1 =
15 cm

=0

Page 46
2. Rf noda Fraksi

Diketahui : Jarak pelarut = 15 cm

Jarak noda 1 = 1,5 cm


1,5 cm
Rf =
15 cm

= 0,1 cm

Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan identifikasi pada senyawa yang terkandung dalam rimpamg
kunyit, salah satu senyawa yang dikandung kunyit yaitu kurkumin. Identifikasi ini dilakukan
secara kromatografi lapis tipis, tujuannya agar mahasiswa memahami kerja KLT dan
mengidentifikasi senyawa yang ada pada sampel dengan menggunakan KLT. Kromatografi lapis
tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya. Teknik ini biasanya menggunakn fase diam dari bentuk plat dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.

Pada KLT ini sampel yang digunakan adalah ekstrak kental kunyit. Ekstrak kental kunyit
yang digunakan merupakan ekstrak hasil ekstraksi sebelumnya yaitu ekstrak dari perkolasi dan
fraksi yang digunakan adalah ekstrak dari hasil ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair atau
fraksinasi yang telah kami lakukan hanya sampai pada pelarut kloroform. digunakannya fraksi
bertujuan untuk melihat apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan sampel standar.

Pertama kali yang disiapkan adalah alat dan bahan yang akan digunakan. Plat KLT
digambar garis batas atas 2 cm dan batas bawah 3 cm. diberikan penandaan pada garis
dilempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Sebagai penanda batas atas dan batas
bawah fase diam digunakan pensil, karena pensil mengandung senyawa karbon yang tidak larut
dalam eluen. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogram dibentuk, oleh karena itu digunakan pensil sebagai penandanya. Eluen yang
digunakan pada praktikum ini eluen non polar yang merupakan pencampuran dari perbandingan
pelarut n-heksan : etil asetat (7:3).

Page 47
Selanjutnya ekstrak diidentifikasi dengan KLT dengan cara menotolkan pada plat KLT
sampel dan fraksi dengan menggunakan pipa kapiler tepat pada garis bawah. Setelah selesai
ditotolkan, plat KLT dimasukkan kedalam chumber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan
hingga eluen naik sampai batas atas. Kemudian dideteksi dengan sinar UV pada panjang
gelombang 366 nm yang bertujuan untuk menampakkan bercak yang berfluoresensi sehingga
pada pengamatan terlihat bercak berpendar (memancarkan cahaya).

Dari hasil pengamatan dapat dilihat pada ekstrak dengan eluen n-heksan dan etil asetat
dengan perbandingan 7:3 menghasilkan spot yang berekor dan senyawa yang tidak terpisah. Hal
ini dikarenakan pada penotolan ekstrak terlalu tebal sehingga spot yang dihasilkan berekor dan
senyawa yang tidak terpisah. Sedangkan pada fraksi ekstraksi cair-cair menghasilkan 1 bercak
noda dengan jarak noda 1,5 cm. Warna yang terlihat saat disinari dengan sinar UV adalah kuning
kemerahan dan ungu . Rf ekstrak yang dihasilkan yaitu 0 dan Rf fraksi yang dihasilkan adalah
sebesar 0,1 cm.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan tidak didapatkan noda yang baik melainkan noda yang
berekor pada sampel ekstrak yang dikarenakan penotolon yang terlalu tebal, sehingga nilai Rf
untuk ekstrak tidak dapat dihitung jadi dapat dikatakan nilai Rfnya nol. Sedangkan pada Fraksi
dari sampel ekstraksi cair-cair terdapat noda dengan jarak noda 1,5 cm sehingga nilai Rfnya 0,1
cm.

Page 48
PRAKTIKUM IX
KROMATOGRAFI KERTAS

Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip kerja identifikasi senyawa kimia dan bahan
alam dengan metode kromatografi kertas.

Pendahuluan
Kromatografi adalah teknk pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia yang berdasar
pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam
dibawah pengaruh pergerakan fase gerak. Teknik pemisahan yang dilakukan dengan
memanipulasi sifat fisik dari zat-zat penyusun suatu campuran. Teknik ada dua zat yang
mempunyai sifat fisik yang sama sehingga pemisahan untuk zat yang serupa masih mungkin
untuk dilakukan.

Pada kromatografi kertas fase diam adalah air yang didukung oleh pelat serat selulosa,
fase mobile air dicampur pelarut organik lebih banyak digunakan untuk pemisahan senyawa non
polar, karena selulosa (kertas) bersifat polar. Banyak digunakan untuk pemisahan bahan alam.
Kekurangan : lebih lama karena panjang kertas bisa mencapai 50 cm. kertas sebagai fase diam
yang digunakan adalah kertas whatman no.1 dan kertas whatman no.3 biasanya untuk pemisahan
campuran dalam jumlah yang lebih besar karena dapat menampung cuplikan lebih banyak.

Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. beaker glass 1. Ekstrak simplisia
2. batang pengaduk 2. Etanol
3. gelas ukur 3. Etil asetat
4. kertas saring 4. Aquadest
5. kertas whatman
6. chumber
7. pipa kapiler

Page 49
Cara Kerja
1. Pembuatan eluen
a. Eluen non polar dibuat dengan campuran pelarut yaitu etil asetat : etanol : air dengan
perbandingan 6:2:1
2. Penjenuhan eluen
Penjenuhan eluen dilakukan dengan memasukkan eluen ke dalam chumber dengan
ketinggian kurang dari 2 cm. memasukkan kertas saring ke dalam chumber yang berisi eluen.
Menutup chumber dan kemudian mengamati sampai eluen naik kebagian atas kertas saring
(berarti jenuh). Mengeluarkan kertas saring dari chumber.

3. Penotolan dan identifikasi KLT


Penotolan dan identifikasi KLT dilakukan dengan melarutkan sampel dengan etanol
dalam vial. Menontolkan ekstrak sampel yang telah dijenuhkan. Mengeluarkan kertas saring
hasil penotolan dari chumber setelah eluen yang menaik mendekati garis batas atas sebesar 2 cm.
mengamati noda yang terbentuk dibawah sinar UV dengan panjang gelombang tertentu, dan
menggambar hasil yang terbentuk. Selain menggunakan sinar UV untuk melihat noda yang
dibentuk menggunakan penampak bercak H2SO4. Menyemprotkan H2SO4 diatas plat KLT,
memanaskan di atas Bunsen sehingga noda atau plot terlihat jelas. Mengamati kembali noda
yang terbentuk dibawah sinar UV dan menggambar hasilnya. Kemudian menghitung harga Rf
nya.

Page 50
Hasil Pengamatan

Tabel 1 Eluen polar

Jarak Jarak
No Perlakuan Gambar
pelarut Noda
1. Menotolkan ekstrak sampel yang
telah diencerkan diatas kertas
whatman dan memasukkan ke
dalam chumber, setelah itu
- -
mengamati noda dibawah sinar uv

2. Menyemprotkan H2SO4 di atas


plat KLT dan mengamati dibawah
sinar uv.

- -

Perhitungan

1. noda ekstrak = -

2. noda fraksi = -

3. Jarak pearut = 15 cm

Jarak noda
 Rf ekstrak =
Jarak pelarut

Page 51
0
=
15 cm

= 0

Jarak noda
 Rf fraksi =
Jarak pelarut
0
=
15 cm
= 0

Pembahasan
Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas yang digunakan
untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Prinsip kerja
kromatografi kertas adalah pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak
pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.
Pada percobaan kali ini dilakukan analisis ekstrak simplisia kunyit, hal yang pertama
dipersiapkan adalah membuat eluen, eluen yang kami gunakan pada percobaan ini yaitu eluen
polar. Eluen polar yang dibuat dengan campuran etil asetat : etanol : air dengan perbandingan
6:2:1. Setelah eluen polar dijenuhkan maka dilakukan penotolan. Pada tahap penotolan, kertas
saring yang digunakan adalah kertas saring whatman karena mempunyai pori-pori yang besar
sehingga noda dapat merembes dengan cepat dan teratur. Garis awal pada kertas dengan
menggunakan pensil karena pensil terbuat dari grafit yang tidak larut dalam eluen.
Identifikasi dengan eluen polar, ekstrak kunyit yang telah ditotolkan diatas kertas
whatman tidak ada noda yang terlihat setelah diamati dibawah sinar uv begitu pula pada fraksi
tidak ada noda yang terlihat, untuk memperjelas noda yang tidak terlihat maka kertas whatman
tersebut disemprotkan dengan H2SO4 kemudian diamati dibawah sinar uv. Dari hasil
pengamatan terakhir tetap tidak terlihat noda pada ekstrak maupun pada fraksi, sehingga nilai Rf
nya tidak dapat dihitung karena jarak noda tidak diketahui.
Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil noda yang tidak terlihat atau tidak
terbentuk, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pemilihan pelarut yang
kurang selektif, tidak cocoknya pelarut yang dugunakan, pemisahan yang kurang hati-hati,
praktikan kurang memahami prinsip dan prosedur kerja kromatografi kertas atau juga dapat

Page 52
dikarenakan ekstrak yang digunakan sebagai sampel ikut larut dengan pelarut yang digunakan.
Menurut kami faktor yang mempengaruhi tidak terlihatnya noda ekstrak maupun fraksi pada
percobaan ini dikarenakan ekstrak larut dengan pelarut tersebut. Pelarut yang digunakan sebagai
eluen adalah pelarut polar. Dari teori yang pernah kami dapatkan bahwa pelarut polar dapat
melarutkan senyawa yang bersifat polar maupun senyawa nonpolar.

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kromatografi ketas
pada percobaan ini dengan kertas whatman yang ditotolkan ekstrak kunyit dan fraksinya dengan
eluen polar tidak menghasilkan noda sehingga nilai Rf tidak dapat dihitung atau dapat dikatakan
Rf sama dengan nol. Hal tersebut dikarenakan zat aktif pada senyawa tersebut ikut larut pada
pelarut eluen yaitu pelarut polar, karena pelarut yang bersifat polar dapat melarutkan senyawa
yang bersifat polar maupun nonpolar.

Page 53

Anda mungkin juga menyukai