Anda di halaman 1dari 12

AUDIT KEUANGAN NEGARA

RESUME KE-5
AUDIT ATAS TRANSAKSI PENDAPATAN

Dosen Pengampu:
Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA

Disusun oleh:
(KELOMPOK 6; NO. URUT TAMPIL 6)
FIRSKY RIYANDA (1602110146)
ALFAJRAH (1602114408)
MUHAMMAD HANIF (1402122378)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
Statement of Authorship

Saya/kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/makalah/tugas


terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas
pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami
menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata kuliah : Audit Keuangan Negara


Judul RMK/Makalah/Tugas : Audit Atas Transaksi Pendapatan
Tanggal : 06 Oktober 2019
Dosen : Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA

Nama : Firsky Riyanda


NIM : 1602110146

Nama : Alfajrah
NIM : 1602114408

Nama : Muhammad Hanif


NIM : 1402122378
PEMBAHASAN

A. SUMBER PENDAPATAN NEGARA


Menurut UU RI Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, pendapatan negara dan
hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan,penerimaan
negara bukan pajak,serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri.
1) Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional. Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan
negara yang berasal dari pajak penghasilan,pajak pertambahan nilai barang dan jasa,pajak
penjualan atas barang mewah,pajak bumi dan bangunan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan,cukai,dan pajak lainnya. Pajak perdagangan internasional adalah semua
penerimaan negara yyang berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor. hingga saat
ini struktur pendapatan negara masih didominasi oleh penerimaan perpajakan,teruttama
penerimaan pajak dalam negeri dari sektor nonmigas.
2) Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) adalah semua penerimaan yang diterima oleh
negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam,bagian pemerintah atas laba
badan usaha milik negara,serta penerimaan negara bukan pajak lainnya. Sebagai salah
satu sumber pendapatan negara, PNBP memiliki peran yang cukup penting dalam
menopang kebutuhan pendanaan anggaran dalam APBN walaupun sangat rentan
terhadap perkembangan berbagai faktor eksternal. PNBP juga dipengaruhi oleh
perubahan indikator ekonomi makro,terutama nilai tukar dan harga minyak mentah di
pasar internasional. Hal ini terutama karena struktur PNBP masih didomiinasi oleh
penerimaan sumber daya alam (SDA), khususnya yang berasal dari penerimaan minyak
bumi dan gas alam (migas), yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar
rupiah,harga minyak mentah,dan tingkat lifting minyak.
3) Penerimaan hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan swasta
dalam negeri serta sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar negeri. Penerimaan
hibah yang dicatat didalam APBN merupakan suumbangan atau donasi (grant) dari
negara-negara asing,lemaga/badan nasional,serta perorangan yang tidak ada kewajiban
untuk membayar kembali.Perkembangan penerimaan negara yang berasal dari hbah ini
dalam setiap tahun anggaran bergantung pada komitmen dan kesediaan negara atau
lembaga donatur dalam memberikan donasi (bantuan) kepada Pemerintah Indonesia.
Secara lebih singkatnya sumber penerimaan negara adalah sbb :
Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan perpajakan
a. Pajak Dalam Negeri
i. Pajak Penghasilan
ii. Pajak Pertambahan Nilai
iii. Pajak Bumi dan Bangunan
iv. BPHTB
v. Cukai
vi. Pajak Lainnya
b. Pajak Perdagangan Internasional
i. Bea Masuk
ii. Pajak/Pungutan Ekspor
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
a. Penerimaan SDA
b. Bagian Laba BUMN
c. PNBP lainnya

Sumber-sumber Penerimaan/Penghasilan Negara, sumber-sumber penghasilan ini umumnya


terdiri dari:
1. Perusahaan-perusahaan Negara
Perusahaan yang bersifat monopoli, umumnya perusahaan-perusahaan Postel, perusahaan
garam dan soda, pabrik-pabrik gas dan listrik, yang tarifnya sangat disesuaikan dengan
kebutuhan umum, sehingga tidak semata-mata mengejar keuntungan saja, maupun yang
tidak bersifat monopoli seperti pabrik-pabrik; tambang-tambang, onderneming-
onderneming, dan sebagainya.
2. Barang-barang milik pemerintah atau yang dikuasai pemerintah
Dalam hubungan ini disebutkan tanah-tanah yang dikuasai pemerintah yang diusahakan
untuk mendapatkan penghasilan; saham-saham yang dipegang negara, dan sebagainya.
3. Denda-denda dan perampasan-perampasan untuk kepentingan umum
4. Hak-hak waris atas harta peninggalan terlantar
Jika terhadap suatu warisan atau harta peninggalan lain, tidak ada orang datang yang
menyatakan dirinya berhak atas harta tersebut, atau jika semua ahli waris menolak warisan
yang bersangkutan, maka di Indonesia (menurut pasal 1126 Kitab Undang-undang Hukum
Sipil) harta peninggalan ini dianggap terlantar, dan Balai Harta Peninggalan wajib
mengurus dan mengumumkannya. Dan jika setelah lewat waktu tiga tahun masih juga
belum ada ahli waris yang muncul, maka BHP tadi wajib menyelesaikan urusannya; dalam
hal masih ada kelebihan, harta benda dan kekayaan ini menjadi milik negara (KUHS pasal
1129)
5. Hibah-hibah wasiat dan hibahan lainnya
Yang dimaksud dengan hibahan-hibahan adalah antara lain sumbangan-sumbangan dari
PBB.
6. Pajak, retribusi, dan sumbangan
Last but not least, terakhir tapi bukan yang terkecil, yaitu sebagaimana telah diuraikan di
atas. Dalam hubungan ini, pengenaan pajak, retribusi, dan sumbungan termasuk pula
sebagai suatu bagian ajaran tentang public finance, yaitu pengetahuan yang mempelajari
cara-cara bagaimana suatu pemerintah dapat memperoleh, mengurus, dan membelanjakan
uangnya yang diperlukan untuk menunaikan rugasnya.
Pembiayaan pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit sebagai syarat mutlak agar
pembangunan dapat berhasil. Uang yang digunakan untuk itu didapat dari berbagai sumber
penerimaan negara. Pada umumnya negara mempunyai sumber-sumber penghasilan yang
terdiri dari:
1. Bumi, air dan kekayaan alam
2. Pajak-pajak, Bea dan cukai
3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (non-tax)
4. Hasil Perusahaan Negara
5. Sumber-sumber lain, seperti pencetakan uang dan pinjaman
B. SIFAT TRANSAKSI
1. TUJUAN AUDIT
Tujuan dari audit atas transaksi pendapatan adalah untuk mengetahui dan menilai
apakah :
 setiap jenis pendapatan yang telah dimuat dalam rencana penerimaan pada
setiap departemen/lembaga pemerintah non departemen mempunyai landasan
hukum dan telah dipungut sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan dan
disetorkan ke kas negara dengan tertib.
 realisasi pendapatan mencapai target yang telah ditetapkan dalam DIKS.
 semua pendapatan pada setiap departemen/lembaga pemerintah non departemen
telah ditatausahakan dan dilaporkan serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. PEMAHAMAN MENGENAI TRANSAKSI dan TATA KELOLA UNTUK
MENGEMBANGKAN STRATEGI AUDIT

Sumber utama pendapatan negara berasal dari penerimaan pajak, penerimaan bukan
pajak dan hibah. Pendaptan atau penerimaan ini merupakan komponen utama dalam
negara, tanpa ada pendaptan atau penerimaan negara tidak dapat mengadakan belanja.
Banyaknya penyelewengan pajak dan penggunaan penerimaan bukan pajak membuat
auditor harus hati-hati dalam mengaudit penerimaan negara. Pentinganya kedua
penerimaan negara ini, maka ada kemungkinan terdapat salah saji. Untuk mengurangi
terjadinya salah saji pemerintah telah menerapkan sistem pengendalian internal
pemerintahan. Dengan adanya sistem tersebut dapat mengurangi salah saji tersebut.

3. MEMPERTIMBANGKAN PENGENDALIAN INTERNAL

Pemahaman atas sistem pengendalian intern berguna bagi pemeriksa untuk


merencanakan pemeriksaan, menaksir resiko pemeriksaan, mengidentifikasi bukti
pemeriksaan yang relevan, dll.
C. KEGIATAN PENGENDALIAN
1. CATATAN dan DOKUMEN
a. Catatan dan dokumen umum yang penting dalam pemrosesan penerimaan
kas/pendapatan adalah sebagai berikut:
 Surat Tanda Setoran (STS)

Surat tanda setoran adalah formulir yang digunakan oleh bendahara penerimaan
SKPD untuk menyetorkan setiap penerimaan yangditerima ke rekening kas umum
daerah. Dalam pembukuan penerimaan pendapatan, dokumen STS juga
diperlukan sebagai dasar pencatatan pembukuan peerimaan pendapatan. Dokumen
STS ini juga digunakan oleh bendahara penerimaan skpd dan juga bendahara
penerimaan pembantu skpd.

 Surat Ketetapan

Surat ketetapan dapat berupasurat ketetapan pajak dan juga surat ketetapan
retribusi

 Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

Laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan merupakan penggabugan


antara laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan dengan laporan
pertanggungjawaban pembantu yang memuat informasi tentang rekapitulasi
penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di bendahara. Laporan
pertanggungjawaban ini dilampiri dengan buku penerimaan dan penyetoran yang
telah ditutup pada akhir bulan berkenaan, register STS, bukti penerimaan yang
sah dan lengkap dan pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu.

 Rekapitulasi Penerimaan
 BKU Bendahara Penerimaan
b. Fungsi

Berbagai fungsi yang terkait dalam transaksi penjualan kredit antara lain:

a. Penerimaan pesanan dari pelanggan (accepting customer orders) pesanan dari


pelanggan diterima oleh bagian penjualan. Pesanan yang dapat diterima dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh manajemen, sehingga proses penerimaan pesanan
dengan mudah dapat dilayani dan diawasi oleh pejabat atasan,

b. Persetujuan Kredit (Approving Credit), fungsi ini memberikan persetujuan


terhadap kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Manajer kredit
merumuskan kebijaksanaan pemberian kredit kepada para pelanggan dengan
criteria yang ditetapkan terlebih dahulu. Pemberiaan kredit untuk pelanggan baru
misalnya, melalui proses seleksi dan pengamatan yang cukup lama,

c. Penanganan penjualan barang (filling sales orders) kebijaksanaan umum


mengenai penanganan penjualan, melarang pengiriman ataupun pengeluaran dari
gudang tanpa disertai dengan perintah penjualan yang disetujui. Prosedur
pengendalian semacam ini dimaksudkan agar dapat mengamankan agar tidak
terjadi pemindahan barang-barang dari gudang tanpa persetujuan dari pihak yang
berwenang,

d. Pengiriman Barang (Shipping Sales Orders) fungsi ini menangani proses


pengiriman barang-barang yang dipesan para pelanggan. Pemisahan fungsi
operasi (pengiriman) dengan fungsi penyimpanan (gudang) sangat diperlukan
guna menciptakan sistem pengendalian yang memadai. Temasuk dalam fungsi ini
adalah pengiriman dokumen pengiriman barang (bills of landing),

e. Penagihan (billing customers) fungsi ini menangani fungsi pembuatan invoice


serta pengirimannya kepada pelanggan. Dengan kata lain, bagian yng menangani
aktivitas billing merupakan kegiatan penagihan kepada para pelanggan.
Penagihan akan dilakukan oleh bagian ini dengan terlebih dahulu memperhatikan:
 Semua barang telah dikirimkan kepada para pelanggan,
 Tagihan hanya untuk barang-barang yang benar-benar telah dikirim,
 Harga-harga telah disetujui oleh pejabat atasan yang berwenang,

f. Pencatatan penjualan (recording the sales) fungsi ini ada pada bagian akuntansi
yang bertugas melakukan pencatatan secara formal terhadap transaksi penjualan.
Fungsi pencatatan dipisahkan dari fungsi operasional agar tercipta pengawasan
intern yang memadai.

D. RESIKO PENGENDALIAN
Untuk memahami terhadap munculnya resiko pengendalian, auditor harus merujuk tiga
langkah yang antara lain:
1. Mengidentifikasi kemungkinan salah saji,
2. Identifikasi pengawasan yang dapat melindungi dan mendeteksi terhadap salah saji,
3. Memperoleh pembuktian terhadap pengujian pengendalian.

Kemungkinan yang dapat diperhitungkan terhadap resiko pengendalian transaksi penjualan


kredit adalah:

1. Penerimaan pesanan dari pelanggan, kemungkinan salah saji dalam bentuk penjualan
dilakukan untuk pelanggan yang tidak disetujui. Dalam hal ini diperlukan pengawasan
sebagai berikut:

 Pelanggan adalah orang yang masuk dalam daftar yang disetujui,


 Setiap order penjualan harus disetujui pejabat atasan yang berwenang.

2. Persetujuan kredit, kemungkinan salah saji dalam bentuk penjualan kredit diberikan tanpa
diminta persetujuan dari pejabat atasan yang berwenang. Dalam hal ini diperlukan
pengawasan sebagai berikut:

 Bagian kredit harus melakukan pengecekan semua pelanggan baru,


 Dilakukan pengecekan terhadap batasan pemberian pagu kredit, pada setiap
pelanggan.
3. Penanganan penjualan barang, kemungkinan salah saji dalam bentuk barang yang
dikeluarkan dari gudang tidak berdasarkan order yang disetujui. Dalam hal ini diperlukan
pengawasan terhadap semua barang yang dikelurkan dari gudang harus memperoleh
persetujuan dari pejabat atasan.

4. Pengiriman barang, kemungkinan salah saji dalam bentuk:

 Barang yang dikirim mungkin tidak cocok dengan pesanan dari pelanggan, oleh
karenanya diperlukan adanya pengecekan oleh pegawai yang independent untuk
mengecek barang-barang yang telah dikirim,
 Pengiriman barang yang tidak diotorisasi, yang dikendalikan dengan tekhnik
pemisahan fungsi pengiriman dan operasinya, dan disamping itu perlu diawasi
proses pengiriman tagihan pada para pelanggan.

5. Penagihan, kemungkinan salah saji dalam bentuk tagihan dibuat untuk penjualan fiktif,
demikian juga beberapa transaksi penjualan pengiriman barang tidak diotorisasi pejabat
atasan yang berwenang,

6. Pencatatan penjualan, kemungkinan salah saji dalam bentuk invoice mungkin tidak dicatat
dalam jurnal dan buku pembantunya dan dapat pula invoice dicatat dalam rekening
pelanggan yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan pejabat yang independent untuk
mengecek proses pembukuan serta dibuat laporan mutasi saldo masing-masing pelanggan
secara periodik.

E. TUJUAN PENGUJIAN SECARA KESELURUHAN


Suatu program audit terdiri dari pengujian-pengujian audit yang dirancang untuk memenuhi
dua tujuan utama berikut:
 Pengujian pengendalian (test of control)

Pengujian pengendalian dilaksanakan untuk menentukan efektivitas perancangan dan


operasi pengendalian internal

 Pengujian substantif (substantive test)


Pengujian substantif dilaksanakan untuk menentukan apakah ada salah saji yang material
atau pengungkapan dalam laporan keuangan.

Kegiatan pengendalian sebagaimana:

 Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan


 Pembinaan sumber daya manusia
 Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
 Pengendalian fisik atas aset
 Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja
 Pemisahan fungsi
 Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting
 Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian
 Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya
 Akuntabilitas atas sumber daya dan pencatatannya
 Dokumentasi yang baik atas system pengendalian intern serta transaksi dan kejadian
penting

Jika klien telah menetapkan pengendalian internal yang baik, maka auditor bisa
memutuskan untuk membatasi pengujian substantif karena pengendalian internal klien
tampaknya dapat mencegah atau mendeteksi salah saji yang material. Hubungan ini adalah
logis dan secara sederhana berarti bahwa jika laporan keuangan kecil kemungkinannya
mengandung salah saji yang material, maka auditor hanya perlu melakukan pengujian
substantif yang kurang mendalam ketimbang jika laporan keuangan mengandung salah saji
yang material.

Auditor mencapai tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif dengan


melaksanakan pengujian yang dapat dibagi menjadi empat kategori utama:

 Pengujian analitis
 Observasi dan tanya jawab
 Pengujian transaksi
 Pengujian saldo
DAFTAR PUSTAKA
1. Menurut UU RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. www.academia.edu
3. PERMENDAGRI NO 55 TAHUN 2008 tentang Tata cara penatausahaan dan penyusunan
laporan pertanggungjawaban bendahara serta penyampaiannya.

Anda mungkin juga menyukai