Anda di halaman 1dari 5

RESUME PELATIHAN KEWASPADAAN

KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL


HARI KE-EMPAT (KAMIS, 13 JUNI 2019)

NAMA : NI PUTU RITA ULANDARI, A.Md.Keb


INSTANSI : RS PRATAMA GIRI EMAS

Pelatihan Kewaspadaan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal hari ke empat, peserta


diharapkan datang pukul 08.00 untuk absen kegiatan dan coffee break. Pada Pukul 09.00
pelatihan di awali dengan doa bersama dan refleksi. Refleksi ini di lakukan dengan membacakan
hasil resume kegiatan yang di wakilkan oleh ketua kegiatan pelatihan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal
Pukul 09.30 dilakukan demonstrasi praktek Pelatihan Kewaspadaan Kegawatdaruratan
Maternal Dan Neonatal. Pada saat melakukan demonstrasi, peserta di bagi atas 3 kelompok dan
masing-masing kelompok didampingi oleh 1 pembimbing untuk melakukan prasat pelatihan
yang telah ditentukan. Prasat pelatihan yang di demonstrasikan meliputi :
− Kelompok 1 : Penanganan distosia bahu dengan Manuver Mc Roberts, tehnik kompresi
eksternal (Mashanti), dan teknik melahirkan bahu belakang (Schwartz dan Dixon).
− Kelompok 2 : Penanganan bayi baru lahir dengan Asfiksia
− Kelompok 3 : Penanganan Manual plasenta, Atonia uteri, Hecting dan HPP.

1. Distosia Bahu
Setelah kepala lahir dan diikuti dengan putaran paksi luar sehingga sumbu fronto-
oksipital kepala sejajar dengan sumbu horizontal dan bahu sejajar dengan sumbu vertikal
ibu dan bahu depan di bawah arkus pubis. Dorongan pada saat ibu mengedan akan
menyebabkan bahu dengan melewati tepi bawah simpisis pubis. Bila bahu gagal melewati
simfisis pubis dan tetap pada posisi anteroposterior maka akan terjadi distosia bahu.
Distosia bahu adalah kegawat daruratan obstetric dan dapat menyebabkan trauma
dan bahaya pada ibu dan bayi. Penanganan distosia bahu dilakukan dengan Manuver Mc
Roberts dan tehnik mashanti yaitu dengan meminta ibu untuk menarik kedua lututnya
sejauh mungkin kearah dadanya dan minta asisten atau suami untuk membantunya
kemudian lakukan penekanan pada suprapubic dengan ujung genggaman tangan pada
bagian belakang bahu depan untuk membebaskannya.
Jika Manuver Mc Roberts dan tehnik mashanti gagal dilakukan, maka dapat
dilakukan dengan tehnik Schwarts dan Dixon). Pada tahap satu Schwarts dan Dixon,
lengan belakang dilahirkan sehingga rentang bahu-bahu menjadi bahu ketiak sehingga
terjadi pengurangan 20 % dan bahu depan dapat dilahirkan dengan mendorong kepala
curam kebawah. Tetapi jika bahu depan belum berhasil dilahirkan maka lengan dan bahu
belakang diputar ke depan simfisis, sehingga bahu yang tadinya berada di depan dapat
dilahirkan.
2. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami
asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali
pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Persiapan resusitasi bayi
baru lahir meliputi : Persiapan keluarga, persiapan tempat resusitasi, persiapan alat
resusitasi, persiapan diri, asisten dan persiapan tim bila ada.
Lakukan penilaian pada bayi baru lahir sebelum melakukan tindakan resusitasi
yang meliputi : menilai bayi menangis atau bernafas/ tidak megap-megap dan menilai
tonus otot bayi/ bayi bergerak aktif. Kemudian memutuskan apakah bayi tersebut perlu
dilakukan resusitasi dan tindakan yang perlu dilakukan.
Nilai AFGAR Skor bayi :
a. > 7 sampai dengan 10 : Vigerous baby
b. 4-6 : Asfiksia sedang
c. 0-3 : Asfiksia berat
Setelah menilai AFGAR skor lakukan langkah awal resusitasi yang meliputi :
J : Jaga kehangatan
A : Atur posisi
I : Isap lendir
K : Keringkan
A : Atur posisi kembali.
Bila langkah awal resusitasi telah dilakukan tapi bayi megap-megap dan HR < 100
x/menit maka dilakukan tindakan ventilasi tekanan positif. Langkah-langkah Ventilasi
Tekanan Positif (VTP) meliputi :
− Pasang sungkup dengan tekanan 21 % lakukan sebanyak 30 kali dengan lama 30
detik
− Cek saturasi pada bayi, bila SpO2 < 88 x/menit, dan HR <100 % sambungkan
sungkup dengan selang oksigen agar tekanan menjadi 40 %, dan berikan oksigen
sebanyak 5-6 lpm. Lakukan sebanyak 30 kali selama 30 detik
− Cek saturasi pada bayi, bila SpO2 < 88 x/menit, dan HR <100 % sambungkan
sungkup dengan selang oksigen dan sambungkan sungkup dengan balon udara
yang kosong agar tekanan menjadi 100 %, dengan tetap memberikan o2 sebanyak
5-6 lpm.
− Bila VTP berhasil dilakukan tangis bayi kuat dan gerak aktif maka lakukan
perawatan bayi normal
− Namun jika VTP tidak berhasil, SpO2 <88 % dan HR <100 x/mnt lakukan
persiapan rujukan dengan memperhatikan STABLE. Sebelum melakukan rujukan
lakukan pemasangan o2 berikan 2 lpm dengan kanula nasal, menghubungi RS
PONEK, dan perhatikan BAKSOKUDAPONI.

3. Perdarahan Post Partum


Perdarahan post partum adalah perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah
bayi lahir. Salah satu contoh perdarahan post partum yaitu :
a. Plasenta Manual
Langkah- langkah plasenta manual meliputi
− Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
− Klem tali pusat pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan tali pusat dengan
satu tangan sejajar lantai
− Secara obstetric, masukkan tangan lainnya (Punggung tangan mengarah ke
dinding uterus dan bagian palmar mengarah ke kavum uteri) ke dalam
vagina, menelusuri sisi bawah tali pusat).
− Setelah mencapai bukaan serviks, minta asisten untuk memegang klem tali
pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri
− Masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri dan mencapai tepi
implantasi plasenta
− Bentangkan tangan obstetrik tetapi jari-jari merapat seperti member salam
− Tentukan tepi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah kemudian
sisipkan ujung jari-jari.
− Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas perlepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uterus
− Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
− Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis kemudian instrusikan
asisten untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta
keluar
− Setelah selesai bersihkan alat dan lepas sarung tangan
− Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
− Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
− Pantau tanda vital ibu.

b. Atonia Uteri
Langkah-langkah penanganan atonia uteri ialah melakukan penanganan kala tiga
secara aktif yaitu :
− Menyuntikkan oksitosin dalam 1 menit setelah plasenta lahir
− Peregangan tali pusat terkendali
− Mengeluarkan plasenta
− Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila terasa ada tahanan, penegangan plasenta dan selaput secara
perlahan dan sabar untuk mencegah robeknya selaput ketuban.
− Massase uterus
− Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan.

Masase fundus uteri


segera sesudah
plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

Evaluasi rutin
Uterus
kontraksi ? Jika pada penanganan kala tiga secara aktif tidak berhasil, maka lakukan

pengelolaan dengan bagan :


Pertahankan KBI selama 1-2 mnt
Evaluasi / bersihkan bekuan darah/ selaput
Keluarkan tangan secara hati-hati
ketuban
Lakukan pengawasan kala IV.
KBI maksimal 5 menit

Ajarkan keluarga melakukan KBE


Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati ya
Suntikan methyl ergometrin 0,2 mg IM
Infus RL + 20 IU oksitosin gtt xx/mnt dan alur lain,
infuse guyur.
Lakukan lagi KBI atau pasang tampon kondom kateter.

Uterus Pengawasan kala IV


kontraksi ?
ya

tidak

RUJUK dengan
BAKSOKUDAPONI

Anda mungkin juga menyukai