Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi.

Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu

cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh sehingga

menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri

dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat.

Klasifikasi.

Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :

1. Osteoartritis.

2. Artritis rematoid.

3. Polimialgia Reumatik.

4. Artritis Gout (Pirai).

1. Osteoartritis.

Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat

dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,

pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang

menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi

utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada

pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan

sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum

cepat lelah.

3. Polimialgia Reumatik.

Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang

terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama

mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.

4. Artritis Gout (Pirai).

Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis

akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering

mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa

menopause.

OSTEOARTRITIS

Defenisi

Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut.

Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas

60 tahun.
B. Etiologi

Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko

untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

1. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat.

Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering

pada umur diatas 60 tahun.

2. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena

osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi

osteoartritis kurang lebih sama pada laki

dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria

hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita

dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis

pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih

sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.

4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara

masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit

hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang

Amerika asli dari pada orang kulit putih.

Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi

kelainan kongenital dan pertumbuhan.

5. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya

osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan

dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain

(tangan atau sternoklavikula).

C. Patofisiologi.

Umur Jenis Kelamin Genetik Suku Kegemukan

1. Kerusakan fokal tulang rawan pembentukan tulang baru pada sendi yang progresif tulang

rawan, sendi dan tepi sendi,

2. Perubahan metabolisme tulang

3. Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi

4. Penurunan kadar proteoglikan

5. Berkurangnya kadar proteoglikan

6. Perubahan sifat sifat kolagen

7. Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi


8. Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan

9. Timbul laserasi

OSTEOARTRITIS

Menifestasi klinis

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.

Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang

berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi,

pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.

D. Penatalaksanaan

Obat obatan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena

patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,

meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid

bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki

atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu

dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik

yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena

kakai yang tertekuk (pronatio).


Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program

utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya

keluhan dan peradangan.

Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan

ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan

ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien

osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor

psikologis.

Persoalan Seksual

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha

dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan

mengutarakannya.

Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas

dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum

latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi

dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat

dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi

dari pancuran panas.


Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya

atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena

mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang

lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-

otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka

penguatan otot-otot tersebut adalah penting.

Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata

dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy

untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan

fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.


KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Dasar Data Pengkajian Pasien

AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan

pada pagi hari.

Keletihan

Tanda: Malaise

Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot

KARDIOVASKULER

Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

INTEGRITAS EGO

Gejala : Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,

factor-faktor hubungan

Keputusasaan dan ketidak berdayaan

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang

lain

MAKANAN ATAU CAIRAN

Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual.


Anoreksia

Kesulitan untuk mengunyah

Tanda : Penurunan berat badan

Kekeringan pada membran mukosa

HIGIENE

Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain.

NEUROSENSORI

Gejala : kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan

Tanda : Pembengkakan sendi

NYERI / KENYAMANAN

Gejala : fase akut dari nyeri

Terasa nyeri kronis dan kekakuan

KEAMANAN

Gejala : Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga

Kekeringan pada mata dan membran mukosa

INTERAKSI SOSIAL

Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi
ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang

Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol

INTERVENSI

RASIONAL

mandiri

- kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang

mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal

- berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan

- biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.

Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi

- dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong

sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak

- anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan

waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air

kompres, air mandi

- berikan masase yang lembut

kolaborasi

- membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program


- matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh

yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur

menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri

- pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.

- Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi

gerakan/rasa sakit pada sendi

- P anas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan

kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat

disembuhkan

- Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot

- Meningkatkan relaksasi, mengurangi

- beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil

salisilat (aspirin)

tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.

Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

INTERVENSI

RASIONAL

• Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.


• Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.

• Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi,

berdiri dan berjalan. • Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk

menggunakan alat bantu. Berikan obat-obatan • sesuai

indikasi seperti steroid. • kan inflamasi

sistemik akut.

• Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.

• Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.

• Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.

• Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.

Untuk mene

DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang.

Kriteria Hasil : mpertahankan keselamatan

Klien dapat memelihara ksehatan fisik.

INTERVENSI

RASIONAL
Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi

potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur,

usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam

siapkan lampu panggil

• Memantau regimen medikasi Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan

memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien

melamun alihkan perhatiannya •Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera

dan membebaskan keluaraga

Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi,

mengegetkan pasien

Kriteria Hasil : menuhi kebutuhan istirahat

DIAGNOSA 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri

Klien dapat meatau tidur.

INTERVENSI RASIONAL

Madiri

Tentukan kebiasaan, tidur biasanya dan perubahan yang terjadi

• tempat tidur yang nyaman

• pola lama dan lingkungan baru

• nyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.


Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam

• Instruksikan tindakan relaksasi Tingkatkan regimen ke

Gunakan pagar tempat-tempat tidur bila mungkin. Hindari mengganggui bila mungkin,

kolaborasi

Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi

Mengkaji perlunya dan mengid tepat. Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukunmgan

fisiologis/psikologis Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan

ansietas yang berhubungan dapat berkurang

Membantu menginduksi tidur • Meningkatkan efek relaksasi Dapat merasakan takut jatuh karena

perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi Tidur

tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar,

DIAGNOSA 5 : nyeri

Kriteria asuhan akan aktivitas

efisit perawata

Hasil : Klien dapat melak

pawatan sendiri secaea mandiri.

INTERVENSI RASIONAL

• Kaji tingkat fungsi fisik


• Pertahankan mkobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan

• Kaji hambatan terhadap partisipasi

• kaji untuk perawatan yang diperlukan, misalnya;lift, peninggian dudukan toilet, kursi untuk

Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri dalam perawatan diri,

identifikasi untuk modifikasi lingkungan Identifi

• Mengidentifikasi tingkat bantuan /dukungan yang diperlukan

• Mendukung kemandirian fisik/emosional Menyiapkan meningkatkan kemandirian yang akan

meningkatkan harga diri roda.

DIAGNOSA 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan

untuk melakukan tugas-tugas umum.

Kriteria hasil : peningkatan rasa percaya kemampuan Untuk menghadapi penyakit, perubahan

gaya hidup kemungkinan keterbatasan.

INTERVENSI

RASIONAl

Mandiri

Mengenali masalah mengenai proses penyakit,

harapan masa depan.

memfungsikan gaya hidup pasien

mengenai bagaiman orang terdekat menerima keterbatasan


Akui dan terima perasaan berduka, penguanan menyangkal atau terlalu memperhatikan

tubuh/perubahan.

Untuk mengidentifikasi perilaku positif

merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

olaborasi

• Rujuk pada konseling psikiatri

• Berikan obat-obat sesuai petunjuk

mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan Dorong pengungkapa

Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaiamna

pandangan pribadi psien dalam m

sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual. Diskusikan persepsi bermusuhan, ketergantungan.

Perhatikan perilaku menarik diri, Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien dalam

mengidentifikasi rasa takut/kesal dan menghadapinya secara langsung. Mengidentifikasi

bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan

menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut. Isyarat verbal/nonverbal

orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya

sendiri. Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi. Dapat menunjukkan

emosional atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan

psikologis. Membantu pasien


DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,

EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai