DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. Solekha B.231.15.0411
2. Dwi Nastiti B.231.15.0446
3. Nur Putri R. B.231.15.0502
4. Pagiana Ambar B.231.16.0345
5. Dewi Hajar A. B.231.17.0044
6. Nila Lu’lu’atul M. B.231.17.0102
7. Illaniar Neo C.R B.231.17.0130
8. Sri Komia Jovita B.231.17.0148
9. Ida Nur Chasanah B.231.17.0248
10. Viki Oktaviana B.231.17.0236
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SEMARANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 3
ANALISIS DI NEGARA INDONESIA
4.1 Simpulan
P3B merupakan ketentuan yang ditetapkan dan dijalankan oleh kedua pihak
yang melakukan negosiasi terkait dengan hak pemajakan. Pembentukan P3B yang
dilakukan oleh Negara Indonesia lebih mengarah ke UN Model karena
kepentingan Indonesia sebagai negara berkembang telah tercermin dalam model
tersebut namun secara teoritis ketentuan dalam UN Model mengikuti
perkembangan dari OECD Model sehingga isi P3B Indonesia juga tidak selalu
sama dengan UN Model ataupun OECD Model melainkan tergantung dari proses
negosiasi antarkedua negara yang melakukan perjanjian. Dengan menganut kedua
model P3B, Negara Indonesia memiliki variasi dalam kewenangan untuk
mengelola pajak pada P3B dengan negara lain, yaitu hak pemajakan penuh,
pemberian hak pemajakan terbatas, dan pelepasan hak pemajakan
Setelah dilakukannya penandatangan atas P3B sebagai perjanjian
internasional dapat disahkan melalui Keputusan Presiden dan dapat secara
langsung digabungkan dalam hukum nasional melalui Keputusan Presiden sesuai
dengan pernyataan Pasal 11 UU PI maka perjanjian internasional dalam hal P3B
menganut aliran mengenai hubungan antara hukum internasional dan undang-
undang nasional monoist. Aliran hubungan monoist meletakkan hukum
internasional diatas hukum nasional sehingga P3B mempunyai tingkat yang lebih
tinggi dibandingkan undang undang domestik terkait pajak atas transaksi
internasional antarnegara yang bersepakat dan hal ini didukung oleh hukum pada
Pasal 32A UU PPh. Hingga saat ini, Indonesia telah bermitra dengan 66 negara
terkait dengan P3B.