Anda di halaman 1dari 6

GERHANA

Karya Dewi Jati

"Aaa... Iii... Uuu... Eee... Ooo"

Lantunan pemanasan yang sering dilakukan oleh seorang penyanyi sebelum bernyanyi itu
membuat gadis slim disamping Naya merengut. Galaunya belum habis dan sukses membuat
Naya sebagai bahan ocehannya tiap saat.

"Nay, enggak ada waktu lain apa latihan nyanyinya?" Bila menepuk lantai, lalu berdiri
menatap Naya yang kini diam. Naya tidak jadi melanjutkan vocalizing atau yang biasa kita
sebut pemanasan yang seharusnya sedang ia lakukan. Bila mencubit lengan Naya dan hanya
disambut dengan tampang yang suntuk bin greget.

"Bil kapan sih galau lo tuh abis? Perasaan tadi tadi masih galau aja padahal udah diajak
nginep bareng calon artis korea, alias gue." kata Naya sambil menyengir yang bermaksud
bercanda.

Naya, anak perempuan yang kini sedang bercita-cita ingin menjadi penyanyi terkenal.
Menurutnya jika ia memiliki sebuah kemampuan ia tidak akan mensia-siakan itu,
contohnya pita suaranya yang dapat mengeluarkan suara bagus.

Sedangkan, Bilea yang lebih akrab dipanggil Bila adalah teman Naya sejak kelas 1 SD. Jika
ia memiliki keinginan yang belum tercapai, sangat mustahil menyuruhnya untuk berhenti
melupakan impiannya itu. Bila sangat yakin bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin di
dunia ini. Tetapi jika impiannya yang tinggal sejengkal gagal, Bila bisa down seperti saat
ini.

Naya sangat menyesalkan kejadian yang menimpa Bila, sahabatnya. Dua hari yang lalu
Bila baru saja mendapatkan tiket Meet and Greet (M&G) untuk bertemu artis korea yang
sebaya dengan Bila dan Naya yaitu NCT DREAM. Bila tidak dapat datang ke acara itu
karena tidak ada yang dapat mengantarnya menghadiri acara itu. Jadi yang terjadi adalah
tiket gratis M&G dari luckydraw yang di ikutinya itu terbang menjauh dari Bila dan
digantikan oleh pemenang yang lain.

"ihh sumpah ya Nay, itu tuh kesempatan langka banget bisa ketemu gratis sama anak
Dreamies, sebutan untuk member NCT DREAM. Dan coba lo bayangin, kapan lagi lo
lucky gitu menang diantara ribuan orang. Rasanya tuh jleb banget." curhat Bila sambil
mencak-mencak karena kesal.

"sabar, bil." hanya itu yang keluar dari bibir mungil Naya.

"Coba dari kemarin lo bilang kalo lo mau kesana kan gue bisa numpang!" kata Bila dengan
raut muka menyesal

"Lo sih bilangnya nggak dari dua hari yang lalu, kalo tau kan gue tumpangin. Lah ini?
Bilangnya pas acaranya udah selesai. Nah ini kan udah gue ajak nginep di Hotel Del Luna
biar galau lo ilang"
"Iya sih Nay, makasih banget ya udah ngajakin gue liburan nginep di hotel ya hehe" kata
Bila.

"iya Bil, santai aja lagian kita sahabatan dari kecil hal kayak gini mah udah biasa, by the
way gue laper nih mau ke cafe bawah gak?” Ajak Naya.

Sampai di lantai satu, atas ajakan Naya, Naya dan Bila mulai melangkah memasuki café
yang kelihatan elit itu. Naya sedikit khawatir dengan harga menunya yang mungkin selangit.
Mereka duduk di meja paling dekat pintu sambil menengok kesana kemari. Maklum,
tempatnya bagus, enak untuk dipandang. Cocok banget untuk Bila yang sedang dalam
proses pengobatan galaunya.

Saat Naya menyebutkan apa yang ingin ia pesan kepada pelayan café itu, tiba-tiba Bila
berteriak dan mengguncang-guncang lengan Naya dengan ekspresi yang bahagia. Dengan
entengnya Bila menyuruh Naya untuk membatalakan pesanannya dan mengikutinya keluar
café, Naya hanya tersenyum kecut dan meminta maaf kepada pelayan itu lalu pergi
mengikuti Bila yang sudah berlari keluar café.

Sekarang Naya tau apa alasan Bila mengajaknya keluar dari café itu dengan buru-buru,
ternyata dia bertemu dengan salah satu anggota dari NCT DREAM yaitu Jeno. Naya pun
dengan berbaik hati mempotret mereka berdua sesuai perintah Bila. Jeno tersenyum. Dia
ramah sekali. Bila tidak salah pilih idola. Setelah berfoto dua kali Jeno pun izin pergi
dahulu karena sudah ditunggu oleh managernya.

“Jadi ini alasan lo ngajakin gue keluar dari café?”

“Iya, gue lihat kabar dari twitter kalau Jeno lagi disini, jackpot banget nih!” kata Bila ceria.

Naya merasa bahwa sekujur tubuhnya menggigil dan telapak tangannya tak berhenti
mengeluarkan keringat dingin sehingga harus membuatnya mengelap telapak tangannya ke
celana jeans yang ia kenakan dan berpura-pura terlihat berani. Yap, hari ini adalah hari
dimana Naya akan mengikuti ajang menyanyi yaitu Produce 101. Semua orang disekitar
Naya juga tampak sama dengan Naya, cemas dan mukanya benar-benar menunjukkan
stress stadium lima dan beberapa diantara mereka hanya terlihat menyembunyikannya.

“Nomor audisi 130613, silahkan memasuki ruang audisi.” Pada saat itu juga rasanya Naya
ingin pingsan.

Saat Naya sudah memasuki ruangan, dia terkejut karena ternyata Jeno anggota NCT
DREAM yang menjadi idola Bila itu menjadi juri tamu pada ajang kontes menyanyi yang
dia ikuti. Jeno tersenyum saat menanyakan namanya dan lagu apa yang akan Naya
nyanyikan. Jeno dan juri lainnya nampak menikmati lagunya saat Naya sudah menyanyikan
beberpa bait dari lagu yang dinyanyikannya. Tatapan para juri terlihat tajam tetapi saat
diakhir lagu semua juri berdiri dan bertepuk tangan.

“Naya keren ya, aku nggak percaya kamu paling hebat vocalnya”

“Kalau kamu dikasih kesempatan lolos ke lima puluh besar, bagaimana respon kamu?”
“Pastinya seneng banget sih. Aku akan sangat berterima kasih kepada para juri yang telah
memberikanku kesempatan untuk lolos ke lima puluh besar, dan pastinya aku akan belajar
lebih keras agar impianku tercapai.” Jawab Naya dengan mantab.

“Selamat, kamu lolos ke lima puluh besar!”

Tepat saat itu, banyak cairan bening tengah menggenangi pelupuk mata Naya. Ia tidak
percaya bahwa ia telah berhasil satu langkah untuk mengejar impiannya. Ia
memberitahukan kabar bahagia itu kepada mama dan papanya tidak lupa juga Bila sahabat
dekatnya. Mama dan papanya terlihat bangga terhadap Naya, Naya bahagia karena telah
membuat orang terdekatnya bahagia.

Seminggu sebelum babak eliminasi peserta Naya berlatih sangat keras karena ia
merasa lawannya mungkin lebih bagus dari dia.

“Bil, Selasa nanti jalan-jalan yuk? Di dekat SMP kita dulu. Buat nostalgia mengingat masa-
masa kita dulu gitu, gimana mau gak? Nanti pergi kedepan sekolah” ajak Naya.

“Mau! daripada kamu stress dirumah mikirin tentang audisimu itu mending kita jalan-jalan”
jawab Bila antusias.

Hari Selasa ini Naya dan Bila berjalan dalam diam menyusuri jalan menuju SMP
mereka. Udara kali ini panas, membuat mereka mengeluh tanpa ampun. Mereka sedikit
menyesal karena memutuskan berjalan-jalan disekitaran SMP mereka. Sampailah mereka di
depan sekolah. Bangunan itu terlihat kosong,sepi, dan kelihatan seram karena tidak ada
tanda-tanda kehidupan. Namanya juga sedang libur kenaikan kelas, siapa juga yang mau
datang ke sekolah?

Saat Naya dan Bila berjalan menyusuri depan sekolahnya Naya memiliki firasat
buruk karena memang jalan raya di depan sekolahnya ini jarang dilewati kendaraan
bermotor dan sedikit seram. Terdengar langkah kaki banyak orang yang mengarah ke
mereka. Tiba-tiba teriakan tidak jelas mulai beradu memecah kesunyian. Naya dan Bila
mencari-cari asal suara itu dengan kecemasan tingkat tinggi. Tak lama kemudian Naya
sadar bahwa itu adalah tawuran. Dari belokan sebelah kiri dan kanan terlihat beberapa
siswa lelaki SMA bergerombol membawa alat yang biasa digunakan untuk tawuran. Tanpa
piker panjang lagi Naya lari dengan kecepatan penuh menuju gang lebar didepan
sekolahnya, ia merasa bahwa itu adalah surge yang dapat mengantarnya menjauhi maut.
Terdengar suara rintihan lemah yang mengingatkan Naya pada suatu hal yaitu Bila yang
terduduk ditengah gerombolan itu dengan memegang kakinya terlihat kesakitan dan
napasnya berat, ia terlihat kesusahan. Penyakit keram berat di kedua kaki Bila tiba-tiba
kambuh.

“Serbu!”

Suara teriakan tersebut membuat Naya ingin mati saja. Naya nyaris mau
menyebrang jalan dan membopong Bila ke tempat yang aman. Namun, ia tidak mungkin
melakukan hal nekat tersebut. Perang antar siswa SMA tersebut tidak dapat dihindari lagi.
Terdengar suara sirine dari mobil polisi para siswa SMA itu langsung berhamburan pergi
meninggalkan lokasi itu. Polisi menemukan jasad Bila ditengah lokasi itu, Naya menangis
sejadi jadinya dan ikut marah kepada dirinya sendiri. Polisi langsung menghubungi
keluarga Naya dan Bila, saat keluarga Naya dan Bila sampai di lokasi Naya menceritakan
semua dihapan orang tuanya dan polisi tentang kejadian itu dengan suara yang tidak tertur
akhibat manangis.

Naya masuk ke gedung MNET untuk kembali syuting ajang menyanyinya, hari
Sabtu ini setelah kemarin trauma berat karena kejadian yang membuat nyawa sahabatnya
Bila melayang. Naya mendapatkan sebuah training atau pelatihan selama berada disitu ia
diperkenalkan kepada pelatih koreografi, pelatih vocal, dan piñata kostum selama acara.
Tetapi Naya tidak memiliki mood sama sekali. Mukanya tampak lesu dan lemah. Rasanya
ia ingin membius kakak-kakak di depannya agar berhenti berbicara. Saat satu persatu
peserta maju menunjukkan bakat menyanyinnya, kali ini giliran Naya rasa mual mendadak
merambatinya. Ia ingat jika Bila sudah tidak ada di dunia karena kejadian kemarin. Ini
adalah trauma. Waktu istirahat diberikan kepada para peserta Naya mengecek ponselnya
dan milihat sebuah komentar buruk.

“Apaan nih? Baru lima puluh besar tapi sudah terkenal tidak pantas!”

Mendadak terkenal bukanlah hal mudah banyak orang yang mencintai kita tetapi juga ada
orang yang tidak suka dengan apa yang kita dapatkan seperti yang Naya dapat. Naya rasa ia
ingin menyerah saja.

Masalah baru muncul. Setengah jam lagi acara live produce 101 akan dimulai. Naya
menahan napas dan berharap penampilannya nanti bisa menarik perhatian para juri. Tetapi
tiba-tiba salah satu staff acara tersebut bertanya pada Naya,

“Kok kayaknya kamu pucat gitu? Sakit ya kamu?”

“Enggak kok kak, tenang aja aku sehat.”

Satu persatu peserta mulai menampilkan bakatnya dihadapan para juri. Di backstage untuk
menghilangkan rasa cemasnya Naya membuka ponselnya dan melihat komentar tidak enak
lagi.

“Nay amah enggak ada apa apanya dibandingkan Yeri. Jauh banget. Nay amah jelek!”

Tidak memperdulikan komentar tersebut Naya mencoba berfikir positif dan terus berdoa
agar penampilannya lancar. Tanpa sadar ternyata sudah waktunya Naya untuk naik ke atas
panggung. Sensasi aneh yang baru saja menyerang Naya saat naik ke atas panggung
bukanlah deg-degan biasa. Melaikan kepala yang sangat pening dan keringat dingin muncul,
ia merasa jantungnya diremas sehingga Naya merasa kesulitan benapas. Awal berdiri diatas
panggung dan menatap ratusan penonton, mata Naya membuka lebar dan tangannya
gemetar. Teriakan para penggemar yang berisik membuat Naya teringat akan tragedy
Selasa lalu. Naya merasa ingin menangis dan kepalanya semakin sakit. Tanpa diketahui,
kejadian besar telah menanti Naya.

Musik mulai mengalun. Akhirnya, Naya mulai menyanyikan dengan berat lirik
awalnya. Sorot matanya beku, menyorot tajam kamera dan para penonton. Kakinya kaku
ditempat tidak melakukan koreografi yang sudah ditentukan para pelatih.

“Now when i’m with you, I can’t keep myself for falling right time at the right mo…”

Belum menyelesaikan kata moment, tiba-tiba saja Naya merasa jika kepalanya seperti
dipukul dengan keras. Seketika, Naya jatuh ke lantai panggung. Sayup-sayup Naya
mendengar teriakan para penonton dan ia merasa bahwa ada orang yang menggotongnya.
Naya sadar tepat saat pengumuman peserta yang lolos akan diumumkan. Mala mini adalah
malam yang paling buruk bagi Naya karena ia tidak dapat mencapai impiannya.

Pengumuman telah disampaikan dan Naya merasa sangat kecewa atas hasil yang ia peroleh,
mama dan papanya menenangkan Naya dan tetap mendukung Naya dan berkata bahwa ini
adalah bukan akhir dari segalanya.

Esoknya, yang Naya rasakan adalah pedih yang dalam. Sungguh, Naya tidak pernah
merasa terobsesi akan sesuatu. Ketika Naya mulai sadar bahwa ia tergila-gila untuk menjadi
penyanyi terkenal dan nyaris saja menyentuh cita-cita itu di kenyataan, semua itu malah
kandang ditengah jalan.

“Sabar Nay, secepatnya mama dan papa akan membawamu ke terapi agar jiwamu tenang
dan kamu bisa muncul lagi dikeramaian dunia musik.”

Naya mendengus dan dengan nada sedikit meremehkan ia berkata, “Muncul lagi gimana?
Aku sudah hamper memunculkan sinarku, Ma, Pa tapi sinar itu hilang begitu saja karena
trauma itu!”

Mama dan papa Naya melihat Naya dengan tatapan sedih.

Entah kenapa, tiba-tiba Naya berada diruangan gelap tanpa cahaya apapun.

“Nay…”

Tepat ketika Naya mendengar suara itu bulan muncul di langit atas Naya.

“Percayalah Nay, lo itu bagikan bulan yang menampakkan cahayanya. Lo menampakkan


cahaya sukses. Dengan punya fans yang mendukung apapun yang lo lakuin itu udah
dibilang sukses Nay. Lo tuh kayak bulan. Bulan dapat cahaya dari matahari, dan lo seakan
dapat titipan kesuksesan dari Tuhan. Kesuksesan yang buat lo bercahaya dimata orang lain.”

Cahaya bulan menghilang perlahan seperti dimakan kegelapan dan sepenuhnya hilang.

“Beginilah lo sekarang Nay, seperti gerhana bulan total didepan lo ini.”

Kali ini, Naya baru menyadari bahwa suara tadi adalah suara Bila yang entah berada
dimana.

“Sekarang, seharusnya lo lagi ditengah panggung Produce 101 yang menampakkan sinarmu.
Yang harusnya lo bisa menjadi penyanyi sukses, akhirnya terhalang. Cita-cita lo terhalangi
jadi lo nggak mampu menunjukkan cahaya lo ke orang banyak. Mereka lagi nunggu cahaya
itu lagi, tapi cahaya itu malah redup’

“Ma… maksudnya?” Tanya Naya terbata.

“Lo terhalang takdir trauma akan keramaian itu Nay, jadi lo nggak bisa nyanyi di depan
banyak orang. Impian lo untuk nampakkin cahaya lo terang-terangan jadi tertunda, cahaya
lo jadi redup. Tapi semua orang tau bahwa gerhana pasti berlalu”

Naya tersentak bangun. Ia memimpikan hal yang sangat menakjubkan dari Tuhan
yaitu kehadiran Bila. Sekarang ia tahu bahwa ia sedang mengalami fase gerhana dan ia
akan menunjukkan cahaya terangnya kepada orang banyak. Naya segera berlari menuju
kamar mama dan papanya yang sedang tertawa kecil karena melihat video covering yang
Naya lakukan saat dulu. Naya terkejut karena video tersebut ternyata diunggah di youtube
dan sudah ditonton oleh banyak orang ternyata papanya diam diam mempromosikan video
tersebut sehingga banyak yang menonton video coveringnya, Naya sanget bersyukur
memiliki orang tua seperti mereka.

Setelah beberapa kali menjalani terapi untuk menghilangkan traumanya, Naya


sudah pulih. Ia sudah tidak memikirkan kejadian tawuran yang membuat nyawa Bila
melayang. Sekarang ia aktif membuat cover lagu dan di unggah di youtube. Naya
tersenyum kecil lalu teringat akan Bila yang membuatnya sadar satu hal yang penting
dalam hidup ini adalah gerhana pasti berlalu.

Nama : Dewi Jati Prayogi

No : 08

Kelas : XI MIPA 6

Anda mungkin juga menyukai