Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan atau sains (science) adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara
tertentu, yaitu cara atau metode ilmiah. Jadi, dalam hal ini kata kunci yang amat penting adalah cara
atau metode ilmiah. Jika ada suatu pengetahuan yang didapat dari cara-cara non-ilmiah, maka
pengetahuan tersebut belum layak disebut sebagai ilmu pengetahuan. Misalnya, Einstein melalui
penelitian ilmiah selama bertahun-tahun, menemukan bahwa semua benda akan jatuh (ke bawah)
disebabkan karena adanya gravitasi bumi. Ini adalah ilmu pengetahuan. Tetapi jika pengetahuan itu
diperoleh dengan cara non-ilmiah, misalnya bertapa di gua selama berbulan-bulan untuk
mendapatkan wangsit, maka pengetahuan yang diperoleh bukanlah ilmu pengetahuan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan adalah produk atau hasil dari suatu
pencarian dengan cara atau metode ilmiah. Tetapi ilmu pengetahuan juga bisa dilihat sebagai sistem,
yaitu bahwa ilmu pengetahuan melibatkan berbagai abstraksi dari kejadian atau gejala yang terjadi di
alam semesta dan diatur dalam tatanan yang logis dan sistematik. Jadi kumpulan fakta dan konsep
saja belum dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menuntut fakta dan konsep
tersebut diatur dalam tatanan yang sistematik. Lalu, apa ciri khusus dari ilmu pengetahuan atau sains
itu? Sains, ibarat bangunan, didirikan di atas dua pilar utama, yaitu struktur logis sains (the logic
structure of science) dan pengujian terhadap pernyataan (the verifiability of claims). Struktur logis
sains adalah urutan atau tahapan yang harus dilakukan oleh seorang ilmuwan (scientist) dalam
mencari ilmu pengetahuan. Urutan ini terkenal dengan sebutan metode ilmiah atau scientific method,
yang terdiri dari : formulasi permasalahan (dalam bentuk hipotesis atau pertanyaan), pengumpulan
data, dan analisis data, serta pengambilan keputusan. Pilar kedua adalah pengujian terhadap
pernyataan, artinya setiap pernyataan dalam sains (dalam bentuk prinsip, teori, hukum, dan lain-lain)
harus siap diuji secara terbuka. Karena itu seorang ilmuwan yang melaporkan hasil penelitiannya di
sebuah jurnal ilmiah berkewajiban melaporkan secara rinci metode ilmiah yang digunakan dalam
penelitiannya.

Hanya dengan cara demikian ilmuwan tersebut dapat memberi kesempatan kepada ilmuwan
lain untuk menguji temuannya tersebut. Selain dua pilar utama tersebut, ilmu pengetahuan juga
mempunyai norma-norma yang secara taat dipegang oleh kebanyakan ilmuwan.
Menurut pakar sosiologi sains, Roberto Merton, paling tidak ada lima norma dalam ilmu
pengetahuan, yaitu:

Pertama, orisinalitas. Penemuan ilmiah harus orisinal; suatu studi atau temuan yang tidak
memberikan masukan yang baru ke dalam ilmu sosial di kalangan ilmuwan sangatlah keras; ilmuwan
yang ketahuan mencuri ide orang lain (apalagi menyabot skripsi orang lain atau pernah membeli nilai
agar lulus ujian), maka dia akan kehilangan kredibilitasnya sebagai ilmuwan.

Kedua, tanpa pamrih (detachment). Sebenarnya makna detachment adalah pemisahan, namun
dalam konteks pembahasan di sini memiliki arti ketiadaan pamrih, bias, atau prasangka dalam diri
seorang ilmuwan dalam melakukan studi atau penelitian. Memang benar bahwa ilmu pengetahuan
tidak bebas nilai jika dilihat dari sisi axiologisnya, tetapi seorang ilmuwan (saintis, bukan teknolog)
harus bersifat netral, impersonal, tidak memiliki komitmen psikologis dalam usahanya
mengembangkan bidang ilmunya, pengetahuan bukanlah bagian dari ilmu pengetahuan. Itulah
sebabnya kontrol.

Ketiga, universalitas. Dalam mempertahankan kebenaran ilmiah, seorang ilmuwan tidak


boleh berdiri di atas pijakan lain selain tradisi ilmiah. Jadi seorang ilmuwan tidak boleh kukuh
bertahan di atas dasar pijakan agama, etnis, ras, faktor-faktor sosial, maupun personal. Seorang
ilmuwan akan dianggap konyol jika mengatakan bahwa ras kulit putih lebih unggul dibanding ras
lainnya karena pemenang hadiah nobel sebagian besar berasal dari ras kulit putih (walaupun dia
memiliki data konkrit yang menunjang ‘kebenaran’ yang diajukannya). Seorang ilmuwan juga
dianggap tidak kredibel jika menganggap teori evolusi Darwin salah karena menurut kitab suci,
Tuhan tidak menciptakan makhluk-Nya menurut versi Darwin itu. Barangkali Darwin salah, tetapi
bukti-bukti kesalahannya harus dicari menurut tradisi ilmiah, bukan diambil secara dogmatis dari teks
kitab suci. Karena itu, ilmuwan Maurice Bucaille menjadi lebih kredibel di kalangan saintis karena
dia mampu menunjukkan bukti-bukti ilmiah yang menjungkirbalikkan teori Darwin meskipun dia
juga sekaligus memberikan bukti yang sifatnya supranaturalis dari kitab suci (Al Qur’an). Sebagai
seorang ilmuwan, Bucaille nampaknya sadar betul bahwa ada beda yang sangat tajam antara agama
dan sains atau ilmu pengetahuan, baik dari segi bahasa yang digunakan (terminologi), realitas,
paradigma, maupun metode untuk mencari dan mempertahankan kebenaran.

Keempat, skeptisisme. Dalam ilmu pengetahuan, setiap klaim tentang kebenaran tidak boleh
hanya diterima hanya berdasarkan kepercayaan, tetapi harus diuji . Kasarnya, seorang ilmuwan tidak
boleh mempercayai siapa pun (dalam hal kebenaran) sebelum dia memiliki cukup bukti untuk
memvalidasi kebenaran itu. Ilmuwan bukanlah politikus yang bisa menerima suatu ‘kebenaran’ hanya
berdasarkan suatu surat keputusan.

Kelima, terbuka untuk umum (public accessibility). Semua temuan dan pengetahuan ilmiah
harus terbuka untuk umum. Inilah diktum yang harus dipegang erat oleh setiap ilmuwan meskipun
kita masih boleh berdebat apakah penelitian yang berhubungan dengan keamanan negara boleh
diumumkan secara luas di kalangan ilmuwan.

B. HUBUNGAN ANTAR ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN


Akhir-akhir ini sering dijumpai adanya kecenderungan para sarjana melihat ilmu pengetahuan
hanya sebagai produk bukan sebagai proses. Bila dikaji secara cermat sesungguhnya:
1. Penelitian merupakan alat memproses ilmu pengetahuan, dimana alat tersebut harus berjalan
dengan cepat dan berkelanjutan supaya dapat mengahasilkan produk yang cukup serta
berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Pada hakikatnya penelitian merupakan suatu usaha untuk menjembatani dunia konsep
dengan dunia empiris.

Dalam menjembatani dunia konsep dengan dunia empiris, peneliti harus memperoleh dan
mencapai ilmu pengetahuan, lantaran peneliti harus memiliki kemampuan dalam hal:
a. Menerangkan
b. Memperoleh pengertian
c. Meramalkan
d. Mengontrol
Sebagaimana yang telah diungkapkan diatas bahwasannya tujuan dasar ilmu adalah teori.
Sedangakan pengertian dari teori yang dimaksut bahwa:
“Teori adalah seperangkat konsep (konstruk), batasan, dan proposisi yang menyajikan
suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan memerinci hubungan-hubungan antar
variable, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan gejala tersebut” (Kerlinger 1973).
Batasan diatas mengandung 3 hal. Pertama, sebuah teori adalah seperangkat proposisi
yang terdiri atas konstruk-konstruk yang terdefinisikan dan saling berhubungan. kedua, teori
menyusun antarhubungan seperangkat variable dan dengan demikian merupakan suatu pandangan
sistematis mengenai fenomena-fenomena yang dideskripsikan oleh variable-variabel itu. Ketiga,
suatu teori yang menjelaskan fenomena, dan penjelasan itu dianjukan dengan cara menunjuk secara
rinci variable-variabel tertentu yang berkaitan dengan variable lainnya.

C. CIRI – CIRI ILMU DAN PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut the liang gie (1987) (dalam surajio,
2010) mempunyai lima ciri pokok antara lain :

1. Empiris, pengetahuan itu dipilih oleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.


2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membedakan pokok soalnya kedalam bagian yang
terperinci untuk memahami sebagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian bagian itu.
5. Verifikatif, dapat diperiksa kebenaran nya oleh siapapun juga.
Adapun van mellson (1985) (dalam surajio 2010) mengemukakan ada 8 ciri yang
menandai ilmu yaitu:
1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus menncapai suatu keseluruhan yang secara logis dan
koheren.
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab
ilmuwan.
3. Universal ilmu pengetahuan.
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka
subjektif.
5. Ilmu pengetahuan harus dapat di verifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan,
karna itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh, bila mengandung
pertanyaan baru dan menimbulkan problem baru lagi.
7. Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis
yang memanfaaatkan data baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori
dengan praktis.
D. DIMENSI PENGETAHUAN

1. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para ahli dalam
mengkomunikasikan disiplin akademik, pemahaman, dan penyusunan dimensi pengetahuan secara
sistematis. Elemen-elemen ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang bekerja pada disiplin ilmu
tertentu yang membutuhkan perubahan dari satu aplikasi ke aplikasi lain.

Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus siswa ketahui ketika mereka
harus mencapai atau menyelesaikan suatu masalah. Elemen-elemen ini biasanya dalam bentuk
simbol-simbol yang digabungkan dalam beberapa referensi nyata atau ‘rangkaian simbol’ yang
membawa informasi penting. Pengetahuan faktual (factual knowledge) yang meliputi aspek-aspek

2. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan kategori dan klasifikasi serta hubungannya


dengan dan diantara mereke-lebih rumit, dalam bentuk pengetahuan yang tersusun. Seperti, skema,
model mental, atau teori implisit atau eksplisit dalam model psikologi kognitif yang berbeda. Semua
itu dipersembahkan dalam pengetahuan individual mengenai bagaimana materi khusus di susun dan
distrukturisasikan, bagaimana bagian-bagian yang berbeda atau informasi yang sedikit itu saling
berhubungan dalam arti yang lebih sistematik, dan bagaimana bagian-bagian ini saling berfungsi.
Contohnya, rotasi bumi, matahari, rotasi bumi mengelilingi matahari.

3. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu. Seperti


pengetahuan keterampilan, algoritma, teknik-teknik, dan metoda-metoda yang secara keseluruhan
dikenal sebagai prosedur. Ataupun dapat digambarkan sebagai rangkaian langkah-langkah.

4. Pengetahuan Metakognitif

Metakognitif ialah kesedaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Strategi
Metakognitif merujuk kepada cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berfikir dan
pembelajaran yang berlaku. Apabila kesedaran ini wujud, seseorang dapat mengawal fikirannya dengan
merancang, memantau dan menilai apa yang dipelajari. Jadi Pengetahuan metakognitif adalah
pengetahuan mengenai pengertian umum maupun pengetahuan mengenai salah satu pengertian itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai