Ringkasan
kecamatan berada di titik pertemuan antara warga yang
Kecamatan menempati posisi yang strategis. Di Indonesia, tinggal di desa dengan pemberi layanan dasar. Oleh sebab
pengelola pelayanan dasar menempatkan titik layanan itu, kecamatan dapat berperan penting dalam memastikan
lini depan mereka di wilayah kecamatan seperti Sekolah warga mampu mengakses pelayanan dasar, sekaligus
Menengah Pertama (SMP), Pusat Kesehatan Masyarakat mendorong pemberi pelayanan untuk memberikan pelayanan
(Puskesmas) dan tenaga operator untuk membantu proses yang berkualitas dan terjangkau untuk semua masyarakat,
pelayanan administrasi kependudukan. Dengan demikian, terutama bagi masyarakat miskin dan rentan.
Kajian tentang peran kecamatan dalam penyelenggaraan mahal karena beberapa pelayanan yang bisa diserahkan ke
pelayanan dasar dilakukan sebagai upaya Pemerintah kecamatan masih ditangani dinas di kabupaten; akuntabilitas
Indonesia dalam memenuhi target RPJMN 2015-2019. Selain sosial di tingkat kecamatan tidak terkonsolidasi melalui forum
itu, kajian ini juga bertujuan untukmemberikan masukan kecamatan; dan, desa kurang memperhatikan pelayanan
terhadap (i) perbaikan tata kelola dan (ii) peningkatan dasar dibandingkan dengan pembangunan yang bersifat fisik.
akuntabilitas pemerintah dan penyedia layanan di wilayah
kecamatan untuk perbaikan akses dan kualitas pelayanan Kajian ini merekomendasikan agar kabupaten/kota
dasar bagi masyarakat miskin dan rentan. Kajian ini menelaah melimpahkan sebagian kewenangan dari bupati/walikota
penyelenggaraan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan kepada camat yang mencakup: (i) pelimpahan sebagian
kependudukan dan catatan sipil di tingkat kecamatan, kewenangan bupati/walikota kepada camat untuk
sekaligus melihat potensi peran kecamatan dalam peningkatan memperkuat forum koordinasi lintas sektor; penguatan
akses dan kualitas ketiga pelayanan dasar tersebut di tingkat akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan dasar; dan,
kecamatan. pelimpahan penyelenggaraan pelayanan yang dapat langsung
diselenggarakan oleh kecamatan; (ii) memastikan kecamatan
Kajian ini menemukan bahwa tanpa pelimpahan sebagian mendapatkan data penyelenggaraan pelayanan dasar di
kewenangan yang jelas dari bupati/walikota ke camat, wilayah kecamatan secara lengkap; dan (iii) kecamatan
maka kecamatan tidak dapat berperan efektif dalam mendapatkan tugas yang jelas dalam pembinaan dan
penyelenggaraan pelayanan dasar. Forum koordinasi pengawasan untuk memastikan pelayanan dasar skala
kecamatan hanya sampai pada tingkat pertukaran informasi desa diselenggarakan oleh desa. Pelimpahan sebagian
tanpa pengambilan keputusan untuk tindakan kolektif, kewenangan tersebut perlu dilaksanakan oleh bupati/walikota
dan dalam beberapa hal lebih bersifat formalitas. Forum kepada camat secara tepat, dan didukung oleh kebijakan dan
musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat kecamatan program di tingkat pusat, serta pengembangan kapasitas dan
kurang berkualitas, karena tidak didukung oleh data yang bimbingan teknis kepada kecamatan yang sesuai dengan
baik dan lengkap di tingkat kecamatan. Pelayanan akan lebih peran-peran kecamatan yang baru.
DPRD Bupati
Kabupaten
Pemerintah
Desa
Warga/Pengguna Layanan
Sumber: Wetterberg, Anna dan Hertz, Jana C. 2016; dalam Laporan Kajian Kecamatan Tahap 1, tidak dipublikasikan.
Dalam praktik, penyelenggaraan pelayanan kesehatan –dalam Tugas koordinasi merupakan tugas atributif dari kecamatan.
kajian ini fokus pada penyelenggaraan Kesehatan Ibu dan Baik UU 32/2004 maupun UU 23/2014 tentang Pemerintah
Anak (KIA), pendidikan SMP, dan pelayanan Dukcapil masih Daerah memberi tugas kepada kecamatan untuk
menghadapi masalah yang tidak bisa diselesaikan hanya mengkoordinasikan:
dari sisi teknis. Masalah ini mencakup kurangnya partisipasi • kegiatan pemberdayaan masyarakat
warga dalam mengakses pelayanan; lemahnya akurasi dan • upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
pembaruan data yang berkelanjutan; masalah dukungan umum
perencanaan dan penganggaran; kurang lengkapnya sarana • penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan
dan prasarana pelayanan; kurang efektifnya mekanisme • pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum
evaluasi; pengawasan, pelaporan dan akuntabilitas sosial; • penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
serta masalah kurang optimalnya mekanisme penjangkauan kecamatan
masyarakat miskin dan rentan. Masalah-masalah tersebut
berdampak pada akses dan kualitas pelayanan dasar, terutama Kecamatan melakukan koordinasi pada lima bidang koordinasi
bagi masyarakat miskin dan rentan. Untuk menyelesaikan tersebut, dengan melakukan koordinasi secara vertikal
masalah di atas diperlukan dukungan satuan kerja lain yang dengan kabupaten dan desa, serta secara horizontal dengan
mengikat isu-isu tersebut secara lintas sektor. Di tingkat UPTD dan satuan kerja-satuan kerja pemerintahan lainnya di
kecamatan, koordinasi lintas sektor tersebut ditugaskan tingkat kecamatan. Kajian lapangan menunjukkan peran-peran
kepada camat. koordinasi yang dilaksanakan oleh kecamatan mengambil 4
bentuk:
Persoalan efektivitas pelayanan juga terjadi di tingkat desa,
walaupun pemerintah desa memainkan peran cukup penting 1. Melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan
dalam mendukung penyelenggaraan dasar, akan tetapi masih oleh satuan kerja kabupaten termasuk satuan
menghadapi beberapa kendala, yaitu: kerja penyelenggara pelayanan dasar. Misalnya
•
Kepala desa kurang memahami kebijakan yang menyelenggarakan pertemuan yang diminta oleh satuan
dicanangkan oleh pemerintah kabupaten, kerja, menyukseskan program dinas, dan menjadi
•
Pemerintah desa tidak memberi dukungan bagi penghubung antara dinas dengan desa dalam penyampaian
keberlanjutan program pelayanan dasar secara swadaya. informasi.
•
Kepala desa tidak memberi laporan mengenai kondisi
pelayanan dasar dan program-program pelayanan dasar 2. Mendukung pelayanan dasar melalui mekanisme
di desanya ke instansi teknis. perencanaan dan penganggaran di kecamatan
•
Inisiatif dan anggaran desa yang dialokasikan untuk dan desa. Kecamatan bertanggung jawab untuk
mendukung pelayanan dasar di desa masih sangat kecil mengkoordinasikan proses perencanaan di tingkat desa
dibanding untuk pembangunan infrastruktur desa. dan kecamatan. Kecamatan memfasilitasi penjadwalan
dan mengolah usulan hasil Musrenbang Desa. Usulan
Kajian ini juga menunjukan bahwa jika para penyelenggara dari tingkat desa kemudian dibahas dalam Musrenbang
pelayanan dasar ini mengalami kendala di desa, mereka akan Kecamatan. Pada Musrenbang Kecamatan, usulan desa
meminta bantuan ke kecamatan. Responden menyatakan dan satuan kerja pelayanan di tingkat kecamatan dipilih
bahwa pemerintah desa lebih mendengar arahan camat berdasarkan prioritas, untuk diusulkan ke Musrenbang
daripada himbauan dari para penyelenggara pelayanan dasar. Kabupaten.
1
Kategorisasi peran koordinasi ini pada dasarnya merujuk pada kategorisasi yang digunakan oleh Wetterberg, Anna dan Hertz, Jana C. 2016, pada Laporan Kajian Kecamatan
Tahap 1. Penyesuaian dilakukan, karena perkembangan data yang diperoleh pada study kecamatan tahap II. Kategori pada tahap I adalah: 1) Melaksanakan kewenangan
yang dilimpahkan/Implementing delegated responsibilities; II) Memecahkan permasalahan bersama/Solving shared problems; III) Membantu penyelenggaraan pelayanan dasar/
Contributing to service delivery.
4. Kesempatan kecamatan untuk memperoleh informasi Akibatnya, sektor pendidikan dan kesehatan tidak melihat
pelayanan dasar juga terbatas. Dinas Kesehatan, Dinas adanya manfaat yang bisa didapat dari Musrenbang
Pendidikan, Dinas Dukcapil, Puskesmas, UPTD Pendidikan, Kecamatan, dan akhirnya memanfaatkan jalur lain di luar
dan sekolah memberikan informasi kepada camat melalui Musrenbang untuk mengakomodir kebutuhan masing-
forum-forum Rakor. Sebagian besar informasi disampaikan masing sektor. Jalur lain adalah melalui dana aspirasi
secara lisan. Adapun laporan yang lebih detil dan tertulis, DPRD dan melalui jalur pembuatan proposal dari warga
disampaikan oleh Puskesmas, sekolah, maupun UPTD yang langsung diberikan kepada Dinas. Aspek politis pun
Pendidikan langsung ke Dinas, tanpa ditembuskan ke mewarnai proses perencanaan dan penganggaran, karena
kecamatan. Kecamatan juga tidak bisa dengan mudah usulan yang sering diterima adalah dari unit layanan yang
mendapatkan data-data penyelenggaraan pelayanan di lokasinya dekat dengan ibu kota kabupaten dan yang
wilayahnya. Akibatnya, ketersediaan data di kecamatan memiliki relasi dekat dengan pengambil keputusan.
menjadi sangat terbatas. Tanpa informasi kecamatan sulit
untuk melakukan tindak lanjut yang responsif. 5. Pelaksanaan tugas Camat dalam binwas kegiatan
Lemahnya data dan informasi di tingkat kecamatan pelayanan dasar di desa tidak optimal. Pasal 225 UU
berdampak pada kualitas proses perencanaan di tingkat 23/2014 tentang Pemerintah Daerah secara tegas memberi
kecamatan. Karena data persoalan dan penyelenggaraan tugas kepada camat untuk membina dan mengawasi
pelayanan dasar tidak dilaporkan dengan baik maka penyelenggaraan Desa. UU No. 6/2014 tentang Desa
penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan serta peraturan pelaksanaannya, yaitu PP 43/2014 pasal
di tingkat kecamatan lebih banyak mengakomodasi usulan 154, merinci tugas kecamatan dalam pembinaan dan
desa tanpa analisis dengan baik. Sebagai akibatnya pengawasan desa yang cukup luas. Akan tetapi sampai
banyak usulan yang disepakati di tingkat kecamatan tidak saat ini, peran konkrit camat hanya pada penyusunan
terakomodir dalam perencanaan dan penganggaran di APBDes, pencairan Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana
tingkat kabupaten. Desa (ADD), dan cenderung terfokus pada kelengkapan
Sebagai contoh, perencanaan dan penganggaran desa administratif dokumen. Sehingga, camat belum bisa
terlalu fokus pada perbaikan infrastruktur dan jalan, bukan mendorong pemerintah desa untuk mengalokasikan
pada program untuk mendukung peningkatan kualitas anggaran untuk pelayanan dasar di desa.
guru, tenaga kesehatan, dan kesehatan lingkungan.
Kesimpulan satuan kerja atau akan lebih efisien jika dilakukan oleh
kecamatan; mengembangkan mekanisme akuntabilitas sosial
Pemecahan masalah pelayanan dasar memerlukan koordinasi berbasis kecamatan; dan, membina desa agar memperhatikan
lintas sektor di tingkat kecamatan, terutama karena pelayanan dasar dalam anggaran desa.
kecamatan merupakan titik temu berbagai satuan kerja
penyelenggara pelayanan lini depan, seperti puskesmas, Tanpa pelimpahan sebagian kewenangan yang jelas dari
sekolah dan kependudukan, dengan warga di tingkat desa bupati/walikota ke camat, maka kecamatan tidak akan
yang mengakses langsung pelayanan. Kecamatan sebagai berperan efektif. Forum koordinasi hanya sampai pada
satuan kerja perangkat daerah yang memiliki karakteristik tingkat pertukaran informasi tanpa pengambilan keputusan
kewilayahan, memiliki peran penting dalam menghubungkan untuk tindakan kolektif, dan dalam beberapa hal lebih
kepentingan antara satuan kerja pelayanan (melalui hubungan bersifat formalitas. Forum musyawarah perencanaan
horizontal) melalui koordinasi dan hubungan satuan kerja pembangunan di tingkat kecamatan tidak akan berkualitas
pelayanan dengan masyarakat dan dinas (akuntabilitas sosial). karena tidak didukung oleh data yang baik dan lengkap di
Agar peran ini kuat perlu pelimpahan sebagian kewenangan tingkat kecamatan. Pelayanan akan lebih mahal, karena
dari bupati/walikota kepada camat, agar camat memiliki beberapa pelayanan yang bisa diserahkan ke kecamatan
kewenangan untuk: mendorong penyelenggara pelayanan; masih ditangani dinas di kabupaten. Akuntabilitas sosial di
menghadiri forum koordinasi; memberikan data situasi dan tingkat kecamatan tidak dapat terkonsolidasi melalui forum
laporan penyelenggaraan pelayanan; menyelenggarakan kecamatan. Terakhir, desa kurang memperhatikan pelayanan
sebagian pelayanan yang tidak bisa diselenggarakan oleh dasar, lebih memperhatikan pembangunan yang bersifat fisik.
dasar skala desa. Misalnya, pelimpahan kewenangan 3. Sekretariat daerah dan Tim Anggaran Pemerintah
kepada kecamatan untuk memfasilitasi proses Daerah (TAPD) kabupaten perlu melakukan
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah penghitungan anggaran secara cermat untuk
Desa (RPJMDesa) agar tersambung dengan prioritas mendukung pelaksanaan tugas kecamatan dalam
pelayanan dasar di kabupaten/kota; melakukan bimbingan menjalankan sebagian kewenangan bupati/walikota yang
teknis penyusunan dan evaluasi Anggaran Pendapatan dan telah dilimpahkan kepada camat. Hal ini dibutuhkan untuk
Belanja Desa (APBDesa); dan turut mengevaluasi Laporan menjamin kecamatan dapat menjalankan tugas yang
Pertangungjawaban Pemerintahan Desa. dilimpahkan tersebut.
Untuk dapat melaksanakan pelimpahan sebagian kewenangan Pelimpahan sebagian kewenangan bupati/walikota kepada
bupati/walikota kepada camat dengan tepat, kabupaten perlu: camat juga perlu didukung oleh kebijakan di tingkat pusat,
mencakup:
1. Membuat panduan teknis bagi camat dan kabupaten
yang bertujuan untuk: i) memetakan masalah dan solusi 1. Kebijakan yang memberikan insentif bagi kebupaten
pelayanan dasar di wilayah kecamatan; ii) memetakan untuk melimpahkan sebagian kewenangan kepada
efektifitas, efisiensi, dan jenjang pemerintahan yang camat disertai dengan petunjuk dan bimbingan teknis
terlibat dalam implementasi pelayanan dasar; dan dari tingkat pusat. Pemerintah pusat juga dapat mengukur
iii) memberikan pembinaan dari Kabupaten kepada kinerja pemerintah daerah dari tingkat pelimpahan sebagian
Kecamatan. Melalui mekanisme ini, maka dimungkinkan kewenangan kepada camat dengan memberikan insentif
pelimpahan sebagian kewenangan bupati/walikota kepada pendanaan yang dikaitkan dengan intensitas pelimpahan
camat bersifat asimetris antar kecataman tergantung sebagian kewenangan kepada camat.
pada situasi, kebutuhan dan efektifitas penyelenggaraan
pelayanan. Kecamatan di wilayah pinggiran ibu kota atau 2. Pemerintah perlu mendorong dan memberi
berbeda pulau dengan ibu kota kabupaten misalnya, bisa penghargaan terhadap berbagai inovasi kecamatan.
mendapatkan pelimpahan kewenangan yang lebih besar Misalnya: inovasi kecamatan dalam mengintegrasikan
dalam pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil data desa dengan data pelayanan di tingkat kecamatan
dibanding dengan kecamatan yang berada di wilayah ibu dalam satu basis data; inovasi pelibatan kecamatan dalam
kota. memperkuat akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan
dasar oleh satuan kerja pelayanan, baik akuntabilitas
2. Kebijakan mengenai penggunaan panduan teknis untuk formal maupun akuntabilitas sosial; dan inovasi untuk
memetakan pelayanan publik yang sesuai dengan menyerahkan tugas pelayanan dasar langsung ke
karakteristik kecamatan sebaiknya memerintahkan agar kecamatan manakala kecamatan memang lebih layak,
panduan digunakan dalam forum diskusi yang melibatkan efektif dan murah dalam menjalankan pelayanan dasar
seluruh pemangku kepentingan yang berkepentingan tesebut, seperti pelayanan di bidang kependudukan dan
di kabupaten, kecamatan, dan desa. Forum diskusi pencatatan sipil
juga sebaiknya melibatkan satuan kerja penyelenggara
pelayanan, agar efektifitas dan efisiensi pelayanan dapat 3. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
dirumuskan dengan baik. Forum diskusi ini juga untuk pelimpahan sebagian kewenangan bupati/walikota
memberi pemahaman yang lebih baik kepada satuan kerja kepada camat di tiap daerah, terkait tugas camat,
pelayanan, agar tidak resisten dengan kewenangan bupati penggunaan anggaran, koordinasi dengan SKPD terkait
yang telah dilimpahkan kepada kecamatan. dan desa.
Karya ini adalah sebuah produk dari penulis berdasarkan hasil studi AKATIGA dan RTI International. Temuan, penafsiran dan kesimpulan
dalam laporan ini merupakan pandangan penulis dan bukan mencerminkan pandangan dari Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk
Kesejahteraan (KOMPAK), Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Australia.
Dukungan terhadap studi dan publikasi ini diberikan oleh Pemerintah Australia melalui KOMPAK.
Anda dipersilahkan untuk menyalin, menyebarkan dan mengirimkan karya ini untuk tujuan non-komersial.
Untuk meminta salinan catatan kebijakan ini atau untuk keterangan lebih lanjut mengenai catatan kebijakan ini, silakan hubungi Tim Komunikasi
KOMPAK (communication@kompak.or.id). Catatan kebijakan ini juga tersedia pada situs web KOMPAK.
Catatan Kebijakan ini adalah bagian dari hasil studi ‘Meningkatkan Pelayanan Dasar Lini Depan, Menggagas Penguatan Peran Kecamatan dan
Unit Layanan di Kecamatan’. Laporan utama dari studi ini dapat diunduh di situs KOMPAK.
Saran Kutipan:
Muslim E. S. (2017). Catatan Kebijakan: Memperkuat Kecamatan dalam Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Dasar. Jakarta, Indonesia:
Yayasan AKATIGA dan RTI International bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Kolaborasi
Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK).