Anda di halaman 1dari 10

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

“Sejarah dan Peranan Kurikulum dalam Kegiatan Belajar Mengajar”

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Annisa Nurinzani Islamiyah

1892041034

Pendidikan Akuntansi/B

Dosen Mata Kuliah


Drs. H. Abd. Rijal, M,Si

Tahun Ajaran 2019/2020


Sejarah Perkembangan Kurikulum dalam Kegitan Belajar Mengajar
Istilah kurikulum digunakanpertama kali pada dunia olahraga pada zaman Yunani
Kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai
jarak yang harus ditempuh pelari. Curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat
berpacu. Sehingga orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari
mulai stat sampai finish.

Selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidian memiliki penafsiran


yang berbeda dari tentang kurikulum. Namun demikian, daam penafsiran yang berbeda itu.
Ada juga kesamaannya. Kesamaannya adalah bahwa kurikulum berhubungan erat dengan
usaha mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum
memang diperuntungkan untuk anak didik, seperti yang telah di ungkapkan Marry
Print(1993) yang mengungkapkan kurikulum meliputi:

1. Planned learning experiences


2. Offered within an education institution/program
3. Represented as a cocument, and
4. Includes experiences resulting fro, implementing that document

Print memandang bahwa sebuah kurikulum meliputi perencanaan belajar , sebuah


program lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen serta hasil dari
implementasi dokementasi yang telah ada.

Dari penelusurun konsep pada dasarya kurikulum memiliki tiga dimensi pengertian,
yakni kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar,
dankurikulumsebagai perencanaan program pembelajaraan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat sehingga setelah tidak
saja dituntut untuk dapat mebekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat
berkembang, akan tetapi juga dituntut untuk dapat mengembangkan minta bakat, membentuk
moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar anak didik dapat menguasai berbagai macam
keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

Karena tuntutan baru yang dibebankan masyarakat terhadap sekolah


mengakibatkan perheseran makna kurikulum, kurikulum tidak lagi dianggap sebagai
pengalaman belajar siswa. Kalaulah kurikulum di anggap sebagai pengalaman atau seluruh
aktivitas siswa maka memahaminya tidaklah cukup hanya melihat dokumen kurikulum
sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang
dilakukan anak dididk baik disekolah ataupundi luar sekolah.

Lalu bagaimana menentukan oleh sebab itu, kurikulum di anggap beberapa ahli
sebagai konsep yang luas. Sehingga terdapat banyak kritikan dan ketidaksepahaman terhadap
konsep tersebut memunculkan konsep yang menganggap kurikulum sebagai suatu program
atau rencana belajar.
Pendapat kurikulum sebagai perencanaan belajar dalam diantaranya
dikemukakan oleh Hilda Taba. Taba (1962) mengatakan, “A curiculum is a plan for learning;
therefore , what is about the learning process and the development of the individual has
bearing on the shaping of a curriculum”

Setelah kita kaji berbagai konsep kurikulum, maka dalam bahasan ini
kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tujuan yang
harus dicapai, isi matei dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara
yang dapat di kembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi
dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun.

Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
dan yang sekarang 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945. Perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-
beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai
untuk memajukan pendidikan nasional kita. Perubahan kurikulum di dunia pendidikan
Indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947.
Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran)
ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis,
yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang
orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda.
Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi,
maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana
Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat
sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
serta garis-garis besar pengajarannya.
Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara,
dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan
kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran
untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa
daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam,
Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan,
Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan
Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak
1951 agama juga diajarkan sejak kelas 1.
Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan
cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-
cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-
hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan, manfaat
bes berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif
diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung
kabel listrik. Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya,
yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas
sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas
Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP.
Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.
Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
2. Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol
dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Di penghujung
era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
3. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.

4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah
“satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran
dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru
dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Pada tahun ini pengajaran matematika modern resminya dimulai. Model pembelajaran
matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi. Di Amerika Serikat
perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal dan roket
sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika.
W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar
bermakna dan berpengertian. Teori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt
menengaskan bahwa latihan hafal adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan
setelah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran matematika di
Indonesia. Berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada
pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain
sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya
Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemanahn-kelemahan
tersebut.
Muncullah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
a. Membuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah
himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang
bilangan non desimal.
b. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada
hafalan dan ketrampilan berhitung.
c. Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinyu.
d. Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur.
e. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya hetrogen.
f. Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
g. Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
h. Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan, memecahkan masalah dan teknik
diskusi.
i. Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
6. Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975
yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas
di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai
siswa.
Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika.
Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara
terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika
ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan
komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika
dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu
kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain,
adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya
perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta
kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap
kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu
melekat erat dalam kurikulum tersebut. Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi
materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru
seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut.
Langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Guru supaya meningkatkan profesinalisme
b. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan
computer
c. Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah
lanjutan
d. Pengevaluasian hasil pembelajaran
e. Prinsip CBSA di pelihara terus
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan
sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Tahun 90-an kegiatan olimpiade matematika internasional begitu marak. Sampai
tahun 1977 saja sudah 19 kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu
Yugoslavia menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali
adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang
medali. Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam
kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelesaikan problem-problem
kehidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan
kurikulum baru yang mampu membekali siswa berkaitan dengan problem-solving kehidupan.
Lahirlah kurikulum tahun 1994.
Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang
khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi
keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika
kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat
itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang
berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan,
hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan
kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
8. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to
perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti
bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan
perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu
kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada :
1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.
2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan
yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis
kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut
mempunyai tujuan antara lain :
a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi
b. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
d. Mengembangkan kemapuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.

9. Kurikulum 2006 (KTSP)


Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan
proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata
pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.

10. Kurikulum 2013


Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan bahwa
kurikukulum terbaru 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran
kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang
paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu
pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari
informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Kesiapan guru
berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong siswa melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi
pembelajaran. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada
lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir
kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Khusus
untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative memberi kesempatan siswa untuk mengenal
dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran. Pelajaran IPA dan IPS diajarkan
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
PERANAN KURIKULUM DALAM KEGIATANBELAJAR MENGAJAR

Dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting,


sebab didalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidika saja tetapi juga
pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasi
pengalaman itu sendiri. Sebagaimana salah satu dalam komponen dalam satu seistem
pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peran , yaitu peran konservatif, peranan
kreatif, serta peranan kritis dan evaluatif (Hamalik, 1990).

1. Peranan Konservatif
Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan
adalah mewariskan nilai-nilai budaya masyarakat kepada generasi muda yakni siswa. Siswa
pelu memahamidan menyadari norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika
mereka kembali ke masyarakat, menjujung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-
norma tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sehingga warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing
menggorogoti budaya lokal , maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang
sangat penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal
sebagaipengaruh yang dapat merusak nilai nilai luhur masyarakat, sehingga keajekkan dan
identitas masayarakat aka tetap terpelihara dengan baik.

2. Peran Kreatif
Apakah tugas dan tanggung jawab sekolah hanya sebatas pada nilai-nilai lama?
Ternyata juga tidak. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru
sesuai tuntutan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat statistik, akan
tetapi dianamis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki
peran kreatif. Kurikulum harus mengandung hal hal baru sehingga dapat membantu siswa
untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam
kehidupan sosial masyarakat yang sentiasa bergerak maju secara dinamis. Mengapa
kurikulum harus berperan kreatif? Sebab manakala kurikulum tidak mengandung unsur-unsur
baru maka pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan sekolah
pada akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relavan lagi dengan kebutuhan dan
tuntutan sosial masyarakat.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Apakah setap nilai budaya lama harus diwariskan kepada setiap anak didik?
Apakah setiap nilai dan budaya baru sesuai dengan perkembangan zaman juga harus dimiliki
setiap peserta didik? Tentu tidak. Tidak setiap budaya lama harus dipertahankan, sebab
kadang kadang nilai budaya lama sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan
masyarakat; demikian juga adakalanya nilai dan budaya baru itu juga tidak sesuai dengan
nilai nilai lama yang masih relavan dengan keadaan dan tuntutan zaman. Dengan demikian,
kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya baru yang mana harus dimiliki oleh
peserta didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan.
Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap
bermanfaat untuk kehidupan anak didik.

Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga peran tersebut harus berjalan


seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan konservatifnya cenderung akan membuat
pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman; sebaliknya kurikulum yang terlalu
menonjolkan peran kreatifnya dapat membuat hilangnya nilai nilai buadaya masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai