Anda di halaman 1dari 9

JIM FKEP Volume III No.

4 2018

PEMBERIAN OBAT OLEH PERAWAT DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT


UMUM KOTA BANDA ACEH

DRUG ADMINISTRATION BY NURSES IN HOSPITALIZATION ROOM OF


PUBLIC HOSPITAL BANDA ACEH CITY

Alya Nurul Mahfudhah1, Putri Mayasari 2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail : alnuma@yahoo.com ; putri.mayasari@unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Pemberian obat merupakan salah satu prosedur yang paling sering dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan prinsip 7 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara
pemberian, benar dokumentasi dan benar informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pemberian obat oleh perawat berdasarkan prinsip 7 benar di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
Meuraxa Kota Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional
study. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Mei sampai 21 Mei 2018. Teknik pengambilan sampel yaitu
simple random sampling dengan jumlah sampel 67 responden. Penelitian dilakukan dengan mengobservasi
pemberian obat oleh perawat menggunakan format cheklist yang terdiri dari tujuh item. Metode analisis
data menggunakan uji statistik univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran pemberian obat
oleh perawat berdasarkan benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian dan
benar dokumentasi berada pada kategori baik (100%) serta gambaran pemberian obat oleh perawat
berdasarkan benar informasi didapatkan hasil berada pada kategori baik (92,5%) sehingga dapat
disimpulkan bahwa gambaran pemberian obat oleh perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh berada pada katagori baik (92,5%). Direkomendasikan kepada perawat
untuk dapat meningkatkan penerapan prinsip tujuh benar khususnya pada prinsip benar informasi sehingga
pasien akan lebih mengerti tentang intervensi yang diberikan serta lebih puas dengan pelayanan rumah
sakit.

Kata Kunci : Perawat, prinsip, obat, pasien

ABSTRACT

Drug administration is one of common procedures which done by nurse in hospital. The procedure is
should done by using the “7 rights” principle such as the right patient, the right medication, the right
dosage, the right time, the right route, the right documentation, and the right information. The aim of this
study is to know illustration of drug administration by nurse based on the “7 rights” principle in Meuraxa
Public Hospital, Banda Aceh. The type of study is descriptive quantitative with cross sectional study
design. The study was conducted in 14th May until 21st May 2018. Sample of this study is 67 respondents
by means of sampling technique simple random sampling. The study was conducted by observating drug
administration which was done by nurses through checklist format sheet consist of seven items. Data is
analized by using univariate statistically test. The result shows that drug administration which is done by
nurse based on the “7 rights” principle was in good category (100 %) and the drug administration based on
the right of information was in good category (92,5 %). It is concluded that drug administration by nurse in
hospitalization room of Meuraxa Public Hospital Banda Aceh is in good category (92,5%). It is
recommended for nurse to improve the “7 rights” principle practice, especially in the right information
principle which can lead patient to understanding the purpose of intervention and increasing patient
satisfication to the hospital services.

Keywords : Nurses, Principles, drug, patient.

49
JIM FKEP Volume III No. 4 2018

PENDAHULUAN dan Hayes (2006) yang biasanya dikenal


Rumah sakit adalah institusi pelayanan dengan istilah five plus five rights
kesehatan bagi masyarakat dengan tujuan diterjemahkan sebagai 10 benar yang
untuk meningkatkan pelayanan yang lebih meliputi right client (benar pasien), right
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, drug (benar obat), right dose (benar dosis),
agar terwujud derajat kesehatan yang right time (benar waktu), right route (benar
setinggi-tingginya (Undang-Undang RI No rute), right assesment (benar pengkajian,
44, 2009). right documentation (benar pencatatan),
Perawat merupakan tenaga kesehatan di client right to education (hak klien mendapat
rumah sakit yang memegang peranan penting pendidikan atau informasi), right evalution
dalam upaya mencapai tujuan pembangunan (benar evaluasi) dan client’s right to refuse
kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan (hak pasien untuk menolak). Sedangkan
bergantung pada partisipasi perawat dalam menurut Kemenkes (2016), prinsip
memberikan asuhan keperawatan yang pemberian obat yang kepada pasien dengan
berkualitas bagi pasien. Kepatuhan perawat tujuh benar yaitu klien yang benar, obat yang
juga diperlukan dalam menerapkan prosedur benar, dosis yang benar, waktu yang benar,
keselamatan pasien (Natasia & Janik. 2015). rute yang benar dan dokumentasi yang benar
Terdapat tujuh sasaran keselamatan pasien serta informasi yang benar
secara nasional yaitu mengidentifikasi pasien
dengan benar, meningkatkan komunikasi METODE
yang efektif, memastikan lokasi pembedahan Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif
yang benar baik prosedur maupun kuantitatif yang dilaksanakan pada tanggal 14
pembedahan pasien yang benar, serta -21 Mei 2018 di RSUD Meuraxa Kota Banda
meningkatkan keamanan obat-obatan yang Aceh. Sampel dalam penelitian ini adalah 67
harus diwaspadai (Permenkes, 2016). perawat dengan teknik probability sampling.
Pemberian obat merupakan salah satu
prosedur yang paling sering dilakukan oleh Sebagai alat pengukur data dalam penelitian
perawat. Tindakan ini memerlukan ketelitian ini, peneliti menggunakan lembar cheklist
yang tinggi dari perawat guna mendapatkan yang disusun peneliti dalam bentuk skala
efek terapeutik yang maksimal (Smith & dichotomos yang terdiri dari 2 pilihan
Johnson, 2010). jawaban. Lembar cheklist yang digunakan
Berdasarkan Kemenkes (2008) kesalahan terdiri dari dua bagian, yaitu: data demografi
dalam pemberian obat menduduki peringkat dan pernyataan tentang pemberian obat
pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dengan prinsip 7 benar. Data di olah dengan
dilaporkan. Kesalahan pemberian obat langkah-langkah: editing, coding, processing,
diperkirakan 1 dari 10 pasien diseluruh dunia dan clearing.
(Hughes, 2010). Tipe kesalahan yang Penelitian dilakukan setelah mendapatkan
menyebabkan kematian pada pasien meliputi surat lulus uji etik dari Komite Etik Fakultas
40,9%, salah dosis, 16% salah obat, dan 9,5% Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang
salah rute pemberian. Kejadian ini akan bertujuan untuk melindungi dan menjamin
terus meningkat apabila tidak adanya kerahasiaan responden. Analisa data terdiri
kesadaran perawat dalam melakukan dari analisa univariat. Analisa univariat
pemberian obat sesuai dengan prinsip digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
dari variabel penelitian.
pemberian yang berlaku dirumah sakit
(Hughes, 2010).
Dalam penerapan prinsip benar pemberian
obat terdapat prinsip 10 benar menurut Kee

50
JIM FKEP Volume III No. 4 2018

HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Tabel 4 . Distribusi Frekuensi Gambaran
Pemberian Obat Berdasarkan Benar Obat
dilakukan terhadap 67 responden, didapatkan
Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap
hasil sebagai berikut: RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.
Tabel 1. Data demografi perawat di ruang No Kategori F %
rawat inap RSUD Meuraxa kota Banda Aceh 1 Baik 67 100
No Data Demografi F % 2 Kurang baik 0 0
1. Usia (Depkes, 2009) Total 67 100
Remaja Akhir (17-25) 3 4,5
Dewasa Awal (26-35) 60 89,6
Dewasa Akhir (36-45)
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gambaran
4 6,0 Pemberian Obat Berdasarkan Benar Dosis
2 Jenis kelamin : Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
Laki- laki 21 31,3 Meuraxa Kota Banda Aceh
Perempuan 46 68.7 No Kategori F %
3 Pendidikan : 1 Baik 67 100
D-III kep 38 56,7 2 Kurang baik 0 0
D-IV kep 1 1,5
Ners Total 67 100
28 41,8
4. Lama bekerja (tahun) :
<5 25 39,7 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Gambaran
5-10 8 12,7 Pemberian Obat Berdasarkan Benar Waktu
>10 27 42,9 Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
Meuraxa Kota Banda Aceh
5. Status kepegawaian
a. PNS 8 11,9 N Kategori F %
b. Non PNS 59 88,1 o
1 Baik 67 100
2 Kurang baik 0 0
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran Total 67 100
Pemberian Obat Oleh Perawat di Ruang
Rawat Inap RSUD Meuraxa Kota Banda Tabel 7. Distribusi Frekuensi Gambaran
Aceh Pemberian Obat Berdasarkan Benar Cara
NO Kategori F % Pemberian Oleh Perawat di Ruang Rawat
1 Baik 62 92,5 Inap RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.
2 Kurang baik 5 7,5 N Kategori F %
Total 67 100 o
1 Baik 67 100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Gambaran 2 Kurang baik 0 0
Pemberian Obat Berdasarkan Benar Pasien Total 67 100
Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
Meuraxa Kota Banda Aceh. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Gambaran
No Kategori F % Pemberian Obat Berdasarkan Benar
1 Baik 67 100 Dokumentasi Oleh Perawat di Ruang Rawat
2 Kurang baik 0 0 Inap RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.
Total 67 100 No Kategori F %
1 Baik 67 100
2 Kurang baik 0 0
Total 67 100

51
JIM FKEP Volume III No. 4 2018

sudah mampu berfikir secara rasional,


beradaptasi dengan lingkungan kerja dan
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Gambaran menerima beragam karakteristik orang serta
Pemberian Obat Berdasarkan Benar
mampu menghadapi situasi apapun.
Informasi Oleh Perawat di Ruang Rawat
Inap RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh Hasil penelitian yang dilakukan Wardana,
No Kategori F % Suryani, dan Suyono (2013) terdapat
1 Baik 62 92,5 hubungan yang signifikan umur dengan
2 Kurang baik 5 7,5 penerapan prinsip enam benar, dengan
Total 67 100 jumlah terbanyak responden berada pada
ketegori dewasa awal, dimana Perawat sudah
PEMBAHASAN melakukan secara benar hal hal yang
Berdasarkan tabel 1 sampai 9 didapatkan mencakup pemberian obat dengan prinsip
hasil bahwa sebagian besar perawat berusia enam benar. Menurut penelitian Feleke,
26-35 tahun (dewasa awal), jenis kelamin Mulatu, dan Yesmaw (2015) dimana pada
didominasi oleh perempuan, dengan kelompok usia 31-40 tahun, 2 kali lebih
mayoritas pendidikan perawat berada pada mungkin membuat kesalahan dibandingkan
jenjang D-III keperawatan, lama masa kerja mereka dengan usia 40 tahun.
perawat terbanyak adalah kurang dari 5 tahun Faktor lain mempengaruhi kepatuhan yaitu
dan sebagian besar perawat berstatus Non- jenis kelamin, dimana responden terbanyak
PNS. Pemberian obat berdasarkan benar di RSUD Meuraxa di dominasi oleh
pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, perempuan, dimana perempuan lebih teliti
benar cara pemberian, serta benar dan penuh perhatian ketika bekerja hal ini
dokumentasi berada pada kategori baik sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sebanyak 100 % namun pemberian obat Virawan (2012) dimana terdapat hubungan
berdasarkan benar informasi berada pada yang signifikan antara jenis kelamin dengan
kategori baik sebanyak 92,5 %. pelaksanaan 6 benar dimana responden
Pemberian obat yang aman dan akurat terbanyak adalah perempuan.
merupakan salah satu tugas terpenting Selain itu lama bekerja juga berpengaruh
perawat. Obat adalah alat utama terapi yang terhadap pemberian obat semakin lama
digunakan dokter untuk mengobati pasien perawat bekerja maka akan semakin bagus
yang memiliki masalah kesehatan. Walaupun pemberian obat yang dilakukan dimana
obat menguntungkan pasien dalam banyak perawat semakin terlatih dengan hal yang
hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek dilakukan dalam jangka waktu yang lama
samping yang serius atau berpotensi dengan banyaknya pengalaman tersebut
menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak maka perawat dapat mengatasi dan
tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab mengurangi kesalahan saat pemberian obat.
memahami kerja obat dan efek samping yang Hal ini sejalan dengan penelitian yang
ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, dilakukan oleh Feleke, Mulatu, dan Yesmaw
memantau respon pasien dan membantu (2015) dimana pengalaman kerja kurang dari
pasien menggunakannya dengan benar dan 6 tahun atau sama dengan 6 tahun 2 kali lebih
berdasarkan pengetahuan (Potter & Perry, mungkin melakukan kesalahan pemberian
2005). obat dibanding mereka yang bekerja diatas 6
Menurut peneliti kepatuhan didalam tahun.
pemberian obat yang baik juga dipengaruhi Benar pasien merupakan langkah penting
oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin dalam pemberian obat dengan meyakinkan
bahwa obat akan diberikan pada pasien yaang
dan masa kerja. Usia perawat di RSUD benar, di rumah sakit kebanyakan klien
Meuraxa sebagian besar berkategori dewasa menggunakan beberapa tanda pengenal,
awal, dimana pada rentang usia ini seseorang
52
JIM FKEP Volume III No. 4 2018

seperti gelang identifikasi yang bertuliskan memberikan obat kepada pasien.


nama dan nomor identitas rumah sakit. Untuk Pemeriksaan pertama setelah obat
melakukan double check, perawat dapat dikeluarkan dari kemasannya, pemeriksaan
meminta klien menyebutkan nama atau
kedua dilakukan sebelum dosis disiapkan dan
meminta perawat lain untuk mengidentifikasi
klien sebelum memberikan obat (Kozier, pemeriksaan ketiga dilakukan setelah obat
2010). disiapkan tetapi sebelum diberikan kepada
Berdasarkan hasil observasi peneliti pasien (Didona, 2013).
didapatkan bahwa sebelum pemberian obat Menurut hasil penelitian yang dilakukan
perawat menanyakan nama pasien langsung peneliti didapatkan bahwa perawat
kepada pasien maupun kepada keluarganya, memeriksa kembali label obat dengan
juga terlihat beberapa perawat sudah memeriksa order obat yang diresepkan oleh
mengenal nama pasien yang berada dokter sebelum diberikan kepada pasien.
diruangan tersebut, selain itu untuk Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
memastikan kembali nama pasien perawat dilakukan oleh Sandramustika (2008) dimana
juga melihat gelang yang terdapat di tangan hasil penyebaran kuesioner bahwa 29
pasien, hal ini dilakukan agar obat yang responden (96,67%) melakukan pengecekan
diberikan kepada pasien yang benar. Menurut nama pada label obat sebelum memberi
peneliti salah satu faktor kepatuhan perawat injeksi kepada pasien untuk menghindari
dalam pemberian obat berdasarkan benar terjadinya kesalahan pemberian injeksi,
pasien adalah pendidikan dan pengalaman selain itu juga dilakukan pengecekan
kerja. Pendidikan sesorang menjadi salah terhadap bentuk ampul / vial obat (66,7%)
satu tolak ukur yang berpengaruh terhadap dan warna dari cairan/ obat yang akan
hasil kerja perawat hal ini terlihat Sebagian diberikan pada klien (53,3%) dan pengecekan
besar perawat di ruang rawat inap RSUD kadaluarsa pada obat.
Meuraxa berpendidikan DIII dan Ners juga Hal ini juga sejalan dengan penelitian dari
terlihat lama berkerja perawat rata- rata Kuntarti (2005) bahwa penerapan tepat obat
sudah bekerja selama 5 tahun. hanya 1 orang (1,2%) yang rendah, sebagian
Hal ini sejalan dengan penelitian menurut
besar responden yaitu sebanyak 61 orang (75
Sumarni, Utami,& Elita (2010) dengan
pendidikan yang tinggi maka dapat %) memiliki tingkat penerapan tinggi, dan
mempengaruhi tingkat pengetahuan penerapan sedang sebanyak 19 orang
seseorang dalam berbagai hal. Pengetahuan (23,5%). Namun penelitian ini berbeda
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor dengan penelitian yang dilakukan oleh Bifful,
antara lain pendidikan diterima, semakin Dachew, Tiruneh, dan Beshah di Ethiopia
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka (2015) dimana terdapat salah obat yang
semakin tinggi pula pengetahuannya.
diberikan dengan presentase (28,4%), obat
Menurut penelitian Armiat, Ernawati &
hilang (30,1%) dan obat yang diberikan tapi
Riwayati (2008) tepat pasien menunjukkan
tidak diperintah dokter (20,9%)..
bahwa 60% perawat sudah menerapkannya,
Benar dosis pemberian obat merupakan salah
dengan memeriksa program terapi dokter
satu indikator keberhasilan peran perawat
sebelumnya untuk menghindari kesalahan sebagai kolaborator. Peran tersebut diukur
sebesar 88.6%, memeriksa identitas pasien berdasarkan kemampuan perawat
90%. memberikan obat dengan dosis yang benar
Sebelum perawat menyiapkan obat untuk sesuai resep dokter dan tidak menambahkan
diberikan kepada pasien, periksa permintaan atau mengurangi dosis dari resep yang telah
obat dengan permintaan dokter. ditentukan. Kesesuaian dosis obat akan
mempercepat proses penyembuhan pasien
Membandingkan antara permintaan yang
dalam pengobatan dan dapat dihentikan
tertulis dengan catatan pemberian obat sesuai orderan dokter atau apabila terdapat
merupakan metode terbaik untuk meyakinkan keraguan dalam diri perawat sebelum
bahwa obat yang tepat yang sedang memberikan jenis dan dosis obat tersebut
dipersiapkan. Selain itu, periksa juga label kepada pasien (Boyer, 2013).
pada kemasan sebanyak tiga kali sebelum
53
JIM FKEP Volume III No. 4 2018

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti diberikan dikonsumsi, bagaimana cara
didapatkan sebelum diberikan obat kepada mengkonsumsinya, apa fungsi obat, dan efek
pasien perawat memeriksa kembali dosisnya yang ditimbulkan dari obat tersebut. Peran ini
dengan melakukan konfirmasi ulang antara kadang sering dilupakan perawat sehingga
dosis dengan resep yang dianjurkan dokter. beberapa pasien sering kebingungan untuk
Menurut penelitian yang dilakukan oleh mengkonsumsi obat tersebut. Misalkan obat
Armiat, Ernawati & Riwayati (2008) dimana diminum tiga kali sehari sedangkan arti dari
tepat dosis memiliki presentasi yang cukup konsumsi obat menunjukkan berapa jarak
tinggi yaitu 81,4% seperti perawat waktu/jam obat tersebut harus masuk
memeriksa label obat dan dosisnya (88,6%) kedalam tubuh pasien, sehingga tidak jarang
mencampurkan atau mengoplos obat sesuai terjadi ketidakberhasilan pengobatan
petunjuk label atau kemasan obat (90%). (Hidayat, 2011).
Penelitian ini juga diperkuat oleh Stephani, Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Dewanto & Widijato (2015) dimana hasil Kuntarti (2005), bahwa tingkat penerapan
penelitiannya semua perawat malakukan terbaik kedua adalah tepat waktu tindakan
untuk meyakinkan bahwa obat diberikan
identifikasi benar dosis pada saat sebelum
pada waktu yang tepat, perawat sebaiknya
obat diberikan yaitu dengan memeriksa memberikan obat dalam waktu 30 menit
kembali sejumlah obat yang tertera pada sebelum dan sesudah waktu yang terjadwal
label dan memeriksa kesesuain dosisnya jika interval pemberian obat lebih dari 2 jam
dicatatan pemberian obat. Namun penelitian perawat juga mempertimbangkan efek yang
yang dilakukan oleh Kane-Gill, Jacobi, dan terjadi setelah pemberian obat dengan waktu
Rothschild (2010) menunjukan bahwa dari 5 pemberian, yang tingkat penerapannya tinggi
sebesar 37,0% (30 orang) sedang 63,0% (51
kejadian kekeliruan pemberian obat paling
orang).
sering berupa salah dosis Pada saat Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti
pemberian obat benar dosis sangat terlihat perawat memberikan dosis pada
memerlukan ketelitian tinggi dalam waktu yang tepat dan mengkonfirmasi ketika
pelaksanaannya. Dalam penerapan pemberian dosis terakhir diberikan, terlaksanya hal
obat khususnya benar dosis diperlukan tersebut akan memberikan hasil yang
ketelitian oleh perawat sehingga hasil yang maksimal terhadap keberhasilan terapi
pengobatan pasien. Pemberian obat pada
didapat sesuai dengan yang diharapkan. waktu yang tepat juga memiliki peran
Obat yang diberikan bergantung pada waktu terhadap kesembuhan pasien sehingga obat
paruh, waktu paruh adalah waktu yang yang diberikan sesuai dengan efek terapetik
dibutuhkan oleh setengah dari jumlah awal yang diharapkan.
obat/ zat lain untuk dieliminasi dari tubuh, Sebelum pemberian obat perawat harus
obat dengan waktu paruh yang pendek lebih memastikan bahwa dokter yang meminta
sering diberikan dibandingkan dengan obat obat atau petugas layanan kesehatan sudah
waktu paruh yang panjang hal tersebut untuk menuliskan cara pemberian obat. Jika cara
mempertahankan efek teraupetik obat dalam pemberian obat tidak tidak dituliskan dengan
plasma (Kamienski, 2015). jelas, hubungi penulis resep dan klarifikasi
Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia permintaan untuk mencantumkan cara
yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur pemberian. Selain itu, baca label obat untuk
dan disiplin, kepatuhan staf perawat adalah memastikan bahwa cara pemberian tercantum
perilaku staf sebagai seorang yang pada kemasan obat ( Potter & Perry, 2005).
profesional terhadap suatu anjuran, prosedur Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh
atau peraturan yang harus dilakukan dan peneliti, perawat memeriksa atau membaca
ditaati. Kepatuhan staf dalam pelaksanaan 6 ulang kesesuaian jenis obat dengan rute
benar diartikan sebagai ketaatan untuk pemberian obat yang tertera pada resep
melaksanakan sesuai prosedur tetap (protap) sesuai anjuran dokter sebelum pemberian
yang telah disediakan (Virawan, 2012). obat.
Selain itu, peran perawat sebagai edukator Pengobatan tersebut dikatakan berhasil
memiliki pengaruh yang kuat terhadap
apabila obat yang diterima pasien terdapat
pemahaman pasien terkait kapan obat yang
kesesuaian antara jenis obat dan rute
54
JIM FKEP Volume III No. 4 2018

pemberian obat tersebut (Komisi Akreditasi Menurut peneliti perawat melakukan


Rumah Sakit, 2011) Keberhasilan perawat pendokumentasian setelah memberikan obat
melakukan prinsip benar cara pemberian obat kepada pasien hal tersebut juga dipengaruhi
berdasarkan prosedur 7 benar sesuai dengan oleh pengetahuan perawat, semakin tingginya
penelitian yang dilakukan Hilmawan, pendidikan seseorang maka semakin tinggi
Suprapti, dan Solechan (2014) menjelaskan pengetahuan seseorang dalam pemberian
bahwa perawat mampu menerapkan obat. Hal tersebut didukung oleh penelitian
pemberian obat berdasarkan standar prosedur yang dilakukan oleh menurut Sumarni,
6 benar pemberian obat. Penelitian yang Utami,& Elita (2014) dimana responden yang
dilakukan Wardana, Suryani, dan Suyono memiliki pengetahuan tinggi dan tidak
(2013) juga menyebutkan bahwa melakukan tindakan pendokumentasian
keberhasilan dalam melaksanakan prinsip 6 keperawatan sebanyak 10 responden
benar pemberian obat didukung dari sedangkan responden yang memiliki
karakteristik dari masing-masing perawat pengetahuan sedang dan tidak melakukan
dalam melaksanakan peran dan tugasnya. tindakan pendokumentasian keperawatan
Pendokumentasian dalam keperawatan sebanyak 14 responden semntara responden
mencakup informasi lengkap tentang status yang memiliki pengetahuan tinggi dan
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan melakukan tindakan pendokumentasian
asuhan yang diterima Nursalam (2008). keperawatan sebanyak 34 responden.
Informasi yang dicatat oleh perawat dapat
menjadi dasar untuk melindungi penggugat Informasi yang diberikan baik itu kepada
dalam melawan pemberi pelayan kesehatan pasien maupun kepada keluarga adalah
(Iyer & camp, 2005). informasi mengenai obat yang akan
Menurut Wardana, Suryani, dan Suyono diberikan, kerja yang diharapkan dari obat,
(2013) pada penerapan prinsip benar efek samping yang diakibatkan yang
dokumentasi sebanyak 36 responden (65,5%) mungkin terjadi setelah pemberian obat (
dari 55 responden terdapat 19 responden
Kozier, 2010).
(34,5%) yang tidak menerapkan prinsip benar
Fdokumentasi dimana responden yang Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
memberikan obat tidak menulis nama dan sebagian perawat sudah memberikan
menandatangani buku dokumentasi setelah informasi tentang obat yang akan diberikan
pemberian obat. Namun hasil ini tidak baik itu kepada keluarga maupun kepada
sebanding dengan penelitian Armiat, pasien itu sendiri. Hal sejalan dengan
Ernawati & Riwayati (2008), yang
penelitian Agustina (2014) dimana terdapat
menyebutkan bahwa ketidaktepatan
peningkatan pengetahuan pasien setelah
pendokumentasian menunjukkan hasil
82,9%. Diruang rawat inap kariadi 75,5% diberikan intervensi berupa pemberian
perawat selalu mencatat pendokumentasian informasi obat oleh apoteker mampu
dengan segera, akan tetapi 45,7% belum membantu pasien dalam meningkatkan
mencantumkan nama dan tanda tangan dalam pengetahuannya tentang obat yang akan
pendokumentasian serta tidak pernah dikonsumsi.
mencatat keluhan pasien (respon pasien).
Menurut peneliti, pemberian informasi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Feleke, Mulatu, dan Yesmaw (2015) dimana kepada pasien diharapkan mampu menambah
sebagian besar perawat tidak pengetahuan pasien maupun keluarga
mendokumentasikan setelah pemberian obat, terhadap obat yang akan diberikan dan
perawat juga mendokumentasikan sebelum dengan pemberian informasi oleh perawat
pemberian obat dan tidak membatalkan apa dapat mengurangi terjadinya kesalahan
yang mereka dokumentasikan bahkan jika persepsi oleh pasien.
pasien menolak atau tidak mampu membeli
obat.

55
JIM FKEP Volume III No. 4 2018

KESIMPULAN Hidayat, A. (2011). Pengantar Konsep Dasar


Gambaran pemberian obat oleh perawat di Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
ruang rawat inap RSUD Meuraxa Kota Salemba medika.
Hilmawan, F.A., Suprapti E., & Solechan, A
Banda Aceh adalah tinggi. Selanjutnya, jika
(2014). Hubungan Antara Penerapan
ditinjau berdasarkan subvariabel benar Standart Operational Procedure
pasien, benar obat, benar waktu, benar dosis, (SOP) pemberian Obat Prinsip Enam
benar cara pemberian, dan benar Benar dengan Tingkat Kepuasan
dokumentasi memiliki nilai yang tinggi yaitu Pasien di RSUD Ungaran. Diakses
100% sedangkan benar informasi memiliki tanggal 3 Juli 2018
nilai tinggi namun presentasenya hanya http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/in
dex.php/ilmukeperawatan/article/view/
92,5%. Rekomendasi kepada pihak rumah
266
sakit, diharapkan untuk meningkatkan Hughes, V.M. (2010). Teacher Evaluation
penerapan pemberian obat yang sesuai Practices And Teacher Job
dengan prinsip tujuh benar khususnya benar Satisfaction. Presentation for the
informasi sehingga mendapatkan hasil yang Faculty of the Graduate School
baik dan dapat mengurangi kesalahan dalam University of Missouri-Columbia.
pemberian obat. Dengan penerapan Diaskes 10 April 2018 dari Available
FTP
pemberian obat yang baik, maka pasien atau http://edt.missouri.edu/Fall2006/Disser
klien yang berobat akan puas dengan tation/HughesV-120806-
pelayanan yang ada dirumah sakit. D5547/research.pdf.
Iyer, P.W., & Camp,N.H. (2005). Dokumentasi
REFERENSI Keperawatan. Jakarta : EGC
Agustina. A.(2014). Pengaruh Pemberian Kamienski, M., & Keogh, J (2015).
Informasi Obat Terhadap Tingkat Farmakologi Demistystied.
Pengetahuan Pasien Di Apotek UGM. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Kane-Gill S,L., Jacobi, J., Rothschild,
Armiat, Y., Ernawati & Riwayati. (2008) J,M.(2010) Adverse Drug Events In
Hubungan Tingkat Pendidikan dan Intensive Care Units : Risk Factors
Lama Kerja Perawat dengan Impact, And The Role Of The Team
Penerapan Prinsip Enam Tepat Dalam Care. Crit Care medical
Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Kee, J.L & Hayes, E.R. (2006). Pharmacology
RS. Dr. Kariadi Semarang. Jurnal A Nursing Process Approach, 5th edn,
Keperawatan Singapore: Elsevier.
Bifftu, B.B., Dachew, B. A & Tiruneh, B. T. Kemenkes. (2008). Profil Kesehatan
(2015). Medication Administration Indonesia. Jakarta
Error Reporting And Associated Kemenkes (2016). Profil Kesehatan Indonesia.
Factors Among Nurse Workong At The Jakarta
University Of Gondar Referral Kozier, B.,Erb, G.(2010). Fundamental
Hospital, Northwest Ethiopia. Ethiopia keperawatan, konsep proses dan
: BMC Nursing praktik. Jakarta:EGC
Boyer, M. J. (2013). Perhitungan Dosis Natasia, N., Loekqijana, & Janik, K (2014).
Obat: Panduan Praktis untuk Faktor Yang Mempengaruhi
Menghitung Dosis dan Menyiapkan Kepatuhan Pelaksanaan Sop Asuhan
Obat. Edisi 7 Surabaya: Erlangga Keperawatan Di ICU-ICCU RSUD
Didona, N. (2013). Sediaan obat dan dosis Gambiran kota Kediri. Jurnal
obat. Jakarta: Erlangga. kedokteran brawijaya, vol.28.
Feleke, S, A., Mulatu , M, A., Yesmaw, Y, S. Permenkes (2016). Tentang Standar
(2015). Medication Administration Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Error : Magnitude And Associated Sakit. Jakarta; Depkes RI. Diakses
Factors Among Nurse In Ethiopia. pada tanggal 10 April 2018
Ethiopia : BMC nursing. http://akreditasirumahsakitmpo.blogsp

56
JIM FKEP Volume III No. 4 2018

ot.co.id/2017/09/kebijakan-pemberian- Menurunkan Kasus Kejadian yang


obat-kepada-pasien.html Tidak Diharapkan dan Kejadian
Potter, P, A & Perry, A. G. (2005). Buku Nyaris Cedera di RSU Surya Husada
Saku Keterampilan Dan Prosedur
diakses tanggal 27 Juni 2018
Dasar. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Sandramustika, A., Effendy,C & Setyarini,S http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2031
(2008). Gambaran penerapan prinsip 3539-T31308-Faktor-faktor.pdf
enam benar pemberian obat pada Wardana, S. Suryani, M. Sayono (2013)
tindakan injeksi. Yogyakarta. Jurnal Hubungan Karakteristik Perawat
Keperawatan Dengan Penerapan Prinsip 6 Benar
Smith, T. J., & Johnson, J. Y. (2010). Buku Dalam Pemberian Obat di Ruang
saku prosedur klinis keperawatan. Rawat Inap RSUD Dr. H.
Jakarta: EGC. SOEWONDO Kendal. Semarang.
Sumarni, E.E., Utami,T & Elita,V (2014). Stikes Telogoreje. Diakses tanggal 1
Hubungan tingkat pengetahuan dan Juli 2018
sikap perawat tentang pemberian obat http://112.78.40.115/e-
terhadap tindakan pendokumentasian journal/index.php/ilmukeperawatan/art
keperawatan. Universitas Riau. icle/download/189/213
Diakses tanggal 29 Juni 2018
https://media.neliti.com/media/publicat
ions/185692-ID-hubungan-tingkat-
pengetahuan-dan-sikap-p.pdf
Undang- Undang Republik Indonesia No 44
tahun 2009 tentang rumah sakit.
Jakarta.
Umaternate, Thisna Sari, Kumaat, Lucki T &
Mulyadi. (2015). Hubungan
Pelaksanaan Identifikasi Pasien
Secara Benar dengan Kepuasaan
Pasien Di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal Keperawatan. Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Stephani, P., Dewanto, A & Widijato, C
(2015). Faktor Penghambat
Pelaksanaan SPO 7 Benar Dalam
Pemberian Obat Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Nirmala.
Universitas Brawijaya : Malang. Jurnal
Kedokteran diakses tanggal 27 Juni
2018
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article
/view/959
Virawan, M. K. (2012) . Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Staff
Perawat dan Staff Farmasi
Menggunakan Enam Benar dalam

57

Anda mungkin juga menyukai