Anda di halaman 1dari 76

PENGARUH PENUNDAAN WAKTU PEMERIKSAAN SAMPEL URINE

TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URINE


DI RUMAH SAKIT SANTA ANNA

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai salah satu Syarat Untuk Menyelesaikan pendidikan


Diploma III politeknik kemenkes kendari
Jurusan analis kesehatan

OLEH :

LINDA HARDIYANTI SYARIF


NIM P00320013118

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah Ini Adalah Hasi Karya Saya Sendiri, dan Semua Sumber
Baik yang Dikutip maupun Dirujuk telah Saya Nyatakan dengan Benar

Nama : Linda Hardiyanti Syarif.


Nim : P00320013118
TTL : Bau-Bau, 5 Agustus 1995
Pendidikan : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
AnalisKesehatan Sejak Tahun 2013 Sampai Sekarang

Kendari, 26 Juli 2016

Yang Menyatakan

Linda Hardiyanti Syarif


NIM. P00320013118
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Linda Hardiyanti Syarif
NIM : P00320013118
Tempat , tgl Lahir : Bau-Bau, 5 agustus 1995
Suku/Bangsa : Buton / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam

B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Lambusango Timur, tamat tahun 2007
2. SMP Negeri 1 Kapontori, tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 2 Kapontori, tamat tahun 2013
4. Sejak Tahun 2013 melanjutkan Pendidikan di Politeknik Keshatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan Sampai Sekarang

iv
MOTTO

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen untuk
menyelesaikannya. Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh
keikhlasan, dan istiqomah dalam menghadapi cobaan.

Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya dipikirkan. Sebuah
cita-cita juga adalah beban, jika itu hanya angan-angan, dan kesuksesan hanya
dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa.

Karena sesungguhnya nasib seorang manusia tidak akan berubah dengan


sendirinya tanpa berusaha.

“Gelap Gulita Pasti Ada Namun Dengan Keteguhan Dan Konsistensi Kita Akan
Menemukan Seberkas Cahaya”.

Kupersembahkan karya tulisku ini untuk Kedua Orang Tuaku, Agamaku,


Alamamaterku, Bangsa dan Negaraku sebagai ungkapan rasa terima kasihku.

v
ABSTRAK

Linda Hardiyanti Syarif, (P00320013118) Pengaruh Penundaan Waktu Pemeriksaan


Sampel Urin Terhadap Hasil Pemeriksaan Kimia Urin Di Rumah Sakit Santa Anna Di
Kota Kendari Yang Dibimbing Oleh Hj, St, Nurhayani dan ibu Satya Darmayani
(xiii + 48 Halaman + 8 gambar + 9 tabel + 7 lampiran). Urinalisis merupakan
pemeriksaan yang paling sering dilakukan. Pemeriksaan urinalisis sebaiknya dilakukan
<1 jam setelah pengambilan sampel. Namun seringkali dengan banyaknya sampel urin
yang harus diperiksa dan kondisi lain yang menyebabkan terjadinya penundaan
pemeriksaan. Dari penelitian sebelumnya, penundaan pemeriksaan urinalisis
mengakibatkan perubahan hasil pada parameter pH, blood, keton, glukosa dan
urobilinogen pada urin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penundaan
waktu pemeriksaan sampel urin terhadap hasil pemeriksaan kimia urin. Jenis penelitian
ini adalah eksperimental laboratorium dengan pemeriksaan urinalisis secara kimia
untuk pH, glukosa, blood, keton dan urobilinogen dengan jumlah 39 sampel yang
dilakukan dari tanggal 6 Juni 2016 sampai 28 Juni 2016 di Laboratorium Rumah Sakit
Santa Anna Kota Kendari. Hasil pengujian statistik dari penelitian ini menunjukan
tidak ada pengaruh lama penundaan terhadap parameter glukosa sedangkan pada
parameter pH, blood, keton dan urobilinogen. Hasil uji-t berpasangan mendapatkan
hasil yakni nilai signifikasi parameter ph (1,00), nilai signifikasi parameter blood
(1,00), nilai signifikasi parameter keton (1,00), nilai signifikasi parameter urobilinogen
(1,00) maka (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penundaan waktu
pemeriksaan sampel urin terhadap hasil pemeriksaan kimia urin di rumah sakit santa
anna kota kendari.

Kata Kunci : Pemeriksaan kimia urin, pada ph, glukosa, blood, keton, urobilinogen.

Daftar Pustaka : (2000-2015)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Penundaan Waktu
Pemeriksaan Sampel Urin Terhadap Hasil Pemeriksaan Kimia Urin Di Rumah
Sakit Santa Anna Di Kota Kendari” Penelitian ini disusun dalam rangka
melengkapi salah satu syarat untuk mnyelesaikan Pendidikan Progam Diploma III
(D III) Analis Kesehatan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari .
Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tidaklah lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-
ide, maupun pemikiran. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun
materiil sehingga penelitian ini dapat selesai.
Ucapan terima kasih dan penghormatan juga saya haturkan kepada
orang tua saya, Bapak Syarif dan Ibu Safariah atas dukungan, motivasi, nasehat,
cinta, dan kasih sayang serta doa yang tulus untuk penulis selama menuntut ilmu
sampai selesainya karya tulis ini.
Penulisan karya tulis ini telah melewati proses yang panjang, dan penulis
banyak mendapat petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karna itu,
pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada Ibu
Hj. St. Nurhayani, S.Kp.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I dan ibu Satya
Darmayani, S.Si.,M.Eng selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, waktu dan motivasi berharga selama penyusunan karya tulis ini.
Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada :
1. Bapak Petrus,SKM.,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Kepala Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan Sulawsi Tenggara
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini
3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd, selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan

viii
4. Tim Penguji (Anita Rosanty, SST.,M.Kes, Muhaimin Saranani,
S.Kep.,Ns.,M.Sc, Supiati, STP.,MPH)
5. Seluruh Dosen, Staf Dan Karyawan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Analis Kesehatan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik yang
diberikan selama penulis menuntut ilmu
6. Adik-adik saya ( Bayu Andriansyah Syarif, Melda Sri Wahyuningsih, dan
Al Adiyat Syarif
7. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada sesorang yang tercinta,
Hardiman, ST atas semangat Motivasi serta dukungan dan senyum
kebahagiaan yang telah diberikan.
8. Sahabat-sahabat (Mirna R, Wa Ode Wiwin Irayasti, Eko Setiawan, Adhar,
Rahmiadin, Susi Mangiri, Adi Ardianto, ST, Rudi Wijaya, ST, Syahwin
Abadi, ST, La Ode Muh. Al Qadry, ST, La Ode Alisafa, ST, Sawal Seda,
ST, Ayub Thony Fatrah, ST, Jobir, S.Pd, dan Supriadi Ishak, ST) yang
telah memberikan semangat dan dukungan.
9. Seluruh Teman-Teman Di Politeknik Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatanangkatan 2013 atas persahabatan, pengalaman berharga dan
kenangan yang tak terlupakan selama penulis menuntut ilmu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan karya tulis ini
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi Pegembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Kendari , Juli 2016

Penulis,

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iv

MOTO .........................................................................................................v

ABSTRAK……………………………………………………………………….vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vii


DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar ................................................................................. 5
1. Pengertianl Urin .......................................................................... 5
2. Komposisi Urin............................................................................ 5
3. Pemeriksaan Urin ........................................................................ 6
4. Fisiologis ...................................................................................... 7
B. Konsep Variabel yang diteliti ......................................................... 10
1. Pemeriksaan urin metode carik celup ........................................ 12
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran ......................................................................... 20

x
B. Kerangka Konsep ....................................................................... 21
C. Variabel Penelitian ..................................................................... 21
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................... 21
E. Hipotesis Penelitian .................................................................... 22
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 23
C. Populasi dan Sampel ................................................................. 23
D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 24
E. Jenis Data ................................................................................. 26
F. Instrument Penelitian ................................................................. 26
G. Pengolahan Data ....................................................................... 26
H. Analisis Data .................................................................... ……..27
I. Penyajian Data .......................................................................... 27
J. Etika Penelitian .......................................................................... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 29


B. Hasil Penelitian ........................................................................ 31
C. Analisis Data ............................................................................ 34
D. Pembahasan ........................................................................... 38
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 44
B. Saran ...................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR TABEL

Table 5.1 Fasilitas Gedung Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari Tahun 2015 31
Table 5.2 Jenis Dan Jumlah Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Santa Annda Kota 31
Kendari Tahun 2015
Table 5.3 Distribusi Responden Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di Laaboratorium 33
Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari
Tabel 5.4 Distribusi responden pasien berdasarkan umur di Laboratorium Rumah 34
Sakit Santa Anna Kota Kendari
Tabel 5.5 Hasil Pemeriksaan Sampel Urine Segera (tanpa penundaan) di Rumah Sakit 35
Santa Anna Kota Kendari
Tabel 5.6 Hasil Pemeriksaan Sampel Urine Dengan penundaan Selama 2 Jam di 35
Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari
Tabel 5.7 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan Glukosa 36
Tabel 5.8 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan Ph 36
Tabel 5.9 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan Blood 36
Tabel 5.10 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan Keton 37
Tabel 5.11 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan Urobilonogen 37

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Strip reagen = nama lain dipstick = metode carik 11


Gambar 2.2 Ph level 12
Gambar 2.3 Standar warna pemeriksaan urin metode carik celup 13

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji-t Dependent


Lampiran 2 Hasil pengolahan data pengaruh penundaan waktu pemeriksaan
sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine di rumah
sakit santa anna kota kendari
Lampiran 3 Master tabel pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel
urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine di rumah sakit
santa anna kota kendari
Lampiran 4 Dokumentasi penelitian
Lampiran 5 Surat izin penelitian
Lampiran 6 Surat keterangan penelitian

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bidang Laboratorium pemeriksaan urine tidak hanya dapat
memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urine, tetapi juga mengenai
faal berbagai organ dalam tubuh seperti : hati, saluran empedu, pancreas,
cortex adrenal, dan lain-lain (Chairlan, 2011).
Urinealisis merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan.
Selain karena sampel yang mudah didapat, pemeriksaanya mudah dilakukan.
Pemeriksaan Urinealisis sebaiknya dilakukan <1 jam setelah pengambilan
sampel. Spesimen urine yang terbaik adalah urine segar yang segera diperiksa,
namun yang sering terjadi adalah penundaan pengiriman sampel, seringkali
dengan banyaknya sampel urine yang harus diperiksa dan kondisi lain yang
menyebabkan terjadinya penundaan pemeriksaan (Rosita, 2011).
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu
cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang
paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan
yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan
(Gandasoebrata, 2007).
Salah satu penegakan diagnosis infeksi saluran kemih adalah
pemeriksaan urine kultur. Pada pemeriksaan urine kultur, waktu dan suhu
penyimpanan harus diperhatikan, sesuai dengan SOP in Microbiology Dir Lab
Kes Dep Kes RI 2000 bahwa semua spesimen urine harus sudah diproses
kurang dari 2 jam setelah pengambilan atau disimpan pada suhu 20C-80C
selama maksimum 18 jam. Urine mengandung sisa metabolisme, garam
terlarut, dan materi organik yang dapat menjadi media bagi pertumbuhan
bakteri, sehingga waktu dan suhu penyimpanan dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil.
Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat

1
2

mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4


jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan
antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami
kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap
sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan
urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajang sinar matahari, bakteri
berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik
dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap
(Chairlan, 2011).
Menurut Soebrata (2009) pada buku Penuntun Laboratorium Klinik,
jika urine disimpan kemungkinan terjadi perubahan susunan oleh kuman-
kuman. Kuman-kuman biasanya ada karena urine untuk pemeriksaan biasanya
tidak dikumpulkan dan tidak ditampung secara steril. Kuman-kuman mengurai
ureum dengan membentuk amoniak dan karbondioksida. Amoniak
menyebabkan pH urine menjadi basa dan terjadilah pengendapan kalsium dan
magnesium fosfat. Reaksi ini juga dapat merusak eritrosit dan silinder.
Sebagian dari amoniak hilang ke udara sehingga urine tersebut tidak dapat
digunakan lagi untuk menentukan ureum. Selain itu juga glukosa akan diurai
oleh kuman-kuman sehingga hilang dari urine.
Rosita (2011) juga menyimpulkan bahwa penundaan waktu
pemeriksaan urinealisis mengakibatkan perubahan hasil urinealisis yaitu pH,
glukosa, blood, keton dan urobilinogen. Keempat parameter tersebut memiliki
perbedaan bermakna pada uji statistiknya. Hasil negatif palsu pada glukosa
diakibatkan oleh hasil dari glikolisis bakteri. Sejalan dengan Rosita (2011),
dalam penelitiannya menyatakan bahwa, Sutyasih (2012) penundaan hasil
pemeriksaan urine menyebabkan perubahan hasil pada beberapa parameter,
yaitu berat jenis, pH dan blood urine.
Penundaan antara berkemih dan urinealisis akan mengurangi validitas
hasil, analisis harus dilakukan tidak lebih dari 4 jam setelah pengambilan
sampel. Unsur-unsur berbentuk di urine (sedimen) mulai mengalami
kerusakan dalam 2 jam. Bilirubin urine akan mengalami oksidasi apabila
3

terjadi paparan sinar matahari langsung. Bakteri mulai berkembang biak


apabila spesimen tidak disimpan di lemari pendingin sehingga memberi hasil
yang menyesatkan tidak saja untuk pemeriksaan mikrobiologik tetapi juga pH
(Sacher. RA, 2004).
Namun seringkali sampel urine yang dikirim ke laboratorium sudah
tidak segar lagi karena telah dikeluarkan beberapa jam sebelumnya.
Terkadang sampel urine tidak segera dibawa ke laboratorium akibat dari
banyaknya sampel yang harus diperiksa, sehingga hasil yang didapatkan
seringkali tidak sesuai dengan kondisi klinis dari pasien tersebut (Rosita,
2011).
Berdasarkan pengalaman selama PKL pasien yang melakukan
pemeriksaan kimia urine di Rumah Sakit Santa Anna periode Januari – April
2016 adalah sebanyak 263 pasien sampel urine kadang-kadang diperiksa < 1
jam.
Berdasarkan uraian yang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul pengaruh penundaan pemeriksaan terhadap pH,
glukosa, blood, keton dan urobilinogen urine. Dengan harapan karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
sebagai acuan untuk klinisi guna mengurangi penundaan terhadap
pemeriksaan specimen khususnya dalam pemeriksaan urinealisis.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:”Apakah Terdapat Pengaruh Penundaan Waktu Pemeriksaan Terhadap
Hasil Pemeriksaan Kimia Urinee di Rumah Sakit Santa Anna?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine
terhadap hasil pemeriksaan kimia urine.
4

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan kimia urine tanpa penundaan waktu
pemeriksaan.
b. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan kimia urine dengan penundaan
waktu selama 2 jam.
c. Untuk menganalisis perbedaan hasil pemeriksaan kimia urin tanpa
penundaan waktu pemeriksaan dengan penundaan waktu selama 2 jam

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan mahasiswa untuk menambah dalam
khasanah keilmuan.
b. Institusi pendidikan
Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Sebagai pengalaman bagi penulis dalam menerapkan disiplin ilmu yang
telah diperoleh selama proses perkuliahan.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Urine
Urinealisis adalah analisis fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap
urine. Urinealisis berguna untuk untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau
infeksi saluran kemih dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik
yang tidak berhubungan dengan ginjal.
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk
pemeriksaan laboratorium. Urine atau air seni atau air kencing adalah
cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urineasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
2. Komposisi Urine
Urine juga merupakan suatu larutan yang kompleks dan
mengandung bermacam-macam bahan organik maupun anorganik.
Susunannya tergantung dari bahan-bahan yang dimakan, keadaan
metabolisme tubuh, kemampuan ginjal untuk mengadakan seleksi. Pada
umumnya komposisi urine mencerminkan kemampuan ginjal uantuk
menahan dan menyerap bahan-bahan yang penting untuk metabolisme
dasar dan mempertahankan homeostasis, disamping itu mengeluarkan
bahan-bahan kelebihan berasal dari makanan dan hasil-hasil metabolisme
yang tidak terpakai. Dalam keadaan normal jumlah bahan yang terdapat
dalam urine selama 24 jam adalah sekitar 60 gram yang terdiri dari 35
gram bahan organik dan 25 gram bahan anorgani (kosasih,2004).
Diantara bahan organik yang penting adalah : Urea, Asam urat,
Kreatinin.Sedangkan bahan anorganik yang penting adalah : Chloride,
Fosfat, Sulfat, Ammonia (Donosepoetro, 1981).

5
6

3. Pemeriksaan Urine
Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi
tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ
tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang
memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan
sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.
Jenis pengambilan sampel urine :
a. Urine sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan
tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau
hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel
skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
b. Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur,
dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu
malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga
unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik
untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan
berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam
urine.
c. Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24
jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini
biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine,
misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam
suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan
pengawet, misalnya toluene.
7

4. Fisiologis
Mekanisme pembentukan urine yaitu dimulai dari mengalirnya
darah kedalam glomerulus yang terletak dibagian luar ginjal (cortex).
Dinding glomerulus ini yang bekerja sebagai saringan halus yang secara
pasif dapat dilintasi air, garam-garam dan glukosa. Ultra filtrat yang
diperoleh dari filtrasi dan berisi banyak air serta elektrolit akan ditampung
diwadah yang mengelilingi setiap glomerulus seperti kapsul Bowman dan
kemudian disalurkan ke pipa kecil (tobuli). Tobuli ini terdiri dari bagian
proksimal (terjadi reabsorbsi garam Na, air, glukosa dan ureun) dan distal,
yang letaknya masing-masing dekat dan jauh dari glomerulus, kedua
bagian ini dihubungkan oleh sebuah lengkungan (Hellens loop).
Disini terjadi penarikan kembali secara aktif air dan komponen
yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara
lain ion Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang
mengelilingi tubuli. Sisaya yang tak berguna seperti ampas perombakan
metabolism protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali.
Sebelum kesaluran pengumpul ditubulus distal terjadi reabsorbsi aktif Na
tanpa air dan ion Na ditukar dengan ion K+ atau NH4+. Dan akhirnya
filtrate dari semua tubuli ditampung disuatu saluran pengumpul, dimana
terutam berlangsung penyerap air kembali. Filtrat disalurkan ke kandung
kemih dan ditimbun sebagai urine (Tan, 2000).
Pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke 3, bentuk
ginjal seperti biji kacang jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan. Ginjal
kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umunya ginjal laki-laki lebih
panjang dari ginjal wanita. Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12 cm,
lebar 7 cm, dan tebal maksimun 2,5 cm yang terletak pada dindng
posterior abdomen, terutama didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri
tulang belakang, dibungkus oleh jaringan lemak pernefrik yang tebal di
belakang (luar rongga) peritoneum (Khidri, 2004).
8

Berkemih merupakan proses pengosongan vasika urinearia


(kandung kemih). Vasika urinearia dapat menimbulkan rangsangan saraf
bila urinearia berisi kurang lebih 250- 450 cc (pada orang dewasa) dan
200-250 cc (pada anak-anak). Mekanisme berkemih terjadi karena vesika
urinearia berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf
di dinding vesika urinearia. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan
melalui medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di
korteks serebral. Selanjutnya, otak memberikan implus atau rangsangan
melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sacral, kemudian
terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot spincter internal. Urine
dilepaskan dari vesika urinearia, tetapi masih tertahan spincter eksternal.
Jika waktu dan tepat memungkinkan dikeluarkan (berkemih) (Uliyah,
2008).
Urine memiliki berat jenis 1,005-1,030 dan biasanya asam. Volume
dan konsentrasi akhir urea dan zat terlarut bergantung pada asupan cairan.
Tidur dan aktivitas otot juga menghambat produksi urine. Warna kuning
gading disebabkan oleh urobilin, yaitu pigmen empedu. Urine memiliki
bau khas, yang bila segar tidak terlalu berbau. Bau atau kekeruhan
biasanya menunjukan infeksi (Coad, 2006).
Urine normalnya jernih karena hanya mengandung sedikit
komponen urine. Bila agak keruh (bahkan keruh), berarti komponen yang
ada lebih dari normal. Bisa mengandung satu jenis komponen atau lebih.
Untuk mengetahuinya menggunakan bantuan mikroskop. Nanti kelihatan
komponennya, antara lain sel epitel, Sel darah merah, sel darah putih,
kristal-kristal, jamur, bakteri dll (Uliyah, 2008).
Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air. Zat-zat sisa nitrogen dari
hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak, dan kreatinnin. Flektrolit,
natrium, kalsium, NH3, bikorbonat, fosfat dan sulfat. Taksin, Hormone.
Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tetapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
9

Baunya tajam. Reaksinya sedikit asam terhadap lekmus dengan pH rata-


rata 6 (Wirawan, 2010).
Volume urine yang dihasilkan setiap hari bervariasi dari 600 ml
sampai 2.500 ml lebih. Jika volume urine tinggi, zat buangnya diekresikan
dalam larutan encer, Hipotonik (hipoosmotik) terhadap plasma. Berat jenis
urine mendekati berat jenis air (sekitar 1.003). Jika tubuh perlu menahan
air, maka urine yang dihasilkan kental seingga volume urine yang sedikit
tetap mengandung jumlah zat buangan yang sama yang harus dikeluarkan.
Konsentrasi zat terlarut lebih besar, urine hipotonik (hipoosmotik)
terhadap plasma jika berat jenis urine lebih tinggi di atas (1.030) (Ethel,
2003).
Komposisi Urine terdiri dari 95% air dan mengandung zat berlarut
sebagai berikut zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein,
asam urat dari metabolism asam nukleat, dan keratin dari proses
penguraian keratin fosfat dalam jaringan otot. Asam hipurat adalah produk
sampingan pencernaan sayuran dan buah. Badan keton yang di hasilkan
dalam metabolisme lemak adalah konstituen normal dalam jumlah kecil.
Elektrolit meliputi ion atrium, klor, kalium, amonium, sulfat, fosfat,
kalsium, dan magnesium. Hormone atau metabolism hormone ada secara
normal dalam urine. Sebagai jenis taksin atau zat kimia asing, pigmen,
vitamin, atau enzim, secara normal ditemukan dalam jumlah kecil.
Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah,
sejumlah besar badan keton, zat kapur (terbentuk saat zat menggeras
dalam tubulus dan dikeluarkan), dan batu ginjal atau kalkuli. Urine encer
berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jia kental, urine segar biasanya
jernih dan menjadi keruh juka didiamkan. Urine memiliki bau yang khas
dan cenderung berbau ammonia jika didiamkan. Bau ini dapat berfariasi
sesuai dengan diet misalnya, setelah makan asparagus. Pada diabetes yang
tidak terkontrol aseton menghasilkan bau manis pada urine asiditas atau
alkalinitas. pH urine berfariasi antara 4,8 sampai 7,5 dan biasanya sekitar
6,0. Tetapi juga tergantung pada diet. Ingesti makanan yang berprotein
10

tinggi akan meningkatkan asiditas, sementara diet sayuran meningkatkan


alkalinitas. Berat Jenis Urine. Berkisar sekitar 1,001 sampai 1,030
bergantung pada konsentrasi urine (Ethel, 2003).
B. Konsep Variabel yang diteliti
Urinealisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine.
Uji urine rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine
diperiksa secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini
digunakan berbagai strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan cepat.
urinealisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran
kemih, dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak
berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinealisis rutin dilakukan seperti
warna, tampilan, dan bau urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan
bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat jenis diukur dengan urineometer,
dan pemeriksaan mikroskopik urine sedimen urine dilakukan untuk mendeteksi
eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri.
Namun dalam penelitian ini akan membahas tentang pemeriksaan kimia
urine. Pemeriksaan kimia urine paling umum dilakukan ahli laboratorium klinis
menggunakan tes strip komersial siap pakai. Strip ini terbuat dari plastik yang
terdapat kotak kertas kecil disepanjang penampangnya yang disebut bantalan
uji dan diletakkan berturut-turut. Bantalan ini mengandung zat kimia spesifik
didalamnya. Ketika strip dicelupkan ke dalam urine, bantalan uji menyerap
urine dan terjadi reaksi kimia yang menghasilkan perubahan warna bantalan
dalam hitungan detik ke menit.
Perubahan warna ini dibandingkan untuk masing-masing bantalan uji
terhadap bagan warna yang disediakan dengan strip tes untuk menentukan hasil
setiap tes. Setiap bantalan uji kimia harus dievaluasi pada waktu yang tepat.
Jika terlalu cepat atau terlalu lama sejak reaksi terjadi mungkin akan
mendapatkan hasil yang salah. Untuk mengurangi kesalahan waktu dan
menghilangkan variasi dalam penafsiran warna, kini banyak digunakan
instrumen otomatis untuk membaca warna reaksi pada setiap bantalan uji.
11

Tingkat perubahan warna pada bantalan uji juga dapat memberikan


perkiraan jumlah zat uji. Misalnya, perubahan warna sedikit di bantalan uji
protein mungkin menunjukkan sejumlah kecil protein terdapat dalam urine,
sedangkan perubahan warna yang kuat dapat mengindikasikan jumlah besar.
Tes kimia yang paling sering dilakukan dengan menggunakan test strip
reagen adalah : berat jenis, ph, protein, glukosa, keton, blood, leukosit esterase,
nitrit, bilirubin, urobilinogen.
Pemeriksaan kimia urine berdasarkan reaksi biokimia yang juga disebut
cara kimia kering atau tes carik celup banyak digunakan di laboratorium klinik.
Cara carik celup ini selain praktis karena reagen telah tersedia dalam bentuk
pita siap pakai, reagen relative stabil, murah, volume urine yang dibutuhkan
sedikit, bersifat sekali pakai, serta tidak memerlukan persiapan reagen.
Prosedurnya sederhan dan mudah, tidak memerlukan suatu keahlian dalam
mengerjakan tes serta hasilnya cepat.
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli
kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter
yang akan diperiksa. Urinee Dip merupakan analisis kimia cepat untuk
mendiagnosa berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip
umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis,
blood, keton, nitrit, dan leukosit esterase.

Gambar 2.1 Strip Reagen = nama lain dipstick = metode carik celup
12

1. Pemeriksaan Urinee Metode Carik Celup


a) Pemeriksaan Keasaman (pH) Urinee Metode Carik Celup

Gambar 2.2 Ph level

Prinsip : Kombinasi indikator methyl red dan bromthymol blue yang


terkandung pada carik memungkinkan perubahan warna carik sesuai
dengan pH urine.
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus
ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urine.
Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari
4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi
makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang
basa menjelang makan berikutnya. Urinee pagi hari (bangun tidur) adalah
yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan
keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urinee. Urinee yang
diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan
berubah menjadi basa. Urinee basa dapat memberi hasil negatif atau tidak
memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen
urinee, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urinee yang
basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urinee dengan pH
yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
13

Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi ph


urinee :
a. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran
kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan
ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
b. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak),
asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis
respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urinee dan
meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman

Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu


lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi
hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur
mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami
lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi.
Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu
asam urat.
b) Pemeriksaan Glukosa Urinee Metode Carik Celup

Gambar 2.3 standar warna pemeriksaan urine metode carik celup

Prinsip : D-glukosa oleh enzim glukosa oksidase diubah menjadi D-


glukonolakton dan H2O2. H2O2 yang erbentuk akan mengoksidasi
kromogen membentuk senyawa berwarna coklat.
14

Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus


muncul dalam urine (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan
gula dalam urine) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya
reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes
mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak
selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urinee, reagen strip diberi enzim
glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna. Darah
disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil
penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit
(mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian
dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat
yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak
diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urine.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat
dalam urine (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula
dalam urine) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa
darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi
tubulus yang menurun.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah :
a. Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi
(hidrogen peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel urine,
atau urinee yang sangat asam (pH di bawah 4)
b. Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C,
asam hogentisat, salisilat dalam jumlah besar, asam
hidroksiindolasetat), berat jenis urinee > 1,020 dan terutama bila
disertai dengan pH urinee yang tinggi, adanya badan keton dapat
mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi bakteri.
15

c) Pemeriksaan Urobilinogen Urine Metode Carik Celup


Prinsip : Urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana
asam akan terbentuk senyawa azo yang berwarna merah Empedu yang
sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area
duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen.
Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar
kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang
menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam
urinee oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urinee terjadi bila fungsi
sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran
gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan
rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin
berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun),
kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar,
keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi
usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urinee
menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati
yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit
inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau
dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat
mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Urobilinogen Urine :
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah
besar kembali ke hati melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses
ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh
ginjal ke dalam urine.
16

Ekskresi urobilinogen ke dalam urinee kira-kira 1-4 mg/24jam.


Ekskresi mencapai kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu
dianjurkan pengambilan sampel dilakukan pada jam-jam tersebut.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
1. Reaksi positif palsu
a) Pengaruh obat : fenazopiridin (Pyridium), sulfonamide, fenotiazin,
asetazolamid (Diamox), kaskara, metenamin mandelat
(Mandelamine), prokain, natrium bikarbonat, pemakaian pengawet
formaldehid.
b) Makanan kaya karbohidrat dapat meninggikan kadar urobilinogen,
oleh karena itu pemeriksaan urobilinogen dianjurkan dilakukan 4
jam setelah makan.
c) Urinee yang bersifat basa kuat dapat meningkatkan kadar
urobilinogen; urinee yang dibiarkan setengah jam atau lebih lama
akan menjadi basa.
2. Reaksi negatif palsu
a. Pemberian antibiotika oral atau obat lain (ammonium klorida,
vitamin C) yang mempengaruhi flora usus yang menyebabkan
urobilinogen tidak atau kurang terbentuk dalam usus, sehingga
ekskresi dalam urinee juga berkurang.
b. Paparan sinar matahari langsung dapat mengoksidasi urobilinogen
menjadi urobilin.
c. Urinee yang bersifat asam kuat.
d) Pemeriksaan Blood Urinee Metode Carik Celup
Prinsip: H2O2 oleh peroksidase yang ada pada Hb membentuk On dan
H2O. On yang terbentuk akan mengoksidasi benzidin (kromogen)
membentuk senyawa berwarna hijau biru.
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik
untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik
celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat
peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi
17

hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan


hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urinee.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urinee
yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam
urinee juga dapat terjadi karena urinee encer, pH alkalis, urinee didiamkan
lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan
ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot
skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin
memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1. Hasil positif palsu dapat terjadi bila urinee tercemar deterjen yang
mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang
mengandung peroksidase.
2. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urinee mengandung vitamin C
dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein
konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
3. Urinee dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil
positif.
e) Pemeriksaan Keton Urinee Metode Carik Celup
Prinsip: Natriumnitroprusid sebagai oksidator kuat dengan asam
acetoasetat dan aseton yang bersifat basa membentuk senyawa yang
berwarna violet.
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat)
diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat
digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan
bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot
jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan
keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urinee, dan
apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui
18

batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urinee


terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat
(kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal),
gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh
mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat,
dan asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak
dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika
karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang
disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (mis.Diabetes
melitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan,
diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah karbohidrat), gangguan
absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi
glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis
sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3)
dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton
serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl.
Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke
dalam urine. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma
atu serum, kemudian baru urine. Ketonuria (keton dalam urine) terjadi
akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urinee terutama adalah
aseton dan asam asetoasetat.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium :
a. Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan
positif palsu. Obat tertentu (Lihat pengaruh obat)
b. Urine disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan hasil uji negaif palsu
19

c. Adanya bakteri dalam urine dapat menyebabkan kehilangan asam


asetoasetat
d. Anak penderita diabetes cenderung mengalami ketonuria daripada
penderita dewasa
20

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran
Urinealisis merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan.
Selain karena sampel yang mudah didapat, pemeriksaanya mudah dilakukan.
Pemeriksaan Urinealisis sebaiknya dilakukan <1 jam setelah pengambilan
sampel.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil.
Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat
mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam
setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain
: unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2
jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga
mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan
urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajang sinar matahari, bakteri
berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik
dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap
(Chairlan, 2011).
Penundaan pemeriksaan urinealisis mengakibatkan perubahan hasil
pada parameter berat jenis, pH, Eritrosit, Keton, glukosa dan urobilinogen pada
Urine. Parameter yang diperiksa adalah parameter kimiawi urine meliputi: pH,
glukosa, protein, bilirubin, urobilin, eritrosit, keton, nitrit dan lekosit esterase.
Pemeriksaan kimia urine paling umum dilakukan ahli laboratorium
klinis menggunakan tes strip komersial siap pakai. Strip ini terbuat dari plastik
yang terdapat kotak kertas kecil disepanjang penampangnya yang disebut
bantalan uji dan diletakkan berturut-turut. Bantalan ini mengandung zat kimia
spesifik didalamnya. Ketika strip dicelupkan ke dalam urine, bantalan uji
menyerap urine dan terjadi reaksi kimia yang menghasilkan perubahan warna
pada bantalan dalam hitungan detik ke menit. Dengan membandingkan
intensitas warna pada pad dengan kartu warna, di dapat hasil yang dilaporkan

20
21

secara semi kuantitatif seperti trace, 1+, 2+, 3+, 4+ atau normal /abnormal atau
dalam satuan seperti mg/dl.
Carik celup terdiri dari tangkai plastik dan pad strip. Pad strip terbuat
dari bahan penyerap yang mengandung zat kimia (reagen) yang dilekatkan
pada tangkai plastik,berupa kotak-kotak kecil berwarna. Bagian pad ini tidak
boleh disentuh tangan atau bahan lain karena dapat menimbulkan reaksi pada
reagensia. Carik celup di kemas dalam wadah yang dilengkapi dengan kartu
warna.
B. Kerangka Konsep

C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel Bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel yang terikat, dimana variabel bebas yang diteliti adalah pengaruh
penundaan waktu pemeriksaan sampel urine.

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)


Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas atau variabel independent (Notoatmojo, 2002). Variabel
dependent dalam penelitian ini yaitu pemeriksaan kimia urine.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Penundaan waktu pemeriksaan urine adalah pemeriksaan urinealisis
yang dilakukan lebih dari 1 jam setelah pengambilan sampel. Namun seringkali
22

dengan banyaknya sampel urine yang harus diperiksa dan kondisi lain yang
menyebabkan terjadinya penundaan pemeriksaan. Dari dua penelitian
sebelumnya penundaan pemeriksaan urinealisis mengakibatkan perubahan
hasil pada parameter berat jenis, pH, blood, keton, glukosa dan urobilinogen
pada urine.
Dengan kriteria objektif :
a. Berpengaruh : Bila pemeriksaan sampel kimia urine yang di tunda selama 2
jam sebelum pemeriksaan mempunyai hasil yang berbeda dengan
pemeriksaan langsung (tanpa penundaan).
b. Tidak berpengaruh : Bila hasil pemeriksaan kimia urine menunjukan hasil
yang sama dengan pemeriksaan langsung (tanpa penundaan).
Nilai normal pemeriksaan kimia urine :
 BJ (Berat Jenis), Normal : 1.003-1.030
 pH, Normal : 6-8
 Glukosa, Nomal : Negatif
 Keton, Normal : Negatif
 Protein, Normal : Negatif
 Bilirubin, Normal : Negatif
 Urobilinogen, Hanya ditulis Normal atau Abnormal, umumnya
Normal
 Urobilin, Normal : Negatif
 Lekosit Esterase, Normal : Negatif
 Blood (darah samar), Normal : Negatif
 Nitrit, Normal : Negatif
E. Hipotesis Penelitian
H1 : Ada pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil
pemeriksaan kimia urine.
H0 : Tidak ada pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine terhadap
hasil pemeriksaan kimia urine.
23

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
experimental jika ditinjau dari permasalahannya bersifat komparatif yaitu jenis
penelitian yang ingin mencari atau melihat perbedaan atau perbandingan dari
variabel-variabel yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan bulan 16 juni – 28 juni 2016.

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium RS.Santa Anna Kota Kendari.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dari semua elemen yang
ada dalam penelitian (Nurs alam,2006). Populasi dalam penelitian adalah
seluruh pasien yang melakukan pemeriksaan urinealisis di Laboratorium
RS. Santa Anna Kota Kendari yaitu periode Januari – April 2016
sebanyak 263 sampel.

2. Sampel
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
accidental sampling. Adapun sampel yang diambil pada penelitian ini
adalah seluruh pasien yang melakukan pemeriksaan kimia urine.

23
24

a. Kriteria Sampel
a) Kriteria Inklusi
1. Seluruh pasien yang melakukan pemeriksaan kimia urine.
2. Sampel urine yang digunakan adalah urine segar dan urine
sewaktu.
b) Kriteria Eksklusi
1. Seluruh pasien yang tidak melakukan pemeriksaan kimia urine.
2. Jenis sampel yang tidak digunakan adalah urine pagi, urine
kateterisasi dan urine tampung 24 jam.
b. Besar Sampel
Jika populasi >100 maka diambil sampel 15% - 30% dan jika populasi
<100 maka diambil sampel 25% - 50%.

𝑁
P= 𝑋 100
𝐹

15
263 × = 39 Orang
100

D. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data data merupakan salah satu langkah
penting dalam penelitian karena berhubungan dengan data yang diperoleh
selama penelitian.
Prosedur kerja :
a. Pra Analitik
 Urine harus homogen sebelum diperiksa. Campur baik-baik
sebelum diperiksa. Campur baik-baik sampai sediment terbagi rata.
b. Analitik
 Celupkan carik hanya sekejap dalam urine. Reagen harus
seluruhnya masuk dalam urine.
 Hilangkan kelebihan urine yang melekat pada carik dengan
menyentuh pinggir carik celup kepada pinggir wadah urine.
25

 Pegang carik celup dengan posisi horizontal untuk menghindari


kemungkinan tercampurnya zat kimia (reagen) dari 1 kolom tes
dengan tabel warna pada etiket botolnya.
 Strip uji ditempatkan pada baki geser, lalu motor penggerak
bergerak kedalam alat pembaca. Analisa pad membaca referensi,
diikuti oleh masing-masing dari bagian uji pada strip. Alat pembaca
berisi LED yang memancarkan cahaya pada berbagai macam
panjang gelombang.
 Pembacaan dilakukan secara “electro-optically” yang dilakukan
sebagai berikut :
a. LED memancarkan cahaya dari panjang gelombang yang
ditetapkan ke permukaan test pad pada sudut optimal. Lampu
yang mengenai „test zone‟ (zona uji) terpantul secara
proporsional dengan warna yang dihasilkan pada test pad dan
ditangkap oleh detektor.
b. Sebuah phototransistor diposisikan tepat di atas zona uji.
Phototransistor mengirimkan sebuah sinyal listrik analog ke A
/ D converter, yang berubah ke bentuk digital.
c. Mikroprosesor kemudian mengkonversi pembacaan digital
menjadi nilai reflektansi relatif dengan mengacu pada standar
kalibrasi.
c. Pasca Analitik
Akhirnya, sistem membandingkan nilai reflektansi dengan batas
jangkauan yang ditetapkan (reflektansi nilai-nilai yang diprogram ke
dalam analisa untuk setiap parameter) dan output hasil semi-kuantitatif.
Setiap pada tes membaca photometrically sekitar 55-65 detik. Dalam
sampel urine yang sangat basa, Urine Analyzer secara otomatis
mengoreksi hasil tes berat jenis.
26

E. Jenis Data
a) Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan melalui instrumen pengumpulan data yang digunakan berkaitan
dengan objek berupa pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel
urine pada hasil pemeriksaan kimia urine.

b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung untuk dilakukannya
penelitian ini.

F. Instrumen Penelitian
a. Alat
 Urine analyzer
 Wadah plastik
 Wadah kaca
b. Reagen
Reagen carik celup terbuat dari :
a. Strip hidrofobik yang dilekatkan plastik berwarna putih.
b. Strip reagen yang dilekatkan pada kertas.
Sifat strip hidrofobik akan menghalangi pertumpahan sisa urine dari
kolom reagen yang satu dengan lainnya.
G. Pengolahan Data
a. Entry, yaitu memaasukan data dalam program computer untuk dilakukan
analisis lanjut.
b. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul.
c. Coding, yaitu memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam
memasukan data ke program computer.
d. Processing, yaitu pemrosesan data yang dilakukan dengan cara mengerti
data dari kuesioner ke paket program komputer.
e. Cleaning, yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak.
27

Berdasarkan Hasil pemeriksaan dan data yang diperoleh dengan


analisa kualitatif yang selanjutya dipresentasikan.

H. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Untuk mendiskripsikan pengaruh penundaan waktu pemeriksaan
sampel urine yang digunakan pada penelitian ini yang disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Dengan memperhatikan nilai tendensi
sentral yaitu mean, median dan modus yang kemudian di klompokkan
dalam tabel distribusi frekuensi dengan rumus sebagai berikut:
𝑁
P= 𝑋 100
𝐹
P: Prensentase
N: Jumlah
F: Frekuensi (Budiarto,2002)
2. Analisis Bivariat
Uji statistik dengan skala rasio berdasarkan data diatas maka
analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan Uji-t. Uji-t adalah jenis pengujian statistika untuk
mengetahui apakah ada perbedaan dari nilai yang diperkirakan dengan
nilai hasil perhitungan statiska. Uji-t pada dasarnya menunjukan seberapa
jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan
variabel variabel terikat.
T-test dependent atau Paired Sampel T-test digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua set data (data sebelum dan sesudah) yang
saling berpasangan sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing
kelompok sampel. Pada taraf kepercayaan 95%(α 0,05) menggunakan
aplikasi SPSS.
I. Penyajian Data
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan di narasikan
kemudian dilakukan perubahan yang selanjutnya di dapatkan kesimpulan
penelitian.
28

J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin
kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah
dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang
meliputi :
a. Informad Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan
manfaat penelitian,bila subjek menolak maka peneliti tidak akan
memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.

b. Anomality
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

c. Confidentiality
Kerahasiaan inform responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
29

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Letak geografis
Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari merupakan salah satu
Rumah Sakit Umum Swasta milik Kongraise IMJ-INDONESIA yang ada
di Kota Kendari yang terletak di Jl. Dr. Moh Hatta No. 65 A Kendari,
dengan luas lahan 5.138 m² dan luas bangunan 3.340 m². Rumah sakit
Santa Anna Kendari didirikan pada tanggal 25 Juli 1978 dan diresmikan
tanggal 8 Agustus 1978.
Rumah Sakit Umum Santa Anna terletak di kota Kendari tepatnya
di jalan poros Jl. Dr. Moh Hatta No. 65 A kelurahan sauna kecamatan
kendari barat kota kendari, lokasi ini sangat strategis karna mudah
dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan poros Dr. Moh Hatta.
2. Sebelah timur berbatasan dengan jalan By Pass Kota Kendari.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan kantor UTDD Kota Kendari.
4. Sebelah barat berbatasan dengan kantor koperasi.
Rumah sakit Santa Anna Kendari, mendapatkan sertifikat
penetapan kelas rumah sakit oleh Menteri Kesehatan No HK.03.05/1/665
Tanggal 19 April 2012 dengan ketepatan Rumah Sakit Umum Kelas D.
Surat Izin Operasional tetap dari Walikota Kendari dengan nomor
56/IZN/XII/2012/001 tanggal 17 Desember 2012 dengan jangka waktu 5
(lima) tahun berlaku dari tanggal 17 Desember 2012 sampai 17 Desember
2017.

29
30

2. Fasilitas Gedung
Tabel 5.1 Fasilitas Gedung Rumah Sakit Santa Anna
Kota Kendari Tahun 2015
No Fassilitas Rumah Sakit Jumlah

1. Ruang poliklinik 5
2. Ruang UGD 1
3. Ruang ICU 1
4. Ruang Kamar Bersalin 1
5. Ruang administrasi 3
6. Ruang pelayanan penunjang 5
7. Ruang Instalassi Gizi 1
8. Ruang Laundry 1
9. Ruang Jenazah 1
10. Tempat tidur rumah sakit 63
3. Ketenagaan
Jumlah tenaga kerja medis dan non medis yang ada di Rumah
Sakit Santaa Anna Kota Kendari sebanyak orang yang terdiri dari :

Tabel 5.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan


Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari Tahun 2015
Status ketenagaan
No. Jenis tenaga Total
Tetap Mitra
1. Dokter umum 1 7 8
2. Dokter Spesialis 1 22 23
3. Dokter gigi 0 2 2
4. Perawat 54 0 54
5. Bidan 8 0 8
6. Laboratorium 5 0 5
7. Apoteker 2 0 2
8. Asisten Apoteker 3 0 3
9. Ahli Gizi 1 0 1
10. Radiografer 1 0 1
11. Asisten Radiologi 3 0 3
12. Asisten Anasthesi 0 3 3
13. Fisioterapi 0 1 1
14. Non Medis 72 0 72
Jumlah 151 35 186
Sumber : Data Based RS. Santa Anna Tahun 2015
31

4. Fasilitas Laboratorium
Laboratorium Rumah Sakit Santa Anna kota Kendari terbagi atas
beberapa bagian ruang, yaitu :
a. Ruang Saampling
b. Ruang Pengolahan Sampel, terbagi atas :
a) Ruang Kimia ;
b) Ruang Hematologi, Serologi, dan Urinalisa.
c) Ruang Bakteri dan Parasit.
c. Ruang Penyimpanan Alat Gelas dan Reagen.
Dalam menunjang pelayanan kesehatan, laboratorium Rumah Sakit
Santa Anna kota Kendari dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium
yang terdiri dari Pemeriksaan Hematoogi (Darah Rutin menggunakan alat
Hematologi Analyzer yang pemeriksaannya meliputi Hemoglobin (Hb),
Leukosit, Eritrosit, Hematokrit, MCV, MCH, MCHC, Trombosit, Laju
Endap Darah (LED) (meliputi pemeriksaan CT, BT, Hitung Jenis)
pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa : GDS, GDP, GD 2 Jam PP, SGOT,
SGPT, Protein Total, Albumin, Globulin, Bilirubin Total, Bilirubin Direct,
Ureum, Creatinin, Asam Urat, Chol Total, Chol HDL, Chol LDL,
Trigliserida. Pemeriksaan urinalisa (Kimia Urine (Carik Celup/Strip),
Sedimen Urine). Pemeriksaan Bakteriologi (Basil Tahan Asam (BTA)).
Pemeriksaan Parasitologi (DDR Malaria, Feaces, Jamur). Pemeriksaan
Imunologi/Serologi (Plano Test (tes kehamilan), Widal Test, Test
Narkoba, Golongan Darah, HbsAg, Anti Hbs, HIV).
B. Hasil penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Rumah Sakit Santa
Anna kota Kendari. Penelitian ini dimulai dengan proses pengambilan
sampel urine pada pasien yang melakukan pemeriksaan urine lengkap.
Urine yang digunakan dalam penelitian ini adalah urine sewaktu.
Kemudian sampel tersebut diperiksa dengan menggunakan metode carik
celup dengan dua perlakuan, yaitu sampel segera diperiksa dan di tunda
selama 2 jam.
32

Penelitian ini di mulai dari tanggal 16 Juni 2016 sampai 28 Juni


2016. Hasil penelitian pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel
urinee terhadap hasil pemeriksaan kimia urinee di Rumah Sakit Santa
Anna Kota Kendari.
Berdasarkan hasil pemeriksaan menunjukkan pada pemeriksaan
urine tanpa penundaan waktu pemeriksaan dengan sampel urine sewaktu
menggunakan metode carik celup dengan jumlah sampel 39 sampel
didapatkan hasil sebagai berikut : ph normal sebanyak 33 dan abnormal
sebanyak 6, glukosa normal sebanyak 39 dan abnormal sebanyak 0, blood
normal sebanyak 25 dan abnormal sebanyak 14, keton normal sebanyak 39
dan abnormal sebanyak 0, urobilinogen normal sebanyak 32 dan abnormal
sebanyak 7.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada pemeriksaan urine dengan
penundaan waktu selama 2 jam dengan sampel urine sewaktu
menggunakan metode carik celup dengan jumlah sampel 39 sampel
didapatkan hasil sebagai berikut : ph normal sebanyak 26 dan abnormal
sebanyak 13, glukosa normal sebanyak 39 dan abnormal sebanyak 0,
blood normal sebanyak 27 dan abnormal sebanyak 12, keton normal
sebanyak 38 dan abnormal sebanyak 1, urobilinogen normal sebanyak 31
dan abnormal sebanyak 8.
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Pada saat penelitian berlangsung diperoleh jumlah responden
yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah
responden laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table
berikut ini :
Table 5.3 Distribusi Responden Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di
Laboratorium Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari
No Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentasi (%)
1 Laki-laki 15 38,46
2 Perempuan 24 61,53
Total 39 100
(Sumber: Data Primer 2016)
33

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, maka dapat diketahui bahwa pasien


dengan jenis kelamin perempuan lenih banyak jumlahnya dibandingkan
dengan laki-laki, yaitu dari 35 orang pasien yang diperiksa kimia urine
terdapat 24 orang perempuan (61,53%) dan 15 orang laki-laki (38,46%).

Jumlah (n)

Laki-laki
Perempuan

Gambar 5.1 Grafik Jenis Kelamin Subjek Penelitian

b. Umur
Pada saat penetian berlangsung diperoleh hasil penelitian yang
menunjukan bahwa karakteristik responden yang berumur banyak yang
berumur 16 – 23 tahun lebih banyak dibandingkan 24 – 45 tahun. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.4 Distribusi Responden Pasien Berdasarkan Umur di
Laboratorium Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari
No Umur Frekuensi (n) Persentasi (%)
1 16-23 27 69,23
2 24-45 12 30,76
Total 39 100
(Sumber: Data Primer 2016)
Dari tabel 5.4 diatas, maka dapat diketahui bahwa dari total
frekuensi 39 responden selama penelitian, jumlah responden terbanyak
yaitu yang berumur 16 -23 tahun yaitu sebanyak 27 orang (69,23%) dan
jumlah responden terendah yaitu yang berumur 24 – 45 tahun yaitu
sebanyak 12 orang (30,76%).
34

C. Analisis Data
a. Univariat
Uji pertama yang dilakukan adalah analisis univariant untuk
menghitung presentase data dari data yang diperoleh pada penelitian.
Penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 39 sampel.
Tabel 5.5 Hasil Pemeriksaan Sampel Urinee Segera (tanpa
penundaan)Di Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari

Hasil Pemeriksaan Tanpa Penundaan


No Jenis pemeriksaan
Tidak
Normal % %
Normal
1. Ph 33 84,61 6 15,38
2. Glukosa 39 100 0 0
3. Blood 25 64,10 14 35,89
4. Keton 39 100 0 0
5. Urobilinogen 32 82,05 7 17,94

Tabel 5.6 Hasil Pemeriksaan Sampel Urine Dengan Penundaan


Selama 2Jam Di Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari

Hasil pemeriksaan
Jenis Dengan Penundaan2 jam
No
Pemeriksaan
Tidak
Normal % %
Normal
1. Ph 26 66,66 13 33,33
2. Glukosa 39 100 0 0
3. Blood 27 69,23 12 30,76
4. Keton 38 97,43 1 2,56
5. Urobilinogen 31 79,48 8 20,51
Hasil penelitian pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel
urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urinee di Rumah Sakit Santa Anna
Kota Kendari menunjukan ada pengaruh penundaan terhadap hasil
pemeriksaan urine dengan metode carik celup dengan memperhatikan 5
parameter yaitu Ph pada pemeriksaan tanpa penundaan dengan jumlah
sampel di dapatkan hasil sampel normal sebanyak 33 sampel dengan
35

presentase 84.61% dan abnormal sebanyak 6 sampel dengan presentase


15.38% dan hasil pada penundaan urine selama 2 jam didapatkan hasil
sampel normal sebanyak 26 dengan presentase pasien normal 66.66 % dan
abnormal sebanyak 13 sampel dengan presentase 33.33%.
Pada parameter pemeriksaan glukosa yang diperiksa tanpa
penundaan dengan jumlah sampel 39 di dapatkan hasil pemeriksaan
sampel normal sebanyak 39 dengan presentase 100 % dan abnormal
sebanyak 0 sampel dengan persentasi 0% dan hasil penundaan urine
selama 2 jam dengan pasien normal sebanyak 39 dengan presentase 100%
dan abnormal sebanyak 0 sampel dengan presentase 0%.
Pada parameter pemeriksaan blood yang diperiksa tanpa
penundaan dengan jumlah sampel 39 di dapatkan hasil pemeriksaan
sampel normal sebanyak 25 dengan presentase 64,10 % dan abnormal
sebanyak 14 sampel dengan persentasi 35,89% dan hasil penundaan urine
selama 2 jam dengan pasien normal sebanyak 27 dengan presentase
69,23% dan abnormal sebanyak 12 sampel dengan presentase 30,76%.
Pada parameter pemeriksaan keton yang diperiksa tanpa
penundaan dengan jumlah sampel 39 di dapatkan hasil pemeriksaan
sampel normal sebanyak 39 dengan presentase 100 % dan abnormal
sebanyak 0 sampel dengan persentasi 0% dan hasil penundaan urine
selama 2 jam dengan pasien normal sebanyak 38 dengan presentase
97,43% dan abnormal sebanyak 1 sampel dengan presentase 2,56%.
Pada parameter pemeriksaan urobilinogen yang diperiksa tanpa
penundaan dengan jumlah sampel 39 di dapatkan hasil pemeriksaan
sampel normal sebanyak 32 dengan presentase 82,05 % dan abnormal
sebanyak 7 sampel dengan persentasi 17,94% dan hasil penundaan urine
selama 2 jam dengan pasien normal sebanyak 31 dengan presentase
79,48% dan abnormal sebanyak 8 sampel dengan presentase 20,51%.
b. Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis uji
T berpasangan . T-test dependent atau Paired Sampel T-test digunakan untuk
36

membandingkan rata-rata dua set data (data sebelum dan sesudah) yang saling
berpasangan sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok
sampel.
Parameter :
a. Glukosa
The correlation and t cannot be computed because the standart error of the
difference is 0.
Variabel Mean SD SE P Value N
a
Tanpa Penundaan 19.50 27.57 19.50
a 2
Penundaan 2 Jam 19.50 27.57 19.50
Tabel 5.7 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan Glukosa

Pada parameter glukosa pengujian menggunakan SPSS tidak dapat


digunakan karena diferensiasi 0.
b. Ph
Variabel Mean SD SE P Value N
Tanpa Penundaan 19.50 19.09 13.50
1.00 2
Penundaan 2 Jam 19.50 9.19 6.50
Tabel 5.8 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan Ph

Rata-rata hasil pemeriksaan urine metode carik celup pada parameter


ph tanpa penundaan adalah 19.50. Rata-rata pada penundaan 2 jam
pemeriksaan adalah 19.50 tidak terdapat perbedaan mean dari kedua
variable ini dengan standar deviasi tanpa penundaan yaitu 19.09 dan
standar deviasi pada penundaan 2 jam yaitu 9.19. Hasil uji statistic
didapatkan nilai 1.00 maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh
penundaan waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan
kimia urine.

c. Blood

Variabel Mean SD SE P Value N


Tanpa Penundaan 19.50 7.77 5.50
1.00 2
Penundaan 2 Jam 19.50 10.60 7.50
Tabel 5.9 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan Blood
Rata-rata hasil pemeriksaan urine metode carik celup pada parameter
blood tanpa penundaan adalah 19.50. Rata-rata pada penundaan 2 jam
37

pemeriksaan adalah 19.50 tidak terdapat perbedaan mean dari kedua


variable ini dengan standar deviasi tanpa penundaan yaitu 7.77 dan standar
deviasi pada penundaan 2 jam yaitu 10.60. Hasil uji statistic didapatkan
nilai 1.00 maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh penundaan waktu
pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine.
d. Keton
Variabel Mean SD SE P Value N
Tanpa Penundaan 19.50 27.57 19.50
1.00 2
Penundaan 2 Jam 19.50 26.16 18.50
Tabel 5.10 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan Keton
Rata-rata hasil pemeriksaan urine metode carik celup pada parameter
keton tanpa penundaan adalah 19.50. Rata-rata pada penundaan 2 jam
pemeriksaan adalah 19.50 tidak terdapat perbedaan mean dari kedua
variable ini dengan standar deviasi tanpa penundaan yaitu 27.57 dan
standar deviasi pada penundaan 2 jam yaitu 26.16. Hasil uji statistic
didapatkan nilai 1.00 maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh
penundaan waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan
kimia urine.
e. Urobilinogen
Variabel Mean SD SE P Value N
Tanpa Penundaan 19.50 17.67 12.50
1.00 2
Penundaan 2 Jam 19.50 16.26 11.50
Tabel 5.11 Hasil Analisis Uji-t Dependent Pemeriksaan
Urobilinogen
Rata-rata hasil pemeriksaan urine metode carik celup pada parameter
urobilinogen tanpa penundaan adalah 19.50. Rata-rata pada penundaan 2
jam pemeriksaan adalah 19.50 tidak terdapat perbedaan mean dari kedua
variable ini dengan standar deviasi tanpa penundaan yaitu 17.67 dan
standar deviasi pada penundaan 2 jam yaitu 16.26. Hasil uji statistic
didapatkan nilai 1.00 maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh
penundaan waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan
kimia urine.
38

Jenis
No P Value α (alpha) Hasil Keterangan
pemeriksaan
1 Ph 1.00 0.05 P>α
2 Glukosa 0.05 Tidak ada
3 Blood 1.00 0.05 P>α pengaruh
4 Keton 1.00 0.05 P>α penundaan
5 Urobilinogen 1.00 0.05 P>α
(Sumber Data Primer Diolah Juli 2016)
Tabel 5.12 Hasil Analisis Perbandingan Pengaruh Penundaan Waktu
Pemeriksaan Sampel Urin Terhadap Hasil Pemeriksaan
Kimia Urin

Berdasarkan tabel 5.7 Hasil analisis perbandingan maka dapat


disimpulkan tidak ada pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel
urin terhadap hasil pemeriksaan kimia urin. Dengan melihat adanya hasil
analisis yang menyatakan bahwa p > α yang ternyata bahwa penundaan
selama 2 jam tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan kimia urin.

D. PEMBAHASAN

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur,


berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan
aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin
dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan
volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut
poliuri. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini
dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -
muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan
dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin
dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Perbedaan jenis kelamin juga
sangat mempengaruhi kadar asam urat seseorang, dimana perempuan
mempunyai hormone estrogen yang ikut membantu pembuangan asam
urat lewat urine, sementara pada pria asam uratnya cenderung leebih tinggi
dari pada perempuan, karena tidak memiliki hormone estrogen tersebut.
Secara teori dalam pemeriksaan kimia urine dibutuhkan urine
sewaktu yang masih segardalam penampungan yang tertutup rapat dan
tidak terkontaminasi. Pemeriksaan harus dilakukan secepat mungkin
paling lambat 1 jam stelah urine ditampung. Melakukan penundaan
39

pemeriksaan dapat menjadi sumber kesalahan, sehingga hasil yang


diharapkan tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien. Unsur-unsur dalam
urine mulai rusak dalam waktu 2 jam dan bila dibiarkan lama dalam suhu
kamar akan terjadi lisis sel serta torak dan urine akan berubah menjadi
alkalis.
a. Ph
Berdasarkan gambar 5.8 menunjukan tidak adanya perbedaan hasil
pemeriksaan ph tanpa penundaan waktu pemeriksaan dan dengan
penundaan waktu selama 2 jam. Terjadinya perubahan hasil pada
pemeriksaan ini disebabkan adanya bakteri yang berkembang biak dalam
urine akibat lamanya penundaan waktu pemeriksaan. Hasil yang diperoleh
sejalan dengan hasil penelitian Rosita, 2011 yang menjelaskan bahwa jika
urine disimpan dan tidak segera diperiksa kemungkinan akan
menyebabkan kuman-kuman mengurai ureum dengan membentuk
amoniak dan karbondioksida.
Hasil penelitian pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel
urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine di Rumah Sakit Santa Anna
Kota Kendari menunjukan tidak adanya pengaruh penundaaan terhadap
hasil pemeriksaan kimia urine dengan metode carik celup pada
pemeriksaan Ph tanpa penundaan dengan jumlah sampel 39 di dapatkan
hasil sampel normal sebanyak 33 sampel dengan presentase 84.61% dan
abnormal sebanyak 6 sampel dengan persentase 15.38% dan hasil pada
penundaan urine selama 2 jam didapatkan hasil sampel normal sebanyak
26 sampel dengan presentase pasien normal 66.66 % dan abnormal
sebanyak 13 sampel dengan presentase 33.33%.
b. Glukosa
Berdasarkan gambar 5.7 menunjukan tidak adanya perbedaan pada
hasil pemeriksaan glukosa yang tanpa penundaan waktu pemeriksaan dan
dengan penundaan waktu selama 2 jam.
Pada penundaan pemeriksan parameter glukosa tidak berpengaruh
pada hasil pemeriksaan. Hasil negative palsu pada pemeriksaan ini hanya
dapat disebabkan oleh bahan reduktor dalam urine seperti vitamin C (lebih
40

dari 40 mg/dl), asam homogentisat, aspirin serta bahan yang mengganggu


reaksi enzimatik seperti levodova, glutation, dan obat-obatan seperti
diphyrone.
Biasanya tidak ada glukosa dalam urine. Adanya glukosa dalam urine
disebut glukosuria. Glukosuria harus diwaspadai karena menandakan adanya
gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (peningkatan
kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes miletus (DM),
sindrom cushing, penyakit pangkreas, kelainan susunan syaraf pusat,
gangguan metabolism berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati
lanjut, sepsis), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat
kontrasepsi oral. Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada :
kelainan fungsi ubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine
atau makan buah-buahan sangat banyak.
Hasil penelitian pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine
terhadap hasil pemeriksaan kimia urine di Rumah Sakit Santa Anna Kota
Kendari menunjukan tidak adanya pengaruh penundaaan terhadap hasil
pemeriksaan kimia urine dengan metode carik celup pada pemeriksaan
glukosa tanpa penundaan dengan jumlah sampel 39 di dapatkan hasil sampel
normal sebanyak 39 sampel dengan presentase 100% dan abnormal sebanyak
0 sampel dengan persentase 0% dan hasil pada penundaan urine selama 2 jam
didapatkan hasil sampel normal sebanyak 39 sampel dengan presentase
pasien normal 100 % dan abnormal sebanyak 0 sampel dengan presentase
0%.
c. Blood

Berdasarkan gambar 5.9 menunjukan tidak adanya perbedaan hasil


pemerisaan blood yang tanpa penundaan waktu pemeriksaan dan dengan
penundaan waktu selama 2 jam. Hasil yang diperoleh sejalan dengan hasil
penelitian Riswanto (2010) yang menyatakan nilai blood mengalami
perubahan dikarenakan berhubungan dengan nilai ph yang juga mengalami
perubahan. Urine yang jika tidak segera diperiksa dan disimpan telalu lama,
41

maka ph urine akan berubah menjadi basa. Urine dengan ph basa dapat
menyebabkan hasil negative atau tidak memadai terhadap albumunuria dan
unsur-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti blood, silinder yang akan
mengalami lisis. Blood yang lisis tentunya akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan dari nilai blood pada sampel tersebut.
Hasil penelitian pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine
terhadap hasil pemeriksaan kimia urine di Rumah Sakit Santa Anna Kota
Kendari menunjukan tidak adanya pengaruh penundaaan terhadap hasil
pemeriksaan kimia urine dengan metode carik celup pada pemeriksaan blood
tanpa penundaan dengan jumlah sampel 39 di dapatkan hasil sampel normal
sebanyak 25 sampel dengan presentase 64,10% dan abnormal sebanyak 14
sampel dengan persentase 35,89% dan hasil pada penundaan urine selama 2
jam didapatkan hasil sampel normal sebanyak 27 sampel dengan presentase
pasien normal 69,23 % dan abnormal sebanyak 12 sampel dengan presentase
30,76%.
d. Keton

Berdasarkan gambar 5.10 menunjukan tidak adanya perbedaan pada


hasil pemeriksaan keton yang tanpa penundaan waktu pemeriksaan dan
dengan penundaaan waku selama 2 jam. Faktor yang dapat mempengaruhi
hasil laboratorium pada parameter keton yaitu ketika urine disimpan pada
temperature ruangan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji
negatif palsu dan adanya bakteri dalam urine dapat menyebabkan kehilangan
asam asetoasetat.

Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Peningkatan


metabolisme lemak ini menyebabkan penumpukan keton (asam betahidroksi
butirat, asam aseto asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan ketonuria.
Ketonuria dapat dijumpai pada penderita diabetes mellitus atau pada orang
yang kelaparan.Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam
aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolism
lemak dan asam lemak yang berlebihan.
42

Hasil penelitian pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine


terhadap hasil pemeriksaan kimia urine di Rumah Sakit Santa Anna Kota
Kendari menunjukan tidak adanya pengaruh penundaaan terhadap hasil
pemeriksaan kimia urine dengan metode carik celup pada pemeriksaan keton
tanpa penundaan dengan jumlah sampel 39 di dapatkan hasil sampel normal
sebanyak 39 sampel dengan presentase 100% dan abnormal sebanyak 0
sampel dengan persentase 0% dan hasil pada penundaan urine selama 2 jam
didapatkan hasil sampel normal sebanyak 38 sampel dengan presentase pasien
normal 97,43% dan abnormal sebanyak 1 sampel dengan presentase 2,56%.
e. Urobilinogen
Berdasarkan gambar 5.11 menunjukan tidak adanya perbedaan pada
hasil pemeriksaan urobilinogen yang tanpa penundaan waktu pemeriksaan
dan dengan penundaan waktu selama 2 jam. Hasil yang diperoleh sejalan
dengan hasil penelitian Muriaga (2012) yakni jika dibandingkan hasil
pemeriksaan urine segar dengan simpan 2 jam terjadi perubahan pada
urobilinogen sensitivitas terhadap cahaya selain dipengaruhi waktu, juga
tergantung pada temperature penyimpanan. Bila terjadi penundaan tes, untuk
memperoleh stabilitas urobilinogen yang optimal, penyimpanan specimen
harus dilakukan dalam tempat gelap dan temperature rendah. Pada
urobilinogen terdapat zat urobilinogen glukoronida yaitu semacam zat yang
tidak tahan terhadap sinar, zat itu oleh proses oksidasi dan hidrolisis,
sehingga sampel urine harus disimpan pada tempat bebas sinar langsung dan
pemeriksaannya jangan ditunda.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urinee terjadi bila fungsi sel
hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran
gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan
rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin
berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun),
kerusakan parenkim hepar (toksikhepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar,
keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus,
mononukleosis infeksiosa, anemia selsabit. Hasil positif dapat diperoleh
43

setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkanoleh kelelahan atau


sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif,kanker pankreas,
penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanyasedikit),
penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil penelitian pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine
terhadap hasil pemeriksaan kimia urine di Rumah Sakit Santa Anna Kota
Kendari menunjukan tidak adanya pengaruh penundaaan terhadap hasil
pemeriksaan kimia urine dengan metode carik celup pada pemeriksaan
urobilinogen tanpa penundaan dengan jumlah sampel 39 di dapatkan hasil
sampel normal sebanyak 32 sampel dengan presentase 82,05% dan abnormal
sebanyak 7 sampel dengan persentase 17,94% dan hasil pada penundaan urine
selama 2 jam didapatkan hasil sampel normal sebanyak 31 sampel dengan
presentase pasien normal 79,48% dan abnormal sebanyak 8 sampel dengan
presentase 20,51%.
44

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 16 Juni – 28
Juni 2016 di Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari di dapatkan hasil tidak
ada pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil
pemeriksaan kimia urine.
Adapun kesimpulan berdasarkan variable penelitian dijelaskan sebagai
berikut :
1. Pada pemeriksaan kimia urine tanpa penundaan diperoleh hasil tidak ada
pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil
pemeriksaan kimia urine.
a. Pemeriksaan Ph pada pemeriksaan tanpa penundaan didapatkan hasil
tidak ada pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel urine
terhadap hasil pemeriksaan kimia urine. Denngan sampel normal
sebanyak 33 sampel dengan presentase 84.61% dan abnormal sebanyak
6 sampel dengan presentase 15.38%.
b. Pada parameter pemeriksaan glukosa yang diperiksa tanpa penundaan
didapatkan hasil tidak ada pengaruh penundaan waktu pemeriksaan
sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine. Pemeriksaan
sampel normal sebanyak 39 dengan presentasi 100% dan abnormal
sebanyak 0 sampel dengan presentasi 0%.
c. Pada parameter pemeriksaan blood yang diperiksa tanpa penundaan
didapatkan hasil tidak ada pengaruh penundaan waktu pemeriksaan
sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine. Pemeriksaan
sampel normal sebanyak 25 dengan presentasi 64.10% dan abnormal
sebanyak 14 sampel dengan presentasi 35.89%.
d. Pada parameter pemeriksaan keton yang diperiksa tanpa penundaan
didapatkan hasil tidak ada pengaruh penundaan waktu pemeriksaan
sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine. Pemeriksaan

44
45

sampel normal sebanyak 39 dengan presentasi 100% dan abnormal


sebanyak 0 sampel dengan presentasi 0%.
e. Dan pada parameter pemeriksaan urobilinogen yang diperiksa tanpa
penundaan didapatkan hasil tidak ada pengaruh penundaan waktu
pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine.
Pemeriksaan sampel normal sebanyak 32 dengan presentasi 82.05% dan
abnormal sebanyak 7 sampel dengan presentasi 17.94%.
2. Pada pemeriksaan kimia urine dengan penundaan waktu selama 2 jam
diperoleh hasil tidak ada pengaruh penundaan waktu pemeriksaan sampel
urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine.
a. Pemeriksaan ph didapatkan hasil tidak ada pengaruh penundaan waktu
pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia urine.
Dengan sampel normal sebanyak 26 dengan presentasi 66.66% dan
abnormal sebanyak 13 sampel dengan presentasi 33.33%.
b. Pemeriksaan glukosa didapatkan hasil tidak ada pengaruh penundaan
waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia
urine. Dengan presentasi sampel normal sebanyak 39 dengan presentasi
100% dan abnormal sebanyak 0 sampel dengan presentasi 0%.
c. Pemeriksaan blood didapatkan hasil tidak ada pengaruh penundaan
waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia
urine. Dengan presentasi sampel normal sebanyak 27 dengan presentasi
69.23% dan abnormal sebanyak 12 sampel dengan presentasi 30.76%.
d. Pemeriksaan keton didapatkan hasil tidak ada pengaruh penundaan
waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan kimia
urine. Dengan presentasi sampel normal sebanyak 38 dengan presentasi
97.43% dan abnormal sebanyak 1 sampel dengan presentasi 2.56%.
e. Pemeriksaan urobilinogen didapatkan hasil tidak ada pengaruh
penundaan waktu pemeriksaan sampel urine terhadap hasil pemeriksaan
kimia urine. Dengan presentasi sampel normal sebanyak 31 dengan
presentasi 79.48% dan abnormal sebanyak 8 sampel dengan presentasi
20.51%.
46

3. Berdasarkan hasil analisis uji t dependent diperoleh hasil analis pada setiap
parmeter pemeriksaan yaitu ph dengan nilai signifikasi 1.00, parameter
blood dengan nilai signifikasi 1.00, parameter keton 1.00, parameter
urobilinonegen 1.00 dan parameter glukosa tidak dapat dianalisis maka
dapat menyatakan bahwa tidak ada pengaruh penundaan hasil pemeriksaan
urine.
B. Saran
1. Diharapkan bagi institusi pendidikan agar penelitian ini menjadi
sumbangan ilmiah dan masukkan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memperhatikan parameter
glukosa khususnya pada crite ria sampel urine patologis.
DAFTAR PUSTAKA

Arianda dedy. 2014. Buku saku analis kesehatan revisi ke-4. Analis muslim
publisher. Bekasi.
Coad,jane. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Bidan. Buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Chairlan, L.E., 2011. Pedoman Teknik Dasar
Untuk Laboratorium Kesehatan: Buku Kedokteran: Jakarta: EGC.
Chairlan, Biomed M, Estu Lestari, MM. 2011. Pedoman tekiik dasar
untuk laboratorium ·kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Standard Operating Procedures in
Microbiology
Gandasoebrata R. 2001. Penuntun laboratorium klinik. Dian rakyat. Jakarta.
Kassa Assamenew, B.Sc. Wolde Mistir, B.Sc. Kibret Belayhun, M.Sc.
2002. Urinalysis. Universitas Gondar.
Krihariyani Dwi. 2010. Pengaruh penyimpanan urine kultur pada suhu 20C
– 80C selama lebih dari 24 jam terhadap pertumbuhan bakteri.
Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya.
Kosasih E.N, Kosasih A.S. 2008. Tafsiran hasil pemeriksaan laboratorium
klinik,KARISMA publishing group. Tanggerang Selatan.
Kaidir, M., 2006. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Kidhri Muh, 2004. Biomedik 1. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Wahyuni B. 2012. Pengaruh lama penundaan pemeriksaan terhadap hasil
tes bilirubin urin. Universitas Hasanudin.
Panduan praktek klinik rutin. 2014. Analis kesehatan. Kendari.
Pearce EC., 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Rosita, L., 2011. Pengaruh Penundaan Waktu terhadap hasil Urinalisis.
Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Sacher. RA., McPherson RA.,.Tinjauan klinis hasil pemeriksaan
Laboratorium, E/11. EGC.Jakarta, 2004. Hal 589-591
Sutyasih, Ni Luh, 2012. Pengaruh Penundaan Waktu Pemeriksaan terhadap
kadar analit Kimia Urin Sewaktu. STIKES Wira medika Bali.
Tjay, Tan Hoan & Rahardja K. 2000. Obat-Obat Penting. PT Elex Media
Kompotindo. Jakarta
Uliyah, Musrifatul, 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba
Medika. Jakarta.
Wirawan R, Immanuel S, Dharma R. 2011. Penilaian Hasil Pemeriksaan
Urine (Cermin Dunia Kedokteran) No.30. Jakarta.
Zahrin Ismy, Wande Nyoman, Purwaningsih N.V. 2015. Pengaruh
penundaan pemeriksaan serta suhu penyimpanan terhadap ph dan
eritrosit urin. STIKES, Wira Medika Bali.
LAMPIRAN I

a. Glukosa

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


a
Segera 19.5000 2 27.57716 19.50000
Pair 1 a
Ditunda 19.5000 2 27.57716 19.50000

b. Ph

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Segera 19.5000 2 19.09188 13.50000


Pair 1
ditunda 19.5000 2 9.19239 6.50000

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 segera & ditunda 2 1.000 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)


Deviation Mean Interval of the
Difference

Lower Upper

Pair segera – .0000


9.89949 7.00000 -88.94343 88.94343 .000 1 1.000
1 ditunda 0
c. Blood

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Segera 19.5000 2 7.77817 5.50000


Pair 1
Ditunda 19.5000 2 10.60660 7.50000

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 segera & ditunda 2 1.000 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)

Deviation Mean Interval of the


Difference

Lower Upper

Pair segera – .0000 -


2.82843 2.00000 25.41241 .000 1 1.000
1 ditunda 0 25.41241

d. Keton

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error


Mean

Segera 19.5000 2 27.57716 19.50000


Pair 1
ditunda 19.5000 2 26.16295 18.50000
Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 segera & ditunda 2 1.000 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)

Deviation Mean Interval of the


Difference

Lower Upper

Pair segera - .0000


1.41421 1.00000 -12.70620 12.70620 .000 1 1.000
1 ditunda 0

e. Urobilinogen

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Segera 19.5000 2 17.67767 12.50000


Pair 1
ditunda 19.5000 2 16.26346 11.50000

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 segera & ditunda 2 1.000 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)

Deviation Mean Interval of the


Difference

Lower Upper

Pair segera - .0000 -


1.41421 1.00000 12.70620 .000 1 1.000
1 ditunda 0 12.70620
PENGOLAHAN DATA
PENGARUH PENUNDAAN WAKTU PEMERIKSAAN SAMPEL URINE TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URINE
DI RUMAH SAKIT SANTA ANNA

HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URIN


PENGARUH PERBEDAAN
N KODE JENIS
UMUR SEGERA 2 JAM
O SAMPEL KELAMIN
Ph GLUKOSA BLOOD KETON UROBILINOGEN Ph GLUKOSA BLOOD KETON UROBILINOGEN ADA TIDAK

1. Ny. M 30 P 6,0 - - - - 5,5 - - - -

2. Tn. D 21 L 7,0 - - - - 6,0 - - - -

3. Tn.I 20 L 6,5 - - - - 6,5 - - - - 


4. Tn.Y 19 L 7,0 - - - + 6,5 - - - +

5. Ny. I 22 P 6,0 - - - - 6,0 - - - -

6. Ny. P 22 P 6,0 - - - - 6,0 - - - -

7. Ny. M 23 P 5,5 - + - - 5,5 - - - -

8. Ny. K 21 P 6,0 - ++ - + 5,5 - ++ - +

9. Tn. L 25 L 6,5 - - - ++ 6,0 - - - ++

10. Ny. N 24 P 6,5 - - - - 6,0 - ± - - 



11. Tn. J 25 L 5,5 - - - - 6,0 - ± - -

12. Tn. B 19 L 6,5 - - - + 6,5 - - + +

13. Tn. I 20 L 6,0 - - - - 6,0 - - - -

14. Tn. I 23 L 6,0 - - - - 5,5 - - - - 



15. Ny. Y 23 P 7,0 - - - - 7,0 - - - -

16. Ny. A 28 P 6,0 - +++ - - 5,5 - - - +
PENGOLAHAN DATA
PENGARUH PENUNDAAN WAKTU PEMERIKSAAN SAMPEL URINE TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URINE
DI RUMAH SAKIT SANTA ANNA

17. Ny. L 21 P 6,0 - - - - 6,0 - - - -

18. Ny. D 21 P 6,5 - ± - - 6,0 - - - -

19. Ny. R 20 P 5,5 - - - - 6,0 - - - -

20. Ny. S 21 P 5,5 - - - - 5,5 - - - -

21. Ny. I 22 P 6,0 - - - - 5,0 - - - -

22. Ny. R 22 P 8,0 - - - - 7,0 - - - -

23. Ny. Y 23 P 7,5 - - - - 5,5 - - - -

24. Ny. E 20 P 6,0 - ± - - 5,5 - + - -

25. Tn. A 19 L 7,0 - + - - 6,5 - + - -

26. Tn. I 22 L 8,0 - + - - 8,0 - + - -

27. Ny. R 22 P 7,0 - + - + 8,0 - + - +

28. Ny. M 24 P 6,0 - + - - 6,0 - ± - -

29. Ny. N 20 P 6,5 - + - - 6,5 - + - -

30. Ny. Y 20 P 6,5 - ± - - 6,0 - ± - -

31. Ny. F 23 P 6,5 - + - - 5,5 - ± - -

32. Tn. Y 19 L 7,5 - - - - 7,0 - - - -

33. Ny. A 24 P 5,0 - + - - 5,0 - ± - -

34. Tn. M 20 L 8,0 - - - - 7,5 - - - - 



35. Tn. K 30 L 7,5 - - - - 6,0 - - - -
PENGOLAHAN DATA
PENGARUH PENUNDAAN WAKTU PEMERIKSAAN SAMPEL URINE TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URINE
DI RUMAH SAKIT SANTA ANNA

36. Ny. P 25 P 5,0 - - - - 5,5 - - - - 

37. Ny. D 30 P 8,0 - - - ++ 7,0 - - - ++ 

38. Tn. S 45 L 6,0 - - - - 5,5 - - - - 

39. Tn. A 16 L 7,0 - - - + 6,0 - - - + 


MASTER TABEL
PENGARUH PENUNDAAN WAKTU PEMERIKSAAN SAMPEL URINE TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URINE
DI RUMAH SAKIT SANTA ANNA

HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URIN

SEGERA 2 JAM
N KODE JENIS
UMUR
O SAMPEL KELAMIN Ph GLUKOSA BLOOD KETON UROBILINOGEN Ph GLUKOSA BLOOD KETON UROBILINOGEN

N TN N TN N TN N TN N TN N TN N TN N TN N TN N TN

1 Ny. M 30 P 6,0 5,5

2 Tn. D 21 L 7,0 6,0

3 Tn.I 20 L 6,5 6,5

4 Tn.Y 19 L 7,0 + 6,5

5 Ny. I 22 P 6,0 6,0

6 Ny. P 22 P 6,0 6,0

7 Ny. M 23 P 5,5 5,5

8 Ny. K 21 P 6,0 5,5

9 Tn. L 25 L 6,5 6,0

10 Ny. N 24 P 6,5 6,0

11 Tn. J 25 L 5,5 6,0

12 Tn. B 19 L 6,5 6,5

13 Tn. I 20 L 6,0 6,0

14 Tn. I 23 L 6,0 5,5

15 Ny. Y 23 P 7,0 7,0

16 Ny. A 28 P 6,0 5,5

17 Ny. L 21 P 6,0 6,0

18 Ny. D 21 P 6,5 6,0

19 Ny. R 20 P 5,5 6,0

20 Ny. S 21 P 5,5 5,5

21 Ny. I 22 P 6,0 5,0

22 Ny. R 22 P 8,0 7,0

23 Ny. Y 23 P 7,5 5,5

24 Ny. E 20 P 6,0 5,5

25 Tn. A 19 L 7,0 6,5


MASTER TABEL
PENGARUH PENUNDAAN WAKTU PEMERIKSAAN SAMPEL URINE TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URINE
DI RUMAH SAKIT SANTA ANNA

26 Tn. I 22 L 8,0 8,0

27 Ny. R 22 P 7,0 8,0

28 Ny. M 24 P 6,0 6,0

29 Ny. N 20 P 6,5 6,5

30 Ny. Y 20 P 6,5 6,0

31 Ny. F 23 P 6,5 5,5

32 Tn. Y 19 L 7,5 7,0

33 Ny. A 24 P 5,0 5,0

34 Tn. M 20 L 8,0 7,5

35 Tn. K 30 L 7,5 6,0

36 Ny. P 25 P 5,0 5,5

37 Ny. D 30 P 8,0 7,0

38 Tn. S 45 L 6,0 5,5

39 Tn. A 16 L 7,0 6,0

JUMLAH 33 6 39 0
SUMBER : DATA PRIMER 2016

Keterangan : N = Normal

TN = Tidak Normal

Kendari, 29 Juli 2016

Mengetahui

Kepala Laboratorium RS. Santa Anna Kota Kendari Peneliti

Irnu Ayisyah,AMAK Linda Hardiyanti Syarif

NIM : P00320013118
ALAT DAN BAHAN

ALAT :

BAHAN :
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai