Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kulit
2.1.1. DefinisiKulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia.Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 m2 dengan berat
kira-kira 15% berat badan (Wasitaatmadja, 2010).
2.1.2 Anatomi Kulit
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:
lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan epidermis terdiri
atas:
(1) Stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan kulit yang
terluar dan terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
keratin.
(2) Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang telah menjadi protein.
(3) Stratum granulosum (lapisan keratohialin) yaitu dua atau tiga lapis sel-
sel gepeng dengan sitoplasma butir kasar dan berinti di antaranya.
(4) Stratum spinosum (stratum Malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel
yang berbentuk poligonal dengan besar yang berbeda akibat adanya
proses mitosis.
(5) Stratum basale terbentuk oleh sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang
tersusun vertikal dan berbaris seperti pagar (palisade).
Lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis dan lebih tebal
daripada lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa
padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
(1) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
(2) Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutan yang
berisi serabut-serabut penunjang misalnya: serabut kolagen, elastin,
dan retikulin.
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel lemak. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf
tepi, pembuluh darah, dan getah bening (Wasitaatmadja, 2010).
Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut
terdapat fase katagen (Wasitaatmadja, 2010).
terjadinya krusta. Lesi tersebut akan bertahan selama 2 sampai 4 minggu kecuali
terjadi infeksi sekunder dan akan sembuh tanpa jaringan parut (Habif, 2004).
Virus akan bereplikasi di tempat infeksi primer lalu viron akan
ditransportasikan oleh saraf via retrograde axonal flow ke ganglia dorsal dan
masuk masa laten di ganglion. Trauma kulit lokal (misalnya: paparan sinar
ultraviolet, abrasi) atau perubahan sistemik (misalnya: menstruasi, kelelahan,
demam) akan mengaktifasi kembali virus tersebut yang akan berjalan turun
melalui saraf perifer ke tempat yang telah terinfeksi sehingga terjadi infeksi
rekuren. Gejala berupa rasa gatal atau terbakar terjadi selama 2 sampai 24 jam dan
dalam 12 jam lesi tersebut berubah dari kulit yang eritem menjadi papula hingga
terbentuk vesikel berbentuk kubah yang kemudian akan ruptur menjadi erosi pada
daerah mulut dan vagina atau erosi yang ditutupi oleh krusta pada bibir dan kulit.
Krusta tersebut akan meluruh dalam waktu sekitar 8 hari lalu kulit tersebut akan
reepitelisasi dan berwarna merah muda (Habif, 2004).
Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya:
mengenai jari-jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi dan
perawat yang melakukan kontak kulit dengan penderita. Tenaga kesehatan yang
sering terpapar dengan sekresi oral merupakan orang yang paling sering terinfeksi
(Habif, 2004). Bisa juga mengenai para pegulat (herpes gladiatorum) maupun
olahraga lain yang melakukan kontak tubuh (misalnya rugby) yang dapat
menyebar ke seluruh anggota tim (Sterry, 2006).
jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami
ulserasi (Handoko, 2010).
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes
simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis
(Handoko, 2010).
Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif
di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam, infeksi,
hubungan seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang
lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala
prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul
pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya (Handoko, 2010).
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah sesuatu hal yang
diketahui bila seseorang telah melakukan penginderaan yang meliputi indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu obyek.
Pengetahuan diperoleh dari hasil usaha seseorang dalam mencari tahu rangsangan
berupa obyek dari luar terlebih dahulu melalui proses sensorik dan interaksi
dirinya terhadap lingkungan sosial. Melalui hal inilah, seseorang dapat
memperoleh pengetahuan baru tentang suatu obyek.Dalam teori kognitif,
pengetahuan merupakan hasil interaksi timbal balik antara seseorang dengan
lingkungan sosial yang menghasilkan pengalaman tertentu.
Tingkat Pengetahuan
Notoadmodjo (2007) menyatakan tingkat pengetahuan terbagi enam
yaitu:
1. Tahu, artinya kemampuan dalam mengingat kembali suatu materi
yang telah dipelajari.
2. Memahami, artinya kemampuan dalam memberi penjelasan tentang
obyek dan dapat menginterpretasi materi secara benar.
2.4 Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).