Anda di halaman 1dari 11

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang
selalu kita nantikan syafa'atnya di akhirat nanti.

Syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran.
Daftar Isi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ada banyak jenis tumbuhan disekitar kita yang mengalami pertumbuhan dan
juga perkembangan tiap harinya, seperti manusia selalu mengalami pertumbuhan
maupun perkembangan, begitu juga dengan tumbuhan, pertumbuhan tersebut tidak bisa
diulangi seperti semula melainkan ia akan tetap tumbuh sampai akhir hayatnya.
Pertumbuhan tersebut tidak langsung tumbuh begitu saja, tetapi ia memerlukan waktu
untuk tumbuh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pertumbuhan dan perkembangan?

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan beserta faktor-faktor.

1.4 Manfaat
BAB 2
Pembahasan
2.1 Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan

Pertumbuhan pada suatu makhluk hidup atau organisme dapat diartikan sebagai
proses pertambahan biomassa atau ukuran (berat, volume, atau jumlah) yang sifatnya
tetap dan irreversible (tidak dapat balik ke kondisi semula).

Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan yang menyertai


pertumbuhan. Perubahan itu meliputi perubahan bentuk dan tingkat kematan makhluk
hidup.

2.2 Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan merupakan suatu konsep kuantitatif yang berkaitan dengan


pertambahan massa suatu organisme. Jika menanam beberapa butir jagung atau kacang
hijau di dalam pot dan mengamatinya setiap hari, maka akan terlihat perubahan pada
biji tersebut seperti mengalami pertumbuhan karena berat, ukuran, dan jumlah selnya
bertambah serta tidak dapat menjadi kecil lagi (irreversible). Berbeda dari pertumbuhan,
perkembangan merupakan suatu konsep kualitatif. Jika menanam seperti tumbuhan
diatas, pada awalnya berupa biji. Kemudian biji itu tumbuh menjadi tanaman kecil yang
memiliki akar, batang, dan daun. Setelah makin besar dan dewasa, akan muncul bunga
pada tanaman tersebut. Jika terjadi penyerbukan, bunga itu akan berubah menjadi buah
yang akan menghasilkan biji-biji yang baru. Munculnya akar, batang, daun, bunga dan
buah pada tanaman itu menunjukkan bahwa tanaman tersebut mengalami
perkembangan.

2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada


tumbuhan

Proses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor luar (eksternal)


dan faktor dalam (internal). Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan, antara lain suplai air yang cukup, suhu, oksigen, dan cahaya. Sementara itu,
faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari biji itu sendiri, misalnya hormon,
kematangan embrio, dan dipatahkannya dormansi. Pengaruh faktor internal dan faktor
eksternal saling berinteraksi sehingga sulit untuk menentukan mana yang paling
berpengaruh. Sebagai contoh, sebagian besar dipengaruhi oleh faktor internal (gen)
ataukah oleh faktor eksternal (suplai makanan).
1. Faktor internal

Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan


adalah faktor genetik. Faktor genetik inilah yang mengendalikan hormon untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Hormon yang dihasilkan oleh tumbuhan
disebut fitohormon.

a. Auksin

Hormon ini ditemukan oleh Fritz Went, seorang ahli fisiologi Belanda pada
tahun 1928. Hormon auksin dihasilkan oleh tanaman pada daerah meristem, seperti
pucuk dan ujung akar. Auksin dapat pula dijumpai pada tunas, daun muda,
bunga,ataupun buah. Aktivitas hormon auksin akan terhambat jika adanya cahaya.

Fungsi hormon auksin bagi tanaman, antara lain:

1). Berperan dalam pembelahan dan pemanjangan sel

2). Merangsang pembelahan sel-sel kambium lateral, untuk pertumbuhan sekunder

3). Dapat meningkatkan perkembangan bunga dan buah

4). Merangsang pembentukan akar lateral

5). Untuk menghasilkan buah tanpa biji

6). Menghambat pembentukan tunas lateral

7). Menghambat pematangan buah dan penuaan daun

8). Mencegah rontoknya bunga, buah, serta daun

Hormon auksin merangsang dominansi apikal, yaitu pertumbuhan kuncup apikal


yang sangat cepat sehingga menghambat pertumbuhan kuncup lateral yang ada di
bawahnya.

b. Giberelin

Giberelin pertama kali ditemukan pada tahun 1926 oleh seseorangan ahli
penyakit tanaman dari Jepang yang bernama E. Kurosawa. Hormon ini diisolasi dari
jamur Gibberella fujikuroi yang merupakan parasit pada tanaman padi.

Hormon giberelin dapat ditemukan hampir pada semua bagian tanaman, baik akar,
batang, daun, bunga, maupun buah. Peranan hormon giberelin bagi tanaman, antara
lain:

1). Bersama dengan auksin merangsang pembelahan dan pemanjangan sel


2). Merangsang pertumbuhan batang dan daun

3). Menghilangkan sifat kerdil tanaman

4). Pada konsentrasi tinggi, merangsang pertumbuhan akar

5). Merangsang perkecambahan

6). Merangsang pembentukan bunga pada tanaman hari panjang (long day plant)

7). Merangsang perkecambahan serbuk sari dan pertumbuhan buluh serbuk sari

8). Menghambat pertumbuhan akar adventif

9). Mematahkan dormansi sebagian besar jenis biji.

c. Sitokinin

Hormon sitokinin ditemukan oleh ilmuwan Amerika bernama Folke Skoog pada
tahun 1954. Ada beberapa macam sitokinin yang telah diketahui, di antaranya
kinetin, zeatin (pada jagung), dan benzil amino purin (BAP). Sitokinin ditemukan
hampir pada semua jaringan meristem. Peranan sitokinin, antara lain:

1). Bersama dengan auksin dan giberelin merangsang pembelahan sel-sel tanaman

2). Menghambat dominansi apikal oleh auksin

3). Merangsang pertumbuhan kuncup lateral

4). Merangsang pemanjangan titik tumbuh

5). Mematahkan dormansi biji serta merangsang pertumbuhan embrio

6). Merangsang pembentukan akar cabang

7). Menghambat proses penuaan (senescence) daun.

d. Asam Absisat (Abscisic Acid/ABA)

Senyawa ini ditemukan pada tahun 1963 oleh P.F. Wareing dan F.T. Addicott.
Asam absisat dihasilkan oleh daun, ujung akar, dan batang serta diedarkan oleh
jaringan pengangkut. Biji dan buah juga mengandung ABA dalam jumlah yang
tinggi, tetapi tidak diketahui apakah ABA disintesis atau diedarkan ke biji dan buah.
Asam absisat disebut juga 'hormon stress' karena memiliki sifat menghambat
pertumbuhan. Fungsi ABA, antara lain:

1). Menghambat pembelahan sel


2). Mempercepat proses penuaan, terutama pada daun

3). Mempercepat gugurnya daun

4). Menghambat pertumbuhan

5). Mempertahankan domansi biji dan kuncup

6). Merangsang pembusukan buah

7). Merangsang penutupan stomata jika kekurangan air.

e. Etilen

Etilen merupakan satu-satunya hormon tumbuhan yang berbentuk gas, tidak


berwarna, dan berbau seperti eter. Etilen dihasilkan oleh ruas-ruas batang, buah yang
matang, dan jaringan yang menua, misalnya daun-daun yang gugur. Peranan etilen,
antara lain:

1). Mempercepat pematangan buah

2). Merangsang penuaan daun dan pembusukan buah

3). Bersama dengan auksin dapat memacu pembungaan

4). Menghambat pertumbuhan akar dan batang pada saat stress.

Hormon-hormon tumbuhan itu dapat saling berinteraksi untuk memperkuat


pengaruh hormon lainnya, disebut sinergisme. Sebagai contoh, giberelin dan auksin
bersinergisme dalam proses pemanjangan batang. Sebaliknya, pengaruh hormon
tumbuhan dapat saling berlawanan, disebut antagonisme. Contohnya, sitokinin
berantagonisme dengan auksin. Sitokinin merangsang pertumbuhan kuncup lateral,
sedangkan auksin mempertahankan dominansi apikal kuncup terminal. Etilen yang
dihasilkan oleh daun merupakan pengatur pengguguran daun (absisi). Pada tahap
awal absisi, auksin berantagonisme dengan etilen, tetapi kemudian auksin menjadi
bersinergisme dengan kerja etilen.

2. Faktor Eksternal

a. Nutrisi

Nutrisi diperlukan sebagai sumber energi dan sebagai penyusun komponen-


komponen sel bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Nutrisi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu unsur makro dan unsur mikro.
Unsur makro, antara lain karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, fosfor,
potasium (kalium), dan magnesium. Unsur mikrp terdiri atas besi, tembaga, seng,
mangan, kobalt, natrium, boron, klor, dan molibdenum. Semua unsur tersebut harus
selalu tersedia, meskipun diperlukan hanya dalam jumlah sedikit. Apabila suatu
unsur tidak dapat tercukupi, tanaman akan mengalami defisiensi. Defisiensi suatu
unsur akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu.

1). Defisiensi nitrogen menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dan berwarna hijau
muda. Permukaan daun bagian bawah berwarna kuning atau cokelat muda dan
batang pendek serta kurus.

2). Defisiensi potasium (kalium) menyebabkan tumbuhan memiliki tunas yang kecil
dan ujung-ujung daun mudanya mati. Daun yang lebih tua memperlihatkan gejala
klorosis dengan ujung pinggirnya mengering, berwarna kecokelatan, serta banyak
bercak cokelat.

3). Defisiensi fosfor menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dengan daun berwarna
hijau kebiruan. Bagian bawah daun kadang berwarna seperti karat dengan bercak
ungu atau cokelat.

4). Defisiensi magnesium akan menunjukkan gejala klorosis. Hal itu terjadi karena
magnesium diperlukan untuk pembentukan klorofil.

5). Defisiensi besi menyebabkan daun muda mengalami klorosis parah, tetapi tulang
daun utamanya tetap hijau seperti biasa. Kadang-kadang muncul bercak cokelat.
Sebagian atau keseluruhan daun mungkin mati

6). Defisiensi seng menyebabkan terjadinya gejala klorosis antar pertulangan daun
yang akhirnya menyebabkan nekrosis (jaringannya berwarna gelap) dan
menghasilkan pigmentasi ungu. Jumlah daun sedikit dan bentuknya mengecil, ruas
batang pendek, tunas berbentuk roset, produksi buah rendah, dan daun gugur dengan
cepat.

b. Cahaya

Cahaya untuk tumbuhan berfotosintesis. Jika tidak ada cahaya, fotosintesis tidak
akan terjadi sehingga tidak tersedia sumber energi bagi tumbuhan untuk
melangsungkan pertumbuhannya.

Cahaya juga berhubungan dengan kerja hormon auksin. Pada kondisi tidak ada
cahaya, kerja auksin menjadi sangat optimal sehingga memacu pembelahan dan
pemanjangan sel. Akibatnya, tumbuhan tumbuh sangat cepat, tetapi berdaun pucat
(kuning) karena tidak dapat memebentuk klorofil (mengalami klorosis).
c. Suhu

Peran suhu terhadap pertumbuhan tanaman sangat penting karena suhu


berpengaruh terhadap aktivitas enzim. Enzim merupakan senyawa protein yang dapat
berperan sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi kimia di dalam sel. Enzim hanya
dapat bekerja secara optimal jika suhunya optimal. Jika suhu naik melebihi suhu
optimal, aktivitas enzim akan berkurang. Demikian juga jika suhu terlalu rendah,
reaksi kimia di dalam sel tidak dapat berjalan dengan baik. Jika reaksi-reaksi kimia
sel terganggu, pertumbuhan tanaman juga akan terganggu.

d. Kelembapan

Kelembapan udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi.


Jika kelembapan rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-
zat mineral juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketersediaan nutrisi unruk
pertumbuhan tanaman. Jika kelembapan tinggi, laju transpirasi rendah sehingga
penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah. Hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi
untuk pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga akan terhambat.

e. Aerasi

Tanah yang memiliki kandungan oksigen yang cukup dikatakan aerasinya baik.
Oksigen di dalam tanah diperlukan oleh akar untuk melakukan respirasi. Respirasi
akar akan bermanfaat dalam perkembangan sel-sel akar dan juga berguna untuk
membantu penyerapan nutrisi dari dalam tanah. Jika aerasi tidak baik, respirasi akar
akan terganggu sehingga mengganggu pertumbuhan akar dan penyerapan nutrisi.

2.4 Metode penelitian

2.4.1 Alat dan bahan

Alat :

• Penggaris

Bahan :

• Gelas plastik

• Kapas

• Air
• Kacang hijau

2.4.2 Cara kerja

Pertama-tama siapkan media pakai gelas plastik lalu masukkan kapas kedalam gelas
plastik yang sudah dibasahi dengan air (tidak terlalu basah dan kering) lalu ratakan
kapas tersebut hampir menyerupai tanah. Kemudian, masukkan kacang hijau kedalam
gelas plastik yang telah di beri kapas. Setelah itu tunggu kacang hijaunya tumbuh.

2.4.3 Hasil pengamatan

Tabel 1. Pengamatan ditempat terang

No Pot Hari ke- (cm) Keterangan

1 2 3 4 5 6 7

1 A 0.5 1 1.1 1.2

2 B

Tabel 2. Pengamatan ditempat gelap

No Pot Hari ke- (cm) Keterangan

1 2 3 4 5 6 7

1 A 0.5 1.2 3.1 5.8

0.7 1.7 4.6 7.4

2 B 0.5 1.5 4.7 10.8

0.5 2 3.9 9

Grafik
2.5 Analisa data

BAB 3 Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka

Dokumentasi kegiatan

Anda mungkin juga menyukai