Anda di halaman 1dari 90

ISSN : 2442-3939

VOL. 12 NO. 4 EDISI NOVEMBER 2017

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba
Baharuddin Patangngai

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pengintegrasian Tik dengan Media Comic
Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40 Bulukumba
Idaharyani

Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang


Rachmat Seno Adji1, Mustafa2

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif
Metode Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba
Rosma D.

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of


SMP Negeri Bulukumba
Ray Suryadi

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk


Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada
Materi Asam, Basa, Dan Garam
Darmaeni1, Muhammad Danial2, Nurdin Arsyad3

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model
Pembelajaran Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba
Nirwana

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan
dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan MenggunakanAlat Peraga
Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara
Dinarwati

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH


KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN
Jurnal Bulukumba, ISSN
Vol. 12 No. 4 Hal. 217 – 292
Pinisi Research November 2017 2442-3939
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA

VOL.12 NO. 4 ISSN: 2442-3939 NOVEMBER 2017

Pelindung : Bupati Bulukumba


Pembina : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten
Bulukumba
Penanggungjawab : Hj. A. Ruhaya, S.Pd.
Dewan Redaksi : A. Rakhmat Syarif, S.E.
A. Nurhayati B., S.E.
Hj. Nuraeni, S.E., M.Si.
Abdul Rajab, SP., M.Si.

Pemimpin Redaksi : Dr. Drs. Baharuddin P., SE, M.Si.


Penyunting/Editor : Drs. Abd. Rajab, M.Si.
Drs. Rusli Umar, M.Pd.
Muh. Jafar, S. Pd, M.Pd.
H. Arafah, S. Pd, M.Pd.
Jihad Talib, S.Pd.,M.Hum.
Design Grafis & Fotografer : Ani, SP., M.AP.
Makraus Nursyam, S.ST.
Pemimpin Sekretariat : Muhammad Yunus, S.Sos.
Urusan Administrasi : A. Aswan, S.Sos.
Kedurvian Heryanto
Urusan Keuangan : Hj. Nur Aeni, S.E.
Urusan Sirkulasi dan Distribusi : Mansur
Wati Iswati, S.E.
Irdana, S.E.
Urusan Artistik dan Multimedia : Abd. Wahid S., S.E.

Alamat Sekretariat :
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Jl. Durian No. 2 Bulukumba Sulawesi Selatan
Telp. +62413 81102, Faks. +62413 81102
Email : litbangbulukumba@yahoo.co.id

Jurnal Pinisi Research memuat pemikiran ilmiah, hasil-hasil kajian penelitian, atau tinjauan kepustakaan
bidang penelitian dan pengembangan yang terbit empat kali dalam setahun
(Februari, Mei, Agustus, dan November)

Redaksi menerima karya ilmiah atau artikel kajian, gagasan di bidang penelitian dan pengembangan.
Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah makna substansi tulisan.
ISSN : 2442-3939
Redaksi Jurnal Pinisi Research:
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Durian No. 2 Bulukumba 92511
Telepon: +62413 81102, Faks: +62413 81102
e-mail: litbangbulukumba@yahoo.co.id
VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
KABUPATEN BULUKUMBA

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga di akhir tahun 2017 ini, penyusunan Jurnal “PINISI
RESEARCH” terbitan Volume 12 No. 4 Edisi November 2017
dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan Jurnal “PINISI RESEARCH” yang sederhana ini, sebagai media sosialisasi dan informasi
bagi para pemangku kepentingan, senantiasa melakukan perbaikan, baik jenis kajian riset
maupun isi materi kajian. Kami warga Balibangda Kabupaten Bulukumba, berusaha
mengarahkan jenis riset pada alur yang terintegrasi, menjawab secara langsung tantangan dan
permasalahan yang sedang dihadapi. Riset-riset yang dikategorikan sebagai riset dasar, pada
kenyataannya mampu menjadi kunci solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi, seperti
keragaman hayati, pendidikan, kesehatan, dan bahkan memberikan jawaban yang lebih
optimistik terhadap kelangsungan hidup kita sebagai manusia di muka bumi. Kami dari tim
penyusun akan selalu berusaha berbuat yang terbaik, demi terwujudnya sebuah media baca
yang berkualitas dalam menghimpun karya komunitas ilmuwan maupun masyarakat luas.

Atas bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, tim penyusun berhasil
menyelesaikan Jurnal “PINISI RESEARCH” ini. Untuk itu, kami menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ini.
Wabillahi Taupiq Walhidayah,
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Bulukumba, November 2017

MUHAMMAD AMRAL, S.E., M.Si.


VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

PENGANTAR
PEMIMPIN REDAKSI JURNAL PINISI RESEARCH
KABUPATEN BULUKUMBA

Assalamu Alaikum Wr. Wb.


Hadirnya “Jurnal Pinisi Research” yang dikelola oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Bulukumba sebagai
media penyaluran informasi dan sosialisasi hasil-hasil kajian dan
penelitian, serta karya tulis ilmiah menghadirkan wadah yang dapat
memberikan solusi terhadap dinamika yang terjadi di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Bulukumba pada khususnya, dunia penelitian masyarakat atau
komunitas akademik pada umumnya, diharapkan dapat mengagregasi dan mengelaborasi
berbagai potensi baik seumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam berbagai
prespektif, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.
Kumpulan tulisan yang secara berkala diterbitkan khususnya pada Jurnal Volume 12
Nomor 4 Edisi November 2017 telah melalui proses yang selektif, dirangkum dalam bentuk
kajian, dan diharapkan menjadi bahan yang memperkaya pengetahuan bagi setiap pembaca.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) hadir dengan konfigurasi
Membangun perubahan dengan gagasan yang cemerlan dengan sistem informasi, kajian
ilmiah, hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya yang dituangkan melalui goresan pena,
yang memberikan solusi terhadap dinamika yang terjadi di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bulukumba pada khususnya. Sebagai wadah sosialisasi hasil kajian ilmiah dalam
rangka membangun kesejahteraan masyarakat, yang tetap eksis pada kajian riset, kajian di
bidang pendidikan, dan kajian di bidang pertanian. Hal yang pasti bahwa kehadiran berbagai
media informasi kelitbangan menjadi kebutuhan penting untuk menunjang hadirnya ragam
kegiatan riset atau kelitbangan yang dilakukan tidak hanya oleh institusi pemerintah daerah
tapi dikalangan lembaga pendidikan dan masyarakat pada umumnya.
Terima kasih atas responnya dan dukungan seluruh pembaca yang budiman atas
eksistensi Jurnal Pinisi Research.

Bulukumba, November 2017

Dr. Drs. BAHARUDDIN P., S.E., M.Si.


VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

Pengantar Redaksi
Membangun Kemitraan
Profesionalisme
uji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Kabupaten Bulukumba telah berhasil menerbitkan Jurnal Pinisi Research pada
Volume 12 Nomor 4 Edisi November 2017. Sebuah upaya yang dilandasi komitmen
para Penulis maupun Dewan Redaksi untuk senantiasa bersama-sama
meningkatkan profesionalisme kelitbangan bidang pemerintahan daerah. Dalam upaya
membangun kemitraan profesionalisme, redaksi senantiasa melakukan perluasan komunitas
profesionalisme, intelektual, dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka untuk
berpartisipasi dalam Jurnal Pinisi Research.
Pada edisi ini redaksi menyajikan 8 (delapan) artikel yang membahas tentang : Mengatasi
Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Daerah di Kabupaten Bulukumba*), Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui
Pengintegrasian Tik dengan Media Comic Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40
Bulukumba*), Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang*), Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode Problem
Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba*), The Implementation Of
Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of SMP Negeri Bulukumba*), Pengembangan
Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, Dan Garam*), Peningkatan Motivasi
Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya
pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba*), Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara*).
Pada bulan November tahun 2017, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Bulukumba terus berinisiatif menerbitkan lagi Jurnal Pinisi Research Volume 12 No. 4
Edisi November 2017 yang menjadi icon media berkala ilmiah yang mampu mendorong kuriositas
para peneliti/perekayasa.
Selain itu demi terwujudnya para calon peneliti/perekayasa di bidang pemerintahan,
pendidikan dan kesehatan yang berkiprah secara profesional, sehingga mempercepat terwujudnya
tata kelola pemerintahan yang lebih baik.
Akhir kata, segenap staf redaksi Jurnal Pinisi Research mengucapkan selamat berkarya
dan salam sejahtera sukses bahagia selalu.

Salam Redaksi

i
VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

Daftar Isi
]

Pengantar Redaksi i i
Daftar Isi ii ii

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan 217 - 228
Penanggulangan Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba
Baharuddin Patangngai

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pengintegrasian Tik dengan Media 229 - 238
Comic Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40 Bulukumba
Idaharyani

Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang 239 - 246
Rachmat Seno Adji1, Mustafa2

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran 247 - 254
Koperatif Metode Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1
Bulukumba
Rosma D.

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of 255 - 262


SMP Negeri Bulukumba
Ray Suryadi

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk 263 - 276
Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam,
Basa, Dan Garam
Darmaeni1, Muhammad Danial2, Nurdin Arsyad3

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui 277 - 284
Model Pembelajaran Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang
Kabupaten Bulukumba
Nirwana

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan 285 - 292
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga
Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara
Dinarwati

ii
MENGATASI MASALAH SOSIAL YANG DIRASAKAN OLEH PUBLIK MELALUI
PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
DI KABUPATEN BULUKUMBA

Baharuddin Patangngai *)
Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
(Balitbangda) Kabupaten Bulukumba
Email: baharuddin_patangngai@yahoo.co,id

Abstrak
Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai kebijakan yang menyangkut aspek sosial dalam pengertian
sempit, yakni yang menyangkut bidang kesejahteraan sosial.Proses perumusan kebijakan sosial yaitu
terdiri atas tahap identifikasi, implementasi, dan evaluasi. Mekanisme kebijakan sosial terdiri atas
departemen pemerintahan, badan perencanaan nasional dan isu-isu kebijakan sosial terdiri atas peran
Negara dan masyarakat dan perangkat hukum dan penerapannya. Model-model analisis kebijakan
sosial yaitu terdiri atas pendekatan empiris, normative dan evaluative. Merumuskan masalah kebijakan
sosial terdiri atas masalah kebijakan, klaim kebijakan, justifikasi dan pendukung. Pelaksanaan
percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bulukumba dengan memanfaatkan pemutahiran
Basis Data Terpadu untuk mempertajam keakuratan dan layanan serta efektifitas intervensi program
pemerintah dalam penenggulangan kemiskinan terutama pada penerima manfaat bantuan sosial
pemerintah

Kata Kunci: Percepatan pengentasan kemiskinan di Bulukumba

Abstract *)
Social policy can be interpreted as a policy concerning social aspects in a narrow sense, ie
concerning the field of social welfare. The process of formulating social policy consists of the stage of
identification, implementation, and evaluation. The social policy mechanisms comprise government
departments, national planning bodies and social policy issues comprising the role of the State and
society and the instruments of law and its application. The social policy analysis models consist of
empirical, normative and evaluative approaches. Formulating social policy issues consists of policy
issues, policy claims, justifications and support. Implementation of accelerated poverty reduction in
Bulukumba District by utilizing the update of Integrated Database to sharpen the accuracy and
service and effectiveness of government program intervention in poverty alleviation especially to
government social assistance beneficiaries.

Keywords: Accelerating Poverty Reduction Bulukumba District

PENDAHULUAN masyarakatnya sebagai salah satu pemicunya


adalah kepadatan penduduk yang meningkat
Masalah sosial merupakan situasi yang tajam tetapi tidak diberengi dengan
dinyatakan sebagai keadaan yang bertentangan perkembangan sumber daya manusia yang
dengan nilai-nilai oleh warga masyarakat yang memadai terutama dan umumnya terjadi di
cukup penting, dimana masyarakat sepakat perkotaan yang besar. Beberapa contoh
melakukan suatu tindakan guna mengubah masalah sosial kemiskinan, pengangguran,
situasi tersebut (Martin S.Winberg masalah pendidikan, masalah kriminalitas,
dalam:wayankrish.blogspot.co.id), di Negara- kesenjangan sosial ekonomi, kenakalan remaja.
negara berkembang seperti Indonesia, banyak Kesemuanya itu berdampak pada faktor-faktor
sekali masalah-masalah sosial yang terjadi di sosial yaitu faktor ekonomi, faktor psikologis,

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 217
faktor budaya, faktor biologis, media Rumusan Masalah
elektronik, lingkungan yang tidak
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
menguntungkan sehingga dalam pengelolaan
rumusan masalah pada penulisan makalah ini
dan layanan kebijakannya sangatlah kompleks.
yaitu sebagai berikut:
Kebijakan sosial adalah seperangkat
1. Apa pengertian kebijakan sosial?
tindakan (course of action), kerangka kerja
2. Bagaimana proses perumusan kebijakan
(framework), petunjuk (guideline), rencana
sosial?
(plan), peta (map) atau strategi, yang di
3. Bagaimana mekanisme dan isu-isu
rancang untuk menterjemahkan visi politis
kebijakan sosial?
pemerintah atau lembaga pemerintah kedalam
4. Bagaimana model-model analisis kebijakan
program dan tindakan untuk mencapai tujuan
sosial?
tertentu di bidang kesejahteraan sosial (social
5. Bagaimana merumuskan masalah kebijakan
welfare). Kerana urusan kesejahteraan sosial
sosial?
seringkali menyangkut orang banyak, maka
6. Bagaimana pelaksanaan percepatan
kebijakan sosial seringkali diidentikan dengan
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
kebijakan publik. Kebijakan sosial seringkali
Bulukumba
menyetuh, berkaitan, atau bahkan, selintas
bertumpang-tindih dengan bidang lain yang
Tujuan Penulisan
umumnya dikategorikan sebagai bidang sosial,
semisalnya kesehatan, pendidikan, perumahan, Adapun tujuan penulisan pada makalah
atau makanan. Lebih dari itu makna sosial ini yaitu sebagai berikut:
tidak jarang di artikan secara luas. Spicker 1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan
(1995:5) membantu mempertegas subtansi sosial.
kebijakan sosial dengan menyanjikan tiga 2. Untuk mengetahui proses perumusan
karakteristik atau aras pendefinisi kebijakan kebijakan sosial.
sosial. 3. Untuk mengetahui mekanisme dan isu-isu
Elemen utama kebijakan adalah tujuan kebijakan sosial.
proses implementasi dan pencapaian hasil 4. Untuk mengetahui model-model analisis
suatu inisiatif atau keputusan kolektif yang kebijakan sosial.
dibuat oleh, misalnya departemen pemerintah 5. Untuk mengetahui cara merumuskan
(pada tingkat makro) atau lembaga pelayanan masalah kebijkan sosial.
sosial (pada skala mikro). Karena meskipun 6. Untuk mengetahui pelaksanaan percepatan
kebijakan sosial tidak jarang berhubungan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
dengan makanan, ia tidak mempelajari atau Bulukumba
mengurusi soal makanan itu sendiri. Melainkan
dengan regulasi dan distribusi makanan. Manfaat Penulisan
Kebijakan sosial berurusan dengan isu-isu yang Adapun manfaat penulisan dalam
bersifat sosial. Namun, seperti dijelaskan di makalah ini yaitu sebagai berikut:
muka, arti sosial di sini tidak bersifat luas. 1. Sebagai sumber pengetahuan kepada
Melainkan merejuk pada beragam respon masyarakat untuk memahami arti dari
kolektif yang dibuat guna mengatasi masalah kebijakan sosial. Dan cara penanggulangan
sosial yang dirasakan oleh publik. Istilah sosial kemiskinan di Kabupaten Bulukumba
menunjuk pada “some kind of collective social 2. Sebagai syarat mengikuti uji pemilihan
respone made to perceived problem,” pejabat Pratama di Pemerintah Kabupaten
khususnya Pemerintah Kabupaten Bulukumba Bulukumba
berupaya secara terus menerus dan 3. Sebagai bahan referensi dalam penulisan
berkelanjutan untuk melakukan percepatan selanjutnya
penanggulangan kemiskinan yang dirumuskan
dalam program dan kegiatan yang PEMBAHASAN
terkoordinasi pada seluruh organisasi perangkat Pengertian Kebijakan Sosial
daerah sebagai manifestasi pelaksanaan Istilah ‘kebijakan’ yang dimaksud dalam
layanan masyarakat. Berdasarkan pada Indeks materi ini disepadankan dengan kata bahasa
Pembangunan Manusia Indonesia (IPM). Inggris ‘policy’ yang dibedakan dari kata
Kabupaten Bulukumba sesuai laporan LP2KD ‘wisdom’ yang berarti ‘kebijaksanaan’ atau
berada pada angka 65,58 dengan rata-rata ‘kearifan’. Kebijakan sosial terdiri dari dua
64,45% pada tahun 2015 dengan jumlah kata yang memiliki banyak makna, yakni kata
penduduk miskin sebanyak 34.200 jiwa. ‘kebijakan’ dan kata ‘sosial’ (social). Untuk

218 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


menghindari ambiguitas istilah tersebut, ada yang berupa uang. Ini berbeda dengan
baiknya kita diskusikan terlebih dahulu organisasi ekonomi, seperti perusahaan,
mengenai pengertian keduanya. Perseroan Terbatas (PT), atau Bank yang
Menurut Ealau dan Prewitt, kebijakan tentunya kegiatan-kegiatannya bertujuan
adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang untuk mencari keuntungan ekonomi.
dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan 5. Dengan demikian, kebijakan sosial dapat
berulang, baik dari yang membuatnya maupun diartikan sebagai kebijakan yang
yang mentaatinya (yang terkena kebijakan itu) menyangkut aspek sosial dalam pengertian
(Suharto, 1997). Kamus Webster memberi sempit, yakni yang menyangkut bidang
pengertian kebijakan sebagai prinsip atau cara kesejahteraan sosial. Pengertian kebijakan
bertindak yang dipilih untuk mengarahkan sosial seperti ini selaras dengan pengertian
pengambilan keputusan. Titmuss perencanaan sosial sebagai perencanaan
mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip- perundang-undangan tentang pelayanan
prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kesejahteraan sosial yang pertama kali
kepada tujuan-tujuan tertentu (Suharto, 1997). muncul di Eropa Barat dan Amerika Utara,
Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa sehingga meskipun pengertian perencanaan
berorientasi kepada masalah (problem- sosial diintegrasikan secara meluas, di
oriented) dan berorientasi kepada tindakan masyarakat Barat berkembang anggapan
(action-oriented). Dengan demikian dapat bahwa perencanaan sosial senantiasa
dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu berkaitan erat dengan perencanaan
ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk kesejahteraan sosial (Conyers, 1992).
mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat
secara terencana dan konsisten dalam mencapai Proses Perumusan Kebijakan Sosial
tujuan tertentu.
Proses perumusan kebijakan sosial dapat
Seperti halnya kata ‘kebijakan’, kata
dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap
‘sosial’ pun memiliki beragam pengertian.
Identifikasi, tahap implementasi dan tahap
Conyers (1992: 10-14) mengelompokkan kata
evaluasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa
sosial ke dalam 5 pengertian:
tahapan yang saling terkait: Secara garis besar,
1. Kata sosial mengandung pengertian umum
tahapan perumusan kebijakan dapat adalah
dalam kehidupan sehari-hari yang
sebagai berikut (Suharto, 1997):
berhubungan dengan kegiatan yang bersifat
1. Tahap Identifikasi
hiburan atau sesuatu yang menyenangkan.
a. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan
Misalnya, kegiatan olah raga, rekreasi,
Tahap pertama dalam perumusan
arisan sering disebut sebagai kegiatan
kebijakan sosial adalah mengumpulkan
sosial.
data mengenai permasalahan sosial yang
2. Kata sosial diartikan sebagai lawan kata
dialami masyarakat dan mengidentifikasi
individual. Dalam hal ini kata sosial
kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang
memiliki pengertian sebagai sekelompok
belum terpenuhi (unmet needs).
orang (group), atau suatu kolektifitas,
b. Analisis Masalah dan Kebutuhan
seperti masyarakat (society) warga atau
Tahap berikutnya adalah mengolah,
komunitas (community).
memilah dan memilih data mengenai
3. Kata sosial sebagai istilah yang melibatkan
masalah dan kebutuhan masyarakat yang
manusia sebagai lawan dari pengertian
selanjutnya dianalisis dan
benda atau binatang. Pembangunan sosial
ditransformasikan ke dalam laporan yang
berkaitan dengan pembangunan kualitas
terorganisasi. Informasi yang perlu
manusia yang berbeda dengan
diketahui antara lain: apa penyebab
pembangunan fisik atau infrastruktur,
masalah dan apa kebutuhan masyarakat?
seperti pembangunan gedung, jalan,
Dampak apa yang mungkin timbul
jembatan.
apabila masalah tidak dipecahkan dan
4. Kata sosial sebagai lawan kata ekonomi.
kebutuhan tidak dipenuhi? Siapa dan
Dalam pengertian ini kata sosial berkonotasi
kelompok mana yang terkena masalah?
dengan aktifitas-aktivitas masyarakat atau
c. Penginformasian Rencana Kebijakan
organisasi yang bersifat volunter, swakarsa,
Berdasarkan laporan hasil analisis
swadaya, yang tidak berorientasi mencari
disusunlah rencana kebijakan. Rencana
keuntungan finansial. Organisasi sosial,
ini kemudian disampaikan kepada
seperti Karang Taruna, PKK adalah
berbagai sub-sistem masyarakat yang
organisasi yang menyelenggarakan berbagai
terkait dengan isu-isu kebijakan sosial
kegiatan yang tidak mencari keuntungan
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 219
untuk memperoleh masukan dan 3. Tahap Evaluasi
tanggapan. Rencana ini dapat pula Evaluasi dan Tindak Lanjut: Evaluasi
diajukan kepada lembaga-lembaga dilakukan baik terhadap proses maupun
perwakilan rakyat untuk dibahas dan hasil implementasi kebijakan. Penilaian
disetujui. terhadap proses kebijakan difokuskan pada
d. Perumusan Tujuan Kebijakan tahapan perumusan kebijakan, terutama
Setelah mendapat berbagai saran dari untuk melihat keterpaduan antar tahapan,
masyarakat dilakukanlah berbagai serta sejauhmana program dan pelayanan
diskusi dan pembahasan untuk sosial mengikuti garis kebijakan yang telah
memperoleh alternatif-alternatif ditetapkan. Penilaian terhadap hasil
kebijakan. Beberapa alternatif kemudian dilakukan untuk melihat pengaruh atau
dianalisis kembali dan dipertajam dampak kebijakan, sejauh mana kebijakan
menjadi tujuan-tujuan kebijakan. mampu mengurangi atau mengatasi
e. Pemilihan Model Kebijakan masalah. Berdasarkan evaluasi ini,
Pemilihan model kebijakan dilakukan dirumuskanlah kelebihan dan kekurangan
terutama untuk menentukan pendekatan, kebijakan yang akan dijadikan masukan
metoda dan strategi yang paling efektif bagi penyempurnaan kebijakan berikutnya
dan efisien mencapai tujuan-tujuan atau permusan kebijakan baru.
kebijakan. Pemilihan model ini juga
dimaksudkan untuk memperoleh basis Mekanisme dan Isu-Isu Kebijakan Sosial
ilmiah dan prinsip-prinsip kebijakan
Untuk lebih memahami proses
sosial yang logis, sistematis dan dapat
perumusan kebijakan sosial, kiranya perlu
dipertanggungjawabkan.
ditelaah secara singkat mekanisme dan
f. Penentuan Indikator Sosial
kerangka kerja perumusan kebijakan sosial.
Agar pencapaian tujuan dan pemilihan
Telaah ini akan membantu kita dalam
model kebijakan dapat terukur secara
memahami peranan lembaga atau aktor yang
objektif, maka perlu dirumuskan
terlibat dalam merumuskan kebijakan sosial
indikator-indikator sosial yang berfungsi
(Suharto, 1997). Setiap negara memiliki
sebagai acuan, ukuran atau standar bagi
mekanisme tersendiri dalam proses perumusan
rencana tindak dan hasil-hasil yang akan
suatu kebijakan sosial. Sebagain besar negara
dicapai.
menyerahkan tanggungjawab ini kepada setiap
g. Membangun Dukungan dan departemen pemerintahan, namun ada pula
Legitimasi Publik
negara yang memiliki badan khusus yang
Tugas pada tahap ini adalah
menjadi sentral perumusan kebijakan sosial.
menginformasikan kembali rencana
Terdapat pula negara-negara yang melibatkan
kebijakan yang telah disempurnakan.
baik lembaga pemerintahan maupun swasta
Selanjutnya melibatkan berbagai pihak
dalam merumuskan kebijakan sosialnya.
yang relevan dengan kebijakan,
Tidaklah mudah untuk membuat generalisasi
melakukan lobi, negosiasi dan koalisi
lembaga mana yang paling berkompeten dalam
dengan berbagai kelompok-kelompok
masalah ini (Suharto, 1997).
masyarakat agar tercapai konsensus dan
kesepakatan mengenai kebijakan sosial 1. Mekanisme Kebijakan Sosial
yang akan diterapkan. a. Departemen pemerintahan.
Sebagian besar negara menyerahkan
2. Tahap Implementasi tanggungjawab mengenai perumusan
a. Perumusan Kebijakan: kebijakan sosial kepada kementrian,
Rencana kebijakan yang sudah departemen atau lembaga-lembaga
disepakati bersama dirumuskan kedalam pemerintah yang berperan. Misalnya
strategi dan pilihan tindakan beserta Departemen Sosial di Indonesia
pedoman peraturan pelaksanaannya. merupakan salah satu departemen yang
b. Perancangan dan Implementasi memiliki kewenangan langsung dalam
Program: merumuskan kebijakan kesejahteraan
Kegiatan utama pada tahap ini adalah sosial. Di Departemen Sosial, terdapat
mengoperasionalkan kebijakan ke dalam satu biro khusus yang memiliki
usulan-usulan program (program kewenangan penting dalam kegiatan ini,
proposal) atau proyek sosial untuk yaitu Biro Perencanaan.
dilaksanakan atau diterapkan kepada
sasaran program.

220 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


b. Badan Perencanaan Nasional. terutama terjadi sejalan dengan
Dalam konteks pembangunan yang lebih rekomendasi atau bahkan tekanan dari
luas, perumusan kebijakan sosial juga negara-negara donor yang memberi
seringkali menjadi tugas khusus dari bantuan dan konsultasi finansial kepada
Badan Perencanaan Nasional yang negara yang bersangkutan. Selain itu,
sengaja dibentuk untuk merumuskan dan kini semakin disadari bahwa sebesar
sekaligus mengatur mekanisme apapun pemerintah menguasai sumber-
kebijakan sosial. Badan Perencanaan sumber ekonomi dan sosial, tidaklah
Nasional (Bappenas) merupakan mungkin mampu memenuhi kebutuhan
lembaga khusus yang menangani segenap lapisan masyarakat secara
berbagai perencanaan sosial sekaligus memuaskan.
perumusan kebijakan sosial dalam
pembangunan nasional. Kebijakan yang 2. Isu-Isu kebijakan Sosial
dihasilkan lembaga ini kemudian Kebijakan sosial tidak dapat dilepaskan dari
menjadi acuan bagi departemen dan proses dan dimensi pembangunan secara
lembaga-lembaga terkait dalam luas. Karenanya perlu ditelaah secara
melaksanakan berbagai program singkat beberapa isu kebijakan sosial yang
pembangunan. mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan
c. Badan legislatif. dalam proses dan mekanisme perumusan
Badan legislatif seperti Dewan kebijakan sosial (Suharto, 1997)
Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki a. Peran negara dan masyarakat.
kewenangan dalam merumuskan Walaupun pemerintah memiliki peran
kebijakan sosial. Lembaga ini biasanya yang besar dalam perumusan kebijakan
memiliki komisi khusus yang mengurusi sosial, tidaklah berarti bahwa hanya
perumusan kebijakan sesuai dengan pemerintah sajalah yang berhak
kebutuhan. Misalnya, di Indonesia, DPR menangani masalah ini. Seperti
memiliki komisi khusus yang dinyatakan dimuka, bahwa pemerintah
bertanggungjawab mengatur urusan tidak akan pernah mampu memenuhi
ekonomi, hukum, dan kesejahteraan seluruh kebutuhan warganya. Sebesar
sosial. apapun sumber-sumber ekonomi-sosial
c. Pemerintah Daerah dan Masyarakat yang dimilikinya dan sehebat apapun
Setempat. kemampuan para pejabat dan aparatur
Di sejumlah negara di mana administrasi pemerintah, tetap membutuhkan peran
pemerintahannya lebih terdesentralisasi, masyarakat. Oleh karena itu, perumusan
Pemerintah Daerah (PEMDA) memiliki kebijakan sosial mensyaratkan adanya
peran yang sangat penting dalam keseimbangan dan proporsionalitas
perumusan kebijakan sosial, khususnya dalam hal pembagian peran dan
yang menyangkut persoalan dan kekuasaan pemerintah dan masyarakat.
kebutuhan-kebutuhan masyarakat di b. Perangkat Hukum dan Penerapannya.
daerahnya. Lebih-lebih lagi di negara- Perangkat hukum memiliki kekuatan
negara yang telah sangat matang memaksa, melalui sangsi dan hukuman
menjalankan konsep demokrasi, yang melekat di dalamnya. Kebijakan
masyarakat setempat memiliki hak dan sosial memerlukan perangkat hukum
kewenangan dalam mengungkapkan yang dapat mendukung diterapkannya
aspirasi kebutuhannya yang kelak kebijakan sosial. Kebijakan sosial dapat
menjadi bagian dari tema-tema penting berjalan secara efektif apabila
dalam kebijakan sosial. dinyatakan secara tegas melalui
d. Lembaga Swadaya Masyarakat. perundang-undangan dan peraturan
Peranan lembaga-lembaga sosial atau pelaksanaannya. Namun demikian,
organisasi-organisasi non pemerintah adakalanya perangkat hukum yang sudah
(ORNOP) adalah berbeda dalam setiap ada tidak dapat diimplementasikan
negara. Namun demikian, kini terdapat secara baik dalam kegiatan-kegiatan
kecenderungan bahwa di negara-negara operasional, baik dikarenakan oleh
berkembang, pemerintah semakin faktor manusianya, maupun kurang
memberi peran yang leluasa kepada lengkapnya peraturan teknis yang
sektor-sektor non pemerintahan untuk mengatur secara lebih rinci perundang-
juga terlibat dalam perumusan undangan tersebut. Oleh karena itu, perlu
kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini usaha keras agar terjamin adanya
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 221
keselarasan antara perangkat hukum dan 1000 kelahiran, dan bahkan pendapatan
implementasinya. Ketidak-konsistenan per kapitanya.
antara ‘dassein’ dan ‘dasollen’ akan f. Penentuan prioritas pelayanan sosial.
menimbulkan ketidak-percayaan Di sebagian besar negara berkembang
masyarakat dan merosotnya citra keinginan untuk memperbaiki pelayanan
lembaga-lembaga pembuat kebijakan, sosial sangat besar, namun demikian
yang pada gilirannya menimbulkan sikap sumber dana untuk pengadaan pelayanan
apatis dan bahkan antipati masyarakat tersebut sangat terbatas (Conyers, 1991).
kepada setiap produk kebijakan sosial. Ini berarti bahwa kebijakan sosial harus
c. Koordinasi antar Lembaga. mampu diprioritaskan terhadap
Seperti sudah dinyatakan di muka, pelayanan sosial yang benar-benar
kebijakan sosial seringkali menjadi penting dan berdampak luas bagi
urusan berbagai departemen dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya,
lembaga, baik pemerintah maupun apakah pelayanan sosial akan lebih
swasta. Oleh karena itu, perlu adanya diprioritaskan untuk perawatan anak
koordinasi dan kerjasama antar lembaga terlantar, para manula, para penyandang
tersebut agar kebijakan sosial tidak cacat, rehabilitasi permukiman kumuh,
bersifat tumpang tindih dan saling atau peningkatan peran pemuda dan
bertentangan satu sama lain. wanita.
d. Sumber Daya Manusia. g. Penentuan bentuk pelayanan sosial.
Aspek mengenai SDM ini menyangkut Isu berikutnya berkaitan dengan
jumlah dan kualitas para pembuat pertanyaan mengenai bentuk-bentuk
kebijakan yang akan diserahi tugas pelayanan sosial apa yang cocok untuk
dalam merumuskan kebijakan sosial. negara berkembang. Dewasa ini semakin
Meskipun kebijakan sosial, menyangkut disadari bahwa bentuk-bentuk dan
‘aspek sosial’, tetapi dalam merumuskan standar pelayanan di negara maju tidak
kebijakan tersebut diperlukan sejumlah dapat sepenuhnya diterapkan di negara
orang yang memiliki beragam profesi berkembang. Oleh karena itu, perlu
dan latar belakang akademik tertentu. diusahakan suatu bentuk pelayanan
Oleh karena itu, perumusan kebijakan sosial yang sesuai dengan kondisi
harus memperhatikan kualifikasi SDM setempat dan cocok ditinjau dari segi
yang tepat. Selain ahli-ahli sosial, fisik, ekonomi, sosial dan politik negara
perumusan kebijakan sosial seringkali yang bersangkutan. Secara luas kita
membutuhkan pakar-pakar ekonomi, dapat mengusulkan apakah pelayanan
hukum, dan bahkan ahli statistik. sosial akan berbentuk uang tunai (cash
e. Pentingnya pelayanan sosial. payment), barang (benefit in kind), atau
Pentingnya pelayanan sosial bagi berupa bantuan konsultasi dan pelatihan-
peningkatan kualitas hidup masyarakat pelatihan.
merupakan isu penting lainnya yang h. Distribusi pelayanan sosial.
perlu mendapat perhatian dalam Hampir bisa dipastikan bahwa semua
kebijakan sosial. Isu ini terutama muncul negara menghadapi masalah yang sama
karena adanya kecenderungan dalam kaitannya dengan persoalan
pemerintah yang semakin menurunkan ‘supply’ dan ‘demand’ pelayanan sosial,
anggaran belanjanya untuk kepentingan- dalam arti kebutuhan akan pelayanan
kepentingan pelayanan sosial. Pelayanan sosial selalu lebih besar dari kemampuan
sosial pada dasarnya merupakan pemerintah atau lembaga penyelenggara
investasi sosial yang berkorelasi positif dalam mengusahakan pelayanan sosial.
dengan kualitas hidup masyarakat. Keadaan ini tentunya memaksa kita
Pengalaman penulis berkunjung ke Costa untuk memikirkan secara sungguh-
Rica menunjukkan bahwa berkat sungguh mengenai distribusi pelayanan
kesigapan pemerintah dalam sosial. Beberapa hal yang dapat
mengalokasikan sumber daya bagi dijadikan pertimbangan dalam
pelayanan sosial, kualitas hidup warga pendistribusian pelayanan ini antara lain
masyarakat negara tersebut sangat menyangkut segi geografis (desa, kota,
memuaskan terutama bila dilihat dari daerah khusus), jender (pria, wanita, atau
indikator kualitas hidup (Human waria), usia (anak, remaja, manula) atau
Development Index), seperti angka berdasarkan permasalahan-permasalahan
harapan hidup, jumlah kematian bayi per

222 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


khusus yang mendesak untuk segera analisis kebijakan umumnya bersifat deskriptif
dipecahkan. dan faktual mengenai sebab-sebab dan akibat-
i. Penetapan kuantitas atau kualitas akibat suatu kebijakan.
pelayanan sosial.
Karena sumber daya manusia dan dana
relatif selalu terbatas, maka isu mengenai
pilihan dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pelayanan harus pula menjadi
bahan pertimbangan yang matang bagi
para pembuat kebijakan sosial. Antara
kuantitas dan kualitas pelayanan sering
kali terjadi trade-off, dilema, sehingga
perlu ditentukan mana dahulu yang akan
diutamakan. Misalnya, mengingat masih
besarnya sasaran pembangunan
kesejahteraan sosial, peningkatan jumlah
lembaga pelayanan kesejahteraan sosial
masih dianggap lebih penting daripada
Model-Model Kebijakan Sosial
meningkatkan kualitas pelayanan
lembaga tersebut. Dengan demikian,
Menurut Quade (1982) analisis kebijakan
secara terpaksa diadakan pengorbanan
adalah suatu jenis penelaahan yang
dalam hal kualitas pelayanan sosial.
menghasilkan informasi sedemikian rupa yang
j. Pembiayaan pelayanan sosial. dapat dijadikan dasar-dasar pertimbangan para
Isu kebijakan sosial lainnya yang sangat
pembuat kebijakan dalam memberikan
penting adalah mengenai pendanaan
penilaian-penilaian terhadap penerapan
pelayanan sosial yang menyangkut,
kebijakan sehingga diperoleh alternatif-
sistem, sumber dan metoda pendanaan.
alternatif perbaikannya. Kegiatan
Terdapat suatu sistem di mana pelayanan
penganalisisan kebijakan dapat bersifat formal
sosial sepenuhnya atau sebagian besar
dan hati-hati yang melibatkan penelitian
dibiayai oleh pemerintah yang dananya
mendalam terhadap isu-isu atau masalah-
diambil dari subsidi sektor-sektor lain
masalah yang berkaitan dengan evaluasi suatu
dalam bidang perekonomian negara
program yang telah dilaksanakan. Namun
tersebut. Pelayanan pendidikan dasar
demikian, beberapa kegiatan analisis kebijakan
merupakan salah satu contoh sistem ini.
dapat pula bersifat informal yang melibatkan
Sebaliknya, ada pula pelayanan sosial
tidak lebih dari sekadar kegiatan berfikir secara
yang didasarkan pada segi komersial,
cermat dan hati-hati mengenai dampak-dampak
baik yang diselenggarakan oleh
diterapkannya suatu kebijakan.
pemerintah maupun swasta, seperti
Analisis kebijakan pada dasarnya
asuransi kesehatan dan asuransi sosial
bertujuan untuk menghasilkan informasi dan
tenaga kerja. Kini terdapat
argumen-argumen rasional mengenai tiga
kecenderungan di mana sistem
pertanyaan yang berkaitan dengan:
pendanaan lembaga pelayanan sosial
a. Fakta-fakta;
(panti jompo, TPA) yang tadinya
b. Nilai-nilai; dan
disubsidi penuh oleh pemerintah, kini
c. Tindakan-tindakan
bersifat komersial. Pada kenyataanya,
sebagian besar negara maju dan
Berdasarkan hal tersebut, maka ada tiga
berkembang banyak yang memilih jalan
model pendekatan dalam analisis kebijakan
tengah di antara kedua sistem di atas.
sosial, yaitu:
a. Pendekatan Empiris;
Model-Model Analisis Kebijakan Sosial b. Pendekatan Evaluatif; dan
Menurut Dunn (1991), analisis kebijakan c. Pendekatan Normatif.
adalah ilmu sosial terapan yang menggunakan
berbagai metode penelitian dan argumentasi Dalam kaitannya dengan tiga model
untuk menghasilkan informasi yang relevan tersebut, terdapat empat prosedur analisis yang
dalam menganalisis masalah-masalah sosial dapat dijadikan patokan dalam melakukan
yang mungkin timbul akibat diterapkannnya analisis kebijakan sosial:
suatu kebijakan. Ruang lingkup dan metoda

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 223
a. Monitoring yang dapat menghasilkan 5. Keberatan-keberatan atau sanggahan-
informasi deskriptif mengenai sebab-sebab sanggahan.
dan akibat-akibat kebijakan. Keberatan-keberatan adalah kesimpulan
b. Peramalan yang dapat menghasilkan yang kedua atau argumen alternatif yang
prediksi atau informasi mengenai akibat- menyatakan bahwa suatu kondisi tidak
akibat kebijakan di masa depan. dapat diterima (ditolak) atau dapat diterima
c. Evaluasi yang dapat menghasilkan dengan syarat-syarat tertentu.
informasi mengenai nilai atau harga dari 6. Prasyarat.
dampak-dampak kebijakan yang telah lalu Aspek ini merupakan kondisi-kondisi yang
maupun di masa datang. dapat meyakinkan atau menjadi dasar bagi
d. Rekomendasi yang dapat memberikan analis kebijakan untuk membenarkan klaim
preskripsi atau informasi mengenai kebijakan. Dalam analisis kebijakan,
alternatif-alternatif atau kemungkinan- prasyarat biasanya dinyatakan dalam bahasa
kemungkinan yang ditimbulkan dari suatu “kemungkinan” atau probabilitas. Misalnya,
kegiatan. “kemungkinan besar”, “kecenderungannya
adalah” atau “pada taraf signifikansi 1
Merumuskan Masalah Kebijakan Sosial persen”.
Perumusan masalah kebijakan sosial
Perumusan masalah kebijakan, tidak
adalah suatu proses penyelidikan untuk
dapat dilakukan begitu saja, melainkan
mengumpulkan informasi mengenai
harus memenuhi beberapa syarat agar dapat
konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial yang
diterima secara logis. Prasyarat tersebut
mempengaruhi kelompok sasaran. Perumusan
meliputi:
masalah kebijakan juga mencakup pencarian
a. Perumusan masalah harus jelas atau tidak
solusi-solusi terhadap dampak-dampak
ambigu.
kebijakan yang bersifat negatif.
b. Produk analisis harus terbaru (up-to-
Masalah-masalah kebijakan sosial secara
date).
umum memiliki enam elemen, yaitu:
c. Produk analisis harus berharga atau
1. Masalah kebijakan.
bernilai (valuable).
Informasi ini meliputi argumen mengenai
d. Proses analisis tidak bersifat
bukti-bukti pemasalahan, alternatif-
konvensional, artinya menggunakan
alternatif kebijakan, tindakan-tindakan
teknik-teknik yang mutakhir.
kebijakan, hasil-hasil kebijakan, dan
e. Proses analisis memiliki daya motivasi,
keberhasilan-keberhasilan kebijakan.
berkesinambungan, berhubungan satu
2. Klaim kebijakan.
sama lain dan komprehensif.
Klaim kebijakan adalah kesimpulan-
kesimpulan mengenai argumen-argumen Teknik-teknik dalam perumusan masalah
kebijakan. Sebagai contoh, pemerintah kebijakan:
harus berinvestasi dalam bidang pendidikan a. Analisis Klasifikasi.
atau mengeluarkan dana lebih besar lagi Teknik ini dipergunakan untuk memperjelas
bagi penanggulangan anak jalanan dsb. konsep yang digunakan dalam
3. Justifikasi atau pembenaran. mendefinisikan situasi problematis. Prinsip-
Aspek ini meliputi asumsi mengenai prinsip dari sistem klasifikasi adalah:
argumen kebijakan yang memungkinkan 1) Relevansi Substantif. Dasar klasifikasi
analisis kebijakan untuk melangkah dari harus dibangun menurut tujuan analisis
masalah kebijakan ke klaim kebijakan. dan situasi problematis.
Suatu asumsi bisa mencakup informasi yang 2) Ketuntasan. Dasar klasifikasi harus
bersifat otoritatif, intuitif, analitis, kausal, memiliki argumen yang tepat dan benar-
pragmatis maupun kritis. benar kuat.
4. Pendukung. 3) Keterpilahan. Kategori-kategori harus
Pendukung adalah informasi-informasi yang benar-benar terpilah dan berdiri sendiri
dapat digunakan sebagai dasar yang agar tidak ada kelompok yang masuk
mendukung justifikasi. Pendukung dapat dalam dua kategori.
berupa hukum-hukum keilmuan, pendapat- 4) Konsistensi. Kategori-kategori harus
pendapat para ahli atau prinsip-prinsip etis bersifat pasti atau tetap berdasarkan
dan moral. sistem klasifikasi tunggal sehingga
kesimpulan tidak bersipat tumpang
tindih atau mengalami “the fallacy of

224 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


cross division” (kekeliruan dalam 4) Pengelompokan asumsi (asumption
pembagian silang). pooling).
5) Pembedaan hirarkis. Tingkat dalam 5) Sintesa asumsi atau penyimpulan
sistem klasifikasi harus dapat dibedakan asumsi.
secara jelas; mulai dari kategori, sub-
kategori, sampai sub-sub kategori. f. Pelaksanaan percepatan penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Bulukumba
b. Analisis Hirarki. Kegiatan penanggulangan
Teknik ini dipakai untu menganalisis sebab- kemiskinan Kabupaten Bulukumba adalah
sebab yang mungkin dalam sistem sebagai berikut :
permasalahan. Terdapat tiga macam sebab 1. Bidang kesehatan
yang perlu diperhatikan dalam analisi Dengan kegiatan sebagai berikut;
hirarki: pelayanan kesehatan puskesmas gratis,
1) Sebab yang mungkin (possible cause). peningkatan kesehatan masyarakat,
2) Sebab yang masuk akal (plausible pelayanan jaminan kesehatan masyarakat
cause). Sebab ini didasari penelitian nasional (JKN), penanggulangan Kurang
ilmiah atau pengalaman langsung. Energi Protein (KEP), anemia gizi besi,
3) Sebab yang dapat dirubah (actionable Gangguan Akibat Kurang Yodium
cause) atau disebut pula sebab yang (GAKY), kurang vitamin A dan
dapat dikontrol dan dimanipulasi. kekurangan zat gizi mikro lainnya,
Penyusunan Peta Informasi kurang Gizi,
c. Synectic. penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil
Teknik ini dilakukan untuk dan keluarga kurang mampu,,
mengembangkan pengenalan masalah pertolongan persalinan bagi ibu hamil
secara analogis. Beberapa prinsip analogi dan keluarga kurang mampu, Perbaikan
meliputi: Gizi Masyarakat, Penyemprotan/Fogging
1) Analogi personil. Analis berusaha sarang nyamuk, Penanggulangan
membayangkan dirinya mengalami Penularan Penyakit TB Paru,
situasi-situasi problematis sebagaimana penanggulangan penyakit kusta, serta
dialami kelompok sasaran kebijakan. pelayanan kesehatan gratis, penyediaan
2) Analogi langsung. Mencari hubungan pelayanan KB dan Kontrasepsi bagi
serupa diantara 2 atau lebih situasi Keluarga Miskin
problematis. 2. Bidang Pendidikan
3) Analogi simbolik. Menemukan contoh Dengan kegiatan sebagai berikut;
yang serupa dengan situasiproblematik Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak
dengan menggunakan simbol-simbol. mampu, pelaksanaan pendidikan gratis
4) Analogi fantasi. Secara bebas mencari atau layanan pendidikan dasar serta
kesamaan antara situasi problematis Pengembangan Program Keluarga
secara khayali. Harapan (PKH) Bidang Pendidikan.
3. Bidang Perumahan
d. Branstorming atau curah pendapat. Dengan kegiatan sebagai berikut;
Teknik memunculkan ide atau gagasan, Fasilitasi pembangunan prasarana dan
tujuan dan strategi-strategi tertentu dengan sarana dasar pemukiman berbasis
melibatkan banyak pihak dalam suatu forum masyarakat, Fasilitasi dan stimulasi
diskusi. pembangunan perumahan masyarakat
kurang mampu (P2KP), penyediaan
e. Analisis Asumsi. prasarana dan sarana air Limbah,
Teknik untuk menciptakan sintesa rehabilitasi pemeliharaan sarana dan
(kesimpulan) kreatif atas beberapa asumsi prasarana air bersih pedesaan
mengenai masalah-masalah kebijakan. 4. Bidang Infrastruktur
Prosedur analisis asumsi meliputi: Dengan kegiatan sebagai berikut;
1) Identifikasi pelaku yang terlibat Rehabilitasi atau pemeliharaan jaringan
(stakeholder identification). irigasi, peningkatan partisipasi
2) Pemunculan asumsi (assumption masyarakat dalam penanggulangan
surfacing). banjir, peningkatan pasrtisipasi
3) Pembenturan atau penentangan asumsi masyarakat dalam pengelolaan air,
(assumption challenging). Pemberdayaan petani pemakai air,
optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 225
telah dibangun, pembangunan pintu air, SIMPULAN
pembangunan pasar pedesaan,
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
rehabilitasi pemeliharaan pasar
dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:
pedesaan, pengadaan sarana dan
1. Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai
prasarana bagi keluarga miskin
kebijakan yang menyangkut aspek sosial
5. Bidang Ketahanan Pangan dalam pengertian sempit, yakni yang
Dengan kegiatan sebagai berikut;
menyangkut bidang kesejahteraan sosial.
peningkatan kemampuan lembaga
2. Proses perumusan kebijakan sosial yaitu
petani, pemanfaatan pekarangan untuk
terdiri atas tahap identifikasi, implementasi,
pengembangan pangan, pengembangan
dan evaluasi.
cadangan pangan daerah, pengembangan
3. Mekanisme kebijakan sosial terdiri atas
desa mandiri pangan, peningkatan mutu
departemen pemerintahan, badan
dan keamanan pangan, peningkatan
perencanaan nasional dan isu-isu kebijakan
kemampuan lembaga petani, koordinasi
sosial terdiri atas peran Negara dan
perumusan kebijakan pertahanan dan
masyarakat dan perangkat hukum dan
infrastruktur pertanian dan pedesaan,
penerapannya.
peningkatan partisipasi masyarakat
4. Model-model analisis kebijakan sosial yaitu
dalam pengelolaan air, pelatihan petani
terdiri atas pendekatan empiris, normative
dan pelaku agribisnis
dan evaluative.
6. Bidang Ekonomi 5. Merumuskan masalah kebijakan sosial
Dengan kegiatan sebagai berikut;
terdiri atas masalah kebijakan, klaim
penyelenggaraan pelatihan
kebijakan, justifikasi dan pendukung.
kewirausahaan, pengembangan jaringan
6. Pelaksanaan percepatan penanggulangan
infrastruktur usaha kecil menengah,
kemiskinan di Kabupaten Bulukumba
pelatihan manajemen pengelolaan
dengan memanfaatkan pemutahiran Basis
kopersi/KUD, kegiatan pembinaan
Data Terpadu untuk mempertajam
organisasi pedagang kaki lima dan
keakuratan dan layanan serta efektifitas
asongan, pembinaan industry kecil dan
intervensi program pemerintah dalam
menengah dalam memperkuat jaringan
penenggulangan kemiskinan terutama pada
klaster industry, pembinaan kemampuan
penerima manfaat bantuan sosial
teknologi industry, penyebarluasan
pemerintah.
informasi bursa tenaga kerja,
peningkatan kualitas pelayanan saranan
SARAN
dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan
social bagi PMKS, Pelatihan Sebagai penulis berharap bahwa
perencanaan pembangunan berwawasan kebijakan sosial ini dapat diaplikasikan di
gender, pengadaan sarana dan prasarana dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat
teknologi peternakan tepat guna, khususnya di Kabupaten Bulukumba, Terhusus
pembibitan dan perawatan ternak, pada pelaksanaan Program Penangulangan
pengembangan sumber daya, dan Kemiskinan Daerah (P2KD) oleh karena
kelembagaan peternakan, kajian dengan diterapkannya kebijakan sosial dapat
optimalisasi pengelolaan dan pemasaran meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
produksi perikanan, pembinaan
kelompok ekonomi masyarakat pesisir, DAFTAR PUSTAKA
pembentukan kelompok pesisir swakarsa Adi, Isbandi Rukminto. (2003).
penggunaan sumber daya kelautan, Pemberdayaan, Pengembangan
pembinaan dan pengembangan Masyarakat dan Intervensi
perikanan, pendampingan, pada Komunitas. Jakarta: Fakultas
kelompok nelayan perikanan tangkap. Ekonomi Universitas Indonesia.
Total Anggaran untuk program dan kegiatan Anonim. 2010. “Model Kebijakan Sosial”.
penanggulangan kemiskinan Kabupaten https://pmiuinbdg.wordpress.com.
Bulukumba Tahun 2015 sebesar Rp. Diakses pada tanggal 12 Mei 2017.
124.153.267,891,- dan berdasarkan laporan Anonim. 2012. “Model-Model Studi
yang masuk dari total anggaran tesebut Kebijakan”. http://www.bisosial.com.
terealisir sebesar Rp. 100.477.911.387,- atau Diakses pada tanggal 12 Mei 2017.
80,93% dan pencapaian fisik mencapai 100%

226 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


Conyers, D. 1992. An Introducing to Social Bappeda Kab. Bulukumba 2016. Laporan
Planning in the Third World. New Kinerja Penanggulangan Kemiskinan
York : University of Nothingham. Daerah Kabupaten Bulukumba;
Effendy, Onong Uchjana.(2003). Ilmu, Teori
dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti
Hurareah, Abu.(2008).Pengorganisasian dan
Pengembangan Masyarakat.
Bandung: Humaniora.
Ife, Jim. (1995).Community
Development:Creating Community
Alternatives,Vision, Analysis and
Practice, Longman Australia.
Judy Dunn, Jane Brown, Cheryl Slomkowski,
Caroline Tesla and Lise Youngblade.
Child Development, vol. 62, no. 6
(Dec., 1991), pp. 1352-1366.
Martin S.Winberg, dalam:Masalah-masalah
social yang terjadi di masyarakat,
wayankrish.blogspot.co.id. diakses
pada 29 juli 2017
Nazir, Moh. (1999).Metode Penelitian
Sosial.Jakarta: PT Bina Aksara.
Paul Spicker, 1995, Sosial Policy: Themes and
Approaches. Harvester Wheatsheaf;
Sage Publications;London.Thousand
Oaks.New Delhi;
www.sagepub.co.uk.
Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Suharto, Edi (1997). Pembangunan, Kebijakan
Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Spektrum Pemikiran,
Bandung:Lembaga Studi
Pembangunan-STKS
Suhendra, K.(2006).Peranan Birokrasi dan
Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta.
Susanto, Astrid S.(1975). Pendapat Umum.
Bandung: Bina Cipta.
Syafiie, Kencana, Inu. (1992). Pengantar Ilmu
Pemerintahan. Jakarta: PT Eresco.
Pemerntah Kabupaten Bulukumba 2016,
Laporan Peneyelenggaraan
Pemerintah Daerah (LPPD),
Pemerintah Kabupaten Bulukumba,
Bappeda Kabupaten Bulukumba 2016,
Laporan Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(LP2KP), Kabupaten Bulukumba;

Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 227
228 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGINTEGRASIAN TIK
DENGAN MEDIA COMIC DIGITAL PADA SISWA KELAS VIII H SMPN 40 BULUKUMBA

Idaharyani *)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba
Guru SMP Negeri 40 Bulukumba
Email: Idaharyani115@gmail.com

Abstrak
Salah satu bagian dari implementasi Kurikulum2013 adalah adanya pengintegrasian TIK pada semua
mata pelajaran. Masih banyak guru yang mengajar pada sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013
belum mengimplementasikan pengintegrasian TIK pada mata pelajaran yang diampunya, bahkan
belum memahami bagaimana cara mengimlementasikannya. Permasalahan yang dihadapi guru pada
umumnya rendahnya hasil belajar matematika siswa, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
maka akan diadakan perbaikan dengan menerapkan Pengintegrasian TIK pada kegiatan pembelajaran
Dengan menggunakan Media Comic Digital. Materi pembahasan adalah Statistik dan Peluang materi
kelas VIII semester II pada SMPN 40 Bulukumba. Subjek penelitian adalah 31 orang dengan jumlah
perempuan 19 orang dan siswa laki-laki 12 orang. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Lembar Observasi Sikap Spiritual dan Sikap
Sosial, Lembar Penilaian Proyek, dan Tes Hasil Belajar. Data yang diperoleh dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis digunakan untuk membuktikan apakah pembelajaran dengan
Pengintegrasian TIK pada kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic Digital dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba.

Kata Kunci: Pembelajaran Terintegrasi TIK, Comic, Digital

Abstract *)
One of curriculum 2013’s implementations are the integration of Technology, Information and
Communication to every learning subjects. But, most of the teachers did not practice it moreover they
did not understand how to implement it. Most of the teachers have problems in student’s low learning
outcomes. This problem could be fixed by implementing integration of Technology, Information and
Communication by using digital comic media. The subject matters are statistic and probability in 8th
grade, 2nd semester, in SMPN 40 Bulukumba. The subject’s research are 31 students which is consist
of 19 female and 12 male. This research conducted in two cycle. The instruments in this research are:
Observation Sheet of Spiritual Attitudes and Social Attitudes, Project Appraisal Sheets, and test of
students learning outcomes. The data obtained were analyzed by qualitative and quantitative. Analysis
results are used to prove that learning which is integrated to Technology, Information and
Communication by using digital comic media could improve student’s mathematics learning outcomes
in VIII.H SMPN 40 Bulukumba.

Keywords: learning through integration of Technology, Information and Communication, comic,


digital

PENDAHULUAN beberapa era lalu, ketika kita pergi ke sekolah,


kita mengenal 3R sebagai “reading”, “riting”
Guru yang mengajar saat ini memiliki (writing) dan “rithmetic” (arithmetic). Di abad
tugas menyiapkan generasi abad 21, yaitu 21 sekarang ini, lebih dikenal 3R sebagai
generasi yang lahir pada tahun 2000-an “rigor”, “relevance” dan “real world skills”.
generasi ini disebut juga generasi platinum Untuk mendapatkan ketrampilan abad
yaitu generasi yang berhadapan dengan 21, siswa perlu diberi kesempatan untuk
kemajuan teknologi terutama dunia digital, menghasilkan ide-ide baru, mengevaluasi dan
generasi yang selalu bersentuhan dengan gaya menganalisa bahan pelajaran yang telah
visual dan multi tasking serta generasi yang disampaikan oleh guru dan atau yang telah
sudah terbiasa dengan dunia digital, internet, dipelajari sebelumnya, serta mampu
dan multimedia. Menurut Ian J Mc Coog, mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 229
hari. Hal ini dapat tercapai jika gaya mengajar dengan hasil akhir berupa Video pembelajaran
guru yang masih menganut paradigma lama Comic Digital yang dibagikan ke youtube dan
yaitu proses penyampaian ilmu hanya selanjutnya link video dikirim ke guru dengan
berdasarkan pada konten materi saja dapat memanfaatkan surat elektronic atau email.
diperbarui. Sudah saatnya guru memberikan Rumusan masalah adalah “Apakah
kesempatan pada siswa untuk terlibat lebih Pembelajaran Matematika Melalui
aktif dalam pembelajaran dengan Pengintegrasian TIK Dengan Media Comic
mengintegrasikan TIK. Digital Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Penggunaan media akan menjembatani Pada siswa Kelas VIII H SMPN 40
kebutuhan pembelajaran dari guru kesiswa atau Bulukumba.” Untuk menyelesaikan
sebaliknya. Media pembelajaran yang akan permasalahan tersebut maka diadakan
digunakan pada tulisan ini adalah Pemanfaatan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas
media audio visual untuk membuat comic dengan menerapkan Pengintegrasian TIK pada
digital yang selanjutnya akan di publikasi kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic
dengan tipe video. Media video merupakan Digital.
salah satu media yang dapat digunakan untuk Tujuan dari penelitian adalah “Untuk
menarik perhatian siswa baik sebelum maupun mengetahui apakah pembelajaran dengan
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pengintegrasian TIK pada kegiatan
Penggunaan media pembelajaran berbasis pembelajaran Dengan Media Comic Digital
video diharapkan dapat meningkatkan hasil dapat meningkatkan hasil belajar matematika
belajar siswa. pada siswa kelas VIII H SMPN 40
SMPN 40 Bulukumba memiliki visi, Bulukumba.” Penelitian ini diharapkan dapat
misi, dan tujuan sekolah yang untuk memberikan gambaran yang jelas pada guru
menyiapkan generasi abad 21, salah satu tujuan tentang cara Pengintegrasian TIK pada
sekolahnya adalah “Melaksanakan kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic
Pembelajaran Berbasis ICT.” Untuk dapat Digital pada siswa kelas VIII H SMPN 40
menjadi guru abad 21 maka guru pada SMPN Bulukumba.
40 Bulukumba harus mampu mendidik dan Pengintegrasian TIK pada kegiatan
mengajar mereka dengan memanfaatkan pembelajaran Dengan Media Comic Digital
kemampuan dasar yang telah mereka ketahui dikatakan efektif jika memenuhi syarat : Hasil
dan kuasai. Marc Prensky mengatakan, Belajar Siswa memperoleh nilai rata-rata lebih
“teknologi membantu siswa abad 21 dalam dari atau sama dengan Ketuntasan Belajar
proses belajar sebab mereka dapat membuat Minimal (KBM ≥ 70), Sikap spiritual dan
teknologi melakukan apa yang mereka sosial siswa dalam melaksanakan kegiatan
butuhkan.” pembelajaran minimal bernilai baik, tugas
Berdasarkan hasil pengamatan dan Proyek yaitu tugas yang dikumpul oleh siswa
wawancara dengan beberapa orang guru baik dalam bentuk video pembelajaran comic digital
guru mata pelajaran Matematika dan IPA yang telah dibagikan ke youtube dan dikirim ke
maupun mata pelajaran lainnya pada SMPN 40 email guru.
Bulukumba, diperoleh informasi bahwa pada Ketuntasan hasil belajar siswa
saat kegiatan pembelajaran berlangsung, masih berdasarkan pada patokan yang telah
ada siswa yang diam-diam memainkan hand ditetapkan pada KBM (Ketuntasan Belajar
phone (HP) mereka, walaupun aturan sekolah Minimal), Pengintegrasian TIK dalam
telah melarang siswa untuk membawa dan pembelajaran adalah menggunakan TIK dalam
menggunakan hand phone (HP) baik di kelas kegiatan pembelajaran dengan melibatkatkan
maupun di luar kelas selama dalam jam belajar. siswa dalam proses pemanfaatan media
Hal ini disebabkan karena ketergantungan pembelajaran berbasis IT, Comic Digital.
mereka terhadap alat yang satu ini, bisa Komik adalah bacaan yang sangat popular dan
dikatakan siswa sudah ketagihan bermain hand merupakan salah satu bacaan yang paling di
phone (HP). gemari di kalangan anak-anak.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
akan mengamati hasil belajar siswa jika METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan Pengintegrasian TIK Pada
Pembelajaran Matematika dengan Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 40
memanfaatkan Comic Digital. Dalam Bulukumba Kabupaten Bulukumba Sulawesi
penelitian ini guru melibatkan siswa secara Selatan pada kelas VIII H semester genap
langsung dalam pembuatan media tahun pelajaran 2016-2017. Penelitian
pembelajaran dengan memanfaatkan TIK dilaksanakan pada bulan Februari 2017 hingga

230 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


April 2017. Jumlah siswa yang menjadi subjek siklus I ke siklus II, nilai KBM adalah 70.
penelitian adalah 31 orang yang terdiri dari 19 Jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
orang siswa perempuan dan 12 orang siswa belajar (lebih dari atau sama dengan KBM)
laki-laki. sebesar 75%.
Penelitian ini digolongkan kedalam
penelitian tindakan kelas (Classroom Action HASIL PENELITIAN DAN
Research). Penelitian dilaksanakan dalam dua PEMBAHASAN
siklus, setiap siklus tediri dari 4 kali
pertemuan. Setiap akhir siklus diberikan tes Siklus 1
akhir siklus. Data pada penelitian ini a. Perencanaan (Planing)
bersumber dari hasil observasi, tes, angket, Mempelajari silabus matematika kelas
catatan lapangan, dan foto dokumentasi. VIII semester genap, mengkaji materi
Seluruh proses kegiatan pembelajaran pembelajaran yang akan disampaikan pada
menerapkan cara Pengintegrasian TIK Dengan siklus 1, membuat RPP Terintegrasi TIK
Media Comic Digital.
dengan media Comic Digital, menyiapkan
Menurut Arikunto, S. (2010) bahwa
prosedur PTK untuk masing-masing siklus lembar kerja siswa, alat penilaian berupa
adalah melalui tahapan-tahapan : perencanaan soal uraian, menyiapkan instrumen
(planning), pelaksanaan tindakan (actioning), observasi untuk mengamati sikap spiritual
observasi (observation), dan refleksi dan sikap sosial siswa, dan menyiapkan
(reflection). lembar penilaian proyek untuk mengetahui
Pelaksanaan tindakan terdiri dari keterampilan siswa dalam mebuat comic
kegiatan pembelajaran yang meliputi tiga digital statistic/peluang.
kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, Kompetensi dasar yang diajarkan pada
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Instrumen siklus I adalah “Memahami teknik
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
penyajian data dua variabel menggunakan
adalah : Lembar Lembar Observasi sikap
spritual dan sikap sosial siswa, Penilaian tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan
proyek, dan Tes Hasil Belajar. grafik garis dengan komputer, serta
Data tes hasil belajar matematika siswa menganalisis hubungan antar variabel” dan
dan penilaian proyek dianalisis secara “Mengumpulkan, mengolah,
kuantitatif. Hasil analisis digunakan untuk menginterpretasi, dan menyajikan data hasil
membuktikan hipotesis bahwa “Jika diterapkan pengamatan dalam bentuk tabel, diagram,
pembelajaran melalui Pengintegrasian TIK dan grafik dari dua variabel serta
Dengan Media Comic Digital dapat mengidentifikasi hubungan antar variabel.”
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba.” Data
b. Pelaksanaan (Action)
yang diperoleh dari lembar observasi sikap
spiritual dan sosial siswa dianalisis secara Pelaksanaan pembelajaran Terintegrasi
kualitatif. TIK dengan media Comic Digital mengikuti
Untuk mengetahui kriteria dari aktivitas tahapan atau fase-fase pembelajaran
belajar matematika siswa dan respon siswa berdasarkan model pembelajaran Saintific,
dideskripsikan dengan berpedoman pada aturan kegiatan diawali dengan literasi yaitu
yang berlaku (Berdasarkan Permendikbud pembiasaan membaca 15 menit sebelum
Nomor 23 tahun 2016 Tentang Penilaian), jam pertama dimulai.
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Sikap Kegiatan Pendahuluan
Skor Kategori
92 – 100 Sangat Baik Fase I: Mengamati
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
82 – 91 Baik
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
72 – 81 Cukup
dengan materi yang akan dipelajari, dengan
< 72 Kurang
menampilkan video pembelajaran,
Indikator keberhasilan pada penelitian menjelaskan tujuan pembelajaran dan
ini adalah jika Sikap spiritual dan sosial rata- penggunaan perlengkapan pembelajaran,
rata kelas mengalami peningkatan dari siklus I memotivasi dan mengapersepsi siswa untuk
ke siklus II dan bernilai minimal baik, hasil terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
belajar siswa mengalami peningkatan dari
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 231
Kegiatan Inti Tabel 4.2
Hasil Observasi Sikap Spiritual
Fase 2: Menanya
Siswa dibagi kedalam kelompok belajar Jumlah Yang diamati
%
yang beranggotakan 4 – 5 orang. Pembagian No Aspek Pengamatan
Seharusnya Terlaksana
anggota kelompok berdasarkan tingkat
1 Berdoa sebelum dan 31 27 87,09
pemahaman, sosial, ekonomi, kondisi fisik, sesudah melakukan
dan lain-lain. Guru membagikan LKS dan sesuatu
Rancangan cerita. Guru menjelaskan cara 2 Mengucapkan rasa 31 5 16,13
membuat Comic Digital, dan hal-hal yang syukur atas karunia
akan dilakukan oleh siswa. Tuhan
3 Memberi salam 10 10 100
Fase 3: Mengumpulkan informasi. sebelum dan sesudah
Mengumpulkan informasi dengan cara menyampaikan
pendapat/presentasi
memotret setiap kejadian. Tiap kelompok 4 Mengungkapakan 31 3 9,67
ditugaskan untuk melakukan percobaan. kekaguman secara lisan
maupun tulisan
Fase 4: Mengasosiasi / mengolah terhadap Tuhan saat
informasi melihat kebesaran
Siswa bekerja secara berkelompok dan Tuhan
mengolah data yang telah terkumpul lalu Jumlah Skor 53,22
membuatkan storyboard dengan
menggunakan balon kata, setiap kelompok
memasukkan data hasil pemotretan pada 2) Sikap Sosial
soryboard ke komputer, lalu membuat Dari data hasil observasi sikap sosial
comic digital dalam bentuk video terhadap penilaian diri dan penilaian
pembelajaran. antar teman dengan indikator yang sama
terdapat perbedaan hasil data namun
Fase 5:Mengkomunikasikan perbedaannya tidak terlalu jauh, seperti
Membagikan video pembelajaran ke pada tabel berikut ini.
youtube selanjutnya menyimak video teman Tabel 4.5
dari kelompok lain untuk selanjutnya Hasil Observasi Sikap Sosial
dikomentari, mengirimkan video Penilaian Penilaian
Deskriptor yang
pembelajaran ke email guru. No
diamati Diri Diri Sikap Sosial

1 Saya selalu bekerja 58,0 38,7 48,39


Kegiatan Penutup sama dalam 6 1
Guru memberikan penghargaan kelompok menyelesaikan tugas
maupun individu yang berhasil membuat 2 Saya berpendirian 80,6 67,7 72,69
storyboard dan video comic digital, pada teguh menyelesaikan 5 4
akhir pertemuan guru memberikan tugas tugas
3 Saya tidak ceroboh 83,8 61,2 72,58
kepada siswa sebagai PR. dalam 7 9
menyelesaikan tugas
c. Observasi (Pengamatan) dan Evaluasi 4 Saya memeriksa 35,4 38,7 37,09
1) Observasi Sikap Spiritual dan sikap hasil pekerjaan 8 0
Sosial 64,5 51,6 57,69
Jumlah
2 1
Sikap spiritual adalah sikap siswa pada Kura Kur Kurang
saat kegiatan pembelajaran yaitu : 1) Kategori
ng ang
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu, hampir seluruh siswa berdoa Dari tabel 4.5 di atas dapat disimpulkan
87,09, 2) Mengucapkan rasa syukur atas sikap sosial siswa pada siklus 1 adalah
karunia Tuhan sebesar 16,13 %, 3) 57,69 berada pada kelompok skor kurang
memberi salam sebelum dan sesudah dari 70 dengan kategori Kurang (D).
menyampaikan pendapat/presentasi
sudah sebesar 100%, dan 4) 3) Jurnal
Mengungkapakan kekaguman secara Guru selaku peneliti menulis seluruh
lisan maupun tulisan terhadap Tuhan kejadian menonjol yang muncul pada
saat melihat kebesaran Tuhan 9,67 %. saat kegiatan pembelajaran. Kejadian
Perhatikan tabel berikut ini. menonjol yang dimaksud adalah
kejadian-kejadian yang dialami peserta
didik (kekuatan dan kelemahan),

232 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


kejadian-kejadian yang muncul pada penilaian kelompok terhadap 6
umumnya siswa senang belajar sambil kelompok. Hasil penilaian dapat dilihat
menggunakan komputer, Siswa baru pada tabel berikut ini.
dibiasakan untuk mengungkapkan rasa Tabel 4.7
syukur dengan lisan, Ada beberapa orang Deskripsi Penilaian Proyek Siklus 1
siswa yang selalu mau memanfaatkan SKOR
komputer untuk bermain game dan No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4
menggunakan Hand Phonenya untuk 1. Perencanaan:
melakukan kegiatan yang diluar kegiatan a. Persiapan Storyboard 1 3 2
Apakah Kegiatan sudah
pembelajaran.
direncanakan secara matang?
b. Rumusan Judul 6
4) Pelaksanaan Evaluasi Apakah judul sudah
Kompetensi pengetahuan terdiri dari tes memunculkan ciri khas dari
hasil belajar akhir siklus 1. Hasil tes sesuatu yang hendak
diinformasikan?
akhir siklus 1 dan tes awal tabel berikut. 2. Pelaksanaan
a. Sistematika Alur Cerita 1 2 3
Tabel 4.6 Apakah kegiatan sudah
Deskripsi Hasil Belajar Siklus 1 direncanakan secara runtut?
Tes b. Keakuratan Informasi 6
Tes Awal
Statistik Siklus 1 Apakah sudah ada sasaran
Nilai Nilai sumber informasi, instrumen
Nilai Ideal/Skor 100/14 100/10 mencari data 1 1 4
Ideal c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan
Nilai Rata-rata 51 64,4 perolehan data
Nilai Tertinggi 86 100 3. Laporan Proyek
Nilai Terendah 7 20 a. Hasil video comic digital 1 5
Jumlah Peserta 23 Orang 31 Orang b. Terdapat Video Comic digital 1 1 4
Tes Akhir di Youtube
Siklus 1 c. Pemanfaatan email untuk 1 1 4
Jumlah Siswa 6 Orang 21 Orang mengirim link Video Comic
digital dari youtube
Yang Tuntas
Total Skor 2 6 6 36
Jumlah Siswa 17 Orang 10 Orang
Yang Tidak
Tuntas
Berdasarkan tabel di atas maka dapat
Jumlah Siswa 10 Orang 21 Orang
Di atas Rata- disimpulkan Hasil video comic digital , 5
rata kelompok telah membuat video, dan 1
Jumlah Siswa 13 Orang 10 Orang kelompok belum selesai. Terdapat Video
Di bawah Rata- Comic digital di Youtube, telah dikirim
rata ke youtube oleh 4 kelompok, dan 1
kelompok belum berhasil dikirim dengan
Nilai rata-rata tes akhir siklus 1 adalah alasan jaringan tetapi sudah ada video
64,4 ada peningkatan jika dibandingkan comic digital dan 1 kelompok belum
dengan hasil tes awal yang memperoleh selesai videonya. Sejumlah 4 kelompok
nilai rata-rata 51. Jumlah siswa yang telah berhasil kirim ke email, dan 1
tuntas mengalami peningkatan dari 6 kelompok telah berusaha hanya belum
orang tada tes awal menjadi 21 orang berhasil membuka emailnya karena
pada tes akhir siklus 1. alasan lupa pasword, sementara 1
Kompetensi keterampilan adalah kelompoknya lagi baru mau membuat
berupa hasil dari tugas proyek berupa email.
storyboard dan video comic digital yang
telah dishare ke youtube/ video yang Refleksi
dikirim kelompok pada email guru. Sikap spritual siswa masih perlu pembinaan
Nama tugas Projek adalah Membuat terutama pada indikator “Mengucapkan rasa
Video Pembelajaran Statistik dalam syukur atas karunia Tuhan dan
bentuk Comic Digital, alokasi waktu Mengungkapakan kekaguman secara lisan
adalah 2 pekan, dengan batas akhir maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat
pengumpulan/share ke youtube adalah 9 kebesaran Tuhan.” Sementara pada sikap
April 2017 atau bersamaan tes akhir sosial masih perlu perbaikan terutama pada
siklus 1. Teknik penilaian adalah indikator “Saya selalu bekerja sama dalam
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 233
menyelesaikan tugas” dan pada indikator dikirim ke email guru/peneliti.
“Saya memeriksa hasil pekerjaan.“ Fase 2 : Menanya
Hasil Belajar Siklus 1, jumlah siswa Guru membagi kelompok belajar yang
yang tuntas hanya 67,74% (21 orang dari 31 beranggotakan 4 – 5 orang. Guru
membagikan LKS dan lembar Perancangan
orang), ini berarti belum tuntas secara Storyboard, siswa mengamati lalu
klasikal (syarat ketuntasan klasikal 75%). mendiskusikan materi yang terdapat pada
Penilaian Proyek Siklus 1, secara umum LKS.
hasil karya siswa sudah bagus hanya masih Fase 3 : Mengumpulkan informasi
perlu perbaikan pada beberapa bagian Siswa mengumpulkan informasi dengan
perencanaan comic dan masih ada siswa cara mencatat dan memotret setiap kejadian.
yang memiliki email. Sehingga dapat Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran percobaan dan siswa lainnya dalam
dengan menerapkan pengintegrasian TIK kelompok tersebut memotretnya.
Fase 4 : Mengasosiasi / mengolah informasi
dengan media comic digital masih perlu Siswa mengolah data lalu membuatkan
mendapat perhatian. Tetapi dari beberapa comic dengan menggunakan story maker,
pertemuan memberikan gambaran selanjutnya membuat comic digital dengan
gambaran adanya perubahan yang positif. memanfaatkan Screencast O Matic dalam
bentuk video pembelajaran.
Siklus 2 Fase 5 : Mengkomunikasikan
a. Perencanaan (Planing) Video yang dihasilkan setiap kelompok
Perencanaan pada siklus 2 sama dengan dikirim ke youtube lalu dibagikan ke publik.
perencanaan pada siklus 1. Materi yang Siswa dari kelompok lain mendownload
comic digital temannya dan di beri
akan dipelajari adalah kompetensi dasar komentar, hasil komentar tersebut
3.13 Menemukan peluang empirik dan disampaikan di kelas pada pertemuan
teoritik dari data luaran (output) yang terakhir. Video pembelajaran dalam bentuk
mungkin diperoleh berdasarkan comic digital yang telah dikirim ke youtube
sekelompok data, kompetensi dasar 4.8 selanjutnya di kirim ke guru dengan
Melakukan Percobaan untuk menggunakan email dari salah seorang
menemukan peluang empirik dari anggota kelompok.
masalah nyata serta membandingkannya Kegiatan Penutup
dengan peluang teoritik. Guru memberikan penghargaan kelompok
maupun individu yang berhasil membuat
b. Pelaksanaan (Action) storyboard dan comic, pada akhir pertemuan
Fase 1 : Mengamati guru memberikan tugas kepada siswa
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai PR.
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya c. Observasi Dan Evaluasi
dengan materi yang akan dipelajari, dengan 1) Observasi Sikap Spiritual dan sikap
menampilkan video pembelajaran, Sosial
Data yang diperoleh pada siklus 2
memotivasi dan mengapersepsi siswa.
dengan peserta 31 orang dapat dilihat
Siswa mendiskusikan hasil tayangan video pada tabel berikut ini.
pembelajaran. Guru menjelaskan cara
Tabel 4.8
membuat perancangan cerita dan
Hasil Observasi Sikap Spiritual
menuangkannya Jumlah Yang diamati
dalam bentuk comic
digital, cara No Seharusnya Terlaksana
Aspek Pengamatan % %
memasukkan data Siklus Siklus Siklus Siklus
dari kamera ke 1 2 1 2
komputer, cara 1
Berdoa sebelum dan sesudah
31 31 87,09 27 31 100
membuat comic melakukan sesuatu
digital, cara 2 Mengucapkan rasa syukur atas 31 31 16,13 5 28 90,32
membuat video karunia Tuhan
dengan 3 Memberi salam sebelum dan 10 15 100 10 15 100
menggunakan sesudah menyampaikan
screencast O Matic, pendapat/presentasi
4 Mengungkapakan kekaguman 31 31 9,67 3 27 87,09
cara mengirim video secara lisan maupun tulisan
ke youtube, dan cara terhadap Tuhan saat melihat
mengambil linknya kebesaran Tuhan
yang selanjutnya Jumlah Skor 53,22 94,35

234 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


Berdasarkan data di atas maka Tabel 4.11
hasil penilaian dikategorikan Hasil Observasi Sikap Sosial
pada kelompok Amat baik atau Penilaian Penilaian
N
memperoleh nilai A secara Deskriptor yang diamati Diri Antar Sikap
o
Teman Sosial
klasikal. 1 Saya selalu bekerja sama dalam 100 100 100
Penilaian diri adalah menyelesaikan tugas
penilaian yang dilakukan 2 Saya berpendirian teguh 90,32 100 95,16
sendiri oleh siswa tentang menyelesaikan tugas
dirinya sendiri. Data tentang 3 Saya tidak ceroboh dalam 100 100 100
menyelesaikan tugas
penilaian diri dapat dilihat pada 4 Saya memeriksa hasil pekerjaan 93,55 100 96,77
tabel observasi penilaian diri Jumlah 95,97 100 97,99
berikut. Amat Amat Amat
Kategori
Baik Baik Baik
Tabel 4.9
Hasil Observasi Penilaian Diri Siklus 2
Jumlah Yang diamati Dari tabel 4.5 di atas dapat
disimpulkan sikap sosial siswa
Aspek Seharusnya Terlaksana pada siklus 1 adalah 57,69
No % %
Pengamatan
Siklus Siklus Siklus Siklus berada pada kelompok skor
1 2 1 2 kurang dari 70 dengan kategori
1 Saya selalu 31 31 58,06 18 31 100 Kurang (D) menjadi 97,99
bekerja sama kategori amat baik pada siklus 2.
dalam
menyelesaikan
tugas 2) Jurnal
2 Saya 31 31 80,65 25 25 Guru
90,32 selaku peneliti
menyelesaikan menulis seluruh kejadian
tugas
menonjol yang muncul pada
3 Saya tidak 31 31 83,87 26 31 100
ceroboh dalam saat kegiatan pembelajaran
menyelesaikan Berdasarkan catatan jurnal,
tugas kejadian-kejadian yang
4 Saya 31 31 35,48 11 29 93,55 muncul adalah : pada
memeriksa
umumnya siswa senang
hasil pekerjaan
Jumlah Skor 64,52 95,97 belajar sambil
menggunakan komputer,
Penilaian antar teman adalah penilaian Siswa sudah terbiasa mengungkapkan rasa
yang dilakukan oleh teman sekolompok, syukur dengan lisan, Masih ada beberapa
data lengkap dapat dilihat pada tabel orang siswa yang mau memanfaatkan
berikut ini. komputer untuk bermain game dan
menggunakan Hand Phonenya untuk
Tabel 4.10 melakukan kegiatan
Hasil Observasi Sikap Sosial (Penilaian Antar Teman) yang diluar kegiatan
Jumlah Yang diamati
pembelajaran, akan
Seharusnya Terlaksana tetapi selalu diawasi
No Aspek Pengamatan % %
Siklus Siklus Siklus Siklus oleh guru/peneliti
1 2 1 2 Pelaksanaan Evaluasi
1 Saya selalu bekerja sama 31 31 38,71 12 31 100 Hasil evaluasi terdiri
dalam menyelesaikan dari dua kompetensi
tugas
inti yaitu kompetensi
2 Saya menyelesaikan tugas 31 31 67,74 21 31 100
3 Saya tidak ceroboh dalam 31 31 61,29 19 31 100 pengetahuan dan
menyelesaikan tugas kompetensi
4 Saya memeriksa hasil 31 31 38,70 12 31 100 keterampilan.
pekerjaan Kompetensi
Jumlah Skor 64,52 100 pengetahuan terdiri
Dari data hasil observasi sikap dari tes hasil belajar yang dilaksanakan pada
sosial terhadap penilaian diri dan penilaian akhir siklus 2. Hasil tes akhir siklus 1 dan
antar teman dengan indikator yang sama tes akhir siklus 2 dapat dilihat pada tabel
terdapat perbedaan hasil data namun berikut ini.
perbedaannya tidak terlalu jauh, seperti
pada tabel berikut ini.
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 235
Tabel 4.12 dengan hasil tes akhir siklus 1 yang
Deskripsi Hasil Belajar Siklus 2 memperoleh nilai rata-rata 64,4. Jumlah siswa
Tes Tes yang tuntas mengalami peningkatan dari 21
Statistik Siklus 1 Siklus 2
Nilai Nilai
orang pada tes akhir siklus 1 menjadi 28 orang
Nilai Ideal/Skor Ideal 100/10 100/10 pada tes akhir siklus 2.
Nilai Rata-rata 64,4 78,70 Kompetensi keterampilan adalah hasil
Nilai Tertinggi 100 100 dari tugas proyek berupa storyboard dan video
Nilai Terendah 20 40 comic digital yang telah dishare ke youtube/
Jumlah Peserta Tes Akhir 31 Orang 31 Orang video yang dikirim kelompok pada email guru,
Siklus 1
Jumlah Siswa Yang 21 Orang 28 Orang batas akhir pengumpulan/share ke youtube
Tuntas adalah 30 April 2017 atau bersamaan tes akhir
Jumlah Siswa Yang Tidak 10 Orang 3 Orang siklus 2.
Tuntas Teknik penilaian adalah penilaian
Jumlah Siswa Di atas 21 Orang 28 Orang kelompok terhadap 6 kelompok. Hasil
Rata-rata
Jumlah Siswa Di bawah 10 Orang 3 Orang
penilaian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Rata-rata Berdasarkan data tentang penilaian projek pada
tabel di bawah ini maka dapat disimpulkan
Nilai rata-rata tes akhir siklus 2 adalah seluruh kelompok telah menyelesaikan
78,70 ada peningkatan jika dibandingkan tugasnya dengan sangat baik.

Tabel 4.13
Deskripsi Penilaian Proyek Siklus 2
SKOR
No Aspek Yang Dinilai 1 2 3 4
1. Perencanaan:
c. Persiapan Storyboard
Apakah Kegiatan sudah direncanakan secara matang? 6
d. Rumusan Judul
Apakah judul sudah memunculkan ciri khas dari sesuatu yang
hendak diinformasikan? 6
2. Pelaksanaan
d. Sistematika Alur Cerita 6
Apakah kegiatan sudah direncanakan secara runtut?
e. Keakuratan Informasi
Apakah sudah ada sasaran sumber informasi, instrumen mencari 6
data
f. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan perolehan data 6
3. Laporan Proyek
d. Hasil video comic digital 6
e. Terdapat Video Comic digital di Youtube 6
f. Pemanfaatan email untuk mengirim link Video Comic digital dari 6
youtube
Total Skor 48

d. Refleksi dari siklus 1 sebesar 57,69 % menjadi 100%


Berdasarkan hasil penelitian yang pada siklus 2, penilaian hasil belajar siswa
telah dilakukan selama siklus 1 dan siklus 2, meningkat dengan nilai rata-rata tes akhir
maka dapat disimpulkan bahwa proses siklus 1 sebesar 64,4 menjadi 78,70 pada siklus
pembelajaran dengan menerapkan 2. Jumlah siswa yang tuntas mengalami
pengintegrasian TIK dengan media comic peningkatan dari 21 orang pada tes akhir siklus
digital mengalami peningkatan. Hasil 1 menjadi 28 orang pada tes akhir siklus 2.
observasi tentang sikap spiritual siswa Penilaian proyek meningkat dari siklus 1 ke
mengalami peningkatan dari 53,22 pada siklus 2, demikian pula berdasarkan catatan
siklus 1 menjadi 94,35 pada siklus 2, guru/peneliti pada jurnal mengindikasikan hasil
demikian pula penilaian sosial meningkat yang memuaskan.

236 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


SIMPULAN Story Maker untuk membuat comic digital,
mampu menggunakan Screencast O Matic
1. Berdasarkan hasil observasi terjadi
untuk merekam comic sehingga menjadi
peningkatan sikap spiritual siswa dalam
comic digital, mampu memanfaatkan LCD
mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk menayangkan video pembelajaran
matematika pada siswa kelas VIII H
comic digital, mampu memanfaatkan
SMPN 40 Bulukumba dengan
internet untuk mengupload video
pengintegrasian TIK menggunakan media
pembelajaran comic digital (boleh mampu
comic digital dari siklus 1 ke siklus 2.
dan boleh tidak).
2. Terjadi peningkatan sikap sosial siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
matematika pada siswa kelas VIII H DAFTAR PUSTAKA
SMPN 40 Bulukumba dengan Adi Prasetyo. journal. unnes.ac.id/sju/ index.
pengintegrasian TIK menggunakan media php/seloka
comic digital dari siklus 1 ke siklus 2.
Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian.
3. Berdasarkan hasil observasi terjadi
Jakarta : Rineka Cipta.
peningkatan sikap sosial siswa, maka dapat
disimpulkan siswa kelas VIII H SMPN 40 Burhan, Nurgiyantoro. (2005). Sastra anak
Bulukumba memperlihatkan peningkatan (pengantar pemahaman dunia
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran anak).Yogyakarta : gadjahmada
dengan pengintegrasian TIK menggunakan university press.
media comic digital dengan dari siklus 1 ke Ian J Mc Coog. 2010. The Existential Learner.
siklus 2. The Clearing House: A Journal of
4. Berdasarkan hasil tes akhir siklus, terjadi Educational Strategies, Issues and
peningkatan hasil belajar matematika siswa Ideas. Articles
kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba setelah
diajar dengan menerapkan pengintegrasian Riyana, Cepi. (2018). Media Pembelajaran
TIK menggunakan media comic digital Hakikat, Pengembangan,
dari siklus 1 ke siklus 2. Pemanfaatan, dan Penilaian. Wacana
5. Ketuntasan hasil belajar siswa Kelas VIII Prima : Bandung.
H SMPN 40 Bulukumba meningkat dari Sudarmaji, dkk. 2010. Teknik Bercerita.
siklus 1 ke siklus 2, setelah diajar dengan Yogyakarta: PT Kurnia Kalam
menerapkan pengintegrasian TIK Semesta Http://1.bp.blogspot.com/-
menggunakan media comic digital. Tv1mj5HxwG0/ diambil tanggal 2
April 2017
SARAN
1. Untuk memperbaiki sikap spiritual dan
sikap sosial siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran maka disarankan
untuk menerapkan pengintegrasian TIK
menggunakan media comic digital, karena
siswa dapat mengekspresikan minat dan
kemampuan mereka sambil belajar.
2. Jika ingin menerapkan pengintegrasian
TIK menggunakan media comic digital
maka disarankan untuk memperhatikan
kesesuaian materi ajar dengan tindakan
yang dipilih.
3. Jika ingin menerapkan pengintegrasian
TIK menggunakan media comic digital
maka disarankan untuk memiliki
kemampuan berikut ini : Kemampuan yang
dibutuhkan guru dan siswa dalam
memanfaatkan TIK, Mampu :
mengoperasikan komputer, mampu
memanfaatkan kamera untuk mengambil
gambar sebagai bahan untuk membuat
komic, mampu memanfaatkan Cartoon
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 237
238 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
ANALISA USAHA TANI KENTANG DAN PEMASARAN PRODUK KENTANG

Rachmat Seno Adji1, Mustafa2 *)


12
Kementerian Pertanian, UPT Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan
Email: rachmatsenoadji001@gmail.com

Abstrak
Pengkajian ini ditujukan mengetahui tingkat pendapatan usahatani kentang kelurahan Pattapang
Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa. Pada usaha tani dibutuhkan input yang berupa biaya-
biaya meliputi biaya saprodi, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja dengan pengorbanan sebesar
Rp 57.535.000 dan output nya berupa penjualan produk (kentang) sebesar Rp 225.000.000. Untuk
mengetahui pendapatan menggunakan alat ukur nilai dalam bentuk Break Even Point (BEP) produksi
yang diperoleh sebesar 6.393 Kg per ha dan harga yang diperoeleh sebesar Rp 2.301/kg, sedang untuk
nilai kelayakan digunakan alat ukur nilai dengan Benefit Cost (B/C ratio) dengan alat ini usahatani
kentang menunjukkan nialai sebesar 2,95 yang menunjukkan usaha ini layak dilakukan. Produk
kentang yang dihasilkan oleh petani Kentang Kelurahan Pattapang dalam pemasarannya menggunakan
tiga pola yaitu pola pemasaran I, petani  pedangan pengumpul/pedagang besar  pedagang
pengecer  konsumen, pola pemasaran II, petani  pedagang pengumpul  pedagang pengecer 
konsumen, petani  pedagang pengecer  petani.

Kata Kunci: Pendapatan dan distribusi pemasaran kentang, petani kelurahan Pattapang kecamatan
Tinggi Moncong Kabupaten Gowa

Abstract *)
This assessment is aimed at the health level of Pattapang village potato farm in Kecamatan Tinggi
Moncong Gowa regency. In the farming business, inputs are needed for additional costs of inputs,
medicines and labor costs with the sacrifice of Rp 57.535.000 and the output is the proceeds from the
sale of the product (potato) amounting to Rp 225,000,000. To find out the price using measuring
instrument in the form of Break Even Point (BEP) production which yielded 6,393 Kg per ha and the
price of Rp 2,301 / kg, while for the feasibility of using value measurement tool with Benefit Cost (B/C
ratio) this potato farming system shows a value of 2.95 indicating that this business is feasible. Potato
products produced by Pattapang Urban Potato farmers in their marketing use three patterns of
marketing pattern I, farmers  collector's traders / wholesalers  retailers  consumers, marketing
patterns II, farmers  collectors  retailers  consumers, farmers retailers  farmers.

Keywords: Revenue and distribution of potato marketing, farmer of Pattapang sub-district of High
Moncong of Gowa Regency

PENDAHULUAN dibudidayakan di negeri ini. Perkembangan


tanaman ketang terus berkembang sesuai
Indonesia sebagai negara yang terletak di dengan adanya tuntutan konsumen yang terus
garis katulistiwa yang diapit oleh dua benua meningkat dari tahun ketahun.
dan dua samudra maka negeri ini bermusim Kondisi ini tidak lepas dari manfaat dan
tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim fungsi tanaman kentang bagi kehidupan
kemarau. Selain itu negeri ini dibentuk oleh masyarakat, karena tanaman kentang
adanya berbagai gunung berapi aktif yang mempunyai manfaat yang cukup besar bagi
menyebabkan negeri ini relative subur. Maka kehidupan manusia. Manfaat kentang bagi
tak mengherankan bila negeri ini sangat cocok kesehatan manusia antara lain : kentang kaya
untuk berbagai komoditi tanaman baik tanaman akan antioksidan dari vitamin C, kentang
dataran rendah maupun tananam dataran tinggi. banyak mengandung mineral seperti zat besi,
Kentang sebagai komoditi dataran tinggi yang mangan, magnesium, fosfor, tembaga dan
menuntut adanya suhu yang relative rendah, kalsium, ketang kaya akan vitamin A,
sehingga tanaman kentang sangat cocok flavonoid seperti karoten dan zeaxanthins,

Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang


Rachmat Seno Adji1, Mustafa2 239
kentang mengandung senyawa zat anti kanker petani kentang. Kondisi ini dapat dirasakan bila
dan kardio-protektif property. Kandungan gizi produk kentang yang kurang berhasil, dimana
kentang bisa dilihat pada table 1. ketidak berhasilan dalam budidaya tanaman
kentang terasa sekali. Tanaman kentang
Tabel 1. sebagai tanaman yang relative manja dan perlu
Kandungan Gizi Kentang per 100 g BDD penanganan yang serius karena tanaman
Kandungan Gizi Jumlah kentang mudah diserang oleh adanya penyakit.
Berdasarkan informasi tentang budidaya
Energi 83,00 kal tanaman kentang yang begitu sulit dan lebih
banyak menemui kegagalan, maka dalam usaha
Protein 2,00 g
ini hendaknya mampu menghasilkan
Lemak 0,10 g keuntungan yang maksimal. Keuntungan yang
maksimal dapat mengatasi permasalahan resiko
Karbohidrat 19,10 g sehingga mampu menutupi kegagalan bila
terjadi.
Kalsium 11,00 mg

Fosfor 56,00 mg 2. Perumusan Masalah


Kentang termasuk dalam tanaman
Serat 0,30 g hortikultura dan tanaman kentang
mempunyai istilah laian (Solanum
Besi 0,70 mg tuberosum L) yaitu tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis yang cukup
Vitamin A 0,00 RE
tinggi. Sehingga tanaman ini banyak
Vitamin B1 0,09 mg diminati oleh para petani khususnya petani
hortikultura dataran tinggi.
Vitamin B2 0,03 mg Berkembangnya tanaman ini dapat
memberikan nilai ekonomi yang baik bagi
Vitamin C 16,00 mg
para pengelolanya, sehingga peneliti
Niacin 1,40 mg merumuskan masalah yang perlu dikaji
dalam penelitian ini adalah:
Adanya kandungan yang baik untuk a. Berapa besar tingkat pendapatan
kesehatan maka permintaan kentang terus usahatani kentang di daerah penelitian
mengalami peningkatan dari tahun ketahun, dan faktor-faktor apa saja yang
mendorong budidaya kentang dalam rangka mempengaruhinya?
memenuhi akan permintaan tersebut. b. Bagaimana bentuk saluran pemasaran
Peningkatan budidaya kentang bukan hanya kentang dari petani/produsen sampai ke
semata memenuhi akan kebutuhan juga usaha konsumen akhir di daerah penelitian?
budidaya kentang cukup menggiurkan akan
pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut. 3. Tujuan Penelitian
Perkembangan pertananam kentang bisa dilihat Berdasarkan pemikiran yang telah
dari luasan lahan dan produksi kentang yang diuraikan diatas maka penelitian ini
terus meningkat dari tahun ketahun seperti diharapkan bertujuan untuk:
pada table 2. a. Menganalisis besarnya pendapatan
usahatani kentang di daerah penelitian
Tabel 2. dan mengetahui faktor-faktor yang
Produksi Kentang Menurut Nasional Tahun 2012 – 2016 mempengaruhinya.
b. Mengetahui bentuk saluran
Tahun/Year
2012 2013 2014 2015 2016
pemasaran kentang dari
petani/produsen sampai tingkat
1.094.232 1.124.282 1.347.816 1.219.270 12.071.967 konsumen akhir di daerah
penelitian.
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat 4. Manfaat Penelitian
Jenderal Hortikultura Penelitian yang dilaksanakan diharapkan
dapat memberikan manfaat:
Perkembangan tanaman kentang yang a. Sebagai bahan informasi dan bahan
terus meluas maka sering menjadi suatu pertimbangan bagi pihak dalam
masalah pendapatan yang dihasilkan oleh

240 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


mengambil keputusan untuk melakukan 4. Metode Pengumpulan Data
kegiatan budidaya kentang . Pengumpulan data sebagai langkah
b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang penting dalam penelitian, maka dalam
ingin mengetahui saluran pemasaran pengumpulan data penelitian ini peneliti
kentang di Kelurahan Pattapang menggunakan metode pengamatan
Kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten langsung (observasi) dan metode kuesioner
Gowa. (angket).
Pengamatan langsung (observasi)
METODE PENELITIAN dilakukan terhadap pola usaha dan pola
pemasaran kentang di lokasi penelitian.
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sedang pelaksanaan wawancara dilakukan
Penelitian mengenai Analisis
dengan para petani, pedagang pengumpul,
Pendapatan Usahatani dan Saluran
supplier, dan pedagang pengecer untuk
Pemasaran kentang ini dilaksanakan di
mengetahui sistem pemasaran kentang.
kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggi
Selain itu juga diajukan pertanyaan
Moncong Kabupaten Gowa. Pemilihan
pertanyaan dalam bentuk kuesioner
lokasi ditentukan secara sengaja
mengenai kegiatan pemasaran kentang di
(purposive) berdasarkan pertimbangan
daerah tempat penelitian. Untuk
bahwa desa tersebut termasuk penghasil
menganalisis pendapatan yang diperoleh
kentang di kabupaten Gowa. Pelaksanaan
dari usahatani kentang diajukan
penelitian dan pengolahan data dilakukan
pertanyaan-pertanyaan seperti jumlah
pada bulan Juli hingga bulan Agustus
produksi, luas lahan, penggunaan tenaga
2017.
kerja dan biaya-biaya yang dikeluarkan
2. Jenis dan Sumber Data selama proses produksi. Pertanyaan yang
Jenis data yang digunakan untuk diajukan kepada petani antara lain
penelitian ini adalah data primer dan data karakteristik petani seperti nama, umur,
sekunder, baik yang bersifat kualitatif pendidikan dan sebagainya.
maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
dari hasil pengamatan (observasi) dan
Data yang diperoleh baik data primer
wawancara langsung di lapangan dengan
maupun data sekunder dilakukan analisis
pelaku lembaga-lembaga pemasaran seperti
secara kualitatif dan kuantitatif, kemudian
petani, pedagang pengumpul, pedagang
disajikan dalam bentuk deskriptif tabulasi
pengecer, supplier dan konsumen akhir
dan statistik sederhana dengan bantuan
kentang. Kegiatan wawancara dilakukan
kalkulator dan komputer. Analisis yang
untuk mengetahui kondisi dan kegiatan
dilakukan meliputi analisis pendapatan
yang dilakukan oleh para petani baik dari
usahatani, analisis saluran pemasaran,
kegiatan budidaya sampai pada tahap
analisis efisiensi saluran pemasaran.
saluran pemasaran. Data sekunder
a. Analisis Pendapatan Usahatani
diperoleh dari laporan atau catatan setiap
1) Analisis Data
petani, Dinas Pertanian Kabupaten Gowa,
Untuk mengetahui besarnya
Biro Pusat Statistik (BPS), artikel dan
pendapatan usahatani kentang
literatur yang relevan dengan penelitian
digunakan rumus pendapatan
yang dilakukan.
menurut Soekartawi (2002; 58)
3. Metode Pengambilan Responden Pd = TR – TC
Pemilihan responden petani kentang Dimana :
dilakukan dengan menggunakan metode TR = Y. Py
accidental sampling, yaitu petani TC = FC + VC
responden di kelurahan Pattapang tersebut
dipilih karena secara kebetulan ditemui, Keterangan;
dan selanjutnya informasi untuk responden Pd = Pendapatan Usahatani
berikutnya diketahui dari responden yang kentang
telah diwawancarai sebelumnya. TR = Total Revenu (Total
https://yudhislibra.wordpress.com/2010/10/ Penerimaan)
12 TC = Total Cost (Total Biaya)
Y = Output
Py = Harga Output

Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang


Rachmat Seno Adji1, Mustafa2 241
Untuk mengetahui apakah usahatani penerimaan dan pengeluaran selama jangka
kentang layak untuk diusahakan, waktu tertentu (Soekartawi dkk, 1986).
maka digunakan rumus sebagai Menurut Hernanto (1989), analisis
berikut ; pendapatan pada umumnya digunakan
a = R/C untuk mengevaluasi kegiatan usaha
Dengan criteria; pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan
Jika R/C > 1 maka usahatani untuk membantu perbaikan pengelolaan
kentang layak diusahakan usahatani. Analisis pendapatan usahatani
Jika R/C < 1 maka usahatani bertujuan untuk mengetahui besar
kentang tidak layak diusahakan keuntungan yang diperoleh dari usaha yang
JIka R/C = 1 maka usahatani dilakukan. Untuk menghitung pendapatan
kentang impas usahatani dapat digunakan rumus:
Analisis pendapatan usahatani yang
b. Analisis Lembaga dan Saluran dibahas dalam penelitian ini adalah analisis
Pemasaran pendapatan usahatani kentang yang
Saluran pemasaran kentang dilakukan pada beberapa petani yang
diteliti dari produsen sampai ke dikelompokkan berdasarkan skala usaha,
konsumen akhir, dan pola yaitu luas lahan yang digunakan masing-
pemasarannya didasarkan pada alur masing petani. Hal ini dilakukan untuk
pemasaran yang terjadi di tempat mengetahui petani yang bagaimana yang
penelitian. mempunyai tingkat pendapatan yang lebih
Saluran Pemasaran adalah tinggi. Dari hasil penelitian yang dilakukan
saluran yang digunakan oleh lembaga menunjukkan bahwa pendapatan usahatani
pemasaran untuk menyalurkan kentang berdasarkan luasan lahan
komoditi kentang dari titik produsen digunakan rumus : Pendapatan (π) = TR –
sampai sampai ke titik konsumen yang TC
membentuk pola pemasaran. Lembaga Sedangkan penerimaan usahatani
Pemasaran adalah lembaga-lembaga sebagai hasil perkalian jumlah produksi
yang melaksanakan fungsi-fungsi total dan harga jual persatuan. Produksi
pemasaran mulai dari titik produsen rata-rata kentang yang dihasilkan dari
(petani) serta lembaga perantara responden penelitian adalah sebanyak
lainnya. Petani kentang adalah petani 25.000 kg/ha dengan harga rata-rata kentang
yang melakukan budidaya kentang, yang dijual oleh petni responden adalah Rp.
memproduksi dan melalukan penjualan 9.000 per kg, sehingga rata-rata penerimaan
kentang. yang diperoleh petani responden adalah di
Pedagang pengumpul adalah daerah penelitian dalam sekali tanam
pedagang yang melakukan pembelian kentang rata-rata sebesar Rp. 225.000.000,-
dari petani, mengumpulkannya dan Jika dilihat produktivitasnya (jumlah
menjual kembali ke pedagang lainnya produksi per hektar) pada table 3, dapat
yang lebih besar. Pengecer adalah diketahui bahwa produktivitas kentang
pedagang yang melakukan penjualan adalah sebesar 25.000 kg untuk jumlah
pepaya California ke konsumen luasan tanaman per ha.
langsung. Harga yang diterima petani
adalah hasil produksi kentang yang 2. Biaya Usahatani
dijual petani tana memasukkan Biaya usahatani dapat berbentuk
pengepakan/pengangkutan ke dalam biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.
harga penjualan atau dengan kata lain Biaya tunai adalah biaya yang dibayar
harga pada saat panen. Harga dengan uang, seperti biaya pembelian
eceran/harga konsumen adalah harga sarana produksi, biaya pembelian bibit,
transaksi antara penjual dan pembeli pupuk dan obat-obatan serta biaya upah
untuk setiap kentang yang diecerkan. tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan
digunakan untuk menghitung berapa
HASIL DAN PEMBAHASAN sebenarnya pendapatan kerja petani, modal
1. Analisis Pendapatan Usahatani Kentang dan nilai kerja keluarga.
Pendapatan usaha tani sebagai akhir Tenaga kerja keluarga dinilai
dari tujuan usaha dan besarnya pendapatan berdasarkan upah yang berlaku. Biaya
ini sngat tergantung pada besarnya penyusutan alat-alat pertanian dan sewa

242 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


lahan milik sendiri dapat dimasukkan dalam menggunakan pupuk kompos/pupuk organic
biaya yang diperhitungkan. dibandingkan input-input yang lain.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat Penggunaan pupuk kompos tersebut dimulai
bahwa rata-rata biaya tunai yang dari proses pengolahan lahan, persemaian,
dikeluarkan oleh petani responden adalah hingga masa pra panen. Pupuk kompos tersebut
Rp. Rp. 57.535.000,-. Per Hektar per digunakan setiap melakukan pengolahan tanah
musim tanam. Hal tersebut disebabkan untuk kegiatan penanaman kentang.
karena para petani lebih banyak
Tabel 3.
Pendapatan Petani Responden Untuk Luas Lahan 1 Hektar Tahun 2017
Harga Jumlah
Volume
No. Uraian Satuan Satuan Harga
DK LK ( Rp. ) ( Rp. )
1. Biaya Budidaya Tanaman Kentang
Biaya Saprodi :
- Bibit / Benih - 1.000 kg 27.000 27.000.000
- Pupuk Organik / Kompos - 1.250 kg 15.000 18.750.000
- Pupuk SP - - kg - -
- Pupuk Urea - 100 kg 2.000 200.000
- Pupuk ZA - 25 kg 1.800 45.000
- Pupuk NPK Phonska - 100 kg 2.400 240.000
- Pupuk KCL - - kg - -
- POC / PPC - - kg - -
TOTAL BIAYA SAPRODI 46.235.000
II Obat - Obatan :
A. Pestisida :
- Ponce - 3 Lt 50.000 125.000
B. Fungisida
- Calidac - 15 Kg 19.000 285.000
TOTAL PESTISIDA 410.000
III Tenaga Kerja :
a. Olah Tanah/Tanam :
- Tenaga Pria 6 - hok 75.000 450.000
b. Pemeliharaan (Penyiraman,
-
pemupukan)
- Tenaga Pria 60 - hok 75.000 4.500.000
- Tenaga Wanita 54 - hkw 50.000 2.700.000
c. Panen dan Pasca Panen -
Panen (Pemanenan) : -
- Tenaga Pria 12 - hok 75.000 900.000
- Tenaga Wanita 12 - hkw 50.000 600.000
Pasca Panen (Pengemasan,
-
Sortasi) :
- Tenaga Pria 12 - hok 75.000 900.000
- Tenaga Wanita 12 - hkw 50.000 600.000
TOTAL TENAGA KERJA - 10.650.000
IV. Biaya Lain-lain -
- Sewa lahan (semusim) - - ha - -
- Pompanisasi - - musim - -
- Pajak tanah (semusim) - 1 musim 40.000 40.000
- Bunga kredit, dll. - - - - -
- Penyusutan - - - - -
- Iuran P3A / Ulu ulu - 1 musim 200.000 200.000
TOTAL BIAYA LAIN-LAIN 240.000
57.535.000
Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang
Rachmat Seno Adji1, Mustafa2 243
Harga Jumlah
Volume
No. Uraian Satuan Satuan Harga
DK LK ( Rp. ) ( Rp. )
2. Output
A. Total Biaya Produksi (TBP) - - - 57.535.000
B. Total Produksi / TP (askip) - Kg - 25.000
C. Harga rata2 setempat di petani - Rp/Kg - 9.000
D. Nilai Total Produksi (NTP) = TP
- - - 225.000.000
x harga
E. Keuntungan (D - A) - Ha - 139.452.000
BEP Volume Produksi = TBP /
- Kg - 9.505
Harga Jual Per Kg
BEP Harga Jual (TBP / TP) - Rp - 3.422
B / C Ratio = E/A atau ((D-A) /
- - - 1,63
TBP))

Dari hasil Analisis Usaha Tani yaitu Rp. 57.535.000 : Rp. 9.000 =
Komoditi Kentang di kelurahan Pattapang 6.392 Kg
Kecamatan Tinggimoncong Kab. Gowa, Jadi, berdasarkan perhitungan analisa
Kami memperoleh hasil perincian analisis biaya usaha tani nya maka diperoleh
sebagai berikut: BEP Produksi sebesar 6.392 Kg
a. Total Biaya Produksi (TBP)
Total Biaya Produksi terdiri atas d. Break Event Point (BEP) Harga Jual
beberapa komponen biaya antara lain BEP Produksi diperoleh dari
Biaya Saprodi yang meliputi pembelian perbandingan antara Total Biaya
bibit / benih dan pupuk, Biaya obat- Produksi dengan Total Produksi yaitu
obatan, Biaya tenaga kerja dan Biaya Rp. 57.535.000 : 25.000 Kg = Rp.
Lain-Lainnya. 2.301.
Berdasarkan hasil yang telah Titik impas (BEP) usaha tani Kentang
didapatkan yakni bahwa total biaya ini yaitu berada pada harga Jual Rp.
produksi diperoleh dari jumlah total 2.301Nilai ini lebih kecil dari Harga
biaya saprodi sebesar Rp. 46.235.000; Jual di Pasaran
total obat-obatan sebesar Rp. 410.000,-
total; total tenaga kerja sebesar Rp. e. B/C Ratio
10.650.000,- dan total biaya lain-lain Kelayakan usaha dapat dilihat dengan
sebesar Rp. 240.000,- maka total biaya menghitung B/C Ratio didapatkan dari
produksinya yang diperoleh sebesar perbandingan antara Keuntungan
Rp.57.535.000,- per hektar per musim dengan Total Biaya Produksi.
tanam kentang.
B/C Ratio = Keuntungan
b. Keuntungan Total Biaya Produksi
Keuntungan diperoleh dari Nilai Total
Produksi (NTP) dikurangi Total Biaya Rp. 167.465.000
=
Produksi (TBP). Jadi dari perhitungan Rp. 57.535.000
analisa Total produksi sebanyak 25.000
B/C Ratio = 2,91
Kg dengan Harga Rp. 9.000/Kg maka
Jadi, berdasarkan perhitungan analisa
nilai total produksi sebesar Rp.
biaya usaha tani komoditi Kentang di
225.000.000,-
kelurahan Pattapang kecamatan
Total biaya produksi adalah Rp.
Tinggimoncong Kab. Gowa maka
57.535.000,-. Sehingga keuntungan
didapatkan B/C Ratio sebesar 2,91.
yang didapatkan oleh petani adalah Rp.
Sehingga usaha tani komoditas Kentang
225.000.000 - Rp. 57.535.000 = Rp.
ini LAYAK untuk dilanjutkan.
167.465.000.
c. Break Event Point (BEP) Produksi 3. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran
BEP Produksi diperoleh dari Saluran pemasaran adalah beberapa
perbandingan antara Total Biaya organisasi yang saling bergantung dan
Produksi dengan Harga Jual Per Kg terlibat dalam proses mengupayakan agar

244 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


produk atau jasa tersedia untuk pemasaran ini yang akan terlibat dalam
dikonsumsi. Saluran pemasaran proses penyampaian barang dan jasa dari
melaksanakan tugas memindahkan barang produsen sampai ke tangan konsumen.
dari produsen ke konsumen. Hal itu Fungsi-fungsi pemasaran meliputi fungsi
mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.
kepemilikan yang memisahkan barang dan Dimana fungsi ini dilakukan oleh petani,
jasa dari orang-orang yang membutuhkan supliyer (pedagang pengumpul, pedagang
atau menginginkannya (Kotler, 2002). besar), pedagang pengecer dan konsumen.
Saluran pemasaran dalam penelitian ini a. Petani.
menggambarkan proses penyampaian Fungsi pemasaran yang umumnya
pepaya California dari petani hingga ke dilakukan petani responden di lokasi
konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang penelitian adalah fungsi penjualan,
terlibat dalam memasarkan kentang dari pembiayaan dan informasi harga
petani hingga ke konsumen akhir di dimana petani tersebut merupakan
kelurahan pattapang adalah: petani, produsen yang menanam kentang dan
supplier, pedagang pengecer dan konsumen menjual hasil panennya. Tetapi ada
akhir. Berdasarkan hasil wawancara yang juga petani yang melakukan fungsi
dilakukan dengan petani responden di pengangkutan, pengemasan, sortasi dan
lokasi penelitian, maka diketahui terdapat penanggungan resiko. Untuk fungsi
dua pola saluran pemasaran kentang pembiayaan, para petani membiayai
(Gambar 5). sendiri seluruh modal yang
dikeluarkannya untuk kegiatan
Pola pemasaran I (70 %) produksi. Petani responden di lokasi
Petani  Pedagang Pengumpul  penelitian juga melakukan informasi
Pedagang Besar  Pedagang Pengecer  harga yaitu dengan melakukan
Konsumen. pengamatan harga yang berlaku di
pasar.
Pola Pemasaran II (20 %)
Harga yang diterima oleh petani
Petani  Pedagang Besar  Pedagang
dari pedagang (supplier) didasarkan
Pengecer  Konsumen
atas kesepakatan sebelumnya dengan
Pola Pemasaran III (10%) alasan agar petani tidak merasa
Petani  Pedagang Pengecer  dirugikan apabila terjadi penurunan
Konsumen harga di pasar swalayan. Tetapi jika hal
tersebut terjadi, maka supplier akan
Gambar 1. memberikan informasi kepada petani
Saluran Pemasaran Kentang di Kelurahan untuk selanjutnya dilakukan
Kettapang Kec. Tinggi Moncong kesepakatan harga yang baru.
Kabupaten Gowa
b. Supplier (Pedagang Pengumpul/Besar).
Kegiatan fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh suppier adalah
melakukan pembelian kentang secara
langsung dari petani produsen.
Transaksi pembelian dan penjualan
dilakukan oleh petani dan supplier di
tempat yang telah ditentukan. Supplier
memasarkan kentang dari petani
responden ke pedagang pengecer untuk
ditindaklanjuti ke konsumen akhir.
Pada pedagang supplier ini
biasanya terdapat suatu tindakan dalam
4. Fungsi Pemasaran
pemasaran, dan fungsi pemasaran yang
Fungsi-fungsi pemasaran adalah
dilakukan oleh supplier adalah fungsi
mengusahakan agar pembeli atau
pertukaran (pembelian dan penjualan),
konsumen memperoleh barang yang
fungsi fisik (pengangkutan dan
diinginkan pada tempat, waktu, dan harga
pengemasan) dan fungsi fasilitas
yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dalam
(sortasi; standarisasi; pembiayaan;
pelaksanaan aktifitasnya dilakukan oleh
penanggungan resiko yaitu: penurunan
lembaga-lembaga tataniaga. Lembaga
Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang
Rachmat Seno Adji1, Mustafa2 245
harga pasar dan kerusakan produk; dan peningkatan sumberdaya bagi para petani
informasi pasar). kentangdalam berusahataninya.
b. Semua saluran pemasaran dinilai sangat
c. Pedagang Pengecer.
efektif dan mampu memberikan keuntungan
Pedagang pengecer yang
yang cukup baik, maka untuk lebih
dimaksud dalam penelitian ini adalah
nebgefektifkan pemasaran perlu adanya
pedagang yang membeli kentang dari
kesatuan harga jual dari petani yang
supplier di lokasi penelitian, dan
dilakukan melalui kelompoktani.
menjualnya kembali dalam bentuk
kentang yang masih utuh (belum
diolah). Sebelum melakukan DAFTAR PUSTAKA
pembelian, kentang yang dibawa oleh Badan Statistik & Direktorat Jenderal
supplier tersebut terlebih dahulu Hortikultura Tahun 2017
dibawa ke gudang untuk disortasi dan
Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar
diperiksa kualitasnya (standarisasi).
Swadaya. Jakarta.
Kemudian, kentang tersebut
dimasukkan ke dalam toko untuk dijual Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid
kepada konsumen. Kentang yang dibeli 1. Edisi Kesepuluh. PT Prenhalindo.
oleh konsumen, biasanya telah Jakarta.
memiliki ukuran yang seragam dan Soekartawi, A Suharjo. 1986. Ilmu Usahatani
harga yang telah ditetapkan. Penetapan dan Peneletiaan Untuk
harga yang dilakukan oleh pedagang Pengembangan Petani Kecil
pengecer adalah berdasarkan informasi Direktorat Jenderal Pendidikan
harga yang berlaku di pasar. Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Penerbit Universitas
SIMPULAN Indonesia. Cetakan Ketiga. Jakarta.
a. Produksi rata-rata b tanaman kentang di https://yudhislibra.wordpress.com/2010/10/12/
kelurahan Pattapang kecamatan Tinggi macam-%E2%80%93-macam-
Moncong Kabupaten Gowa sebesar metode-sampling-tahap-pembuatan-
25.000kg/ha. Harga jual kentang ditingkat laporan-penelitian/
petani sebesar Rp 9.000,- , sehingga
pendapatan petani sebesar Rp 225.000.000,-
dan biaya produksi rata-rata satu hektar
sebesar Rp 85.548.000,- sehingga
keuntungan usaha kentang sebesar Rp
139.425.000,-.
b. Hasil usahatani kentang mak dihitung nilai
Break Even Point (BEP), BEP harga sebesar
Rp 2,301, sedang BEP produksi sebesar
6.392 Kg, sedang B/C ratio usahatani
kentang sebesar 2,91
c. Pada saluran pemasaran kentang di
Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggi
Moncong, terdapat tiga bentuk pola
saluran. Pada pola saluran I, petani 
pedagang pengumpul  pedagang besar 
pedagang pengecer  konsumen, Pola
Saluran II, Petani  Pedagang Besar 
pedagang pengecer  konsumen, Pola
Saluran III, Petani  Pedagang pengecer 
Konsumen

SARAN
a. Berdasarkan nilai rasio keuntungan dan
biaya, maka usahatani kentang bias
dilanjutkan dengan perlu memperhatikan
factor-faktor yang dapat menggagalkan
usahatani kentang. Untuk itu perludilakukan

246 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN
PEMBELAJARAN KOPERATIF METODE PROBLEM SOLVING
PADA SISWA KELAS VIII.2 SMP NEGERI 1 BULUKUMBA

Rosma D. *)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba
Guru SMP Negeri 1 Bulukumba
Email: rosma.d@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1 Bulukumba
melalui penerapan model pembelajaran koperatif metode Problem Solving.; (2) Mendapatkan bukti-
bukti bahwa penerapan model pembe;ajaran kooperatif metode Problem Solving dapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1 Bulukumba.;. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba. Instrumen
yang digunakan adalah (1) Lembar observasi; (2) tes akhir siklus. Data dianalisis dengan statistik
deskriptif. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa; (1) metode problem solving dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba hampir semua aspek
indikator, antara lain mengajukan pertanyaan sebesar 8,33%, menjawab pertanyaan guru sebesar 6,66,
memperhatikan penjelasan guru sebesar 18,33, diskusi kelompok sebesar 30%, diskusi kelas sebesar
18,33%, . (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif problem solving dapat meningkatkan hasil
belajar IPS siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebesar 1,76 % yaitu dari rata-rata 6,57 pada
siklus I menjadi rata-rata 8,33 pada siklus II.

Kata Kunci: Aktifitas belajar, Hasil Belajar, Problem Solving

Abstract *)
The purpose of this study are (1) To find out the students’ learning outcome on IPS of SMP Negeri 1
Bulukumba through the application of cooperative learning model, Problem Solving method; (2) To
obtain evidences that the application of cooperative learning model, Problem Solving method can
increase the students’ learning outcome on IPS of SMP Negeri 1 Bulukumba. The type of this research
is a classroom action research. The population in this study was the students of VIII.2 SMP Negeri 1
Bulukumba. The instruments used were (1) the observation sheet; (2) evaluation test in the end of each
cycle. The data were analyzed by descriptive statistics. The finding of the study provided an
illustration that; (1) problem solving method can increase students’ learning activity at the grade
VIII.2 of SMP Negeri 1 Bulukumba almost in all aspect of indicator, such as asking question around
8,33%, answering the teacher’s question around 6,66, paying attention to teacher’s explanation
around 18,33, Group discussions around 30%, class discussions around 18.33%, (2) The application
of cooperative learning problem solving model can increase the students’ learning outcome of IPS of
grade VIII.2 at SMP Negeri 1 Bulukumba around 1,76% that is from the average of 6,57 in the cycle I
become 8,33 in cycle II.

Keywords: Problem Solving, Activities and learning outcome

PENDAHULUAN sasaran pembangunan nasional.


Mutu pendidikan sangat erat
Dalam kehidupan yang serba maju, modern hubungannya dengan mutu siswa, karena siswa
dan serba canggih seperti saat ini, pendidikan merupakan titik pusat proses belajar mengajar.
memegang peranan penting untuk menjamin Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu
kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan pendidikan harus diikuti dengan peningkatan
wahana untuk meningkatkan dan mutu siswa. Peningkatan mutu siswa dapat
mengembangkan kualitas sumber daya dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar
manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan siswa, sedangkan tingginya tingkat prestasi
diharapkan dapat mencetak manusia-manusia belajar siswa dipengaruhi oleh besarnya minat
berkualitas yang akan mendukung tercapainya belajar siswa itu sendiri.

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 247
Salah satu komponen penting dalam Selain itu penggunaan metode
pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam
disusun untuk mendorong anak berkembang ke pemecahan masalah, terutama pemecahan
arah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini masalah dalam kehidupan sehari- hari masih
dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap kurang. Pengembangan metode pembelajaran
tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam tersebut sangat perlu dilakukan untuk
bidang studi dan akhirnya dalam tiap pelajaran menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan
yang diberikan oleh guru di dalam kelas. permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa.
Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, Metode pembelajaran problem solving atau
pemerintah menggagas diberlakukannya pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk
kurikulum baru yaitu kurikulum tingkat satuan merangsang berfikir dalam situasi masalah
pendidikan (KTSP). KTSP merupakan yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab
kurikulum operasional yang disusun dan permasalahan yang menganggap sekolah
dilaksanakan oleh masing-masing satuan kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata
pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut di masyarakat.
memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk Penggunaan metode dalam pembelajaran
merancang, mengembangkan, dan sangat diutamakan guna menimbulkan gairah
mengimplementasikan kurikulum sekolah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa
sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi berperan aktif dalam proses pembelajaran.
keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh Melalui metode problem solving diharapkan
sekolah. dapat lebih mempermudah pemahaman materi
Upaya pemerintah dalam bentuk KTSP pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat
ini merupakan pengembangan kurikulum dari mempertinggi kualitas proses pembelajaran
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil
berbasis kompetensi (KBK). Dengan belajar siswa.
menggunakan KTSP diharapkan peserta didik SMP Negeri 1 Bulukumba adalah salah
bisa mencapai kompetensi-kompetensi tertentu satu sekolah negeri yang terletak di jalan melati
yang sudah ditentukan sebagai kriteria kabupaten Bulukumba, propinsi Sulawesi
keberhasilan. selatan. Kegiatan pembelajaran di SMP Negeri
Masih rendahnya hasil belajar IPS 1 ini masih termasuk tradisional karena
disebabkan oleh masih dominannya skill kebanyakan guru hanya menggunakan metode
menghafal daripada skill memproses sendiri ceramah dalam penyampaian materi, sehingga
pemahaman suatu materi. Selama ini, minat siswa merasa bosan dalam megikuti proses
belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu pembelajaran. Hal itu diketahui dari
Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong pengalaman pengajar yang telah dilakukan.
sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap Dari pengalaman tersebut bahwa pembelajaran
siswa selama mengikuti proses pembelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam proses
tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada pembelajaran terlihat masih rendah perhatian
sebagian siswa yang menganggap mata siswa, siswa kurang berpartisipasi, sedangkan
pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah
tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan dalam penyampaian materi.
pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu Diharapkan dengan menggunakan model
juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar koperatif metode problem solving dalam proses
yang digunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran IPS akan menarik minat siswa
materi. Metode yang konvensional seperti mengikuti kegiatan belajar sehingga akan
menjelaskan materi secara abstrak, hafalan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
materi dan ceramah dengan komunikasi satu
arah, yang aktif masih didominasi oleh TINJAUAN PUSTAKA
pengajar, sedangkan siswa biasanya hanya
memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Hasil belajar IPS
Kondisi pembelajaran seperti inilah yang Sudjana Menurut Nana Sudjana (2005:
mengakibatkan siswa kurang aktif dan 3) hakikat hasil belajar adalah perubahan
pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. tingkah laku individu yang mencakup aspek
Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut
suasana pembelajaran yang menyenangkan Nana Sudjana (1989: 38-40) hasil belajar yang
bagi siswa sehingga siswa kembali berminat dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
mengikuti kegiatan belajar. utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu
dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau

248 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri kurang mampu untuk menyerapnya, akan tetapi
siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. sebaliknya, jika bahan belajar mudah, dan
Faktor kemampuan siswa besar sekali siswa berkemampuan tinggi, maka proses
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang belajar memakan waktu singkat. Aktivitas
dicapai. Disamping faktor kemampuan yang belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses,
dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan
dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial siswa terhadap bahan belajar (Dimyati, 2006).
ekonomi, faktor fisik dan psikis. Aktivitas banyak macamnya, maka para
Hasil belajar merupakan segala upaya ahli mengadakan klasifikasi atas macam-
yang menyangkut aktivitas otak (proses macam aktivitas tersebut. Dierich adalah salah
berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, satu ahli yang membagi kegiatan belajar dalam
dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam tujuh kelompok yaitu kegiatan visual (melihat),
jenjang, mulai dari yang terendah sampai kegiatan oral (lisan), kegiatan mendengarkan,
dengan jenjang tertinggi (Suharsimi Arikunto, kegiatan menulis, kegiatan menggambar,
2003: 114-115). Keenam jenjang tersebut kegiatan metrik, kegiatan mental dan kegiatan
adalah: (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu emosional (Hamalik, 2004).
kemampuan seseorang untuk mengingat Segala pengetahuan dalam hal kegiatan
kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, belajar harus diperoleh dengan pengamatan
rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
mengharapkan kemampuan untuk sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas
menggunakannya. (2) Pemahaman yang diciptakan sendiri, baik secara rohani
(comprehension) yakni kemampuan seseorang maupun teknis. Proses belajar tidak mungkin
untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu terjadi tanpa ada aktivitas (Rousseau dalam
diketahui dan diingat melalui penjelasan dari Sardiman, 2010).
kata- katanya sendiri. (3) Penerapan Siswa yang melakukan banyak aktivitas
(application) yaitu kesanggupan seseorang positif dalam proses belajar akan memperoleh
untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara hasil belajar yang optimal. Sejalan dengan
atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- penelitian Megawati (2010) yang menyatakan
rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam bahwa dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab
situasi yang baru dan kongkret. (4) Analisis pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk
(analysis) yakni kemampuan seseorang untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar
menguraikan suatu bahan atau keadaan kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa
menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan sangat penting agar hasil belajar yang diperoleh
mampu memahami hubungan diantara bagian- siswa optimal, karena aktivitas siswa sangat
bagian tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah menentukan hasil belajar siswa. Siswa akan
kemampuan berfikir memadukan bagian- lebih mudah menguasai materi pelajaran
bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga dengan beraktivitas langsung dalam proses
menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur. pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa
(6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa.
jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah
kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian Model Pembelajaran Kooperatif
disini adalah kemampuan seseorang untuk Miftah Toha Pembelajaran kooperatif
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, merupakan strategi belajar yang menempatkan
nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian siswa pada kelompok-kelompok siswa yang
menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif
sesuai kriteria yang ada (Anas Sudijono, 2005: setiap anggota kelompok akan bekerjasama
50- 52). dalam memahami suatu bahan pelajaran dan
belajar belum selesai jika salah satu teman
Aktivitas belajar dalam kelompoknya belum menguasai bahan
Konsep Proses belajar merupakan pelajaran tersebut.
aktivitas psikis yang berkenaan dengan bahan Coperative mengandung pengertian
belajar. Aktivitas adalah mempelajari bahan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
belajar tersebut dengan memakan waktu. Lama Pada dasarnya cooperative learning
waktu mempelajari tergantung pada jenis dan mengandung pengertian sebagai suatu sikap
sifat bahan, juga tergantung pada kemampuan atau perilaku bersama dalam bekerja atau
siswa. Proses belajar akan memakan waktu membantu diantara sesama dalam struktur
lama jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 249
terdiri dari dua atau lebih dimana keberhasilan akhirnya dapat menemukan kunci pembuka
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan masalahnya. Kegiatan semacam ini merupakan
setiap anggota kelompok itu sendiri. ciri yang khas daripada suatu kegiatan
Cooperative learning juga dapat diartikan intelegensi. Metode ini mengembangkan
sebagai suatu struktur tugas bersama dalam kemampuan berfikir yang dipupuk dengan
suasana kebersamaan diantara sesama anggota adanya kesempatan untuk mengobservasi
kelompok (Raharjo, Solihatin, 2007). problema, mengumpulkan data, menganalisa
Menurut Slavin (1995)), pembelajaran data, menyusun suatu hipotesa, mencari
kooperatif merupakan model pembelajaran hubungan (data) yang hilang dari data yang
dengan menggunakan sistem pengelompokan/ telah terkumpul untuk kemudian menarik
tim kecil, yaitu antara empat sampai enam kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan
orang yang mempuanyai latar belakang masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir
suku yang berbeda (heterogen). Sistem yang menghasilkan suatu kesimpulan atau
penilaian dilakukan terhadap kelompok. keputusan yang diyakini kebenarannya karena
Menurut Trianto (2009), tujuan dibentuknya seluruh proses pemecahan masalah itu telah
kelompok tersebut adalah untuk memberikan diikuti dan dikontrol dari data yang pertama
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat yang berhasil dikumpulkan dan dianalisa
terlihat aktif dalam proses berpikir dan sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau
kegiatan belajar. Selama bekerja dalam ditetapkan. Cara berfikir semacam itu benar-
kelompok, tugas anggota kelompok adalah benar dapat dikembangkan dengan
mencapai ketuntasan materi yang disajikan menggunakan Metode Pemecahan Masalah
oleh guru dan saling membantu teman (Jusuf Djajadisastra, 1982: 19- 20).
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan Penyelesaian masalah dalam metode
belajar. Dengan demikian, setiap anggota problem solving ini dilakukan melalui
kelompok akan mempunyai ketergantungan kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan
positif. Ketergantungan semacam itulah yang pokok bahasan dalam pelajaran diberikan
selanjutnya akan memunculkan tanggung kepada siswa untuk diselesaikan secara
jawab individu terhadap kelompok dan kelompok. Masalah yang dipilih hendaknya
keterampilan interpersonal dari setiap anggota mempunyai sifat conflict issue atau
kelompok. Setiap individu akan saling kontroversial, masalahnya dianggap penting
membantu, mereka akan mempunyai motivasi (important), urgen dan dapat diselesaikan
untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap (solutionable) oleh siswa (Gulo, 2002: 116).
individu akan memiliki kesempatan yang sama Tujuan utama dari penggunaan metode
untuk memberikan kontribusi demi Pemecahan Masalah adalah: (a)
keberhasilan kelompok. Mengembangkan kemampuan berfikir,
Melalui pembelajaran kooperatif, siswa terutama didalam mencari sebab-akibat dan
diharapkan dapat saling membantu, saling tujuan suatu masalah. Metode ini melatih
mendiskusikan dan berargumentasi untuk murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai mengambil langkah-langkah apabila akan
saat itu dan menutup kesenjangan dalam memecahkan suatu masalah. (b) Memberikan
pemahaman masing-masing. Apabila diatur kepada murid pengetahuan dan kecakapan
dengan baik, siswa-siswa dalam kelompk praktis yang bernilai/bermanfaat bagi
kooperatif akan belajar satu sama lain untuk keperluan hidup sehari-hari. Metode ini
memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok memberikan dasar-dasar pengalaman yang
telah menguasai konsep-konsep yang telah praktis mengenai bagaimana cara-cara
dipikirkan (Slavin, 1995). memecahkan masalah dan kecakapan ini dapat
diterapkan bagi keperluan menghadapi
Metode Problem Solving masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.
Metode problem solving atau sering juga Problem solving melatih siswa terlatih
disebut dengan nama Metode Pemecahan mencari informasi dan mengecek silang
Masalah merupakan suatu cara mengajar yang validitas informasi itu dengan sumber lainnya,
merangsang seseorang untuk menganalisa dan juga problem solving melatih siswa berfikir
melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau kritis dan metode ini melatih siswa
situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif memecahkan dilema (Omi Kartawidjaya, 1988:
sendiri. Metode ini menuntut kemampuan 42). Sehingga dengan menerapkan metode
untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi- problem solving ini siswa menjadi lebih dapat
relasi diantara berbagai data, sehingga pada mengerti bagaimana cara memecahkan masalah

250 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


yang akan dihadapi pada kehidupan nyata/ di sehingga dapat memudahkan pelaksanaan
luar lingkungan sekolah. penelitian tindakan kelas ini. Siswa kelas
Untuk mendukung strategi belajar VIII diambil sebagai subjek dengan alasan
mengajar dengan menggunakan metode sudah mencapai target kurikulum 50% dan
problem solving ini, guru perlu memilih bahan belum mempersiapkan diri untuk
pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi menghadapi ujian nasional.
pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks
di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber- 4. Instrumen Penelitian dan Teknik analisis
sumber lingkungan seperti peristiwa-peristiwa data
kemasyarakatan atau peristiwa dalam Instrumen yang digunakan dalam penelitian
lingkungan sekolah (Gulo, 2002: 114). ini adalah lembar observasi/pengamatan dan
Tujuannya agar memudahkan siswa dalam tes akhir siklus. Data dalam penelitian ini
menghadapi dan memecahkan masalah yang dikumpulkan dengan teknik observasi atau
terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa pengamatan secara langsung untuk
memperoleh pengalaman tentang penyelesaian mengamati tindakan dengan menggunakan
masalah sehingga dapat diterapkan di model pembelajaran kooperatif metode
kehidupan nyata. problem solving. Selanjutnya pada tiap
siklus dilaksanakan tes untuk mengetahui
METODE PENELITIAN hasil belajar siswa.
Teknik analisis data yang digunakan
1. Jenis penelitian adalah análisis deskriptif dengan melihat
Jenis penelitian ini adalah Desain penelitian penilaian aktivitas yang teramati dan
ini adalah penelitian tindakan kelas dianalisis dengan menggunakan kriteria
(classroom action research). Penelitian penilaian sesuai dengan ítem aktivitas pada
tindakan kelas dibagi dalam tiga siklus, lembar observasi siswa. Sedangkan data
masing-masing siklus terdiri dari hasil belajar siswa dianalisis untuk
perencanaan (planning), tindakan (action), menentukan nilai hasil belajar yang
observasi (observe), serta refleksi (reflect). diperoleh

2. Jenis dan Objek Tindakan HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis tindakan dalam penelitian ini adalah
Hasil Penelitian
penerapan metode problem solving. Metode
a. Siklus 1
problem solving ( metode pemecahan
masalah) bukan hanya sekedar metode Tabel 5.
mengajar tetapi juga merupakan Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I
suatu metode berfikir, sebab Pertemuan
Rata-rata
dalam problem solving dapat Aspek yang diamati 1 2
(%)
menggunakan metode-metode ( %) (%)
lainnya dimulai dengan mencari 1. Mengajukan pertanyaan 13,33 20 16,67
2. Menanggapi respon siswa lain 20 23,33 21,67
data sampai kepada menarik
3. Menjawab pertanyaan guru 20 13,33 16,67
kesimpulan.
4. Memperhatikan penjelasan guru 70 73,33 71,67
Objek penelitian ini adalah 5. Diskusi kelompok 46,67 86,67 66,67
peningkatan hasil belajar IPS 6. Diskusi kelas 63,33 100 81,67
siswa. Hasil belajar yang
dimaksud adalah peningkatan kemampuan Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa
kognitif siswa pada mata pelajaran IPS jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan
setelah penerapan pembelajaran Problem pada pertemuan 1 sebesar 13,33 % sedangkan
Solving. Wujud kemampuan peningkatan pada pertemuan 2 sebesar 20 %, hal ini
kognitif meliputi: pengetahuan menunjukkan adanya peningkatan yang
(knowledge),pemahaman (comprehention), disebabkan oleh guru memberi dorongan dan
aplikasi (application), analisis (analysis), motivasi agar siswa berani mengajukan
sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). pertanyaan. Pada item menanggapi respon
siswa lain menunjukkan adanya peningkatan
3. Populasi dan sampel yaitu pada pertemuan 1 sebesar 20 %
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 23,33 %.
VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebanyak Hal ini disebabkan oleh guru memberi
30 orang siswa. Karena pelajaran IPS dorongan dan motivasi agar siswa berani
dipegang oleh peneliti sendiri sebagai guru
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 251
menanggapi respon siswa lain. Item menjawab b. Siklus II
pertanyaan guru mengalami penurunan yaitu
pertemuan 1 sebesar 20 % sedangkan pada Tabel 3.
pertemuan 2 sebesar Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II
13,33 %. Hal ini mungkin Pertemuan
Rata-rata
Aspek yang diamati 1 2
disebabkan karena pertanyaan (%)
( %) (%)
yang diajukan oleh guru terlalu
1. Mengajukan pertanyaan 20 30 25
sulit bagi siswa sehingga 2. Menanggapi respon siswa lain 10 26,67 18,33
banyak dari mereka yang tidak 3. Menjawab pertanyaan guru 83,33 73,33 78,33
bisa menjawab pertanyaan. 4. Memperhatikan penjelasan guru 86,67 93,33 90
Jumlah siswa yang 5. Diskusi kelompok 93,33 100 96,66
memperhatikan penjelasan guru 6. Diskusi kelas 100 100 100
mengalami peningkatan
walaupun sedikit yaitu pertemuan 1 sebesar Pada siklus kedua ini terdapat perubahan
70 % sedangkan dari hampir semua item. Dari tabel di atas
pada pertemuan 2 sebesar 73,33 %. Item ditunjukkan bahwa jumlah siswa yang
diskusi kelompok mengalami peningkatan mengajukan pertanyaan naik yaitu pada
karena guru mampu memotivasi siswa agar pertemuan 4 sebesar 20% dan pertemuan 5
saling bekerja sama dengan anggota sebesar 30%. Hal ini disebabkan karena guru
kelompoknya yaitu pada pertemuan 1 sebesar telah berhasil mendorong dan memotivasi
46,67 % sedangkan pada pertemuan 2 sebesar siswa agar mau mengajukan pertanyaan. Pada
86,67 %. Item diskusi kelas juga mengalami item menanggapi respon siswa lain mengalami
peningkatan yaitu pada pertemuan 1 sebesar peningkatan yaitu pada pertemuan 4 sebesar
63,33 % sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 10% sedangkan pada pertemuan 5 sebesar
100 %. 26,67%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah
Pada akhir pertemuan siklus I berani menanggapi respon temannya dengan
(pertemuan ke tiga) diadakan tes untuk dorongan dari guru. Item menjawab pertanyaan
mengetahui sejauh mana peranan metode guru mengalami penurunan yaitu pada
problem solving terhadap hasil belajar siswa, pertemuan 4 sebesar 83,33% sedangkan pada
dari hasil tes tersebut akan dibandingkan pertemuan 5 sebesar 73,33% karena
dengan nilai semester ganjil yang lalu. Di disebabkan oleh pertanyaan yang diajukan
bawah ini terdapat hasil tes siswa pada siklus I. terlalu sulit, sehingga banyak dari mereka tidak
Tabel 6. bisa menjawab. Jumlah siswa yang
Skor tes kelas VIII.2 pada siklus I memperhatikan penjelasan guru mengalami
Skor F % fx peningkatan yaitu pertemuan 4 sebesar
8 4 13,33 32 86,67%. Dan pertemuan 5 yaitu sebesar
7 12 40 84 93,33% karena guru sudah bisa menegur siswa
6 11 36,67 66 yang tidak memperhatikan sehingga siswa
5 3 10 15 tidak ramai lagi. Jumlah siswa yang mengikuti
Jumlah 30 100 197 diskusi kelompok meningkat yaitu pada
pertemuan 4 sebesar 93,33% dan pertemuan 5
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa yaitu sebesar 100%. Item diskusi kelas tetap
pada siklus I ini, jumlah siswa yang
yaitu pada pertemuan 4 dan 5 sebesar 100%.
memperoleh nilai 8 berjumlah 4 siswa
(13,33%), siswa yang memperoleh nilai 7 Tabel 4.
berjumlah 12 siswa (40%). Jumlah siswa yang Skor tes kelas VIII.2 pada siklus II.
memperoleh nilai 6 sebanyak 11 siswa Skor f % fx
(36,67%), siswa yang memperoleh nilai 5 10 5 16,67 50
sebayak 3 siswa (10%). Kemudian perolehan 9 10 33,33 90
nilai rata-rata siswa kelas VIII pada siklus I ini
8 7 23,33 56
adalah 6,57.
Dari perolehan tes pada siklus I di atas, 7 7 23,33 49
kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata 6 - - -
semester 2 pada waktu kelas VII. Dari 5 1 3,34 5
perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa Jumlah 30 100 250
terjadi penurunan nilai rata-rata dari 6,93
menjadi 6,57. Berdasarkan tabel 4 diatas, hasil tes siswa
Nilai rata-rata IPS semester ganjil = 6,93 pada siklus II yang dibandingkan hasil tes
Nilai rata-rata siklus I = 6,57 siswa pada siklus I.

252 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


Nilai rata-rata siklus I = 6,57 bisa dan mau menanggapi respon siswa lain
Nilai rata-rata siklus II = 8,33 dengan cara memberikan nilai plus bagi siapa
saja yang berani berbicara menanggapi respon
Pembahasan siswa lainnya dan cara ini membuahkan hasil
Penelitian yang bertujuan untuk yaitu persentase siswa pada siklus II pertemuan
meningkatkan hasil belajar IPS telah 5 sebesar 26,67%.
dilaksanakan adalah 2 siklus dalam 6 kali Item menjawab pertanyaan guru pada
pertemuan, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali setiap siklus umumnya mengalami penurunan
pertemuan dan 1 kali evaluasi setiap akhir yang disebabkan oleh siswa yang masih kurang
siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan berani dan takut jika jawaban mereka salah dan
Februari sampai Maret Tahun Ajaran ditertawakan oleh siswa lain. Pada pertemuan 4
2014/2015. Adapun hasil penelitian secara sudah mengalami peningkatan dibanding
keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: pertemuan 1 dan 2. Item memperhatikan
penjelasan guru pada siklus I pertemuan 1
Tabel 13. sebesar 70% dan pertemuan 2 sebesar 73,33%,
Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I, II. kemudian pada siklus II mengalami
Siklus Siklus II peningkatan yaitu pada pertemuan 4 dan 5
Aspek yang diamati
I (%) (%) sebesar 86,67% dan 93,33%.. Item diskusi
1. Mengajukan kelompok juga mengalami peningkatan yaitu
16,67 25
pertanyaan pada siklus I pertemuan 1 sebesar 46,67% dan
2. Menanggapi pertemuan 2 sebesar 86,67%. Siklus II
21,67 18,34
respon siswa lain pertemuan 4 dan 5 dengan persentase sebesar
3. Menjawab 93,33% dan 100%. Siswa tidak lagi bekerja
16,67 78,33 sendiri-sendiri dan sudah bisa saling bekerja
pertanyaan guru
4. Memperhatikan sama dengan menjalankan tanggung jawabnya
71,67 90 masing-masing. Item diskusi kelas juga
penjelasan guru
5. Diskusi kelompok 66,67 96,67 mengalami peningkatan. Siklus I pertemuan 1
sebesar 63,33% dan pertemuan 2 sebesar 100%
6. Diskusi kelas 81,67 100 dan bertahan hingga pertemuan 5 pada siklus
Sumber: lampiran II. Dari hasil persentase aktivitas siswa di atas
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa diketahui hampir semua item pada siklus II
hampir semua nomor item telah mengalami mengalami peningkatan.
peningkatan. Aktivitas siswa mengajukan Pada akhir pertemuan setiap siklus
pertanyaan pada siklus II mengalami dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan dari 13,33% pada siklus I turun metode problem solving dapat mempengaruhi
menjadi 6,67% pada pertemuan keempat siklus hasil belajar siswa. Yang kemudian dicari nilai
II. Hal ini disebabkan oleh siswa yang masih rata-rata tes per siklus. Adapun nilai rata-rata
tidak berani bertanya karena takut dikomentari tes siklus I dan II adalah sebagai berikut:
yang jelek oleh siswa lain sehingga siswa lebih
baik diam daripada membuat siswa lain Tabel 14.
mengejeknya, disamping itu guru kurang Perbandingan nilai rata-rata tes siklus I dan II
mendorong dan memberi motivasi siswa agar Siklus I Siklus II
mau bertanya. Oleh karena itu pada siklus II 6,57 8,33
pertemuan kelima, guru meningkatkan
motivasi pada siswa agar lebih berani Sumber: hasil observasi.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
mengajukan pertanyaan dan itu membuahkan
skor nilai rata-rata nilai IPS Geografi
hasil dengan meningkatnya aktivitas siswa
mengalami peningkatan yaitu pada siklus I
sebesar 10% pada akhir siklus.
Item menanggapi respon siswa lain pada sebesar 6,57, siklus II sebesar 8,33.
siklus I pertemuan 1 sebesar 20% dan Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga
pertemuan 2 sebesar 23,33% menunjukkan dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam
terjadinya peningkatan walaupun tidak terlalu melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga
besar, dan persentase ini mengalami penurunan selain melakukan pengamatan terhadap siswa,
observer juga melakukan pengamatan terhadap
pada pertemuan 4 pada siklus II, yaitu sebesar
aktivitas guru di kelas.
13,33%. Hal ini disebabkan selain karena siswa
Guru telah berusaha menciptakan
yang masih takut dan tidak berani berbicara di
depan umum juga disebabkan karena suasana pelajaran yang kondusif. Hal ini
sebelumnya guru kurang memberikan terlihat adanya peningkatan peran guru pada
memotivasi siswa untuk berbicara di depan setiap pertemuan, bahkan pada pertemuan 4
umum. Untuk itu pada siklus II pertemuan 5 dan 5 peran guru dalam kelas dapat dikatakan
maksimal. Hanya saja pada pertemuan 1
guru berusaha untuk mendorong siswa agar
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 253
sampai 3 ada aktivitas guru yang belum SARAN
muncul (belum dilakukan) yaitu mengajukan Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian
pertanyaan siswa. Hal ini terjadi karena dan pembahasan, maka saran yang ingin
pembelajaran dengan metode koperatif dikemukakan peneliti sebagai berikut :
problem solving baru pertama kali sehingga 1) Diharapkan kepada guru agar dapat
masih ada yang lupa. Selain itu aktivitas guru memaksimalkan penggunaan sarana
memberi kesimpulan tidak mencukupi karena prasarana yang tersedia untuk meningatkan
waktu yang terbatas. ketuntasan belajar sisiwa di sekolah.
Dapat diketahui bahwa setiap aktivitas 2) Diharapkan kepada sekolah agar
guru pada siklus akhir mengalami peningkatan,
menyediakan sarana prasarana untuk
walaupun ada yang pada siklus I ada beberapa
tindakan yang tidak dilakukan oleh peneliti mendukung kelancaran pembelajaran
berdasarkan pengamatan observer namun pada disekolah.
akhirnya peneliti mampu mencapai semua
indikator penilaian guru. DAFTAR PUSTAKA
Siswa mempelajari sendiri materi Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi
pelajaran dengan metode pemecahan masalah Pendidikan Edisi 1 Cetakan 5. Jakarta
dalam kelompok masing-masing. Tujuannya : Raja Grafindo
agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar
sendiri tanpa diberikan terlebih dahulu oleh Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
peneliti sendiri sebagai guru, disini guru hanya Pembelajaran. Depdikbud dan PT.
mengarahkan dan membimbing saja. Rineka Cipta. Jakarta
Sedangkan pada siklus II metode yang
Gulo W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT.
digunakan adalah problem solving dan
dipadukan dengan ceramah dan tanya jawab, Grasindo
sehingga hasilnya mengalami peningkatan Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar
dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya. Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Hasil penelitian dan pembahasan di atas
dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Jusuf Djajadiharja. 1982. Metode-metode
problem solving untuk meningkatkan hasil Mengajar. Bandung : Angkasa
belajar IPS pada siswa kelas VIII.2 telah Megawati. 2010. Peningkatan Hasil Belajar
berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan Biologi Siswa Kelas VIIIC Kartika
perolehan nilai rata-rata pada setiap siklus, Wirabuana I Makassar melalui
yaitu siklus I sebesar 6,57, dan siklus II sebesar Penerapan Scaffolding pada
8,33.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA
SIMPULAN
a. Penerapan model pembelajaran koperatif UNM. Makassar.
metode problem solving dapat Nana sudjana. 2005. Dasar-dasar Proses
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba hampir Baru
semua aspek indikator, antara lain sebagai
berikut : Nana sudjana. 1989. Penilaian Hasil Belajar
1) Mengajukan pertanyaan sebesar 8,33 % Mengajar. Bandung : Sinar Baru
2) Menjawab pertanyaan guru sebesar 6,66 Omi Kartawidjaya. 1988. Metode Mengajar
% Geografi. Jakarta : Depdikbud
3) Memperhatikan penjelasan guru sebesar
18,33 % Sardiman. 2010. Ínteraksi & Motivasi Belajar
4) Diskusi kelompok sebesar 30 % Mengajar. PT. Raja Grafindo
5) Diskusi kelas sebesar 18,33 Persada. Jakarta.
Sedangkan indikator menanggapi respon
siswa lain mengalami penurunan sbesar Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning.
3,33%. Nusa Media. Bandung.
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penilaian,
problem solving dapat meningkatkan hasil Suatu Praktek. Jakarta : Bina Ilmu
belajar IPS siswa kelas VIII.2 SMP Negeri
1 Bulukumba sebesar 1,76 % yaitu dari rata- Trianto. 2009. Mendesain Model pembelajaran
rata 6,57 pada siklus I menjadi rata-rata Inovatif Berorientasi-Progresif.
8,33 pada siklus II Kencana. Jakarta.

254 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


THE IMPLEMENTATION OF ASSESSMENT IN CURRICULUM 2013 IN ENGLISH
SUBJECT OF SMPN BULUKUMBA

Ray Suryadi *)
Universitas 19 November Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara
Dosen di Universitas 19 November Kolaka
Email: ray_suryadi@yahoo.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui uraian pelaksanaan Penilaian Kurikulum
2013 dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMPN Bulukumba. (2) mengidentifikasi masalah yang
dihadapi guru saat melaksanakan penilaian Kurikulum 2013. (3) untuk mengetahui solusinya.
Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah percontohan di SMP Negeri Bulukumba. Semuanya
adalah sekolah yang ditunjuk pemerintah untuk menerapkan kurikulum 2013. Selain itu, ada juga satu
sekolah yang bukan merupakan sekolah percontohan untuk terus melaksanakan Kurikulum tahun
2013. Peserta penelitian ini adalah guru bahasa Inggris kelas 1. Untuk mengumpulkan data peneliti
menggunakan tape recorder dan melakukan wawancara dengan guru dan kepala sekolah sebagai data
tambahan. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan metode kualitatif. Menurut Patton (1987)
bahwa metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk mewawancarai dan menafsirkan hasilnya
sesuai dengan situasi kehidupan nyata di situs. Hal ini memungkinkan penggunaan bahasa ekspres dan
kehadiran suara para peserta dalam teks. Hal ini penting karena suara membawa aspek lain seperti
suasana hati dan nada yang dapat berkontribusi terhadap kualitas data.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) responden telah melakukan penilaian terhadap
kurikulum tahun 2013 dengan baik sesuai dengan pedoman pelaksanaan penilaian, walaupun di sisi
lain, mereka belum memahaminya secara keseluruhan, kekurangan materi dalam buku teks. , dan
masih butuh latihan lagi. (2) Ada lima masalah yang ditemukan dari persepsi guru mengenai penilaian
dalam kurikulum 2013, seperti: (a) Guru menghadapi masalah dalam menangani perubahan kurikulum
terutama dalam proses penilaian, (b) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan kurangnya
materi dalam buku teks, (c) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan integrasi penilaian
mendengarkan berbicara dan membaca sampai menulis, (d) Guru menghadapi masalah dalam
menangani penilaian sikap siswa, (e) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan waktu
alokasi. (3) Solusi masalah disarankan oleh guru dan kepala sekolah. Poin sarannya adalah guru harus
bisa beradaptasi dengan kurikulum tahun 2013, sehingga mudah menerapkannya dengan baik.
Kata Kunci: implementasi dan penilaian
Abstract *)
The objectives of this research are (1) to find out the description of the implementation of the
Assessment in Curriculum 2013 in English Subject of SMPN Bulukumba. (2) to identify the problems
that the teachers face when implementing the assessment of Curriculum 2013. (3) to find out the
solution of the problems.
This research is done in several piloting schools in SMP Negeri Bulukumba. They are schools
that are pointed by the government to implement the curriculum 2013. In addition, there was also one
school which is not a piloting school to continue to implement the Curriculum of 2013. The
participant of this research is the English teachers of the first grade. To collect the data the
researcher used tape recorder and conducted interview with the teachers and headmaster as
additional data. In analysing the data, the researcher used qualitative method. According to Patton
(1987) that qualitative method enables the researcher to interview and to interprete the result
according to the real-life situation on the site. It allows the use of expressing language and the
presence of the participants’ voices in text. This is important because voices brings in other aspects
such as moods and tones that may contribute to the quality of data.
The findings of this research showed that (1) The respondents had conducted the assessment of
curriculum 2013 well in accordance with the assessment implementation guides, eventhough in
another side, they haven’t understood it as a whole, lack of material in the text book, and still need
more training. (2) There were five numbers of problem were found from the teachers’ perception on
the assessment in curriculum 2013, such as: (a) Teachers face problems dealing with the curriculum
changing particularly in assessment process, (b) Teachers face problems dealing with the lack of
material in the text book, (c) Teachers face problems dealing with the assessment integration of
listening to speaking and reading to writing, (d) Teachers face problems dealing with student’s
attitude assessment, (e) Teachers face problems dealing with time allocation. (3) The problems
solution were suggested by the teachers and headmaster. The points in the suggestion was the teacher
should be able to adapt with the curriculum 2013, so would have been easy to implement it well..
Keywords: implementation and assessment

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013


In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 255
INTRODUCTION multiplier is different from the previous
curriculum using a range of 1-100. In addition
Basically, there are four elements of to differences in the range of knowledge and
curriculum change in 2013, the Graduate skills assessment aspects also include a
Competency Standards, Content Standards predicate based on the value obtained by the
(core competence and basic competences), students. For the assessment of knowledge,
Standard Process, and Assessment Standards. teachers can assess through written tests, oral
Orientation Curriculum 2013 is an increase in tests, and assignments. In the aspect of skills,
the balance between competence and attitude teachers can assess through performance
(affective), skills (psychomotor) and assessment, that is the assessment that requires
knowledge (cognitive). students to demonstrate a certain competence
Conceptually draft curriculum in 2013 by using the practice test, project, and portfolio
aspired to be able to create a future smart assessment.
generation and comprehensive that is not only Meanwhile, the attitude aspects is
excellent intellectually, but also excellent in divided into two, namely spiritual attitude and
emotional, social, and spiritual. It looks at the social attitudes. Where the assessment only
integration of the values of the characters in the lists the predicate that obtained by students. In
learning process that is not longer to be a the attitude aspect teacher can assess student
supplement as in Curriculum 2006 but through some instruments such as direct
approaches and instructional strategies that are observation from the teachers themselves,
used to provide space for learners to construct student’s self assessment and peer student
new knowledge based on their experience assessment among themselves and other, and
gained from classroom learning, school the event that happen in or outside the
environment, and the community also will be classroom in the form of teacher’s journsl.
able to get learners closer to the culture. Moreover the assessment form in curriculum
Curriculum in 2013 became one of the 2013 also focuses on individual character of
solutions to the changing times that would each student.
prority to competence but synergized with the But some toubles raise when the
values of the character. teachers implementing the assessment, as
The Objectives of the Curriculum reported by www.tempo.com “One thing that
2013, based on the regulation of Ministry of make teachers feel difficult is the assessment
Education and Culture no. 69 2013, system that contains too many aspects. In a
learning activity, each of students have to be
“The curriculum of 2013 aims to prepare assessed detail, involving ten spect of
Indonesia people to have ability to live as assessment. Imaging if there are 30 students in
individual and citizen who faithful, a classroom. Teachers will spend their time
productive, creative, innovative, and affective, only to observe the students and assess those
and to be able to contribute to the life of aspects" said Basaria, an Indonesia language
society, nation, state, and world civilization”. teacher (Tempo.co Metro 16 Agustus 2014).
Same thing said by Mulyadi, a Math teacher,
“Kurikulum 2013 bertujuan untuk
he said that the assessment in curriculum 2013
mempersiapkan manusia Indonesia agar
is more informative and descriptive, also
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
contains assessment in attitude, knowledge and
dan warga negara yang beriman, produktif,
skill of student. Beside that there is a lot of
kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu
variables in portfolio needed to be fulfilled.
berkontribusi pada kehidupan
This things, he said, made him and his collague
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
found difficult to assess. (http://www.koran-
peradaban dunia.”
jakarta.com).
By reffering to some cases above, the
Curriculum assessment in 2013 is not
researcher were interested to do a research
only focused on aspects of knowledge
about the implementation of the assessment in
(cognitive) alone but also covers aspects of
Curriculum 2013 conducted in English Subject
attitudes (affective) and aspects of skills
of SMPN Bulukumba. The researcher also
(psychomotor). On the aspects of knowledge
wanted to find out the problem that the teachers
and skills, in the curriculum 2013, conducted
face when deal with it. Therefore by this study
by the English teacher with a range of values
the writer came to his thesis under the title The
given are scale 1-5 (Buku Pegangan Guru,
Implementation of Assessment in Curriculum
“When English Rings a Bel”. 2014) with a 0.33
2013 in English Subject of SMPN Bulukumba.

256 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


Junior high school 2014 (Panduan Penilaian
LITERATURE REVIEW Pencapaian Kompetensi Peserta Didik SMP.
2014), assessment in curriculum 2013
Concepts Deal With Curriculum and
should include aspects of knowledge, skills,
Assessment
and attitudes as a whole and proportional, in
a. Curriculum
accordance with the core competencies that
Curriculum is the foundation of the
have been determined. Assessment aspects
teaching-learning process. The development
of knowledge, can be done by a written test,
of programs of study, learning and teaching
an oral and a checklist of questions.
resources, lesson plans and assessment of
Assessment skills aspect can be done with
students, and even teacher education are all
practice exam, analysis of skills, and
based on curriculum. Johnson (1967)
analysis of task, and assessment by the
defines curriculum as “a structured series of
learners themselves. While for the
intended learning outcomes that prescribes
assessment aspect of attitude, it can be done
the results of instruction”. Curriculum is,
by attitude questionnaire (personal
therefore, viewed as an output of the
observation) of students themselves, and
development process. Research in
checklists attitude adjusted with the core
curriculum development has focused more
competencies.
on improving the process of curriculum than
In the assessment process of
on curriculum theory, which aims to better
curriculum 2013 there are stages that
understand the educational significance of
conducted by the teachers in
what students are learning (Pinar, 2004).
implementating the assessment namely
b. Assessment
stage of instruments preparation, stage of
Assessment is an ongoing process
execution, and the stage of score
aimed at understanding and improving
management.
student learning. It involves making
expectations explicit and public; setting
appropriate criteria and high standards for Aspect of attitude
Attitude started from the feeling
learning quality; systematically gathering,
associated with a person's tendency to respond
analyzing, and interpreting evidence to
to a thing / object. Attitudes is also as the
determine how well performance matches
expression of values or way of life of a person.
those expectations and standards, and using
Attitude can be formed, so that it becomes a
the resulting information to document,
behavior or an action desired. According to the
explain, and improve performance. (Angelo,
Assessment Guide of Learner’s Competence
T. 1995).
Achievement for Junior high school 2014
Assessment process can be performed
(Panduan Penilaian Pencapaian Kompetensi
by observation and reflection. Observations
Peserta Didik SMP. 2014) competence attitude,
can be conducted by teachers when students
which is intended in this guide, is an
are learning, asking questions/ problems,
expression of values or way of life that belong
responding or answering questions,
to a person and manifested in behavior.
discussing, and doing other learning, both in
Attitude competence in curriculum 2013
class and outside of class. In the
consists of spiritual and social attitudes.
implementation of the curriculum, not only
Spiritual attitude is a manifestation of the
one teacher in the classroom can observe
strengthening of the vertical interaction with
the students but the observations can be
God Almighty, while the social attitude is a
conducted by another teacher in different
manifestation of the existence of consciousness
subject, help to observe each other, because
in an effort to realize the harmony of life.
it encourages team teaching curriculum in
There are four kinds of techniques of
learning, especially in the thematic
attitudes assessment in the curriculum 2013
integrative learning. Observations can also
namely:
be conducted by a companion, since the
a. Observation
implementation of Curriculum 2013 plans a
Kemendikbud (2013) explain that
companion program, so that teachers will be
observation is a technique of evaluation that
accompanied by the expert of curriculum
is performed continuously by using the
and learning.
senses, either directly or indirectly by using
c. Assessment in curriculum 2013
instruments that contain a number of
According to the Assessment Guide
indicators behavior that observed. Direct
of Learner’s Competence Achievement for
observation conducted by the teacher
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013
In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 257
directly without intermediary of others. interrelated and well structured formula
While indirect observation conducted by the (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001).
teacher with the help of others, such as Conceptual knowledge includes knowledge
teachers, parents, students, and school of classifications and parts, knowledge of
employees. basic and general, knowledge of theories,
b. Self assessment models, and structures.
Self-assessment is an assessment c. Procedural Knowledge
technique by asking learners to express their Procedural knowledge is knowledge
strengths and weaknesses in the context of about how the sequence of steps in doing
the achievement of competence. something. Procedural knowledge includes
Instruments used is the self-assessment knowledge from general to specific and
sheet using a check list or rating scale were algorithms, knowledge of specific methods
accompanied rubric. Permendikbud (2013) and techniques and knowledge of criteria to
c. Peer student assessment determine the appropriate use of procedures
Peer assessment is an assessment (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001).
technique by asking learners to assess each
other related to the achievement of Aspect of Skill
competence (Sadler, Philip M., and Eddie Assessment of skills competency
Good. 2006). The instrument used for peer achievement is the assessment conducted
assessment is a check list and rating scale toward the learners to assess on what extent the
with a class-based sociometry techniques. achievement of graduate competency standard
Teachers can use one or both of them. (SKL), core competence (KI), and basic
d. Journal competence (KD) particularly in dimension of
Journal is a teacher’s record in and skills.
outside the classroom containing According to the Permendikbud number
information of observations result about the 66, 2013 about Standards Assessment, the
strengths and weaknesses of students assessment in skill competence consist of
relating to attitudes and behavior. practice assessment, project assessment and
portfolio assessment that can be describe as
Aspect of Knowledge follows:
The assessment of learner’s knowledge a. Practice Assessment
competency achievement is the assessment of Practice test is an assessment that
intellectual potential in understanding requires a response in the form of skills to
knowledge (factual, conceptual, and do an activity or behavior in accordance
procedural) consist of the level of knowing, with the demands of competence. Practice
understanding, applying, analyzing, evaluating, tests conducted by observing the activities
and creating. Assessment towards the learner’s of learners in doing something. Assessment
knowledge can conducted through written tests, is used to assess the achievement of
oral tests, and assignments. (Permen Dikbud. competencies that require learners to
2013). Here are the coverage of knowledge perform certain tasks such as: practice in the
aspect laboratory, practice to do prayer, practice to
a. Factual Knowledge sports, role playing, playing musical
Factual knowledge contains instruments, singing, reading poetry, and so
convention (agreement) of the basic on.
elements such as a term or symbol b. Project Assessment
(notation) in order to facilitate discussion in Project is learning tasks which
a field of disciplines or subjects. Factual includes the design, implementation, and
knowledge includes the aspects of terms report by orally or writing within a certain
knowledge, particular knowledge and time. Project assessment is an assessment to
elements relating to the knowledge of the the tasks that need to be completed within a
events, locations, people, dates, resources, certain time period or. The Tasks such an
and etc. investigation from planning, collecting,
b. Conceptual Knowledge organizing, processing and presentation of
Conceptual knowledge contains ideas data. Project assessment can be used to find
in a discipline that allows people to out the understanding, the ability to apply,
categorize an object and also categorize to investigate and to inform students on
various objects. Conceptual knowledge subjects and indicators or specific topic
covers principles (rules), law, theorem, or clearly.

258 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


c. Portfolio Assessment The implementation of the assessment in the
Portfolio assessment is the Curriculum 2013
assessment carried out by assessing the The researcher provided questions for
entire collection of students' works in teachers consisted of four parts. The first part is
certain fields that are reflective-integrative their understanding about the changing of
to know the interests, developments, assessment system on curiculum 2013. The
achievements, and / or creativity of students second is the actualisation of the assessment
within a certain time. The work can be in implementation on curriculum 2013 The third
the form of concrete actions that reflect the is their involvement in curriculum 2013
students’ concerns to their environment. training. And the fourth is their respon on
(Panduan Penilaian Pencapaian Kompetensi curriculum changing.
Peserta Didik SMP. 2014) a. Understanding about the changing of
assessment system on curiculum 2013
RESEARCH METHOD The objective of this sub part is to
investigate teacher’s understanding about
The researcher investigated the
the changing of curriculum specifically to
implementation of assessment in curriculum
the assessment changing. The first point
2013 in english subject of smpn bulukumba by
covers teachers’ point of view about
using descriptive qualitative research design.
curriculum change from KTSP (Curriculum
The study was conducted in 4 Junior High
2006) to curriculum 2013 particularly in
School in Bulukumba. One Junior High School
assessment aspect, the second point is their
that represents districts in Bulukumba city, one
understanding about assessment mechanism
Junior High School representing the border of
in this curriculum 2013. The third point is
Bulukumba city, and two Junior High Schools
their point of view about authentic
representing the sub-districts outside of
assessment. The fourth point is their point
Bulukumba city. There were eight piloting
of view about the effectivity of the
schools of junior high school in Bulukumba.
assessment and the fifth point is their point
The researcher selected the schools to be
of view about the reduction of reading and
researched by using purpose random sampling
listening assessment.
because they were considered near from the
b. The actualisation of the assessment
researcher place. The participants in this
implementation in curriculum 2013
research consist of four English teachers at
The objective of the second part is to
seventh grade of Junior High School who have
investigate how do the teacher implement
attended Curriculum 2013 training. In this case
the assessment on curriculum 2013 such as,
one English teacher represented one school and
how do they design the instrument of
two headmasters representing four schools
assessment before process of learning take
above. The researcher chose the teachers at the
place, how do they develop the assessment
first grade because the implementation of
instrument on every aspect, how do they
curriculum 2013 began from the first grade to
document assessment on every aspect, how
the second grade. Every single teacher and
do they manage the result of the assessment,
headmasters had been observed and
facilitate the assessment by student, the
interviewed for six meetings because the data
teacher action when there is a student
had been saturated.
doesn’t reach the score target, components
the teacher should pay attention in
FINDINGS
implementing the assessment, and expain
The findings consist of (1) The the technique and assessment format they
implementation of the assessment in the have done.
Curriculum 2013, (2) Teacher’s problem with c. The involvement in curriculum 2013
the implementation of the assessment on training
Curriculum 2013 at junior high school, and (3) The objective of this part is to
The suggestion on problem solution from investigate how is teacher’s involvement in
English teacher and headmasters toward the assessment training and the information
problem in conducting the assessment. The they get about assessment curriculum 2013
data obtained through classroom observation, d. Respond on curriculum changing
photograph, sound recording, and interview The objective of this sub part is to
based on research design that was descriptive investigate teacher’s perception about the
qualitative design. changing of curriculum in generally. The
first past is about the total time for English
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013
In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 259
subject, the second is piloting school, and principles of (1) valid, (2) objectively, (3)
the third is their suggestion for the equitable, (4) integrated, (5) opened, (6)
goverment. whole, (7) systematically, (8) criteria reference,
Teacher’s problem with the implementation (9) accountable, and (10) educatively.
of the assessment on Curriculum 2013 at Regarding to the teacher and student textbooks
junior high school published by the government by integrating the
This study has already identified the ability of listening and speaking to one as well
problem that the teachers faced. The list of as with the ability of reading and writing the
teachers’ problems dealing with the assessment respondents expressed no objection with that
of the curiculum 2013 found in preliminary thing because the program directs students to
data are the following. make them easier to face national exam where
a. Teachers face problems dealing with the there are many reading texts in it. It is also
curriculum changing particularly in good because there are clear standards and
assessment process uniformity of the material, but teachers should
b. Teachers face problems dealing with the also be given the freedom to use other learning
lack of material in the text book resources and adapted to the conditions of each
c. Teachers face problems dealing with the school. Based on experience, exam question
assessment integration of listening to are customized with the indicators, the
speaking and reading to writing demands of each school and the student's
d. Teachers face problems dealing with ability.
student’s attitude assessment
e. Teachers face problems dealing with time Second point is Teacher’s problem with the
allocation implementation of the assessment on
Curriculum 2013 at junior high school. Based
Suggestion on problem solution from on the above finding, there are some teachers
English teacher and headmasters toward the who were having some problems in the
problem in conducting the assessment implementation of the curriculum in 2013 starts
The problems solution were suggested from the assessment assumed enough
by the teachers and headmaster. The points in complicating especially in attitude assessment,
the suggestion was the teacher should be able the the book contained lack of material and
to adapt with the curriculum 2013. Had they insufficient with the available time and the
familiar with this curriculum they would have material also little high for the student in junior
been easy to implement it well. And they
level. The Subsequent findings was the limited
should always ask to their friends who know
time for teacher to have training for the
well about this curriculum. Whether in training,
teachers’ assemble (MGMP) or just by sharing assessment and instructors who come from the
with their colleague. The teacher also should teachers of themselves are still not very
develop their material or find another material proficient in the areas of curriculum 2013.
whether in text book or internet when they Third point is the suggestion on problem
thought it doesn’t enough with the allocation solution from English teacher and headmasters
time. toward the problem in conducting the
assessment. The problems solution were
DISCUSSION
suggested by the teachers and headmaster. The
The discussion of this research deals points in the suggestion was the teacher should
with the interpretation of the findings derived be able to adapt with the curriculum 2013. Had
from the result of the script and the they familiar with this curriculum they would
researcher’s notes during the interaction or the have been easy to implement it well. And they
conversation of teaching and learning process, should always ask to their friends who know
it also deals with interpretation of the findings well about this curriculum. Whether in training,
in interview process. teachers’ assemble (MGMP) or just by sharing
First point is The implementation of the with their colleague. The teacher also should
assessment of English learning in curriculum develop their material or find another material
2013. Assessing student learning outcomes whether in text book or internet when they
based on the existing principle according to thought it doesn’t enough with the allocation
minister regulation no. 81, assessment of time.
students’learning outcomes is based on the

260 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS REFERENCES
Based on interviews and observations
Angelo, T. (1995). Reassessing (and defining)
conducted by researchers it can be concluded
Assessment. The AAHE Bulletin,
that the respondents had conducted the
48(2),7-9.
assessment of curriculum 2013 well in
accordance with the assessment Johnson Jr., M. (1967). Definitions and models
implementation guides. For further conclussion in curriculum theory. Educational
we can see as follows: Theory, 17(2), 127–140.
In the implementation of the assessment
Mendikbud No.69 Tahun 2013 tentang
in the Curriculum 2013, some teachers
Kerangka Dasar Dan Struktur
assumed that the aspects of assessment are too
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/
complicated because many formats of the
Madrasah Aliyah.
assessment should be completed by them and
they are uncapable to provide the appropriate Peraturan Menteri Pendidikan Dan
assessment according to the aspects of Kebudayaan Republik Indonesia
curriculum assessment 2013. Although some Nomor 66 Tahun 2013 Tentang
teachers have not understand about the aspects Standar Penilaian Pendidikan.
of curriculum assessment in 2013 but there are Peraturan Menteri Pendidikan Dan
still teachers understand the assessment well Kebudayaan Republik Indonesia
because they are able to develop themselves Nomor 160 Tahun 2014 Tentang
and conscious upon the importance of the Pemberlakuan Kurikulum Tahun
assessment of the students in measuring 2006 dan Kurikulum 2013.
student’s ability and achievement actually.
There were five numbers of problem Pinar, W. F. (2004). What is curriculum
were found from the teachers’ perception on theory? Mahwah, NJ: Lawrence
the assessment in curriculum 2013, such as: (a) Erlbaum Associates, Inc.
Teachers face problems dealing with the Sadler, Philip M., and Eddie Good. 2006) The
curriculum changing particularly in assessment Impact of Self- and Peer-Grading on
process, (b) Teachers face problems dealing Student Learning. Educational
with the lack of material in the text book, (c) Assessment, 11 (1), 1–31 Copyright
Teachers face problems dealing with the © 2006, Lawrence Erlbaum
assessment integration of listening to speaking Associates, Inc.
and reading to writing, (d) Teachers face
problems dealing with student’s attitude UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
assessment, (e) Teachers face problems dealing Nasional pada penjelasan pasal 35
with time allocation. http://www.koran-jakarta.com http://
The problems solution were suggested www.socialresearchmethods.net http:
by the teachers and headmaster. The points in //www.tempo.co. Metro. 16 Agustus
the suggestion was the teacher should be able 2014.
to adapt with the curriculum 2013. Had they
familiar with this curriculum they would have
been easy to implement it well. And they
should always ask to their friends who know
well about this curriculum. Whether in training,
teachers’ assemble (MGMP) or just by sharing
with their colleague. The teacher also should
develop their material or find another material
whether in text book or internet when they
thought it doesn’t enough with the allocation
time.

The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013


In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 261
262 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI
TERBIMBING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK PADA MATERI ASAM, BASA, DAN GARAM

Darmaeni1, Muhammad Danial2, Nurdin Arsyad3 *)


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba
1
Guru SMP Negeri 1 Bulukumba
2,3
Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
Email: darmaeni@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (i) untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri
terbimbing pada materi asam, basa, garam; (ii) untuk mendeskripsikan kevalidan, keefektifan, dan
kepraktisan perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yang difokuskan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA
berbasis inkuiri terbimbing pada materi asam, basa, dan garam. Perangkat pembelajaran yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah RPP, Buku Ajar Peserta Didik (BAPD), Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD). Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model
Thiagarajan atau 4-D yang terdiri dari tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan
dan tahap penyebaran. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini divalidasi oleh
dua orang ahli dengan hasil penilaian berada pada kategori sangat valid untuk RPP dan BAPD dan
kategori valid untuk LKPD serta dapat digunakan dengan sedikit revisi. Pada penelitian ini uji coba
dilakukan satu kali. Uji coba dilakukan pada kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba. Hasil yang
diperoleh pada uji coba tersebut, yaitu: (1) perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing
sudah praktis, (2) perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing pada materi asam, basa, dan
garam sudah efektif karena telah memenuhi 3 dari 4 indikator keefektifan, yaitu: ketuntasan klasikal
tes hasil belajar telah tercapai, aktivitas peserta didik pada setiap pertemuan berada pada rentang
batas toleransi , dan respon peserta didik berada pada kategori positif. Dengan mengikuti tahap
pengembangan di atas, diperoleh perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing pada materi
Asam, Basa, dan Garam yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Berpikir Kritis

Abstract *)
The purpose of this study were (i) to produce the guided inquiry-based science learning on the
material acids, bases, salts; (Ii) to describe the validity, effectiveness and practicality of the device
guided inquiry-based science learning. This research is a development that is focused on developing
tools guided inquiry-based science learning on the material acids, bases and salts. Learning tools
generated in this study is the RPP, Textbook of Students (BAPD), Worksheet Students (LKPD). The
development model used in this study refers to the model Thiagarajan or 4-D comprising the step of
defining, designing stage, stage of development and deployment phase. Learning tools generated in
this study are validated by two experts with the assessment result is in the category very valid for the
RPP and BAPD and valid for LKPD category and can be used with minimal revision. In this study, the
test was carried one. Tests performed on grade VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba. The results obtained
in these trials, namely: (1) the learning device science-based guided inquiry has been practical, (2) the
learning device science-based guided inquiry on material acids, bases, and salts have been effective
because it has met three of the four indicators of effectiveness, namely: classical completeness
achievement test has been reached, the activity of learners at each meeting is in the range of tolerance
limits, and the response of students that are in the positive category. By following the above
development, obtained the guided inquiry-based science learning in materials Acids, Bases, and Salts
are valid criteria, practical, and effective.

Keywords: Guided Inquiry, Critical Thinking Skills

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
1 2 3
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni , Muh. Danial , Nurdin A. 263
PENDAHULUAN keputusan yang rasional mengenai sesuatu
yang dapat ia yakini kebenarannya. Dengan
Konsep pembelajaran IPA yang begitu anak juga tidak akan mudah lupa
dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan terhadap konsep IPA.
Pendidikan (KTSP) berhubungan dengan cara Berdasarkan pengalaman penulis sebagai
mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara guru IPA SMP Negeri 1 Bulukumba tentang
sistematis, sehingga IPA bukan hanya kegiatan pembelajaran IPA di sekolah tersebut
penguasaan kumpulan pengetahuan yang adalah materi pelajaran dominan disajikan
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau melalui model pembelajaran langsung dengan
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan metode ceramah. Begitupula materi
suatu proses penemuan. Oleh karena itu pembelajaran tidak dikemas menyesuaikan
Pendidikan IPA juga diarahkan untuk proses kondisi peserta didik sebab berpatokan pada
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu buku paket yang ada sehingga terkesan
peserta didik untuk memperoleh pemahaman monoton dan memaksa anak untuk berbuat
yang lebih mendalam tentang alam sekitar sesuai apa yang diperintahkan oleh guru,
(Trianto, 2013 : 153). Walupun peneliti pernah mencoba menerapkan
Seperti yang telah dijelaskan di atas model pembelajaran Inkuiri dalam bentuk
bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tetapi belum
pelajaran yang berkaitan erat dengan cara menghasilakn perangkat pembelajaran yang
mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara tepat, dimana perangkat yang dibuat belum
sistematis, ini berarti mata pelajaran IPA erat optimal dapat menunjang proses pembelajaran.
kaitannya dengan kemampuan menggunakan Keterbatasan dalam hal pembuatan RPP yang
ketermpilan berpikirnya. Keterlibatan kita belum menjelaskan kegiatan pembelajaran
dalam berbagai proses berpikir berarti kita secara menyeluruh dan kesesuaian penyajian
harus mengusai keterampilan berpikir dari materi dengan waktu yang tersedia, sumber
tingkat rendah (Lower Odrder Thinking Skill - belajar berupa buku yang digunakan oleh
LOTS) sampai keterampilan berpikir tingkat peserta didik masih menggunakan buku paket
tinggi (Higher Order Thinking Skill - HOTS). yang telah disediakan di sekolah (buku paket
LOTS adalah keterampilan berpikir yang hanya pinjaman dari perpustakaan). Sedikit peserta
menuntut seseorang untuk mengingat, didik yang memiliki koleksi buku
memahami dan mengaplikasikan sesuatu rumus pribadi/sendiri untuk dapat dipelajari sendiri di
atau hukum, Sedangkan HOTS adalah rumah., begitu pula penggunaan LKPD yang
keterampilan yang lebih dari sekedar hanya memberi instruksi langsung kepada
mengingat, memahami dan mengaplikasikan peserta didik,sehingga melakukan kegiatan
(A. Thomas & G. Thorne dalam Al’Azzy). sesuai dengan instruksi yang terdapat dalam
Menurut Resnick dan Thomson (2008) LKPD tanpa memikirkan alasan pengerjaan
dalam Fatmawati (2013) bahwa berpikir tahap demi tahap hal ini berakibat kurangnya
tingkat dasar (Lower Order Thinking) hanya pengalaman pada peserta didik untuk bekerja
menggunakan kemampuan terbatas pada hal- secara ilmiah.
hal rutin dan bersifat mekanis, sedangkan Rendahnya kemampuan berpikir kritis
berpikir tingkat tinggi ( Higher Order peserta didik juga terjadi di SMP Negeri 1
Thinking) membuat peserta didik untuk Bulukumba. Berdasarkan hasil observasi dan
menginterpretasikan, menganalisa atau bahkan wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 1
mampu memanipulasi informasi sebelumnya Bulukumba, diketahui bahwa guru masih
sehingga tidak monoton. kurang menggali kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis merupakan salah satu dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
aspek dari kegiatan berpikir tingkat tinggi terlihat dari kegiatan guru dan peserta didik
(Higher Order Thinking Skill – HOTS). pada saat kegiatan pembelajaran antara lain:
Dalam suatu proses pembelajaran IPA, jika metode pembelajaran yang biasanya digunakan
seorang peserta didik menggunakan adalah ceramah, diskusi, yaitu guru
keterampilan berpikir tingkat tingginya maka memberikan penjelasan, kemudian tanya
pembelajaran tersebut akan menjadi jawab, dan ditutup dengan pemberian tugas
pembelajaran yang bermakna. Karena anak atau latihan. Adapun Kelemahan diskusi yang
tidak hanya harus mengingat dan menghafal digunakan oleh guru selama ini adalah tidak
konsep yang ditemui pada pelajaran, tetapi semua peserta didik dapat berperan aktif dalam
peserta didik juga harus mampu memecahkan proses pembelajaran. Keterlibatan peserta didik
suatu masalah dan membuat keputusan- kurang optimal disebabkan oleh banyaknya
peserta didik yang pasif mengikuti pelajaran

264 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


karena kegiatan pembelajaran berpusat pada METODE PENELITIAN
guru, serta guru tidak mengajak peserta didik
Penelitian ini adalah penelitian
berlatih untuk menganalisis suatu informasi
pengembangan (Research and Development)
data atau argument, dengan kata lain tidak
yang bertujuan untuk mengembangkan dan
melatih untuk mengembangkan kemampuan
mendesain perangkat pembelajaran IPA
berpikir kritisnya.
berbasis Inkuiri untuk menumbuhkan
Menurut Puskur (2007) dalam
keterampilan berpikir kritis peserta didik pada
Apriliyana U (2012) bahwa proses
materi Asam, Basa, dan Garam yang meliputi
pembelajaran sains hendaknya dilaksanakan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
secara inkuiri ilmiah (Scientic inquiry) untuk
Buku Peserta Didik (BPD), dan Lembar
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
Kegiatan Peserta Didik (LKPD).
dan bersikap ilmiah serta
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
Negeri 1 Bulukumba dan subyek ujicoba
kecakapan hidup. Pembelajaran yang berpusat
penelitian adalah peserta didik kelas VII-2
pada peserta didik (student centered), misalnya
semester genap tahun pelajaran 2015/2016
inkuiri tepat digunakan untuk mengembangkan
dengan jumlah peserta didik 34 orang.
kemandirian peserta didik dan mampu
Pengembangan perangkat pembelajaran
memberdayakan kemampuan berpikir kritis.
menggunakan model Thiagarajan yang dikenal
Kemampuan berpikir kritis peserta didik
dengan 4D, yaitu define (pendefinisian), design
sangat penting dikembangkan demi
(perancangan), develop (pengembangan) dan
keberhasilannya dalam pendidikan secara
disseminate (penyebaran).
khusus dan dalam kehidupan bermasyarakat
Instrumen penelitian digunakan untuk
secara umum. Salah satu alternatif model
memperoleh informasi tentang pembelajaran
pembelajaran IPA yang dapat diterapkan untuk
IPA berbasis inkuiri pada materi Asam, Basa,
melatih peserta didik bekerja secara ilmiah dan
dan Garam. Instrumen pada penelitian ini
mengembangkan kemampuan berpikir dalam
terdiri dari Komponen-komponen yaitu
hal menumbuhkan keterampilan berpikir kritis
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
dan hasil belajar peserta didik hingga dapat
Berikut ini dikemukakan tentang data yang
memberikan penguatan terhadap kualitas
akan diperoleh dengan menggunakan
pembelajaran IPA di sekolah sebagai sarana
instrumen-instrumen tersebut: (1) lembar
penelitian adalah model pembelajaran berbasis
validasi perangkat pembelajaran, (2) lembar
inkuiri.
observasi keterlaksanaan perangkat
Dari uraian tersebut di atas, menandakan
pembelajaran, (3) lembar observasi aktivitas
bahwa proses pembelajaran IPA di SMP
peserta didik, (4) lembar angket respon peserta
Negeri 1 Bulukumba masih rendah ditinjau dari
diidk, (5) lembar angket respon guru, (6)
segi kualitasnya. Kualitas proses pembelajaran
lembar penilaian hasil belajar.
IPA yang rendah berakibat dari hasil belajar
Analisis data pada pengembangan
peserta didik yang rendah.
perangkat pembelajaran ini, digunakan teknik
Berdasarkan latar belakang masalah yang
analisis statistik deskriptif.
telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
HASIL PENELITIAN DAN
mengembangkan perangkat pembelajaran IPA
PEMBAHASAN
berbasis Inkuiri terbimbing pada materi
Asam, Basa, dan Garam? (2) Bagaimana Hasil Penelitian
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan
perangkat pembelajaran IPA berbasis Inkuiri (develop)
yang dikembangkan? Hasil dari setiap kegiatan pada tahap
Berdasarkan rumusan masalah di atas, pengembangan ini diuraikan sebagai berikut.
maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran Analisis Hasil Penilaian Ahli
IPA berbasis Inkuiri Terbimbing pada materi Analisis hasil validasi perangkat
Asam, Basa, dan Garam. (2) Untuk pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai
mendeskripsikan kevalidan, keefektifan, dan berikut:
kepraktisan perangkat pembelajaran IPA a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berbasis inkuiri terbimbing. Hasil analisis validasi RPP untuk setiap
aspek sebagaimana pada lampiran C yang
dirangkum sebagaimana tertera pada Tabel
4.2:
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
1 2 3
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni , Muh. Danial , Nurdin A. 265
Tabel 4.2. analisis validasi buku ajar peserta didik
Rangkuman Hasil Analisis Validasi RPP untuk setiap aspek sebagaimana pada
No Aspek penilaian Ket
x lampiran yang dirangkum pada Tabel 4.4.
1 Kesesuaian Tujuan 3,38 Sangat Valid Tabel 4.4.
2 Materi yang disajikan 3,50 Sangat Valid Rangkuman Hasil Analisis Validasi
3 Bahasa 3,75 Sangat Valid Buku Ajar Peserta Didik
4 Sarana dan alat bantu 3,50 Sangat Valid No Aspek penilaian Ket
pembelajaran x
5 Metode dan kegiatan 3,42 Valid 1 Penjabaran konsep 3,75 Sangat Valid
pembelajaran 2 Konstruksi 3,44 Valid
3 Karakteristik sub konsep 3,50 Sangat Valid
6 Waktu 4,00 Sangat Valid
4 Manfaat/kegunaan buku 3,75 Sangat Valid
Jumlah 14,44
Jumlah 21,55
Rata-rata 3,61 Sangat Valid
Rata-rata 3,59 Sangat
Valid Persentase of Agreement 100,0 Reliabel
Persentase of Agreement 100,00 Reliabel (Kategori) 0
(Kategori)
Berdasarkan Tabel 4.4, hasil analisis
Berdasarkan Tabel 4.2 , hasil analisis validasi buku ajar peserta didik menunjukkan
validasi RPP menunjukkan bahwa: (1) bahwa: (1) Keseluruhan aspek buku teks
keseluruhan aspek RPP dinilai sangat valid dan pelajaran dinilai sangat valid dan (2) Buku
(2) RPP tersebut tergolong reliabel karena nilai ajar tersebut tergolong reliabel karena nilai
reliabilitasnya sama dengan 100 %, ini sesuai reliabilitasnya 100 %, ini sesuai dengan syarat
dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin). Validator
Nurdin). Dengan demikian, perangkat RPP juga menyimpulkan bahwa buku ajar peserta
telah memenuhi kriteria kevalidan. Validator didik dapat digunakan dengan revisi kecil.
Walaupun secara keseluruhan aspek,
juga menyimpulkan bahwa RPP dapat
maupun masing-masing aspek sudah
digunakan dengan revisi kecil. memenuhi kriteria kevalidan dan reliabilitas,
Walaupun secara keseluruhan aspek, namun masih ada saran dari validator yang
maupun masing-masing aspek sudah perlu diperhatikan. Saran tersebut adalah :
memenuhi kriteria kevalidan dan reliabilitas, “Gambar diperjelas dengan memberi
namun masih ada saran dari validator yang keterangan”.
perlu diperhatikan. Saran tersebut adalah Berdasarkan saran dan komentar
sebagai berikut: (1) Alokasi Waktu disesuaikan validator maka dilakukan revisi dan
dengan penambahan aktivitas (V2) (2) Materi penyempurnaan terhadap perangkat buku ajar
pembelajaran diuraikan lengkap pada peserta didik. Adapun hasil revisi buku ajar
peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.5.
BPD.(V2).
Berdasarkan saran dan komentar Tabel 4.5.
validator maka dilakukan revisi dan Hasil Revisi Buku Ajar Peserta Didik
Hal Yang Sebelum revisi Setelah revisi
penyempurnaan terhadap perangkat RPP.
direvisi
Adapun revisi RPP tersebut dapat dilihat pada Validator 1 gambar yang Gambar sudah
Tabel 4.3 : Gambar diberikan tidak dilengkapi dengan
dilengkapi dengan keterangan
Tabel 4.3. keterangan.
Hasil Revisi RPP
Yang direvisi Sebelum revisi Setelah revisi c) Lembar Kerja Peserta
Alokasi waktu disesuaikan Fase penguatan dan Fase penguatan dan Didik (LKPD)
dengan aktivitas membuat rangkuman di merangkum di kegiatan Aspek-aspek yang
kegiatan penutup (waktu penutup (waktu kegiatan diperhatikan dalam
kegiatan penutup 7 penutup bertambah 3
menit) menit sehingga menjadi
memvalidasi Lembar Kerja
10 menit. Peserta Didik (LKPD)
Uraian materi Uraian materi terlalu adalah aspek aktivitas,
Uraian materi dipersempit
Pembelajaran padat karena uraian lengkap materi yang disajikan,
terdapat pada Buku
bahasa, dan waktu.. Hasil
Peserta Didik (BPD)
analisis validasi LKPD
sebagaimana pada lampiran dapat dirangkum
b) Buku Ajar Peserta Didik (BAPD) pada Tabel 4.6. :
Aspek-aspek yang diperhatikan dalam
memvalidasi buku ajar peserta didik adalah:
penjabaran konsep, konstruksi, karakteristik
sub konsep, manfaat/kegunaan buku. Hasil

266 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


Tabel 4.6. Tabel 4.8.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi LKPD Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar
No Aspek penilaian Rata-rata Ket Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
1 Aktivitas 3,60 Sangat Valid Rata-
2 Materi yang 3,36 Valid No Aspek Keterangan
rata
3 disajikan 3,43 Valid Tujuan
1 3,50 Sangat Valid
4 Bahasa 3,50 Sangat Valid
Waktu Cakupan unsur-
Jumlah 14,39 unsur
2 pembelajaran 3.50 Sangat Valid
Rata-rata total 3,47 Valid
3 Bahasa 3,67 Sangat Valid
Persentase of 100,00 Reliabel
Agreement Jumlah 10,67
(Kategori)
Rata-rata total 3,56 Sangat Valid
Berdasarkan Tabel 4.6, hasil analisis Persentase of
validasi LKPD menunjukkan bahwa: (1) agreement 100,00 Reliabel
keseluruhan aspek LKPD dinilai valid dan (2) (Kategori)
LKPD tersebut tergolong reliabel karena
persentase 0f agreement(R) adalah 100 %, ini Berdasarkan Tabel 4.8, hasil analisis
sesuai dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam validasi lembar observasi keterlaksanaan
Nurdin). Validator juga menyimpulkan bahwa pembelajaran menunjukkan bahwa: (1)
LKPD dapat digunakan dengan revisi kecil. keseluruhan aspek dinilai “ sangat valid”, (2)
Walaupun hasil akhir dari validasi untuk lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
lembar kerja peserta didik menunjukkan bahwa tersebut tergolong reliabel karena semua aspek
para validator umumnya menyimpulkan bahwa nilai reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai
lembar kerja yang dikembangkan valid dan dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam
dapat digunakan dengan melakukan revisi Nurdin).
kecil, tapi masih ada saran dari validator demi 2) Lembar penilaian hasil belajar
untuk kesempurnaan lembar kerja sebelum Aspek-aspek yang diperhatikan
dilakukan uji coba. Hasil revisi berdasarkan dalam memvalidasi lembar penilaian hasil
masukan, koreksi, dan saran-saran dari belajar (LPHB) adalah aspek Materi soal,
validator sebagaimana pada Tabel 4.7. berikut konstruksi, dan bahasa. Hasil analisis
ini : validasi penilaian hasil belajar
Tabel 4.7. sebagaimana pada lampiran dapat
Hasil Revisi Lembar Kerja Peserta Didik dirangkum pada Tabel 4.9. di bawah ini:
Hal yang Sebelum Setelah
Direvisi Revisi Revisi
Tabel 4.9.
Validator Pada fase Sudah Rangkuman hasil analisis validasi LPHB
2 kegiatan dicantumkan Rata-
No Aspek Keterangan
Alokasi pengamatan alokasi rata
waktu tidak waktunya 1 Materi soal 3,30 Valid
dicantumkan Konstruksi
alokasi waktu
2 3.38 Valid
3 Bahasa 3,50 Sangat Valid
Analisis hasil validasi instrument Jumlah 10,16
penelitian dideskripsikan sebagai berikut: Rata-rata
1) Lembar Observasi Keterlaksanaan 3,39 Valid
total
Pembelajaran Persentase of
Aspek-aspek yang diperhatikan agreement 100,00 Reliabel
dalam memvalidasi lembar observasi (Kategori)
keterlaksanaan pembelajaran adalah aspek
tujuan, aspek cakupan unsure-unsur Berdasarkan Tabel 4.9, hasil analisis
pembelajaran, dan bahasa. Hasil analisis validasi LPHB menunjukkan bahwa (1)
validasi lembar observasi keterlaksanaan keseluruhan aspek dinilai “ valid”, (2) LPHB
pembelajaran sebagaimana pada lampiran tersebut tergolong reliabel karena semua aspek
dapat dirangkum pada Tabel 4.8. nilai reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai
dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
1 2 3
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni , Muh. Danial , Nurdin A. 267
Nurdin). Walaupun hasil akhir dari validasi 4) Respon peserta didik dan guru
untuk penilaian hasil belajar menunjukkan Aspek-aspek yang diperhatikan
bahwa para validator umumnya menyimpulkan dalam memvalidasi lembar observasi
bahwa penilaian hasil belajar yang respon peserta didik adalah aspek materi,
dikembangkan valid dan dapat digunakan aspek konstruksi, dan bahasa.. Hasil
dengan sedikit revisi revisi, tapi masih ada analisis validasi lembar observasi respon
saran dari validator demi untuk kesempurnaan peserta didik sebagaimana pada lampiran
penilaian hasil belajar sebelum dilakukan uji dapat dirangkum pada Tabel 4.12.
coba. Hasil revisi berdasarkan masukan,
koreksi, dan saran-saran dari validator Tabel 4.12.
sebagaimana pada Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar
Observasi Respon Peserta Didik dan Guru
Tabel 4.10. No Aspek Rata-rata Respon Keterangan
Hasil Revisi Lembar Penilaian Hasil Belajar Peserta Guru
Hal yang Sebelum Setelah didik
Direvisi Revisi Revisi 1 Materi 3,50 3,50 Sangat Valid
2 Konstruksi 3.50 3,50 Sangat Valid
Validator 2
3 Bahasa 3,50 3,50 Sangat Valid
Jumlah butir Terdiri dari 10 Terdiri
Jumlah 10,50 10,50
soal disesuaikan butir soal dari 8 butir Rata-rata 3,50 3,50 Sangat Valid
dengan alokasi soal total
waktunya Persentase 100,00 100,00 Reliabel
of
3) Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik agreement
(Kategori)
Aspek-aspek yang diperhatikan
dalam memvalidasi lembar observasi
Berdasarkan Tabel 4.12, hasil analisis
aktivitas peserta didik adalah aspek
validasi lembar respon peserta didik dan guru
petunjuk, aspek cakupan aktivitas, dan
menunjukkan bahwa (1) keseluruhan aspek
bahasa.. Hasil analisis validasi lembar
dinilai “ sangat valid”, (2) lembar observasi
observasi aktivitas peserta didik
respon peserta didik dan guru tersebut
sebagaimana pada lampiran dapat
tergolong reliabel karena semua aspek nilai
dirangkum pada Tabel 4.11.
reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai dengan
Tabel 4. 11. syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin).
Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar Berdasarkan uraian di atas dapat
Observasi Aktivitas Peserta Didik disimpulkan bahwa secara umum rata-rata
Rata- penilaian atau hasil validasi dari dua orang
No Aspek Keterangan
rata validator pada perangkat pembelajaran berupa
1 Petunjuk 3,50 Sangat Valid RPP dan BPD yang digunakan berada pada
kategori “sangat valid”, dan Lembar kerja
Cakupan Peserta Didik (LKPD) berada pada kategori ”
2 aktivitas 3.50 Sangat Valid Valid”. Demikian pulan hasil validasi pada
3 Bahasa 3,50 Sangat Valid instrumen penelitian berupa lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi
Jumlah 10,50 aktivitas peserta didik, dan lembar angket
Rata-rata total 3,50 Sangat Valid respon peserta didik dan guru berada pada
kategori “Sangat Valid” dan lembar penilaian
Persentase of hasil belajar berada pada kategori “Valid”. Hal
agreement 100,00 Reliabel ini berarti perangkat pembelajaran maupun
(Kategori) instrumen pembelajaran tersebut telah layak
untuk diujicobakan.
Berdasarkan Tabel 4.11, hasil analisis Akhirnya setelah dilakukan beberapa
validasi lembar aktivitas peserta didik revisi berdasarkan masukan dari validator
menunjukkan bahwa (1) keseluruhan aspek dihasilkan perangkat pembelajaran (Prototipe
dinilai “ sangat valid”, (2) lembar observasi II), yang digunakan pada kegiatan uji coba.
aktivitas peserta didik tersebut tergolong
reliabel karena semua aspek nilai Analisis Hasil Ujicoba Lapangan
reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai dengan Perangkat Pembelajaran yang telah
syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin). direvisi berdasarkan masukan dari para

268 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


validator selanjutnya diujicobakan di kelas VII2 Hasil validasi ahli dijadikan sebagai bahan
SMP Negeri 1 Bulukumba dengan jumah pertimbangan untuk merevisi perangkat
peserta didik 34 orang. Pada kegiatan ini pembelajaran yang menghasilkan Prototipe II,
peneliti terlibat langsung pada proses kemudian diujicobakan di kelas VII2 SMP
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang di Negeri 1 Bulukumba.
ujicobakan meliputi RPP, Buku peserta didik, Data yang diperoleh saat uji coba
dan LKPD. Uji coba perangkat pembelajaran dianalisis, kemudian hasilnya digunakan
bertujuan untuk penyempurnaan perangkat sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi
pembelajaran. Adapun rincian pelaksanan uji Prototipe II menjadi perangkat final
coba dirangkum dalam tabel 4.13. yang selanjutnya akan disosialisasikan pada
proses penyebaran..Berikut adalah gambaran
Tabel 4.13. data yang diperoleh dari hasil uji coba berupa
Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Perangkat data keterlaksanaan perangkat pembelajaran,
Pembelajaran data aktivitas peserta didik, data tes hasil
belajar, data respons peserta didik, dan data
Uji coba Perangkat respon guru.
Pertemuan Hari/Tanggal
Pembelajaran Buku siswa
I Rabu, 13-4- RPP LKS Pembelajaran Uji kepraktisan (keterlaksanaan) perangkat
2016 01 01 01 pembelajaran
II Kamis, 14-4- RPP LKS Pembelajaran
2016 02 02 01 a) Deskripsi hasil analisis keterlaksanaan
III Rabu, 20-4- RPP LKS Pembelajaran perangkat pembelajaran
2016 03 03 03 Tujuan utama analisis data
IV Kamis, 21- Tes Hasil Belajar keterlaksanaan perangkat pembelajaran
04-2016
V Rabu, 04-05- Pengisisan angket respon adalah untuk melihat sejauh mana tingkat
2016 Peserta didik kepraktisan penggunaan perangkat dalam
proses pembelajaran. Dalam mengobservasi
keterlaksanaan perangkat, peneliti
Peserta didik yang menjadi subjek uji menggunakan dua orang guru mitra sebagai
coba perangkat ini adalah peserta didik Kelas pengamat pada setiap pertemuan,
VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba, semester selanjutnya untuk memberikan penekanan
genap tahun pelajaran 2015/2016. Dengan bahwa lembar keterlaksanaan pembelajaran
jumlah peserta didik sebanyak 34 orang dengan memenuhi reliabilita s maka, dihitung
kemampuan akademik yang beragam, ada reliabilitas lembar pengamatan
peserta didik yang berkemampuan tinggi, keterlaksanaan perangkat tersebut dengan
sedang, dan rendah. Dalam proses menggunakan hasil modifikasi rumus
pembelajaran, peserta didik dikelompokkan 4 percentage of agreements Grinnel (Nurdin,
atau 5 orang dalam satu kelompok, yang terdiri 2007 : 145) sebagai berikut:
dari 1 atau 2 orang peserta didik kelompok
Percentage of agreement R  
atas, 1 atau 2 orang peserta didik kelompok
tengah, dan 1 orang peserta didik kelompok Agreements (A)
 100%
bawah. Pembagian kelompok didasarkan dari Disagreements (D)  agreement (A)
rata-rata nilai ulangan harian, serta keaktifan dengan:
peserta didik dalam pembelajaran IPA selama A = Jumlah frekuensi kecocokan antara,
di kelas VII. Dengan demikian, dapat dua pengamat
dikatakan bahwa kemampuan rata-rata tiap D = Jumlah frekuensi ketidakcocokan
kelompok relatif sama. Guru dalam penelitian antara dua pengamat
ini adalah peneliti sendiri. R = Reliabilitas instrumen
Deskripsi hasil ujicoba perangkat Agar lebih mudah menarik
pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali kesimpulan, maka data pengamatan
pertemuan mulai tanggal 13 April 2016 sampai keterlaksanaan perangkat pembelajaran
4 Mei 2016, yaitu 3 kali pertemuan untuk dianalisis per aspek. Adapun hasil analisis
KBM, 1 kali tes hasil belajar dan 1 kali untuk masing-masing aspek dijelaskan
pengisian angket respon terhadap perangkat sebagai berikut:
pembelajaran. Pengisian angket respon peserta 1) Komponen sintaks pembelajaran inkuiri
didik dilaksanakan setelah uji coba perangkat terbimbing. Hasil pengamatan terhadap
dilakukan. Rancangan awal perangkat keterlaksanaan komponen sintaks
pembelajaran (Prorotipe I) divalidasi oleh ahli.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
1 2 3
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni , Muh. Danial , Nurdin A. 269
pembelajaran inkuiiri terbimbing selama Inkuiri Terbimbing terlaksana seluruhnya (1,5
uji coba dapat dilihat pada Tabel 4.14.
≤ x ≤ 2,0).
Tabel 4.14.
Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen
Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 2). Interaksi sosial. Hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan komponen interaksi sosial
Hasil Pengamatan
Aspek
No
Pengamatan
selama uji coba dapat dilihat pada Tabel
A B A B A B
4.15.berikut:
1 Fase 1 2 2 2 2 2
penyampaian Tabel 4.15.
tujuan Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen
pembelajaran
dan memotivasi Interaksi Sosial
peserta didik; Hasil
2 Fase Orientasi; 2 2 2 2 2 2 Pengamatan
No Aspek Pengamatan Pert. Pert. Pert.
1 2 3
3 Fase 2 2 2 2 2 2 A B A B A B
membimbing
peserta didik 1. Interaksi antara guru 2 1 2 2 2 2
dalam dan peserta didik,
merumuskan serta peserta didik dan
masalah; peserta didik.
4 Fase 2 2 2 2 2 2 2. Keaktifan peserta 2 2 1 2 2 2
membimbing didik dalam
peserta didik melakukan aktivitas
dalam untuk menemukan
merumuskan konsep pembelajaran
hipotesis; yang sesuai dengan
5 Fase 2 2 2 2 2 2 petunjuk pada buku
membimbing peserta didik dan
peserta didik LKPD
dalam 3 Keaktifan peserta 1 2 2 2 2 2
mengumpulkan didik dalam
data melalui menyelesaikan
eksperimen masalah yang terdapat
6. Fase 2 2 2 2 2 2 pada LKPD.
membimbing 4 Keaktifan peserta 1 2 2 1 2 1
peserta didik didik dalam belajar
dalam khususnya pada saat
menganalisis peserta didik
data untuk mengkonstruksi
menguji pengetahuan dan
hipotesis menyelesaikan LKPD.
7. Fase 2 2 2 2 2 2
Agreement 4 4 4
merumuskan
kesimpulan Disagreement 0 0 0
Agreement 7 7 7
Rata-rata 1.63 1.75 1,88
Disagreement 0 0 0
Rata-rata pengamatan 1,93 2,00 2,00 Tabel 4.15 menunjukkan bahwa
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa jumlah jumlah agreement dua pengamat adalah 12
agreement dua pengamat adalah 21 dan dan disagreement adalah 0, rata-rata
disagreement adalah 0, berarti dua pengamat pengamatan 1,75 berarti dua pengamat
sepakat bahwa Komponen Sintaks sepakat bahwa Komponen interaksi sosial
pembelajaran IPA berbasis Inkuiri Terbimbing terlaksana dengan percentage of
terlaksana dengan percentage of agreement agreement (PA) = 100%. Jika
(PA) = 100%. Jika dikonfirmasi dengan kriteria dikonfirmasi dengan kriteria
keterlaksanaan pada bab III, maka disimpulkan keterlaksanaan pada bab III, maka
Komponen sintaks pembelajaran berbasis

270 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


disimpulkan Komponen interaksi sosial keterlaksanaan maka disimpulkan Komponen
terlaksana seluruhnya (1,5 ≤ x ≤ 2,0). prinsip reaksi terlaksana seluruhnya (1,5 ≤ x
≤ 2,0).
3). Prinsip reaksi. Hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan komponen prinsip reaksi Uji keefektifan perangkat pembelajaran
selama uji coba dapat dilihat pada Tabel Pada bagian sebelumnya, telah
dikemukakan hasil uji kevalidan beserta
4.16 berikut:
perangkat-perangkat dan instrumen yang lain.
Tabel 4.16. Selanjutnya akan dideskripsikan hasil uji
Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen keefektifan. Pada batasan istilah telah
Prinsip Reaksi dinyatakan bahwa perangkat pembelajaran
Hasil Pengamatan dikatakan efektif apabila memenuhi 3 dari 4
kriteria keefektifan tetapi kriteria pertama harus
No Aspek Pengamatan Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3 dipenuhi.. Kriteria tersebut yaitu : (1)
Ketercapaian ketuntasan belajar yaitu minimal
A B A B A B 80% peserta didik mencapai penguasaan
1 guru 2 2 2 2 2 2 perangkat pembelajaran yaitu mencapai nilai
membangkitkan minimal 75 (berdasarkan KKM untuk kelas
motivasi peserta VII SMP Negeri 1 Bulukumba) untuk rentang
didik dan skor 0 – 100, (2) aktivitas peserta didik selama
menciptakan kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi
suasana yang waktu yang telah ditetapkan, (3) untuk respon
nyaman untuk peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran,
pembelajaran. sekurang-kurangnya 80% dari peserta didik
2 Guru menyedikan 2 2 2 2 2 2 yang member respon positif:
dan mengelola
a) Deskripsi penilaian hasil belajar.
sumber-sumber
belajar yang sesuai Hasil analisis deskriptif skor tes hasil
dengan KD yang belajar peserta didik setelah pembelajaran
akan dicapai. dengan menggunakan perangkat
3 guru 1 1 1 2 2 2 pembelajaran IPA berbasis Inkuiri
memperhitungkan Terbimbing untuk menumbuhkan
rasionalitas alokasi keterampilan berpikir kritis peserta didik
waktu dan dilihat pada Tabel 4.19.
memecahkan Tabel 4.19.
masalah pada buku Statistik Skor Hasil Belajar Peserta Didik pada
peserta didik dan
LKPD.
Materi Asam, Basa, dan Garam Kelas VII2
4 guru membimbing 2 2 2 2 2 2 SMP Negeri 1 Bulukumba
peserta didik Variabel Nilai Statistik
dalam
menyelesaikan Subjek Penelitian 34
masalah pada buku
peserta didik dan
Skor Ideal 100
LKPD
5 guru memberikan 2 2 1 2 2 2 Rata-rata 88,11
penguatan kepada
peserta didik. Standar Deviasi 10,00
Agreement 5 5 5 Rentang Skor 37
Disagreement 0 0 0 Skor Maksimum 100
Rata-rata pengamatan 1.80 1.80 2,00 Skor Minimum 63,00
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa jumlah
Tabel 4.19. menunjukkan bahwa nilai
agreement dua pengamat adalah 20 dan
rata-rata hasil belajar peserta didik Kelas
disagreement adalah 0 dan rata-rata
VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba pada materi
pengamatan 1,87 , berarti dua pengamat
Asam, Basa, dan Garam adalah rata – rata
sepakat bahwa Komponen prinsip reaksi
hasil belajar peserta didik yang diperoleh
terlaksana dengan percentage of agreement
adalah 88,11 dengan standar deviasi 10,00.
(PA) = 100%. Jika dikonfirmasi dengan kriteria
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
1 2 3
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni , Muh. Danial , Nurdin A. 271
nilai tertinggi yakni 100 dan nilai terendah penguasaan tes hasil belajar peserta didik sudah
63 dengan rentang nilai 37. Jika nilai hasil memenuhi standar ketuntasan klasikal.
belajar yang ada dikelompokkan ke dalam 5 Selain hasil analisis deskriptif skor
kategori, maka diperoleh distribusi
tes hasil belajar peserta didik juga dilakukan
frekuensi seperti pada Tabel 4.20.
analisis Pencapaian Keterampilan berpikir
Tabel 4.20. Kritis Peserta Didik. Hasil analisis pencapaian
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada
Prestasi Hasil Belajar IPA KelasVII2 SMP tabel 4.22. berikut:
Negeri 1 Bulukumba pada Tes Hasil Belajar
Tabel 4.22.
Skor Kategori Frekuensi Persentase Hasil Analisis Pencapaian Keterampilan
Berpikir Kritis
Sangat
0 – 34 - 0%
Rendah
Jumlah
35 – 54 Rendah - 0% Nilai
Skor peserta Prs Interpretasi
huruf
didik
55 – 64 Sedang 1 2,94% 48 ke atas 0 0 a sangat
43 – 47 17 50 b tinggi
65 – 84 Tinggi 10 29,41% 39 – 42 6 17,65 c tinggi
34 – 38 7 20,59 d sedang
Sangat 33ke bawah 4 11,76 e rendah
85 -100 23 67,65% Berdasarkan hasil analisis
Tinggi sangat
keterampilan berpikir kritis peserta didik
rendah
Tabel 4.20, menunjukkan bahwa dari 34 dengan menggunakan penilaian skala lima
peserta didik yang mengikuti tes hasil belajar, dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan
terdapat 0% peserta didik yang berada pada keterampilan berpikir kritis peserta didik
kategori sangat rendah, 0% berada pada berbeda-beda, terdapat 11,76% kategori
kategori rendah, 2,94% berada pada kategori sangat rendah, 20,59% kategori rendah,
sedang, 29,41% peserta didik yang berada 17,65% kategori sedang, 50% kategori
pada kategori tinggi, dan 67,65% peserta didik baik.dan tidak terdapat pencapaian
berada pada kategori sangat tinggi. Nilai rata- keterampilan berpikir kritis dalam kategori
rata hasil belajar IPA peserta didik Kelas VII2 sangat tinggi. Hasil pencapaian tersebut
SMP Negeri 1 Bulukumba adalah 88,11 dari tentunya tidak lepas dari tingkat penguasaan
nilai ideal 100 berada pada interval 85 - 100. indikator berpikir kritis tiap peserta didik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Dalam hal ini ada peserta didik yang tingkat
rata-rata nilai hasil belajar IPA peserta didik pemahamannya tinggi, ada yang sedang dan
Kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba berada ada yang rendah secara individu. Hal ini
pada kategori “Sangat Tinggi”. karena tes yang mengacu pada indikator-
Apabila hasil belajar peserta didik indikator dari berpikir kritis masih terdapat
dianalisis maka persentase ketuntasan hasil sebagian peserta didik yang belum
belajar peserta didik setelah diterapkan memahami/menguasai dengan baik,
perangkat pembelajaran IPA berbasis Inkuiri sehingga secara keseluruhan nilai pada
Terbimbing untuk menumbuhkan keterampilan kategori sangat tinggi belum didapatkan.
berpikir kritis peserta didik dapat dilihat pada
Tabel 4.21. b) Deskripsi hasil pengamatan aktivitas peserta
didik.
Tabel 4.21. Instrumen lembar pengamatan
Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar IPA aktivitas peserta didik digunakan untuk
Nilai Kategori Frek. Persentase mengamati semua aktivitas peserta didik
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
0 – 74 Tidak Tuntas 4 11,77% Pengamatan dilakukan oleh 2 orang
75 – 100 Tuntas 30 88,24% observer/pengamat terhadap 1 kelompok
peserta didik yang dipilih oleh pengamat
Tabel 4.21. diatas menunjukkan bahwa dari 7 kelompok yang terbentuk.
dari 34 peserta didik terdapat 88,24% peserta Pembagian kelompok didasarkan dari rata-
didik yang telah tuntas belajar. Dengan rata nilai ulangan harian, serta keaktifan
demikian, menurut kriteria pada BAB III,

272 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


peserta didik dalam pembelajaran IPA SIMPULAN
selama di kelas VII.
Berdasarkan hasil penelitian dan uji coba
Prosedur pengamatan yang dilakukan
perangkat pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri
adalah setiap 4 menit pengamat melakukan
Terbimbing pada materi Asam, Basa, dan
pengamatan terhadap aktivitas peserta didik
Garam pada kelas VII2 SMP Negeri 1
yang dominan muncul dan 1 menit
Bulukumba diperoleh beberapa kesimpulan
berikutnya pengamat menuliskan hasil
sebagai berikut:
pengamatannya pada lembar yang
1. Pengembangan perangkat pembelajaran
disediakan. Frekuensi aktivitas peserta didik
pada penelitian ini menggunakan model 4-
terangkum pada Tabel 4.23.
D yang terdiri dari 4 tahap yaitu
pendefinisian (define), perancangan
Tabel 4.23.
(design), dan pengembangan (develop),
Rekapitulasi Aktivitas Peserta Didik
dan tahap penyebaran (dessiminate).
Rata-rata Adapun langkah-langkah kegiatan
Persentase Interval pengembangan yang dilakukan oleh
Aspek Pengamatan
aktivitas Toleransi peneliti adalah sebagai berikut:
Aktivitas Peserta didik
peserta PWI (%) a. Tahap pendefinisian (define); meliputi
didik kegiatan analisi awal-akhir, analisi
Aktif memperhatikan 17,50 13-23 peserta didik, analisi materi, analisi
penjelasan guru tugas dan analisis spesifikasi tujuan
Aktif berdiskusi 11,67 7-17 pembelajaran.
dengan teman b. Tahap perancangan (design); meliputi
kelompoknya untuk kegiatan pemilihan media , pemilihan
merumuskan masalah format dan rancangan awal perangkat
Aktif melakukan 18,13 13-23 pembelajaran (Prototipe I)
kegiatan bersama c. Tahap pengembangan(develop);
teman kelompoknya meliputi kegiatan validasi ahli, revisi I
Aktif berdiskusi 15,21 13-23 (Prototipe II), uji coba perangkat
dengan teman pembelajaran (Prototipe III) sehingga
kelompoknya dalam diperoleh hasil pengembangan.
menyusun konsep d. Tahap penyebaran (disseminate);
terkait materi yang meliputi sosialisasi secara terbatas pada
dipelajari. guru IPA SMPN 1 Bulukumba.
Meminta bimbingan 11,25 1-11 2. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan
pada guru jika pada penelitian ini adalah perangkat
mengalami kesulitan pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri
dalam kelompok Terbimbing pada materi Asam, Basa, dan
Menyajikan dan 13,96 7-17 Garam untuk peserta didik kelas VII SMP
menanggapi hasil kerja yang terdiri dari:
kelompok. a. Rencana Pelaksanaan pembelajaran
Membuat 11,04 7-17 (RPP): RPP yang dihasilkan pada
rangkuman/kesimpulan penelitian ini adalah 3 buah RPP untuk
3 pertemuan berisi garis besar tentang
Melakukan kegiatan di 1.25 0–5
hal-hal yang akan dilakukan oleh guru
luar tugas belajar,
dan peserta didik selama proses
misalnya mengantuk,
pembelajaran berlangsung dengan
ngobrol, tidur,
pembelajaran berbasis Inkuiri
melamun, bermain,
Terbimbing
dan sebagainya
b. Buku Ajar Peserta Didik; Buku ajar
peserta didik yang merupakan buku
Berdasarkan Tabel 4.23, terlihat
panduan bagi peserta didik dalam
bahwa selama kegiatan pembelajaran IPA
kegiatan pembelajaran yang memuat
berbasis Inkuiri Terbimbing berlangsung,
materi pelajaran dan soal latihan
peserta didik telah terlibat secara aktif
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD);
sehingga dominasi guru dalam
Merupakan salah satu jenis alat bantu
pembelajaran dapat berkurang.
pembelajaran, yang terdiri dari 3 buah
LKPD untuk 3 pertemuan yang

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
1 2 3
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni , Muh. Danial , Nurdin A. 273
berisikan aktivitas penyelidikan berupa Universitas Muhammadiyah
petunjuk/ arahan langkah-langkah Purwerejo. (diakses pada tanggal ....)
dalam menemukan konsep, masalah
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik
sebagai penerapan dari konsep/prinsip
Indonesi Nomor 20 Tahun 2003.
3. Secara Umum hasil pengembangan
Online.
perangkat pembelajaran dalam penelitian
http://sdm.datakemdikbud.go.id/
ini valid, praktis dan efektif. (a)
/undang-undang-no-20-entang.
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
sisdiknas. pdf. (diakses pada tanggal 14
(RPP) dan Buku Peserta didik (BPD)
Januari 2016)
“Sangat Valid”, Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) dikategorikan “Valid” (b) Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan
Praktis, berdasarkan hasil pengamatan Bahan ajar. Jakarta: Depertemen
oleh observer bahwa perangkat Pendidikan Nasional.
pembelajaran terlaksana dengan baik pada Fatmawati,H, Mardiyana, Triyanto. (2013).
saat uji coba serta memperoleh respon Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam
positif terhadap perangkat dan proses Pemecahan Masalah Matematika
pembelajaran dan (c) efektif, telah Berdasarkan Polya pada Pokok
memenuhi tiga kreteria yaitu ketuntasan Bahasan Persamaan Kuadrat
belajar secara klasikal tercapai, aktivitas (penelitian pada Siswa Kelas X SMK
siswa efektif dan respon siswa terhadap Muhammadiyah 1 Sragen Tahun
pembelajaran positif Pelajaran 2013/2014). Online. Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika
DAFTAR PUSTAKA ISSN: 2339-1685 Vol.2 No.9, hal 899-
910, Novemver 2014. http://jurnal
Al’Azzy,U.L & Budiono Eddy.(…..).
fkip.uns.ac.id.
Penerapan Strategi Brain Bassed
Learning yang dapat Meningkatkan Goldberg D E. 2008. Kimia untuk Pemula.
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Online. http:// Jurnalonline.um.ac.id/ Hadiyanti, L.N. (2013). Keterampilan Berpikir
/artikelID7E65F5E46C6CBD3E592D3 Kritis (Critical ThinkingSkill) dalam
8AF9EF0..(diakses pada tanggal 21 Berbagai Deimensi Pembelajaran
Januari 2016) Biologi. Program Magister Pendidikan
Apriliyana U, Fitrihidayati H, Rahardjo. Biologi Sekolah Pascasarjana.
(2012). Pengembangan Perangkat Universitas Pendidikan Indonesia.
Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada Sintesis Jurnal Internasional.
Materi Pencemaran Lingkungan dalam Online.(diakses pada tanggal 16
Upaya Melatih Keterampilan Berpikir Desember 2015).
Kritis Siswa Kelas X SMA. Hamalik,O.(2001). Perencanaan Pengajaran
Asmuniv.(2015). Pendekatan Inkuiri dan Siklus Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Belajar sebagai Upaya Meningkatkan Bandung: Bumi Aksara.
Pemahaman Konsep dan Keterampilan Herdian. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri.
Berpikir Kritis. Malang: PPPPTK- Online.
VEDC.Online.(http://www.Vedcmalan http://herdi07.wordpress.com/2010/05/
g.com/pppptkboemlg/indeks.php 07/model-pembelajaran-inkuiri.html
diakses pada tanggal 11 Januari 2016)
Jusmiati Jafar. (2014). Pengaruh Model
Damayanti,D.S, Ngazizah,N, Setyadi K,E. Pembelajaran Inkuiri pada Mata
(2012). Pengembangan Lembar Kerja Pelajaran Biologi terhadap aktivitas,
Siswa (LKS) dengan Pendekatan Kemampuan Berpikir Kritis, dan Hasil
Inkuiri Terbimbing untuk Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 1
Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Alla Kabupaten Enrekang. Tesis.
Kritis Peserta Didik pada Materi Program Pascasarjana UNM Makassar.
Listrik Dinamis SMA Negeri 3 Tidak Diterbitkan.
Purwerejo kelas X Tahun Pelajaran
2012/2013. Online. Radiasi Kemendiknas. 2007. Permendiknas Nomor 41
Vol.3.No.1.Dyah Shinta Damayanti. Tahun 2007 tentang Standar Proses
Program Studi Pendidikan Fisika Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta.

274 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


Miftah, 2013. Pengembangan Perangkat Zubaidah, S.Mahanal,S. Yuliati,L. & Sigit, D.
Pembelajaran Berorientasi Metode (2014). Buku Guru Ilmu Pengetahuan
Pembelajaran Penemuan Terbimbing Alam SMP/MTs VIII. Jakarta: Pusat
Terhadap Pencapaian Keterampilan Kurikulum dan Perbukuan Balitbang.
Proses Sains dan Keterampilan Kementrian Pendidikan dan
Berpikir Kritis Peserta Didik MAN 2 Kebudayaan.
Model Makassar. Tesis. Program
Pascasarjana UNM Makassar. Tidak
diterbitkan.
Nurdin. 2007. Model Pembelajaran
Matematika yang Menumbuhkan
Kemampuan Metakognitif untuk
Menguasai Bahan Ajar. Disertasi.
Tidak diterbitkan. Surabaya: PPs
UNESA
Patmawati,H. 2011. Analisis Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajran
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
dengan Metode Praktikum. Program
Studi Pendidikan Kimia. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Online
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/...
/1 (diakses pada tanggal 30 Desember
2015)
Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Group.
Sohrah Saleh. 2015. Peningkatan Keterampilan
Berpikir Kritis, Aktivitas, dan Hasil
Belajar Kognitif Biologi Peserta Didik
Kelas VIIA SMP Angkasa Maros
melalui Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing.Tesis. Program
Pascasarjana UNM Makassar. Tidak
diterbitkan
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik.
Jakarta:Rineka Cipta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
Prenata Media Group.
Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H.B.(2008). Perencanaan Pembelajaran
Jakarta: Bumi Aksara
Zaki,I. (2014). Berpikir Kritis. Online. http://
zaki.blogspot.cpm.2014/12/berpikir
kritis.html…(diakses pada tanggal 16
Desember 2015)

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
1 2 3
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni , Muh. Danial , Nurdin A. 275
276 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI
AL-QUR’AN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA
MIS PARANGLOHE HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA

Nirwana *)
Kementrian Agama Kabupaten Bulukumba
Madarasah Ibitidayah Swasta (MIS) Paranglohe Herlang Bulukumba
Email: litbangbulukumba@yahoo.co.id

Abstrak
Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di sekolah selama ini masih didominasi oleh kelas yang
berfokus pada guru yang dianggap sebagai sumber utama pengetahuan, kebanyakan guru mengunakan
ceramah sebagai pilihan utama dalam menentukan strategi belajar, pengetahuan awal siswa sering
diabaikan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan agar proses pembelajaran lebih efektif dan
efisien adalah dengan penerapan suatu metode dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan
pembelajaran Tutor Sebaya. Permasalahan yang akan dikaji dalam Skripsi ini adalah tentang adakah
peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi al-Qur’an dengan menggunakan
model pembelajaran Tutor Sebaya pada siswa MIS Paranglohe Herlang Tujuan penelitian ini adalah
meningkatkan motivasi belajar PAI melalui model pembelajaran Tutor Sebaya. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas
sebagai pelaku tindakan kelas. Subjek penelitian yang dikenai tindakan adalah siswa MIS Paranglohe
Herlang yang berjumlah 34 siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi,
metode dokumentasi, metode wawancara, dan metode tes. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa motivasi belajar siswa sebelum penerapan tutor sebaya masih kurang, hal
itu dapat dilihat dari kurangnya keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, dan
rendahnya minat dalam belajar. Setelah diterapkannya tutor sebaya motivasi belajar siswa sudah lebih
baik. Hal ini dapat dilihat bahwa kegiatan kelompok tidak didominasi oleh siswa yang aktif saja,
tetapi siswa yang pasif pun sudah dapat aktif dalam kelompok dengan baik, juga makin banyak siswa
yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru dengan antusias. Kesimpulan penelitian ini
adalah motivasi belajar PAI dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Tutor Sebaya.
Kata Kunci: Tutor Sebaya, motivasi belajar

Abstract *)
Islamic education applied in schools is still dominated by teacher-focused classes considered as the
main source of knowledge, most teachers use lectures as the primary choice in determining learning
strategies, students' early knowledge is often ignored. One alternative that can be used for the
learning process more effectively and efficiently is by the application of a method in learning in the
classroom is by learning Tutor Sebaya. The problem to be studied in this thesis is about is there
increase student learning motivation in learning PAI material of Qur'an by using model of Tutor
Sebaya in student of class MIS Paranglohe Herlang. The purpose of this research is to improve the
learning motivation of PAI through Tutor Sebaya model of learning. This type of research is a
collaborative action research (PTK) that is collaborative between researcher and classroom teacher
as a class action actor. Subjects subjected to the action were students of grade MIS Paranglohe
Herlang, amounting to 34 students. Methods of data collection is done through observation method,
documentation method, interview method, and test method. Data analysis techniques use interactive
analysis techniques that include data reduction, data presentation, and conclusions. From the result of
the research, it is found that students' learning motivation before peer tutorial application is still
lacking, it can be seen from the lack of students activeness in asking questions, answer questions from
teachers, and low interest in learning. After the implementation of peer tutors, students' motivation
motivation has been better. It can be seen that group activities are not dominated by active students
only, but passive students can already be active in groups well, as well as more and more students
who actively ask and answer questions from teachers with enthusiasm. The conclusion of this research
is the learning motivation of PAI can be improved with Peer Tutor learning model.
Keywords: Peer Tutor, motivation to learn.

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran
Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 277
PENDAHULUAN MIS Paranglohe Herlang juga tidak terlepas
dari permasalahan mengenai proses
Pendidikan adalah usaha sadar dan pembelajaran Agama Islam. Hasil pengamatan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar peneliti MIS Paranglohe Herlang saat
dan proses pembelajaran agar peserta didik berlangsungnya pembelajaran Agam Islam
secara aktif mengembangkan potensi dirinya adalah sebagai berikut :1) Kurangnya keaktifan
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, siswa dalam mengajukan pendapat atau
pengendalian diri. Salah satu cara untuk komentar pada guru atau siswa lainnya
memajukan dan memperkuat pendidikan 2)banyak siswa yang belum lancer membaca
adalah dengan peningkatan motivasi belajar al-Qur’an 3) Tidak adanya usaha dan motivasi
terhadap peserta didik, peningkatan proses untuk mempelajari bahan pelajaran atau
pelajar dan pembelajaran serta memajukan stimulus yang diberikan guru 4) Masih sedikit
pendidikan pada umumnya. Pendidikan siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang
umumnya tercipta dalam situasi formal di diberikan oleh guru pada akhir pelajaran. Dan
lingkungan sekolah melalui proses mengapa peneliti mengambil material al-
pembelajaran di kelas yang melibatkan Qur’an, dikarenakan kebanyakan dari siswa
interaksi guru dan siswa. Suatu pendidikan MIS Paranglohe Herlang kurang dalam hal
yang penting adalah prosesnya bukan hasil membaca al-Qur’an dan juga menganggap
akhirnya karena dengan proses siswadapat sepele materi al-Qur’an ini dikarenakan mereka
memahami dan mengert imaksud dari beranggapan bahwa PAI tidak masuk dalam
pembelajaran. Pendidikan adalah usaha sadar Ujian Nasional. Dari permasalahan di atas,
dan terencana untuk mewujudkan suasana hendaknya guru mampu memilih dan
belajar dan proses pembelajaran agar peserta menerapkan strategi pembelajaran yang
didik secara aktif mengembangkan potensi mampu merangsang siswa untuk lebih aktif
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dalam belajar PAIdan meningkatkan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kemampuan siswa dalam memahami pelajaran
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan PAI. Dari beberapa strategi pembelajaran yang
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa ada, strategi pembelajaran yang menarik dan
dan negara (UU No. 20 Thn 2003)Banyak menyenangkan yaitu melalui strategi
siswa di sekolah tidak menyukai pelajaran PAI. pembelajaran aktif Tutor Sebaya. Menurut Mel
Bermacam-macam alasan yang menyebabkan Silberman (2010 : 183) Tutor Sebaya adalah
para siswa tidak menyukai PAI. Siswa strategi yang berfungsi untuk meningkatkan
menganggap PAI adalah pelajaran yang pengajaran sesamayang memberikan seluruh
membosankan dan tidak mudah dipahami tanggungjawab untuk mengajar sesama peserta
karena di dalamnya terdapat banyak materi dalam kelompok. Huston (dalam Ahmadi,
yang harus dihafal. Siswa yang menganggap 2004: 120) menyatakan bahwa: “tutor sebaya
bahwa pelajaran PAI itu sulit dan tidak mudah yang diterapkan secara menyeluruh dalam
dipahami, sebenarnya bukan hanya karena kelas akan mampu menimbulkan semangat
mereka malas belajar atau tidak memperhatikan belajar siswa yang lainnya jika didukung oleh
saat pendidik menerangkan, tapi bisa jadi kemampuan siswa itusendiri dan arahan terus
karena materi yang disampaikan guru tidak menerus dariguru”.
menarik bagi mereka dan cara mengajar guru Dari uraian diatas maka penulis
yangmonoton membuat mereka merasa bosan mencoba mengadakan penelitian tentang
dan kurang bersemangat. Motivasi belajar ”Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan
menurut Sardiman (2009 : 40-85) adalah Agama Islam Materi Al-Qur’an Melalui
keinginan atau dorongan untuk belajar. Model Pembelajaran Tutor Sebaya Pada
Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal : 1) Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten
mengetahui apayang akan dipelajari; 2) Bulukumba Tahun Pelajaran 2017/2018”.
memahami mengapa hal tersebut patut
dipelajari. Tanpa motivasi kegiatan belajar LANDASAN TEORI
mengajar sulit untuk berhasil. Adanya motivasi
Belajar dan Pembelajaran
yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yangbaik, dengan kata lain dengan adanya Menurut Slameto (2003 : 2)menjelaskan,
usaha yang tekun yang didasari adanya “Belajar adalah suatuproses usaha yang
motivasi, maka seseorang yang belajar dapat dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
melahirkan prestasi yang baik. Intensitas perubahan tingkah laku yang barusecara
motivasi seorang siswa akan sangat keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri
menentukan tingkat pencapaian prestasi siswa dalam interaksi dengan lingkungannya”.

278 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, motif yang menjadi aktif atau
mengajar dilakukan oleh guru, sedang belajar berfungsinya tidak perlu rangsangan dari
dilakukan oleh peserta didik” (Sagala, 2010: luar, karena dalam diri setiap individu
61). Sedangkan konsep pembelajaran menurut sudah ada dorongan untuk melakukan
Corey(dalam Sagala, 2003:17) adalah suatu sesuatu.Berdasarkan pendapatpara ahli
proses dimana lingkungan seseorang secara diatas dapatdisimpulkan, bahwa motivasi
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia intrinsik adalah motivasi yang berasal
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam dari dalam diri seseorang, yang berupa
kondisi-kondisi khusus menghasilkan respon dorongan/kesadaran individu untuk
terhadap situasi tertentu, pembelajaran melakukan sesuatu.
merupakan subset husus dari pendidikan. Dari
beberapa pendapat dan uraian di atas maka b. Motivasi Ekstrinsik
dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran adalah Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
suatu proses hubungan interaksi antara siswa datangnya disebabkan faktorfaktor di
dengan guru maupun lingkungannya untuk luar diri peserta didik, seperti adanya
mencapai tujuan dari teori yangtelah dipelajari. pemberian nasihat darigurunya, hadiah,
kompetisi sehat antar peserta didik,
Motivasi Belajar hukuman dan sebagainya (Hanafiah dan
1. Pengertian Motivasi Belajar Suhana, 2009 :26).Menurut
Motivasi mempunyai peran penting dalam Sardiman(2009) motivasi Ekstrinsik
pembelajaran PAI. Kata“motif” diartikan adalah motif-motif yang aktifdan
sebagaidaya upaya yang mendorong berfungsi karena adanya perangsang dari
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif luar. Dari beberapa pendapat di atas,
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dapat diambil pengertian bahwa motivasi
dari dalam dan didalam subyek untuk ekstrinsik merupakan dorongan-
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi dorongan yang berasal dari luar diri
mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2007 : siswa.
71).Menurut Hamzah B. Uno(2008 : 1)
motivasi adalah dorongan dasar yang Pengertian dan Materi PAI
menggerakkan seseorang bertingkah laku.
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dorongan ini berada pada diri seseorang
(PAI)Didalam GBPP PAI di Sekolah
yang menggerakkan untuk melakukan
Umum, dijelaskan bahwa Pendidikan
sesuatu yangsesuai dengan dorongan dalam
AgamaIslam adalah usaha sadar untuk
dirinya. Berdasarkan pendapat para ahli
menyiapkan siswa dalam meyakini,
diatas dapat disimpulkan, motivasi
memahami, menghayati dan mengamalkan
merupakan suatu dorongan yang timbul
agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
oleh adanya rangsangan dari dalam maupun
pengajaran, dan/atau latihan dengan
luar sehingga seorang berkeinginan untuk
memperhatikan tuntutan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku atau
menghormati agama lain dalam hubungan
aktivitas tertentu lebih baik dari aktivitas
kerukunan antar umat beragama dalam
sebelumnya.
masyarakat untuk mewujudkan persatuan
Nasional Usaha pembelajaran Pendidikan
2. Jenis Motivasi
Agama Islam disekolah diharapkan agar
Jenis motivasi dalam belajar dibedakan
mampun membentuk kesalehan pribadi dan
dalam 2 jenis, yaitu sebagai berikut :
sekaligus kesalehan sosial, sehingga PAI
a. Motivasi Intrinsik
diharapkan jangan sampai (1).
Menurut Hamalik (2006: 152), motivasi
Menumbuhkan semangat fanatisme, (2).
intrinsik adalah hal dan keadaan
Menumbuhkan sikap intoleran dikalangan
yangberasal dari dalam diri siswa sendiri
peserta didik dan masyarakat Indonesia, dan
yang dapat mendorongnya melakukan
(3) Memperlemah kerukunan hidup
tindakan belajar. Menurut Hanafiah dan
beragama serta persatuan dan kesatuan
Suhana (2009 : 26), motivasi intrinsik
Nasional (Menteri Agama RI,1996).
adalah motivasi yang datangnya secara
Menurut Arifin (2000 :13) Pendidikan
alamiah atau murni dari diri peserta didik
Agama Islam yaitu bimbingan atau
itu sendiri sebagai wujud adanya
pimpinan secara sadar oleh pendidik yang
kesadaran diri dari lubuk hati yang
bersumberkan nilai-nilai agama Islam,
paling dalam. Menurut Sardiman (2009:
disamping menampakkan atau membentuk
89), motivasi intrinsic adalah motif-
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran
Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 279
tingkah laku yang dijiwai dengan nilai-nilai meneliti siswa MIS Paranglohe, itu berarti
agama, juga mengembangkan ilmu kelompok umur partisipan rata-rata adalah
pengetahuan yang sejalan dengan nilai 7-12 tahun, dimana masa-masa umur ini
Islam. Berdasarkan pendapat-pendapat di mereka mengalami masa awal, dan biasanya
atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa mereka mulai malu-malu dengan guru,
PAI merupakan ilmu pengetahuan yang untuk itu penulis merasa metode ini tepat
mempelajari tentang bagaimana digunakan. Sehingga diharapkan,
menyiapkan siswadalam meyakini, parasiswa/partisipan ini lebih termotivasi
memahami, menghayati dan mengamalkan dengan pembelajaran menggunakan tutor
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, sebaya. Tutor sebaya merupakan strategi
pengajaran, dan/atau latihan dengan pendekatan kooperatif yaitu model
memperhatikan tuntutan untuk pembelajaran di mana siswa belajar dalam
menghormati agama lain dalam hubungan kelompok kecil yang dikelompokkan
kerukunan antar umat beragama dalam dengan tingkat kemampuan yangberbeda,
masyarakat yang tujuan utamanya adalah semua anggota kelompok saling
untuk mewujudkan persatuanNasional. bekerjasama dan membantu untuk
memahami bahan materi yang menciptakan
2. Materi PAI saling menghargai sesama teman-teman
Materi PAI merupakan materi-materi yang lainnya.
terdapat dalam pembelajaran Agama Islam,
yang intinya adalah bertujuan untuk 2. Langkah-langkah Pembelajaran Tutor
mengembangkan kepribadian siswa kearah Sebaya
yang baik dengan berdasarkan dan Menurut Mel Silberman (2010 :183)
berlandaskan Islam. Disini penulis langkah-langkah pembelajaran tutorial
menggunakan materi al-Qur’an, teman sebaya adalah sebagai berikut:
dikarenakan para siswa masih banyak sekali a. Bagilah peserta menjadi beberapa
yang kurang paham tata cara membaca al- kelompok. Buatlah kelompok sebanyak
Quran dengan benar, dan juga tidak topic yang anda miliki untuk diajarkan.
mengerti artinya, dan lebih lebih lagi, b. Berikan informasi, konsep, keahlian
kebanyakan dari mereka jarang untuk saling diajarkan pada setiap
mengamalkan apa yang termaktub dalam al- kelompok.
Qur’an tersebut, untuk itu penulis ingin c. Mintalah setiap kelompok untuk
memperdalam lagi materi ini supaya merencanakan cara mempresentasikan
kedepannya, para siswa dapat lebih baik atau mengajarkan topiknya kepada
berkembangnya alam hubungannya dengan seluruh peserta. Anjurkan kelompok
perkembangan kepribadian siswa tersebut. untuk menghindari presentasi berupa
ceramah dan berusaha membuat suasana
Model Pembelajaran Tutor Sebaya belajar menjadi seaktif mungkin bagi
para peserta.
1. Pengertian Tutor Sebaya
d. Berikan waktu yang cukupuntuk
Menurut Mel Silberman(2010 : 183) Tutor
perencanaan dan persiapan.
Sebayaadalah strategi yang berfungsi untuk
e. Kemudian mintalah kelompok untuk
meningkatkan pengajaran sesama yang
mempresentasikan pelajarannya.
memberikan seluruh tanggung jawab untuk
f. Berikan tepuk tangan supaya siswa lebih
mengajar sesama peserta dalam kelompok.
senang.
Dalam satu kelas selisih usia antara siswa
satu dengan siswa yang lain tentu relatif
kecil atau hampir sama, sehingga dalam METODE PENULISAN
satu kelaster dapat kelompok teman sebaya
Metode-metode penelitian yang digunakan
yang saling berinteraksi antara siswa satu
penulis :
dengan yang lain sehingga akan terbentuk
1. Jenis Penelitian
pola tingkah laku yang dipakai dalam
Jenis penelitian yang peneliti gunakan ini
pergaulan mereka. Dalam interaksi tersebut
adalah penelitian kualiatif tindakan kelas.
tidak menutup kemungkinan antar siswa
Menurut Kemmis and Toggart dalam
satu dengan siswa yang lain saling
Rubino (2010:106), PTK adalah studi yang
membantu dan membutuhkan dalam
sisitematis, terencana, kritis untuk
pembelajaran untuk memperoleh hasil
memperbaiki kinerja diri.
belajar yang lebih baik. Disini, penulis

280 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


2. Subjek Penelitian direduksiakan disajikan dalam
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah bentuknarasi. Ketiga, adalah penarikan
siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten kesimpulan dari data yang telah
Bulukumba Tahun Pelajaran 2017/2018 disajikan pada tahap kedua dengan
yang berjumlah 34 siswa. mengambil kesimpulan.

3. Objek Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN


Objek penelitian adalah penerapan model
Deskripsi Pekaksanaan Tindakan
pembelajaran Tutor Sebaya dan hasil belajar
PAI seluruh siswa MIS Paranglohe Herlang
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Kabupaten Bulukumba Tahun Pelajaran
Dilaksanakannya siklus 1 pada hari Sabtu
2017/2018.
Tanggal 12 Agustus 2017. Proses
pembelajaran berlangsung selama 2 x 30
4. Metode Pengumpulan Data
menit untuk setiap pertemuan. Pembelajaran
Dalam mengumpulkan data diperlukan
dimulai pukul 09.30 sampai pukul 10.30.
beberapa metode yang sesuai dengan
Guru mengadakan observasi dan monitoring
masalah yang akan diteliti, adapun metode
terhadap reaksi siswa.
pengumpulan data yang diperlukan antara
lain : Langkah-langkah pembelajarannya sebagai
a. Metode Wawancara Wawancara atau berikut :
interview adalah sebuah dialog yang 1) Pendahuluan
dilakukan oleh pewawancara Pada awal pembelajar peneliti (sebagai
(interviewer) untuk memperoleh guru) melaksanakan serangkaian
informasi dari terwawancara kegiatan yaitu : melihat kesiapan siswa
(interviewee) (Arikunto, 2006:155). dalam memulai pelajaran, guru
b. Metode Observasi Observasi adalah mengucapkan salam yang dilanjutkan
suatu alat yang digunakan untuk dengan membaca basmalah dan berdo’a
mengukur tingkah laku individu atau bersama. Kemudian guru menjelaskan
proses terjadinya suatu kegiatan yang Standar Kompetensi dan tujuan
diamati, baik dalam situasi yang pembelajaran. Setelah itu kegiatan
sebenarnya maupun buatan. (Sudjana , selanjutnya yaitu : apersepsi.
2006: 84). 2) Kegiatan Inti
c. Metode Tes-Tes adalah seretan Guru membagi siswa yang berjumlah 34
pertanyaan atau latihan serta alat lain siswa menjadi 5 kelompok. Guru
yang digunakan untuk mengukur menunjuk disetiap kelompok siswa yang
keterampilan, pengetahuan inteligensi, mahir membaca al-Qur’an memberi
kemampuan atau bakat yang dimiliki tugas untuk mengajarkan teman
oleh individu atau kelompok (Arikunto, sebayanya, kemudian mengidentifikasi
2006: 150). hukum bacaan tajwid:
d. Metode Dokumentasi Teknik a. Guru memberikan sekilas penjelasan
dokumentasi yaitu mencari data mengenai materi yaitu demokrasi.
mengenai hal atau variabel yang berupa Kemudian guru memberi tugas
catatan, transkip, buku, surat kabar, kepadaketua kelompok untuk
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, berperan sebagai guru mengajarkan
dan sebagainya (Arikunto, 2006: 132).4. Qs. Ali-Imran ayat 159 kepada
Teknik analisis data dalam menganalisa anggota kelompoknya yang berperan
data, penulis menggunakan metode sebagai siswa.
kualitatif deskriptif yang terdiri dari tiga b. Setiap anggota kelompok membaca
kegiatan yaitu pengumpulan data dan Qs. Ali-Imran ayat 159 dengan
sekaligus reduksi data, penyajian dan menyebutkan hukum bacaan dan
penarikan kesimpulan verifikasi (Miles panjang pendek yang benar, yang
dan Huberman, 1992 : 16). Pertama, telah di ajarkan ketua tiap kelompok
setelah pengumpulan data selesai yang ditunjuk oleh guru.
dilakukan reduksi data yaitu c. Masing-masing kelompok memberi
menggolongkan, mengarahkan, evaluasi tentang hasil belajar
membuang yang tidak perlu dan mengajar. Guru melakukan
pengorganisasian sehingga data terpilah- konsolidasi, sebagai usaha
pilah. Kedua, data yang telah pembetulan pemahaman siswa yang
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran
Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 281
kurang pas terhadap kompetensi yang d. Masing-masing kelompok memberi
dipelajari. evaluasi tentang hasil belajar mengajar.
3) Penutup 3) Penutup
a. Guru bersama siswa membut a. Guru bersama siswa membut
kesimpulan dari pelajaran pada hari kesimpulan dari pelajaran pada hari itu.
itu. b. Refleksi terhadap materi yang telah
b. Refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dan menghubungkannya
dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan hari-hari, terutama
dengan kehidupan harihari, terutama terkait dengan demokrasi.
terkait dengan demokrasi. c. Guru menutup pelajaran dengan bacaan
c. Guru menutup pelajaran dengan hamdalah dan diakhiri salam.
bacaan hamdalah dan diakhiri salam.
Tabulasi Hasil Penelitian
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Agar lebih mudah dipahami penulis
Pada Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu membuat tabulasi hasil penelitian, yang berupa:
tanggal 26 Agustus 2017. Proses kinerja
pembelajaran dilaksanakan selama 2 x 30 guru dalam menerapkan tutor sebaya dan
menit untuk setiap pertemuan. Pembelajaran motivasi belajar siswa dalam pembelajaran di
dimulai pukul 09.30 sampai pukul 10.030. kelas. Tabulasinya adalah sebagai berikut:
Pada putaran ini sebagai peneliti monitoring 1. Kinerja Guru dalam Menerapkan Tutor
terhadap reaksi siswa. Langkah-langkah Sebaya hasil pengamatan terhadap kinerja
pembelajarannya sebagai berikut : guru dalam menerapkan tutor sebaya, dapat
1) Pendahuluan dilihat dari meningkatnya nilai siswa dalam
Awal pembelajaran peneliti sebagai guru pembelajaran, dalam mengerjakan tugas
melaksanakan beberapa kegiatan, antara sekolah, maupun pekerjaan rumah.
lain : melihat kesiapan siswa dalam Meningkatnya nilai tersebut tidak lepas dari
memulai pelajaran, guru mengucapkan arahan dan kreatifitas guru dalam
salam yang dilanjutkan dengan membaca melaksanakan pembelajaran menggunakan
basmalah dan berdo’a bersama. metode tutor sebaya inii. Dari uraian
Kemudian guru menjelaskan Standar tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja
Kompetensi dan tujuan pembelajaran. guru dalam menerapkan tutor sebaya ini
Setelah itu kegiatan selanjutnya yaitu adalah baik dan tepat.
apersepsi. 2. Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran
2) Kegiatan Inti di Kelas Meningkat tidaknya motivasi
Guru membagi yang berjumlah 34 siswa siswa dalam pembelajaran dapat dilihat
menjadi 5 kelompok. Kemudian siswa dengan meningkatnya antusiasme siswa
berkumpul sesuai dengan kelompoknya: dalam pembelajaran, motivasi yang
a. Kegiatan berikutnya Guru menunjuk meningkat berbanding lurus dengan
disetiap kelompok siswa yang mahir antusiasme belajar siswa, hal ini dapat
membaca al-Qur’an memberi tugas dilihat dengan semangat siswa dalam
untuk mengajarkan teman sebayanya, belajar, mereka sangat senang dengan
kemudian mengidentifikasi hukum metode belajar yang jarang mereka
bacaan tajwid yang tercantum dalam dapatkan dari Guru yang selama ini
QS. Asy Syura ayat 38. mengampu pelajaran ini, sehingga mereka
b. Guru memberikan sekilas penjelasan dapat dengan mudah menerima pelajaran
mengenai materi yaitu demokrasi yang sebelumnya mereka agak malas dalam
(gemar bermusyawarah). Kemudian melaksanakan pelajaran PAI. Dari uraian
guru memberi tugas kepada ketua tersebut, jelas bahwa motivasi siswa dalam
kelompok untuk berperan sebagai pembelajaran meningkat.
guru mengajarkan QS. Asy Syura
ayat 38 kepada anggota kelompoknya SIMPULAN
yang berperan sebagai siswa.
Berdasarkan pembahasan dan analisis pada
c. Setiap anggota kelompok membaca
bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
QS. Asy Syura ayat 38 dengan
penerapan Tutor Sebaya dalam meningkatkan
menyebutkan hukum bacaan dan
motivasi belajar siswa MIS Paranglohe
panjang pendek yang benar, yang
Kabupaten Bulukumba akan di jelaskan
telah di ajarkan ketua tiap kelompok
sebagai berikut ;
yang ditunjuk oleh guru.

282 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


1. Penerapan Tutor Sebaya dalam DAFTAR PUSTAKA
Pembelajaran PAI Penerapan tutor sebaya
Arikunto, Suharsimi Dkk. 2007. Penelitian
dalam pembelajaran PAI pada siswa MIS
Tindakan Kelas. Jakarta: Bina
Paranglohe dapat berjalan dengan lancar.
Aksara.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
motivasi belajar siswa. Pembelajaran tutor Hamalik, Oemar. 2006. ProsesBelajar
sebaya merupakan pembelajaran yang Mengajar. Jakarta :Bumi Aksara
berpusat pada siswa, dalam hal ini siswa Hanafiah, Nanang dkk. 2009.Konsep Strategi
belajar dari siswa lain yang memiliki status Pembelajaran.Bandung : Refika
umur yang tidak jauhdari dirinya.
2. Motivasi Belajar Siswa sebelum dan Kustini. 2010. “Peningkatan Motivasi Belajar
Sesudah Penerapan Tutor Sebaya a). Matematika melalui Metode Number
Motivasi Belajar Siswa sebelum Penerapan Sense”, tidak diterbitkan. Skripsi.
Tutor Sebaya Motivasi belajar siswa Surakarta : FKIP UMS. Lexy J. Moleong.
sebelum penerapan Tutor Sebaya siswa 2008. Metodologi Penelitian
masih telihat canggung karena belum Kualitatif.Bandung : PT. remaja
terbiasa dengan srategi pembelajaran yang Rosdakarya.
dilakukan. Akibatnya bila disuruh ketua
kelompok untuk membaca al-Qur’an masih Nana, Sudjana . 2006. PenilaianHasil Proses
merasa malu. Hal ini dapat dilihat saat ketua Belajar Mengajar.Bandung :Remaja
kelompok menunjuk anggotanya unuk Rosdakarya.
membaca al- Qur’an. Selain itu motivasi Nuroini Khasanah, Siti. 2009. “Penerapan
siswa saat diajar ketua kelompok Strategi Pembelajaran Aktif Tipe
(temannya) juga masih kurang, kebanyakan Genius Learning trategy untuk
dari siswa yang aktif adalah anak yang Meningkatkan Motivasi Belajar
berprestasi di kelas, dan bagi anak yang Siswa dalam Pembelajaran
kurang berprestasi, mereka cenderung diam Matematika”, tidak diterbitkan.
dan kurang aktif. b). Motivasi Belajar Siswa kripsi.Surakarta : FKIP UMS.
Setelah Penerapan Tutor Sebaya Siklus II
member Motivasi siswa setelah penerapan
metode Tutor Sebaya pada siklus II ini
terbukti dengan meningkatnya antusiasme
siswa dalam mengikuti pelajaran, hamper
semua siswa sudah tidak canggung, berbeda
dengan waktu pembelajaran yang pertama.
Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa
terlihat begitu gembira, hal ini dapat dilihat
dari keceriaan dan semangat dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan metode ini pula,
siswa yang mula-mula malu untuk
mengemukakan pendapat dan menjawab
pertanyaan, makin percaya diri ketika
mengemukakan pendapat dan menjawab
pertanyaan yang diajukan guru. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran.

Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran
Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 283
284 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MANIK-MANIK DI KELAS IV SD NEGERI 164 ARA

Dinarwati *)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba
Guru SD Negeri 164 Ara Kabupaten Bulukumba
Email: dinarwati@yahoo.co.id

Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas IV SD
Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan
dengan menggunakan alat peraga manik-manik?”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga manik-manik. Hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah: “dengan menggunakan alat peraga manik-manik, hasil belajar matematika siswa
kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat
meningkat”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara tahun ajaran
2007/208 yaitu sebanyak 7 orang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan mulai bulan januari sampai april 2007. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri
dari 2 (dua) siklus. Evaluasi awal diadakan terlebih dahulu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika siswa. Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan
Tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi, dan 4) Refleksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru
dan siswa. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa dengan menggunakan alat peraga manik-manik, hasil
belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya indikator kinerja
baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi
pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun, pada siklus I mencapai 64,99%, pada siklus II
mencapai 77,08%. Sedangkan dari segi hasil yang berkaitan dengan hasil belajar matematika dengan
nilai 85,7% dengan nilai rata-rata 66,57 pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 100% dengan
nilai rata-rata 85,57.
Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Alat Peraga Manik-Manik.

Abstract *)
Problems in this research are: "Is the result of learning mathematics of fourth graders of SD Negeri
164 Ara on subject of sum and reduction of integer can be improved by using props beads?". This
study aims to improve the results of mathematics learning of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on
the subject of addition and reduction of integers by using beads props. The hypothesis of action in this
research is: "by using beads props, the result of learning mathematics of fourth graders of SD Negeri
164 Ara on subject of addition and reduction of whole number can increase".
The population in this study is all students of class IV SD Negeri 164 Ara academic year
2007/208 that is 7 people. The type of this research is Classroom Action Research (CAR) conducted
from January to April 2007. The implementation of this class action research consists of 2 (two)
cycles. A preliminary evaluation was held in advance to determine the improvement of students'
mathematics learning outcomes. The procedure in this research are: 1) Planning, 2) Action
Implementation, 3) Observation and Evaluation, and 4) Reflection. Sources of data in this study are
teachers and students. Types of data obtained are qualitative data and quantitative data.
From the results of data analysis, it is obtained that by using props Beads, the results of
learning mathematics on the fourth grade students of SD Negeri 164 Ara on the subject of addition
and reduction of integers can be increased. This can be seen from the achievement of performance
indicators both in terms of process and in terms of results. The results showed that in terms of
implementation of learning scenarios that have been prepared, in the first cycle reached 64.99%, in
the second cycle reached 77.08%. While in terms of results relating to the results of learning
mathematics with a value of 85.7% with an average value of 66.57 on the first cycle, the second cycle
increased to 100% with an average value of 85.57.
Keywords: Mathematics Learning Outcomes, Beads Aids

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 285
PENDAHULUAN Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikatakan
bahwa betapa pentingnya media pembelajaran
Dalam menghadapi era globalisasi yang untuk menunjang keberhasilan dalam
diiringi dengan perkembangan IPTEK yang pembelajaran.
sangat pesat, maka peningkatan kualitas Oleh karena itu, penulis bermaksud
sumber daya manusia mempunyai posisi yang untuk melakukan penelitian terhadap
strategis bagi keberhasilan dan kelanjutan pembelajaran matematika melalui penelitian
pembangunan nasional. Oleh sebab itu, upaya tindakan kelas, dengan judul “Upaya
tersebut mutlak harus mendapat perhatian yang Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
sungguh-sungguh dan harus dirancang secara
Pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan
sistematis dan seksama berdasarkan pemikiran
Pengurangan Bilangan Bulat Dengan
yang matang. Wadah yang tepat bagi upaya
Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di
peningkatan kualitas sumber daya manusia
adalah pendidikan. Kelas IV SD Negeri 164 Ara”.
Suatu pembelajaran baiknya efektif dan
menyenangkan. Untuk membuat siswa Rumusan Masalah
menyenangi suatu mata pelajaran yang Berdasarkan Uraian pada latar belakang
diajarkan, guru dituntut kreatif menciptakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini
situasi pembelajaran yang inovatif dengan dirumuskan sebagai berikut : “ Apakah hasil
mengerahkan secara optimal sumber daya dan belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri
sumber dana yang ada. Di sinilah tantangan 164 Ara pada materi ajar penjumlahan dan
bagi guru agar bisa meramu pembelajaran pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan
menjadi menarik dan menyenangkan. dengan menggunakan alat peraga manik-
Matematika yang notabene merupakan manik?”.
mata pelajaran yang berisi simbol-simbol dan
sarat verbalisme merupakan tantangan Tujuan Penelitian
tersendiri bagi guru matematika. Terutama di Berdasarkan rumusan masalah di atas
sekolah dasar siswa sebaiknya didekatkan maka penelitian ini bertujuan untuk
dengan hal-hal yang bersifat kongkret dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa
penanaman konsep dasar. Siswa sekolah dasar kelas IV SD Negeri 164 Ara pada materi ajar
secara psikologi masih suka bermain. Guru
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
diharapkan dapat memahami dunia anak untuk
dengan menggunakan alat peraga manik-
menemukan formulasi pembelajaran dengan
manik.
tingkat pencapaian yang optimal. Guru sebagai
faktor penentu dan paling berpengaruh dalam
hal menanamkan konsep terhadap siswa. Manfaat Penelitian
Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
kemampuan guru dalam memilih dan bermanfaat yaitu:
menggunakan metode pembelajaran serta 1) Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai
kemampuan guru dalam menetapkan media masukan atau sumbangsi positif bagi
pembelajaran sangat menentukan terhadap kemajuan dan peningkatan kualitas
keberhasilan proses pembelajaran, di samping pendidikan yang mengarah kepada
adanya potensi dan kemauan siswa sendiri. peningkatan kompetensi lulusan yang
Hal ini sejalan dengan Bruner dalam mempunyai daya saing tinggi.
teorinya menyatakan bahwa belajar matematika 2) Bagi guru, dapat dijadikan sebagai masukan
akan berhasil jika proses pengajaran diarahkan yang berarti dalam upaya memperluas
kepada konsep-konsep dan struktur-struktur wawasan dan pengetahuan tentang model-
yang termuat dalam pokok bahasan yang model pembelajaran khususnya dengan
diajarkan, di samping hubungan yang terkait menggunakan alat peraga manik-manik
antara konsep-konsep dan struktur-struktur. dalam mengajarkan mata pelajaran
Lebih lanjut Bruner mengungkapkan bahwa matematika.
dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi 3) Bagi siswa, dapat meningkatkan
kesempatan untuk memanipulasi pemahaman dan hasil belajar siswa dalam
benda-benda (alat peraga). Dengan alat peraga belajar matematika pada materi ajar
tersebut, siswa dapat melihat langsung penjumlahan dan pengurangan bilangan
bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat bulat.
dalam benda yang diperhatikannya.

286 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


KAJIAN PUSTAKA sikap dan kemampuan berfikir logis dan
sistematis.
Proses Belajar Mengajar Matematika
Belajar dan mengajar adalah dua
kegiatan yang penting dan saling berkaitan. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar diasumsikan sebagai
Belajar menunjuk kepada apa yang harus
perolehan siswa tentang pelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik yang menerima
diperoleh dari awal sampai dengan akhir
pelajaran, sedang mengajar menunjuk kepada
pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai.
apa yang harus dilakukan oleh seorang guru
Hal ini didukung oleh Sudjana (2005:22) yang
sebagai pengajar.
menyatakan bahwa hasil belajar adalah
Untuk memperoleh pengertian yang
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
objektif tentang proses belajar mengajar
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
matematika, maka terlebih dahulu
Sudjana (2005:56-57) menjelaskan
dikemukakan pengertian belajar dan mengajar
bahwa hasil belajar yang dicapai siswa melalui
secara umum.
proses belajar mengajar yang optimal
Slameto (1991:27) mengemukakan
cenderung menunjukkan hasil yang bercirikan
bahwa belajar adalah suatu proses yang
sebagai berikut: (a) kepuasan dan kebanggaan
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
perubahan tingkah laku yang baru secara
intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik
keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri
adalah semangat juang untuk belajar yang
dalam interaksi dengan lingkungannya.
tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. (b)
Hudoyo (1988:1) menjelaskan bahwa
menambah keyakinan dan kemampuan dirinya.
seseorang yang dikatakan belajar jika
dan (c) hasil belajar yang dicapainya bermakna
diasumsikan bahwa dalam diri orang itu terjadi
bagi dirinya seperti akan tahan lama
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
diingatannya, membentuk perilakunya,
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah
bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
laku itu berlaku dalam waktu relatif lama dan
dapat digunakan sebagai alat untuk
terjadi karena adanya usaha orang tersebut.
memperoleh informasi dan pengetahuan
Berdasarkan kedua pendapat di atas,
lainnya, kemauan dan kemampuan untuk
pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar sendiri, dan mengembangkan
belajar merupakan suatu proses perubahan
kreativitasnya.
tingkah laku yang relatif permanen yang
Hasil belajar peserta didik dapat
mengakibatkan bertambahnya pengetahuan,
diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain)
keterampilan, nilai, sikap dan kepribadian yang
yang menurut Sudrajat (2008:3) terdiri atas
diperoleh dari interaksi individu dengan
domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
lingkungannya.
Namun dalam penelitian ini, hasil belajar
Mengajar adalah satu kegiatan yang
matematika yang hendak diukur dibatasi pada
mengorganisasi lingkungan yang dilakukan
hasil belajar di ranah (domain) kognitif.
oleh guru dalam usaha untuk memahami bahan
Bloom dalam Purwanto (2004:43) membagi
pengajaran sebagai media untuk membawa
tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang
anak-anak dalam memahami bahwa proses
termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu
pengajaran sebagai media pembentukan pribadi
pengetahuan hafalan, pemahaman, penerapan
termasuk pembentukan jasmani (Roestiyah,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
1994:45).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
Hudoyo (1988:3) mengatakan bahwa
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasil
mengajar matematika merupakan suatu
belajar matematika pada ranah kognitif adalah
kegiatan mengajar agar siswa dapat
suatu nilai yang diperoleh sebagai hasil dari
meningkatkan kemampuan, cakap dalam
proses pembelajaran yang mencerminkan
mempelajari matematika. Untuk mewujudkan
kemampuan peserta didik dalam memenuhi
hal itu maka guru harus pandai mencari metode
suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar
pembelajaran yang sesuai dengan struktur
dalam suatu kompetensi dasar yang
kognitif yang dimiliki siswa.
dirumuskan dalam pengetahuan hafalan,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
pemahaman, penerapan aplikasi, analisis,
bahwa proses belajar mengajar matematika
sintesis dan evaluasi.
merupakan suatu rangkain kegiatan yang
melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa,
yang dilakukan secara terencana dan terarah Alat Peraga
Menurut Sastrapradja (1981:18) bahwa
dalam rangka mengubah pola tingkah laku,
alat peraga adalah alat-alat yang dapat
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 287
digunakan untuk membantu memperjelas bangun setengah lingkaran, apabila sisi
bahan atau materi yang disampaikan oleh guru diameternya dihimpitkan atau digabungkan
sehingga siswa dapat mengindera dengan baik akan membentuk lingkaran penuh. Bentuk alat
dan membawa kesan yang lebih lama. Ahmadi ini juga dapat dimodifikasi kedalam bentuk-
(1985:123) mengatakan alat peraga adalah bentuk lain asal sesuai dengan prinsip kerjanya,
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam dalam hal ini alat peraga manik-manik yang
mengajar agar pelajaran dapat langsung diamati dimaksud terbuat dari kertas karton dan alat ini
melalui panca indera. Sedangkan Rahadi terdiri dari dua warna, misalnya warna hijau
(2003:10) mengatakan bahwa alat peraga untuk menandakan bilangan negatif dan warna
adalah alat (benda) yang digunakan untuk pink untuk untuk menandakan bilangan positif.
memperagakan fakta, konsep, perinsip atau Dalam alat ini, bilangan nol diperlihatkan oleh
posedur tertentu agar tampak lebih dua buah manik-manik dengan beda warna
nyata/konkrit. yang dihimpitkan pada sisi diametermya,
Ruseffendi, (1980:1) mengemukakan sehingga terbentuk lingkaran penuh. Bentuk
bahwa pelajaran matematika yang netral ini digunakan pada saat melakukan
menggunanakan alat peraga dapat berfungsi operasi pengurangan a – b dengan b lebih besar
sebagai berikut : dan a atau b merupakan bilangan negatif.
1) Proses belajar mengajar termotivasi. Baik Dalam konsep himpunan, “opersi
siswa maupun guru terutama siswa gabung” atau proses penggabungan atau proses
minatnya akan timbul. Ia akan senang, penggabungan dapat diartikan sebagai
terangsang, tertarik, dan bersikap positif penjumlahan, dan “proses pemisahan” atau
terhadap pengajaran matematika. “pengambilan” dapat diartikan sebagai
2) Konsep abstrak matematika tersajikan pengurangan. Berarti kalau kita
dalam bentuk konkrit, dan karena itu dapat menggabungkan sejumlah manik-manik ke
difahami dan dapat ditanamkan pada dalam kelompok manik-manik lain, maka sama
tindakan yang lebih rendah. halnya dengan melakukan penjumlahan.
3) Konsep-konsep abstrak yang disajikan Sebaliknya kalau kita melakukan proses
dalam bentik-bentuk konkrot yaitu dalam pemisahan sejumlah manik-manik keluar dari
bentuk model matematika yang dapat kelompok manik-manik, maka sama halnya
dipakai sebagai objek penelitian maupun dengan melakukan “pengurangan” (Muhsetyo.
sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan 2002:7).
relasi baru menjadi banyak.
4) Hubungan antara konsep-konsep abstrak Kerangka Berpikir
matematika dengan benda-benda di alam Proses pembelajaran matematika
sekitar akan lenih difahami. memerlukan media yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuan dan isi atau
Berdasarkan pendapat diatas, dapat
materi pelajaran yang dimaksudkan untuk
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan alat
mengoptimalkan pencapaian sutu tujuan
peraga dalam pendidikan adalah sesuatu alat
pembelajaran yang telah diterapkan. Fungsi
yang dapat digunakan untuk memperjelas
media pembelajaran dalam pembelajaran
bahan pelajaran yang disajikan oleh guru agar
matematika dimaksudkan agar komunikasi
proses belajar siswa berlangsung dengan baik,
antara guru dan siswa dalam hal pencapaian
yakni siswa dalam menerima pelajaran dapat
pesan, siswa lebih memahami dan mengerti
mengfungsikan alat inderanya terutama mata
tentang konsep abstrak matematika yang
dan telinga dengan baik dalam menerima
diinformasikan kepadanya. Dengan demikian
pelajaran lebih efektif dan efisien.
siswa yang diajar mudah memahami materi
yang diajarkan.
Penggunaan Alat Peraga Manik-Manik
Penggunaan alat peraga (termasuk
dalam Operasi Penjumlahan dan
manik-manik) dalam pembelajaran metematika
Pengurangan Bilangan Bulat.
khususnya pada pokok bahasan operasi
Alat peraga manik-manik digunakan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
untuk memberikan pemahaman tentang
merupakan suatu metode yang membantu
pengerjaan bilangan bulat dengan
mempermudah siswa dalam memahami materi
menggunakan konsep himpunan. Sesuai
yang diajarkan. Dengan menggunakan alat
konsep pada himpunan, kita dapat
peraga siswa dapat mempraktekkan secara
“menggabungkan” atau “memisahkan” dua
langsung menjumlahakan maupun
himpunan yang anggotanya berbentuk manik-
mengurangkan suatu bilangan bulat. Cara ini
manik. Bentuk manik-manik ini dapat berupa
membantu mempermudah siswa memahami

288 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


konsep lebih baik sehingga akan mendorong a. Membuat skenario pembelajaran yang
peningkatan hasil belajarnya secara optimal. tercantum dalam rencana pelaksanaan
Sedangkan pembelajaran tanpa menggunakan pembelajaran. Setiap skenario digunakan
alat peraga pada materi yang sama akan dalam satu kali pertemuan di kelas.
menyebabkan siswa mengalami kesulitan Prosedur dalam penelitian ini dilakukan
dalam memahaminya. Hal ini disebabkan dalam dua siklus.
karena guru hanya memberikan contoh-contoh b. Membuat lembar observasi untuk
yang bersifat absatrak yang ada pada buku atau melihat bagaimana kondisi belajar
sekedar menggambarkan di papan tulis saja mengajar di kelas ketika menggunakan
sebagai contohnya. alat peraga manik-manik.
c. Membuat alat evaluasi untuk melihat
Hipotesis Tindakan apakah hasil belajar matematika siswa
Berdasarkan kajian pustaka, maka dengan menggunakan alat peraga manik-
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah manik dapat ditingkatkan.
dengan menggunakan alat peraga manik- d. Membuat jurnal refleksi diri.
manik, hasil belajar matematika siswa kelas IV
2) Pelaksanaan tindakan, pada tahap ini
SD Negeri 164 Ara pada materi ajar
pemberian tindakan dilakukan sebanyak dua
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali
dapat meningkat.
pertemuan.
3) Lembar observasi yang dimaksud berupa
METODE PENELITIAN
lembar yang berisi pertanyaan-pertanyaan
Jenis Penelitian yang berkaitan dengan proses pembelajaran
Penelitian ini termaksud dalam yang terdapat dalam rencana pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang pembelajaran. Aspek yang akan diobservasi
memiliki karakteriktis 1) perencanaaan, 2) pada tahap ini adalah kondisi pembelajaran
pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4) evaluasi, di kelas ketika menggunakan alat peraga
dan 5) refleksi yang dilakukan dalam dua manik-manik.
siklus. 4) Evaluasi, kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini adalah melaksanakan proses
Subyek Penelitian evaluasi dengan memberikan evaluasi hasil
Subyek dalam penelitian ini adalah belajar kepada siswa pada setiap akhir
siswa-siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara yang siklus.
terdiri atas 7 orang, 1 orang perempuan dan 6 5) Refleksi, dilakukan untuk melihat
orang laki-laki. Dilaksanakan pada semester kelemahan/kekurangan maupun kelebihan-
genap tahun pelajaran 2006 /2007. kelebihan yang ada dijadikan dasar untuk
pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya.
Faktor-faktor yang diselidiki
Faktor-faktor yang diselidiki dalam Data dan Cara Pengambilan Data
penelitian ini adalah : 1) Sumber data
1) Faktor guru, mengamati aktivitas guru Sumber data dalam penelitian ini adalah
dalam menyajikan materi pelajaran sesuai guru dan siswa, yaitu data tentang
dengan penggunaan alat peraga manik- keterampilan guru dan keaktifan siswa
manik serta bagaimana cara guru dan dalam proses pembelajaran serta data
peneliti merancang atau merencanakan tentang nilai evaluasi hasil belajar
tindakan perbaikan pembelajaran untuk matematika pada evaluasi siklus I, dan
pertemuan selanjutnya. evaluasi siklus II.
2) Faktor siswa, mengamati aktivitas siswa 2) Jenis data
selama mengikuti proses pembelajaran dan Jenis data yang diperoleh adalah data
untuk mengetahui kemampuan siswa kuantitatif dan data kualitatif. Data
memahami materi pelajaran setelah selesai kuantitatif diperoleh dari evaluasi hasil
proses pembelajaran. belajar siswa, sedang data kualitatif
diperoleh dari lembar observasi dan hasil
Prosedur Penelitian refleksi diri.
Secara rinci, prosedur tindakan kelas ini 3) Cara pengambilan data
dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Data kuantitatif tentang hasil belajar
1) Perencanaan, adapun kegiatan yang matematika diambil melalui evaluasi
dilakukan dalam tahap ini meliputi : hasil belajar.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 289
b. Data kualitatif tentang pelaksanaan 1) Dari segi proses, tindakan dikatakan
pembelajaran serta perubahan-perubahan berhasil jika 80% rencana pembelajaran
yang terjadi di kelas diambil dengan terlaksana
lembar observasi untuk hasil observasi 2) Dari segi hasil, tindakan dikatakan berhasil
dan dengan jurnal untuk hasil refleksi jika minimal 75% siswa telah memperoleh
diri. nilai minimal 65 (Ketentuan KKM
Matematika untuk kelas IV SD Negeri 164
Indikator Kinerja Ara).
Indikator kinerja dalam penelitian ini ada
dua, yaitu:

Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas

Observasi awal Alternatif Pemecahan Pelaksanaan


Permasalahan (Rencana Tindakan) I Tindakan I
Siklus
I

Terselesaikan Refleksi I Evaluasi I Observasi I

Alternatif Pelaksanaan
Belum Pemecahan Tindakan II
Terselesaikan (Rencana Tindakan)
Siklus
II
II

Refleksi II Evaluasi II Observasi II


Terselesaikan

(Tim pelatih proyek PGSM.


1999:27)
HASIL PENELITIAN DAN 1. Hasil Belajar Siswa SIKLUS I
PEMBAHASAN Data atau hasil belajar yang dicapai
siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara setelah
Hasil Penelitian menerapkan alat peraga manik-manik, dari
Hasil yang diperoleh dari penelitian 7 jumlah siswa semuanya sudah
dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. mendapatkan nilai yang sesuai dengan
Analisis kualitatif digunakan untuk KKM. Dari jumlah tersebut terdapat 2 orang
menganalisis data siswa yang aktif sesuai mendapat nilai 70, 4 orang lainnya
indikator pada materi penjumlahan dan mendapat nilai 65, dan terdapat 1 orang
pengurangan bilangan bulat dalam proses siswa mendapatkan nilai 60. Secara tidak
pembelajaran Matematika, sedangkan analisis langsung, hasil belajar siswa pada siklus
kuantatif digunakan untuk menganalisis hasil satu sudah mencapai standar ketuntasan,
belajar siswa pada setiap siklus I dan siklus II. meskipun nilai siswa masih sangat standar.
Hal ini terjadi karena jumlah siswa yang
sangat sedikit, sehingga pembelajaran

290 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


benar-benar terarah pada semua siswa, dan peningkatan secara perlahan-lahan; 3) Siswa
situasi kelas dapat terkontrol dengan baik. aktif dalam menjawab pertanyaan teman
Tetapi masih ada 1 orang siswa yang belum sendiri maupun dari guru pada siklus I ke
mencapai nilai KKM. Jadi, penelitian ini siklus II semakin meningkat; 4) Ketuntasan
tetap dilanjutkan pada siklus ke dua, unuk hasil belajar pada siklus II mencapai 100% dan
lebih meningkatkan hasil belajar siswa dan semua siswa memperoleh nilai yang sangat
semua siswa bisa memperoleh nilai 65.
baik. Jadi dengan menggunakan alat peraga
Perolehan nilai tertinggi 70, nilai terendah
manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar
60, dari nilai ideal 100 dan nilai rata-rata
66,57%. Hal ini menunjukkan bahwa pada matematika siswa terkhusus pada pokok
siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar bahasan penjumlahan dan pengurangan
85,7% yaitu 6 siswa dari 7 siswa termasuk bilangan bulat.
kategori tuntas dan 1 siswa atau 14,2% dari Hal ini sejalan dengan Bruner dalam
7 siswa yang termasuk kategori tidak tuntas. teorinya menyatakan bahwa dalam proses
belajar siswa sebaiknya diberikan kesemptan
2. Hasil Belajar Siswa SIKLUS II
Data atau hasil belajar yang dicapai untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga).
siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara setelah Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat
menerapkan alat peraga manik-manik, melihat langsung bagaimana keteraturan serta
orang siswa mendapat nilai 90, dan 5 pola yang terdapat dalam benda yang
diperhatikannya.
orang siswa memperoleh nilai 80.
SIMPULAN
Perolehan nilai tertinggi 94, nilai terendah Berdasarkan hasil analisis data dan
80, dari nilai ideal 100 dan nilai rata-rata pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
87,57%. Hal ini menunjukkan bahwa pada dengan menggunakan alat peraga manik-manik
siklus II persentase ketuntasan siswa pada mata pelajaran matematika pokok bahasab
sebesar 100% dari 7 siswa termasuk dalam
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
kategori tuntas.
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
Pembahasan IV SDN 164 Ara. Adapun hasil penelitian yang
Hasil analisis penelitian yang dilakukan dilaksanakan selama 2 siklus ini yaitu siklus I
siswa kelas IV SDN 164 Ara pada mata rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,57%
pelajaran Matematika dengan menggunakan termasuk katagori sedang, dengan persentase
alat peraga manik-manik, hasil belajar siswa ketuntasan sebesar 85,7%. Sedangkan pada
pada pokok bahasan penjumlahan dan siklus II nilai rata-rata siswa yaitu 87,57%
pengurangan bilangan bulat siswa dapat termasuk dalam katagori tinggi, dengan
meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti ketuntasan belajar 100%, ini berati
proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
pada umumnya dapat meningkat. Hal ini dapat proses pembelajaran pada siklus II.
terlihat dari hasil persentase ketuntasan siswa
pada siklus I sebesar 85,7% yaitu 6 siswa dari 7
SARAN
siswa termasuk kategori tuntas dan 1 siswa
atau 14,2% dari 7 siswa yang termasuk Saran yang dapat penulis kemukakan
kategori tidak tuntas. Dan mengalami berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai
peningkatan secara signifikan pada siklus II berikut:
yaitu persentase ketuntasan siswa sebesar 1) Metode pembelajaran dengan menggunakan
100% dari 7 siswa termasuk dalam kategori alat peraga manik-manik dapat dijadikan
tuntas. salah satu alternatif menciptakan proses
Hal ini dapat terjadi karena adanya belajar mengajar yang menyenangkan yang
perubahan yang terjadi selama melaksanakan dapat diterapkan pada pembelajaran
proses pembelajaran dengan menggunakan alat matematika sehingga aktivitas dan hasil
peraga manik-manik pada pokok bahasan belajar yang diperoleh dapat maksimal.
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat 2) Diharapkan kepada tenaga-tenaga pengajar
yaitu; 1) Kehadiran siswa pada siklus I dan bidang studi khususnya bidang studi
siklus II selalu 100%; 2) Secara umum hampir matematika untuk menggunakan metode
setiap pertemuan diamati menunjukkan maupun model pembelajaran yang sesuai.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 291
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1985. Pengantar Metode
Didaktik. Bandung : Armico.
Hudoyo, Herman. 1984. Strategi Belajar
Mengajar. Malang : Depdikbud.
----------, Herman. 1988. Strategi Belajar
Mengajar Matematika. Malang : IKIP
Malang.
Muhsetyo, Gatot. 2002. Pembelajaran
Matematika SD. Universitas Terbuka :
Jakarta.
Rahadi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran.
Jakarta : Pendidikan Nasional.
Roestiyah, N.K. 1994. Masalah Pengajaran
Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ruseffendi, ET. 1980. Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Tarsito.
Sastrapradja. 1981. Kamus Pendidikan dan
Umum. Jakarta : Usaha Nasional.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang


Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka
cipta.
----------. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya Cetakan ke-4.
Jakarta : Bina Aksara.
Sudjana, Nana. 1995. Teori-Teori Belajar
Untuk Pengajaran. Jakarta : Fakultas
Ekonomi UI.
-----------------. 2005. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung :
PT. Remaja Rosdikarya.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Penilaian Hasil
Belajar. Bandung : Tarsito.

292 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017


VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

Biodata Penulis
Dr. Drs. Baharuddin 10. Analisis Strategi Penuntasan Wajib Belajar 12
Patangngai., SE, M. Si. tahun di Kabupaten Bulukumba
Lahir Bulukumba pada 11. Implementasi Kualitas Pendidikan dan
tanggal 10 November 1967, Berintegritas di Kabupaten Bulukumba
pendidikan SDN. 10 Ela-Ela Dan pernah mengikuti pelatihan antara lain :
Tahun 1980, SMPN 2 Pelatihan yang diikuti :
Bulukumba 1983, SMAN 1 • Latihan Kepemimpinan IV oleh Badan Diklat
Bulukumba 1986, S1 Kimia Provinsi Sulawesi Selatan 2004
(IKIP UP), S1 Ekonomi • Pendidikan Latihan Kepemimpinan III (Diklatpim
(STIE W.Bakti), S2 Magister III pola baru angk.II tahun 2014 Kemdagri)
Manajemen (UMI-Makassar), S3 Doktor Ilmu • Pelatihan Perbendaharaan dan Perpajakan
Manajemen Ekonomi (UMI Makassar). Bekerja Depdiknas 2006
sebagai staf pegawai Badan Penelitian dan • Pelatihan Pengembagan dan Analisis Kurikulum
Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Nasional Depdiknas 2004
Bulukumba, Jabatan Kepala Bidang Pembangunan, • Pelatihan Modelin Pembelajaran Depdiknas 2004
Inovasi, dan Teknologi, sebagai pemerakarsa terbitan • Pelatihan Pembuatan Renstra Unit Kerja
Jurnal Pinisi Research Balitbangda dan sebagai dosen Depdiknas
di beberapa Perguruan Tinggi di Bulukumba (Akper, • Pelatihan Pembuatan Lakip Unit Kerja Depdiknas
STKIP Muhammadiyah, STAI Algazali, STIKES • Pelatihan Pemodelan data SIMPEG Depdiknas
Panrita Husada), telah menulis kajian di berbagai • Pelatihan ICT dan TV Education Dikmenjur
terbitan jurnal antara lain: Depdiknas
• Pelatihan KTSP Melalui BSNP Depdiknas 2006
1. Work Stress : Tinjauan Teoritis & Pengaruhnya
• Pelatihan pembuatan Rencana Pengembangan
Terhadap Kinerja Individu Organisasi Pendidikan Kabuapten (RPDK) Se Indonesia
2. Korelasi NEM SLTP dengan Prestasi belejar di 2009.
Kabupaten Bulukumba • Trainer Word Bank Operational Budgeting School
3. Analisis Peningkatan Kinerja Pegawai Dinas by programing sucses study pundamental
Pemukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten education 9 years of Indonesian 2009
Sinjai • Training and Advocation PUG Round Table and
4. Human Resources Dalam Manajemen Discussion Education Planning Budgeting
Perubahan Paradigma Keunggulan Kompetitif Program Depdiknas 2009
Daerah • Pelatihan Peningkatan Kompotensi Teknis Sumber
5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, Daya Manusia Fungsional Pendataan Pendidikan
Motivasi kerja, Kemampuan Terhadap Kualitas dari PSP Balitbang Depdiknas 2009
Kekaryaan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten • Pelatihan Peningkatan Kemampuan Penyusunan
Bulukumba Profil Pendidikan Tahun 2009 Depdiknas Setjend
6. Analisis Sumber Daya Demografi Kabupaten Biro Perencanaan dan Kerja sama Luar Negeri
Bulukumba dalam Meningkatkan Pembangunan (KLN) Jakarta
Berbasis Potensi Lokal • Better Education Through Reformed Management
7. Upaya Bank Syari’ah Mendorong Tumbuhnya and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU)
Sektor Riil di Kabupaten Bulukumba PSP-Balitbang- Depdiknas 2009
8. Pola Pemanfaatan Anggaran Berbasis Akrual di • Pelatihan pengelolaan pendataan pendidikan dan
Tingkat Satuan Pendidikan di Kabupaten ICT, Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang
Bulukumba Kemendiknas 2010
9. Potensi Ekowisata dalam Kawasan Kebun Raya • Training From The American People USAID for
Kahayya Kabupaten Bulukumba Improving Public Services Performance 2011
Idaharyani, S.Pd, M.Pd Mustafa, MSi
Lahir di Lasi tanggal 11 Mei Lahir tanggal 31 Desember
1965. Menamatkan 1962. Tempat Polejiwa
pendidikan di SDN Kilo Kabupaten Bone Profisi
tahun 1977, SMPN 2 Bima Sulawesi Selatan Pendisikan
pada tahun 1981 dan SMAN S1 dilakukan di Universitas
1 Bima tahun 1984. Penulis Muhamadyah Makassar lulus
menyelesaikan D-2 Jurusan tahun 2002 dengan jurusan
Matematika di IKIP Ujung Sosial Politik, sedang S2
Pandang tahun 1987, S-1 dilaksanakan di Universitas
Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Samratulangi Menado dengan Program Study
Makassar (UNM) pada tahun 2002 dam S-2 Manajemen Agribisnis lulus pada tahun 2007. Bekerja
Pendidikan Matematika UT 2013. pada Balai Besar Pelatihan Pertanian Baatngkaluku
Ibu Hj. Lentang binti A.Wahab Ponceng (Alm.) dengan spesialisasi Sosial Ekonomi.
Makassar, Sul-Sel, ayah (Alm.) H.A.Abdullah Abdul
Madjid Dg Pasulle berasal dari Bone Sulawesi
Rosma D, S.Pd
Lahir tanggal 31 Desember
Selatan. Penulis adalah putri ketiga dari 10
1963 di Desa Sampeang
bersaudara.
Kecamatan Bulukumpa
Menikah pada November 1989 dengan M.Amiruddin Kabupaten Bulukumba, dan
M., S.Pd, M.Pd. dan Alhamdulillah dikaruniai tiga merupakan anak kedua dari
orang anak, yaitu Ratnah Kurniati M.A, S.Pd, M.Pd sembilan bersaudara dari
lahir tahun 1991, Gufran Efendi, S.T lahir tahun 1993, pasangan H. Daraming dan
dan Ratna Jannatin M.A lahir tahun 1995. Hj. Mariana. Pendidikan
Prestasi yang pernah dihasilkan adalah juara 1 guru Sekolah Dasar ditempuh
berprestasi tingkat kabupaten Bulukumba tahun 2017 di SD Pangi-pangi I dari tahun 1969 dan tamat pada
dan juara 3 guru berprestasi tingkat propinsi Sulawesi tahun 1974. Pendidikan berikutnya ditempuh di
Selatan. Penulis telah menghasilkan buku dengan Madrasah Tsanawiyah Sampeang pada tahun 1975
judul “Guru Eksis Why Not”, “Cara mudah membuat dan tamat pada tahun 1977. Kemudian pada tahun
media pembelajaran Interaktif dengan Focusky” dan 1978 melajutkan pendidikan di SMEA Negeri
Bulukumba dan tamat pada tahun 1981.
“Membuat Media Pembelajaran Dengan Crazytalk Pada tahun 1982 melanjutkan studi di
Animator Pro” Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa di
Email/Fb/Blog idaharyani115@gmail.com, Program Studi Pendidikan IPS Jurusan IPS Terpadu
http://facebook.com/Idaharyani1105 http://idaharyan Fakultas FKIS Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
ipasulle,wordpress.com, HP/WA/Tel. : (IKIP Ujung Pandang) , jenjang studi Diploma dua
082191676667 (D2) dan selesai pada tahun 1983. Pada tahun 1984
terangkat menjadi PNS di SMP Negeri Barebbo
Kabupaten Bone. Pada tahun 1988 pindah ke SMP
Ir. Racmat Seno Adji, Negeri Bialo Kabupaten Bulukumba. Selanjutnya
MM. pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan
Lahir di Banyumas 7 Juli diploma tiga (D3) di IKIP Ujung pandang dan tahun
1959, adalah pejabat 1999 menempuh pendidikan S1 di Universitas
fungsional (widyaiswara) di Veteran RI Makassar jurusan PPKN dan selesai tahun
Balai Besar Pelatihan 2001.
Tahun 2002, pindah tugas ke SMP Negeri 1
Pertanian (BBPP) Bulukumb. Pada tahun 2006 kembali mengenyam
Batangkaluku. Gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Makassar pada
di peroleh dari Fakultas jurusan Pendidikan Sejarah sebagai penyetaraan
Peternakan Universitas, jenjang studi S1 dan selesai tahun 2007.
Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, jurusan
Produksi Ternak, tahun 1986. Sedang gelar Magister Ray Suryadi, S. Pd
Managemen (MM) diperoleh dari Universitas Muslim Was born in Ujung Pandang
on Februari 12th, 1986. He is
Indonesia Makassar, program study Pemasaran tahun the first from three childrens
2005. telah menulis artikel pada terbitan jurnal dengan of H. Muh. Hasyim, MM.
judul artikel ”Analisis Pendapatan Usaha Tani dan and Hj. Dra. Nurdiati
Pemasaran Telur Itik Kelompok Tani Parde’de Desa Palandra. He is a husband of
Gentungan Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Ria Hajriah, S.Pd. His
educational background
Gowa”. began in elementary school
at SD Inpres Lembang Cina II Bantaeng in 1994 and Nirwana, S. Pd.
SDN 3 Pangkajene Sidrap and graduated in 1997. The Lahir di Kabupaten
he continue at SMPN 1 Sidrap and graduated in 2000. Bulukumba Provinsi
After that he continue again his study at SMAN 1 Sulawesi Selatan, anak ke
dua dari tiga bersaudara dari
Pare-pare and graduated in 2003. He again continue
pasangan Muhammad Zain L
his study at UNM and he took business English study dengan Salma, tamat dari
program and graduated in 2006. He is a never stop SDN 78 Bontoa, SMP Negeri
studying man. After graduating at Business English in 5 Bulukumba, Madrasah
2006 he directly continue to English Education at the Aliah Negeri (MAN) 2
same university and the same year to take educator Tanete tahun 2009. Menyelesaikan Sarjana Program
degree. He graduated at UNM in 2008. After applying Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Tinggi
Ilm Agama Islam ( STAI- Algazali) Bulukumba
the knowledge he gain at university to the society for
tahun 2017. Menjadi karyawan pada salah satu
five years he thought he need some improvement in koperasi terkemuka di Kabupaten Bulukumba
teaching English. So, he then continue again his study (Koperasi Berkat) pada tahun 2009 sampai dengan
at UNM for magister degree at the same lovely 2012, kemudian menjadi staf Pengajar pada
university namely, State University of Makassar or Kementrian Agama Kabupaten Bulukumba yaitu
familiar called UNM in 2013 and graduated in 2015. Madrasah Ibtidayah (MIS) Paranglohe sejak tahun
2013 hingga sekarang.
May Allah always guide and bless him. InsyaAllah.
Aamiin.
Dinarwati, SPd., SD,
Darmaeni, S.Pd., M.Pd. Lahir pada tanggal 2
Lahir di Bulukumba Provinsi November 1962 di Ara
Sulawesi Selatan pada Kecamatan Bontobahari
Tanggal 07 Februari 1970 Kabupaten Bulukumba
dari pasangan suami istri H. Provinsi Sulawesi Selatan.
Mustamin dan Alm. Hj. Riwayat Pendidikan dimulai
Rostina. Tahun 1977 masuk dari SDN 164 Ara dan
Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 menyelesaikan pendidikan
Terang-Terang Bulukumba pada tahun 1962. Kemudian
dan tamat pada tahun 1983. melanjutkan pendidikannya di SMPN Bontobahari
Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun
1975). Kemudian melanjutkan pendidikan di SPGN
pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Bulukumba Diploma 2 UT dan selesai pada tahun
Negeri Bulukumba (SMP Negeri 1 Bulukumba) dan 1998. Terakhir menyelesaikan pendidikannya di S1
tamat pada tahun 1986. Pada tahun itu juga UT pada tahun 2011.
melanjutkan pendidikan pada Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) Negeri Bulukumba (SMA
Negeri 1 Bulukumba) dan tamat pada tahun 1989.
Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan pada
program studi pendidikan Kimia Fakultas MIPA
IKIP Ujung Pandang Provinsi Sulawesi Selatan dan
memperoleh gelar sarjana pendidikan Kimia pada
tahun 1995. Penulis mengawali karier sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Bulukumba pada bulan Februari tahun 2005 di SMP
Negeri 1 Bulukumba sampai sekarang. Pada tanggal
08 Agustus 2000 menikah dengan Muhammad Safri,
S.Pd, MM dan sampai sekarang telah dikaruniai dua
permata hati, yaitu ST. Khaerun Fathiyah (15 tahun),
dan Ahmad Khaerul Amer (12 tahun). Pada tahun
2014 penulis melanjutkan pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Kimia Program
Pascasarjana UNM Makassar .
VOL.12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017

PEDOMAN PENULISAN
JURNAL PINISI RESEARCH

1. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa inggris dalam bidang kajian pemerintahan
daerah.
2. Substansi artikel diharapkan sejalan dengan panduan penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bulukumba.
http://litbangbulukumba@yahoo.co.id
3. Artikel ditulis dengan kaidah tata bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia yang baku, baik, dan
benar.
4. Sistematika Penulisan
Sistematika penjengjangan atau peringkat judul artikel dan bagian-bagiannya dilakukan dengan cara
berikut :
(1) Judul ditulis dengan huruf besar semua, debagian tengah atas pada halaman pertama
(2) Sub Bab Peringkat 1 ditulis dengan huruf pertama besar semua di tengah/center
(3) Sub Bab Peringkat 2 ditulis dengan huruf besar-kecil rata tepi kiri
@ Sistematika artikel hasil penelitian adalah : judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); nama
dan alamat institusi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata) yang berisi tujuan,
metode, dan hasil penelitian; kata kunci (4-5 kata kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul)
yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil
penelitian dan pembahasan; simpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang
dirujuk).

JUDUL (ringkas dan lugas; maksimal 14 kata, hindari kata “analisis”, “studi”, “pengaruh”)
Penulis 11 dan Penulis 22
1
Nama instansi/lembaga Penulis 1
Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
2
Nama instansi/lembaga Penulis 2
Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
(Jika nama instansi penulis 1 dan 2 sama, cukup ditulis satu saja)
E-mail penulis 1 dan 2:
Abstract: Abstract in English (125-150 words)
Keywords: 4 – 5 words/phrase
Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)
Kata kunci: 4 – 5 kata/frase
PENDAHULUAN
(Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, yang dimasukkan dalam
paragraf-paragraf bukan dalam bentk subbab)
METODE PENELITIAN
Sub bab

HASIL DAN PEMBAHASAN
(Hasil adalah gambaranlokus, pembahasan adalah analisis dan interpretasi)
Sub bab

SIMPULAN
(Simpulan adalah hasil dari pembahasa yang menjawab permasalahan peneliti)
DAFTAR PUSTAKA
@ Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); dan
alamat instansi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata); kata-kata kunci (4-5 kata
kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang
lingkup tulisan; bahasa utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-judul); simpulan; daftar
rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).
JUDUL
Penulis
Nama instansi/lembaga penulis
Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
E-mail penulis
Abstract: Abstrack in English (125-150 words)
Keywords: 4 – 5 words/ phrase
Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

5. Artikel diketik pada kertas ukuran A4 berkualitas baik. Dibuat sesingkat mungkin sesuai dengan
subyek dan metode penelitian (bila naskah tersebut ringkasan penelitian), biasanya 20-25 halaman
dengan spasi satu, untuk kutipan paragraf langsung diindent (tidak termasuk daftar pustaka).
6. Abstrak, ditulis satu paragraf sebelum isi naskah. Abstrak dalam bentuk bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak tidak memuat uraian matematis, dan mencakup esensi utuh
penelitian, metode dan pentingnya temuan dan saran atau kontribusi penelitian.
7. a. Penulisan numbering kalimat pendek diintegrasikan dalam paragraf, contohnya:
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah CSR berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan, (2) Untuk mengetahui apakah persentase kepemilikan
manajemen berperan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara CSR dengan
nilai perusahaan, dan (3) Untuk mengetahui apakah tipe industri berperan sebagai variabel
moderating dalam hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan?
b. Penulisan bullet juga diintegrasikan dengan dalam paragraf dengan menggunakan tanda koma
pada antarkata/kalimat tanpa bullet.
8. Tabel dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) sebagai lampiran dicantumkan pada halaman
sesudah teks. Sedangkan tabel atau gambar baik di dalam naskah maupun bukan harus diberi nomor
urut.
a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul table diletakkan di atas tabel sedangkan judul
gambar diletakkan di bawah gambar.
b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.
c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel
sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.
d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang refresentatif.
9. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberi
nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan
baris tersebut. Contoh:
wt = f (yt, kt, wt-1)
10. Keterangan rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan symbol sama dengan (=) masing-
masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh:
Dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas
modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya
11. Perujukan sumber acuan di dalam teks (body teks) dengan menggunakan nama akhir dan tahun.
Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan
dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang
aslinya.
Contoh:
 Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..
 Nuraeni dan Daryoky (1997) menunjukkan adanya…..
 Yunus dkk (2007) berkesimpulan bahwa…..
 Untuk meningkatkan perekonomian daerah….. (Rizky, Mentari, dan Dhirga Bramurti, 2009)
 Indah (2009) berpendapat bahwa…..

12. Setiap kutipan harus diikuti sumbernya (lihat poin no. 11) dan dicantumkan juga dalam daftar
pustaka. Contoh:
Di dalam paragraf isi (Body Text) ada kutipan:
Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..
Maka sumber kutipan tersebut wajib dicantumkan/disebutkan di dalam daftar pustaka:
Buiter, W. H. 2007. The Fiscal Theory of Price Level: A Critique, Economic Journal,
112(127):459
13. Sedapat mungkin pustaka-pustaka yang dijadikan rujukan adalah pustaka yang diterbitkan 10
tahun terakhir dan diutamakan lebih banyak dari Jurnal Ilmiah (50 persen). Penulis disarankan
untuk merujuk artikel-artikel pada Jurnal-jurnal yang sudah terakreditasi.
14. Unsur yang ditulis dalam daftar pustak secara berturut-turut meliputi: (1) nama akhir pengarang,
nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik. (2) tahun penerbitan. (3) judul buku termasuk
subjudul. (4) tempat penerbitan, (5) nama penerbit.
Contoh cara penulisan:
a. Format rujukan dari buku: Nama pengarang. (tahun). Judul Buku.Edisi Kota penerbit: Nama
Penerbit.
Jika penerbit sebagai editor tunggal, ditulis (Ed.) di belakang namanya. Ditulis (Eds.) jika
editornya lebih dari satu orang. Kemudian bila pengarang lebih dari 3 orang, dituliskan nama
pengarang pertama dan yang lain disingkat “dkk”(pengarang domestik) atau “et.al” (pengarang
asing)
Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. Second edition. New York: John Wiley &
Son.
Purnomo, Didit (Ed.) 2005. The Role of Macroeconomic Factors in Growth. Surakarta:
Penerbit Muhammadiyah University Press
b. Format rujukan dari artikel dalam buku ditulis: Nama Editor (Ed.), (tahun) judul
tulisan/keterangan, Judul Buku..hlm atau pp. kota penerbit: nama penerbit.
Daryoky (Ed.). 2005. Concept of Fiscal Decentralization and Worldwide Overview (hlm.12-25).
Bulukumba: Penerbit Muhammadiyah University Press.
c. Format rujukan dari artikel dalam jurnal/majalah/Koran: Nama pengarang (tahun). Judul
tulisan/karangan. Nama jurnal/majalah/Koran. volume (nomor): halaman. Jika rujukan Koran
tanpa penulis, nama koran ditulis diawal
Yunus, MC. 2002. The Dilemma of Fiscal Federalism: Grants and Fiscal Performance around
the world. Amerirican Economic jurnal. 46(3): 670. Nashville: American Economic
Association.
Tridian. 2008. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai Pelaksana Desentralisasi
Fiskal Efek. Warta Ekonomi. Vol. 4,. Agustus: 46-48
Harwanto, S. 2007, 13 November, DEsentralisasi Fiskal dan Pembangunan Ekonomi, Harian
Radar Bulukumba, hlm,7.
Harian Makassar. 2009, 1 April, Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia hlm, 4.

15. Referensi Online yang dianjurkan dalam penggunaan bahasa Indonesia:


a. Glosarium kata baku dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia:
http://pusatbahasa.diknas.go.id/glosarium/
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/
c. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD):
http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBN-
BID.PENGEMBANGAN.pdf

Pengiriman Artikel
1. Atikel dikirim sebanyak 2 eksemplar hardcopy, dan softcopy berupa file. File bisa dikirim melalui e-
mail litbangbulukumba@yahoo.co.id atau dalam media cd.
2. Artikel yang dikirim wajib dilampiri biodata ringkas pendidikan termasuk catatan riwayat karya-
karya ilmiah sebelumnya yang pernah dipublikasikan, institusi dan alamatnya, nomor telepon kontak
atau e-mail penulis.
3. Penulis yang menyerahkan artikelnya harus menjamin bahwa naskah yang diajukan tidak melanggar
hak cipta, belum dipublikasikan atau telah diterima untuk dipublikasikan oleh jurnal lainnya.
4. Kepastian naskah dimuat atau tidak, akan diberitahukan secara tertulis atau melalui telepon. Artikel
yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan.

Alamat Jurnal Pinisi Research:


Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Durian No. 2 Bulukumba
Telepon/Faks: +62413 81102 / +62413 81102
e-mail: litbangbulukumba@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai