PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan anggaran adalah tahap dimana sumber daya digunakan untuk
melaksanakan kebijakan anggaran. Suatu hal yang mungkin terjadi, dimana anggaran
yang disusun dengan baik tenyata tidak dilaksanakan dengan tepat. Tetapi, kondisi
tersebut tidak memungkinkan, dimana anggaran yang tidak disusun dengan baik maka
tidak dapat diterapkan secara tepat pula. Persiapan anggaran yang baik merupakan
awal baik secara logis maupun kronologis untuk proses pengembangan suatu daerah.
Walaupun demikian, proses pelaksanaannya tidak menjadi sederhana karena adanya
mekanisme yang menjamin ketaatan pada program pendahuluan. Bahkan dengan
prakiraan yang baik sekalipun, akan ada perubahan-perubahan tidak terduga dalam
lingkungan ekonomi makro dalam tahun yang bersangkutan yang perlu diperlihatkan
dalam anggaran. Tentu saja, perubahan-perubahan tersebut harus disesuaikan dengan
cara yang konsisten dengan tujuan kebijakan yang mendasar untuk menghindari
terganggunya aktivitas satker dan manajemen program atau kegiatan.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan
bagaimana asasnya?
2. Bagaimana proses perencanaan dan penganggaran serta prinsip dalam penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2019?
3. Bagaimana tahapan dan jadwal penyusunan APBD Tahun Anggaran 2019?
4. Bagaimana pelaksanaan dari konsep APBD yang telah disusun?
5. Bagaimana contoh praktik penyusunan dan rincian penggunaan APBD di Provinsi
Kalimantan Selatan?
1.3.Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian dan asas dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD).
2. Mengetahui proses perencanaan dan penganggaran serta prinsip dalam penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2019.
3. Mengetahui tahapan dan jadwal penyusunan APBD Tahun Anggaran 2019.
4. Mengetahui pelaksanaan dari konsep APBD yang telah disusun.
5. Mengetahui praktik nyata dalam penyusunan APBD serta rincian penggunaan
APBD di Provinsi Kalimantan Selatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya
kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Penganggaran untuk
setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.
2.2 Proses Perencanaan dan Penganggaran serta Prinsip dalam Penyusunan APBD
Tahun Anggaran 2019
Proses perencanaan dan penganggaran untuk penyusunan APBD Tahun
Anggaran 2019 oleh Kementerian Dalam Negeri, yaitu :
4
4. tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi, dan
peraturan daerah lainnya.
5
6. Penyampaian Rancangan 60 hari kerja Paling lambat Minggu I
Peraturan Daerah tentang sebelum Bulan September bagi
APBD kepada DPRD Pengambilan daerah yang
persetujuan menerapkan 5 (lima)
bersama DPRD hari kerja per minggu
dan Kepala dan Paling lambat
Daerah Minggu III Bulan
September bagi daerah
yang menerapkan 6
(enam) hari kerja per
minggu
6
Daerah tentang
Penjabaran APBD
diterima oleh
Menteri Dalam
Negeri/Gubernur
7
2.4 Pelaksanaan dari Konsep APBD yang Telah Disusun
Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan
melalui peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran baru dimulai.
Tahapan pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun terhitung mulai awal tahun
anggaran baru pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan pelaksanaan ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang jumlahnya sesuai dengan struktur organisasi pemerintah daerah yang
bersangkutan.
Adapun tahapan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan APBD
secara umum adalah penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD.
Rancangan dokumen pelaksanaan anggaran SKPD harus memuat rincian tentang
sasaran yang hendak dicapai, program dan kegiatan yang direncanakan, anggaran yang
tersedia untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana dari setiap SKPD
serta pendapatan yang diperkirakan hingga pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah.
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan anggaran
pendapatan daerah adalah bahwa :
a. Semua pengelolaan terhadap pendapatan daerah harus dilaksanakan
melalui rekening kas umum daerah
b. Setiap pendapatan daerah harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
c. Setiap satuan kerja yang memungut pendapatan daerah harus
mengintensifkan pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung
jawabnya.
d. Setiap satuan kerja (SKPD) tidak boleh melakukan pungutan selain dari
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
e. Pendapatan daerah juga mencakup komisi, rabat, potongan, atau pendapatan
lain dengan menggunakan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai
dengan uang, baik yang secara langsung merupakan akibat dari penjualan, tukar-
menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk
pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain yang timbul sebagai akibat
penyimpanan dana anggaran pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan
barang daerah atas kegiatan lainnya.
f. Semua pendapatan dari dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah
dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatan
daerah.
8
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya.
Setiap pengeluaran untuk belanja daerah atas beban APBD harus didukung
dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti-bukti tersebut harus mendapat pengesahan
dari pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab atas kebenaran material yang
timbul dari penggunaan bukti tersebut. Selanjutnya, dalam melaksanakan anggaran
belanja daerah, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengeluaran kas yang menjadi beban APBD tidak boleh dilakukan sebelum
rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan dicantumkan dalam
lembaran daerah. Pengeluaran kas tersebut tidak termasuk pengeluaran untuk
belanja yang bersifat mengikat dan belanja daerah yang bersifat wajib yang
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
b. Dasar pengeluaran belanja untuk keperluan tak terduga yang dianggarkan dalam
APBD (misalnya untuk mendanai tanggap darurat, bencana alam atau bencana
sosial, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun
sebelumnya) harus ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan
kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan tersebut ditetapkan.
c. Pimpinan instansi/lembaga penerima dan tanggap darurat harus bertanggung
jawab atas penggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan laporan realisasi
penggunaan dana kepada atasan langsung dan kepala daerah sesuai dengan tata
cara pemberian dan pertanggungjawaban dana darurat yang ditetapkan dalam
peraturan kepala daerah.
d. Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak
lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang
dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/ kuasa
pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh
bendahara pengeluaran.
Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang terdiri
dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-
undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan
9
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem
jaminan sosial. Pelaksanaan urusan wajib dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah menetapkan target capaian
kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah,
maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan
anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur
serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan
kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolak ukur, dan target kinerjanya.
Pelaksanaan dari APBD yang telah dirancang digunakan untuk hal-hal sebagai
berikut, yaitu :
1. Belanja Tidak Langsung, meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi,
belanja hibah dan bantuan sosial, belanja bagi hasil penganggaran, belanja bantuan
keuangan, dan belanja tidak terduga.
2. Belanja Langsung. Alokasi belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan. Belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang
manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah
kepada kepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan
kegiatan mempedomani SPM yang telah ditetapkan, Analisis Standar Belanja
(ASB), dan standar satuan harga. ASB dan standar satuan harga ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah dan digunakan sebagai dasar penyusunan RKA-SKPD dan
RKA-PPKD. Belanja Langsung meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa,
dan belanja modal.
10
BAB III
METODOLOGI
3.1 Proses Penyusunan APBD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2019
Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2019 Provinsi Kalimantan Selatan didasarkan
pada prinsip sebagai berikut :
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
2. APBD harus disusunsecara tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal;
3. Penyusunan APBD dilakukan secara transparan, dimana memudahkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya
tentang APBD;
4. Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat;
5. APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
6. Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan
yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
11
6. Penyampaian kepada Menteri 3 hari kerja
Dalam Negeri/gubernur untuk
dievaluasi
7. Keputusan Menteri Dalam Pertengahan Oktober 15 hari kerja
Negeri/Gubernurtentang hasil
evaluasi PAPBD Provinsi,
Kabupaten/Kota TA 2012
8. Pengesahan PerdaPAPBDyang Pertengahan Oktober
telah dievaluasi dan dianggap sesuai
dengan ketentuan
9. Penyempurnaan perda sesuai hasil Minggu ke-III Oktober 7 hari kerja
evaluasi apabila dianggap
bertentangan dengan kepentingan
umum dan peraturan yang lebih
tinggi
10. Pembatalan Perda PAPBD apabila Minggu ke IV Oktober 7 hari kerja
tidak dilakukan penyempurnaan (setelah
pemberitahuan
Untuk penyempurnaan
sesuai hasil evaluasi)
12
Kepala Daerah tentang Penjabaran Daerah dan Peraturan
APBD kepada Menteri Dalam Kepala Daerah
Negeri/Gubernur ditetapkan
3.2 Rincian dan Penggunaan APBD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran
2019
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah harus digunakan untuk pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan
dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib
diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Berdasarkan pernyataan tersebut, berikut
disajikan rincian serta penggunaan APBD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
Anggaran 2019 :
13