Anda di halaman 1dari 6

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil yang terjadi pada 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. (Manuaba, 2010)

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu.(Prawirohardjo, 2010)

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang dimulai


antara usia 4 dan 10 minggu dan hilang sebelum usia kehamilan 20 minggu
serta memerlukan intervensi khusus.(Fraser & Cooper, 2009)

Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon


estrogen, progesteron dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan
hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau
pengosongan lambung yang berkurang. Gejala mual dan muntah yang berat
dapat berlangsung sampai 4 bulan sehingga pekerjaan sehari-hari dapat
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
molahidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda. Sebagian kecil
primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen
dan khorionik gonadotropin yang berlebihan, sedangkan pada
molahidatidosa dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar
HCG terlalu tinggi menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.
b. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun
dari pihak ibu serta respon alergi dari jaringan ibu terhadap anak.
c. Faktor psikologis memegang peranan penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungjawab sebagai
ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
d. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid dan diabetes.(Sofian, 2012)
Jika hipertiroidisme dan hiperemesis terjadi bersamaan,
kemungkinan penyebabnya adalah disfungsi tiroid transien. Infeksi
dengan Heliobacter pylori, organisme yang berperan dalam ulkus
lambung juga dapat menjadi penyebabnya.(Fraser & Cooper, 2009)

3. Patologi
a. Hati pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya
ditemukan degenerasi lemak yang terletak sentrilobuler tanpa
nekrosis. Kelainan lemak ini nampaknya tidak menyebabkan
kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus.
b. Jantung menjadi lebih kecil daripada biasa dan beratnya atrofi,
sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan
perdarahan sub-endokardial.
c. Otak, adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan poada otak dan
kelainan seperti pada enselopati Wernicke dapat dijumpai (dilatasi
kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora mamilaria
ventrikel ketiga dan keempat).
d. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada
tubuli.

4. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda yang terus menerus menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Ptialisme, peningkatan
produksi kelenjar ludah yang berlebihan dihubungkan dengan mual dan
muntah berat selama masa hamil. Pada kondisi ini, wanita hamil tidak dapat
menelan saliva dan selama hamil terus menerus mengeluarkan satu hingga
dua liter ludah per hari.(Varney, Kriebs, & LG, 2006)
Cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan yang diminum dan muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
khlorida darah serta air kemih menurun. Dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga darah menjadi kental yang memperlambat aliran
darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.

Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi


lewat ginjal, menambah frekuensi jumlah muntah, dapat merusak hati. Di
samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, mual dan
muntah yang berlebihan dapat menyebabkan robekan ringan pada selaput
lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) sehingga timbul
perdarahan gastrointestinal, namun perdarahan dapat berhenti sendiri.

Pada sebagian kasus terjadi disfungsi hati sementara. Mungkin terdapat


hiperbilirubinemia ringan dan kadar transaminase hati serum meningkat
pada hampir separuh wanita yang di rawat inap. Kadar enzim jarang
melebihi 200 U/L.(Leveno & Pendit, 2009)

5. Tanda dan gejala


Gambaran tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dibagi menjadi 3
tingkatan, yaitu :
1) Hiperemesis gravidarum tingkat 1
a. Muntah berlangsung terus menerus.
b. Makan berkurang.
c. Berat badan menurun.
d. Kulit dehidrasi, turgor kulir berkurang.
e. Nyeri di daerah epigastrium.
f. Keadaan umum ibu lemah.
g. Tekanan darah sistolik menurun, nadi meningkat hingga
100x/menit.
h. Lidah mengering.
i. Mata cekung.

2) Hiperemesis gravidarum tingkat 2


a. Keadaan umum ibu lebih lemah dan apatis.
b. Gejala dehidrasi makin tampak : mata cekung, turgor kulit
makin kurang, lidah kering dan kotor.
c. Tekanan darah turun, nadi cepat dan lemah.
d. Berat badan makin menurun.
e. Mata ikterik.
f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak; urin berkurang,
asetonuria, konstipasi dan nafas bau aseton.
g. Suhu badan naik.

3) Hiperemesis gravidarum tingkat 3


a. Muntah berkurang sampai berhenti.
b. Keadaan umum makin menurun dari somnolen sampai
koma.
c. Nadi kecil, halus dan cepat.
d. Suhu meningkat.
e. Tekanan darah menurun.
f. Keadaan dehidrasi makin jelas.
g. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
h. Gangguan jantung.
i. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma.
j. Komplikasi susunan saraf pusat (enselopati Wernicke)
dengan gejala nistagmus / perubahan arah bola mata,
diplopia / gambar tampak ganda dan perubahan mental.
Keadaan ini adalah akibat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks.(Manuaba, 2010)

6. Diagnosis
a. Amenorea yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari
terganggu.
b. Fungsi vital : nadi meningkat 100 x/menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesdaran (apatis-koma).
c. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun,
pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan,
konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks bewarna biru
(livide).
d. Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun
kehamilan molahidatidosa.
e. Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to
the left, benda keton dan proteinuria.
f. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan
untuk konsultasi psikologis.

7. Resiko
a. Maternal; akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan
terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia dan kejang.
Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff
(amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun
kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu
dipertimbangkan terminasi kehamilan.
b. Fetal: penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan
kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
(IUGR).(Prawirohardjo, 2010)

Anda mungkin juga menyukai