Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KUNJUNGAN

KE KOTA TUA JAKARTA DAN WISATA SODONG

Disusun Oleh :
SAVIRA DESTIANI
Kelas : IX-5

SMPN 4 CILEUNGSI
LAPORAN KUNJUNGAN KE KOTA TUA JAKARTA DAN WISATA SODONG

A. Dasar Pemikiran
1. Pemenuhan program kegiatan sekolah yang disepakati oleh orang tua siswa dan
komite melalui rapat komite
2. Pemenuhan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial

B. Tujuan
1. Menambah wawasan
2. Untuk mengetahui sejarah-sejarah museum
3. Untuk sarana pendidikan
4. Mendapatkan banyak informasi mengenai objek-objek wisata khususnya di Kota Tua
Jakarta
5. Sebagai pengenalan siswa dengan budaya lain
6. Menimbulkan interaksi antar wilayah

C. Waktu Pelaksanaan
Dilaksanakan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 31 Agustus 2019

D. Tempat Kegiatan
Hari : 1. Kota Tua Jakarta
2. Wisata Sodong

E. Peserta
- Savira Destiani
F. Isi Laporan
a. Museum Kesejarahan Jakarta ( Museum Fatahillah )

Sejarah Kota Tua Jakarta

Sejarah Kota Tua Jakarta Kota Tua Jakarta terletak diantara dua kotamadya
yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Utara, tepatnya di Kelurahan Pinangsia Kecamatan
Tamansari. Posisinya yang strategis membuatnya mudah disinggahi kala itu. Bahkan
berbagai kerajaan turut memperebutkan kekuasaan di kawasan ini. Berikut ini adalah
ulasan mengenai sejarah Kota Tua Jakarta dari masa ke masa. Kota Tua Jakarta
adalah nama dari sebuah gedung yang tepatnya berada di Kelurahan Pinangsia,
Kecamatan Tamansari, Kotamadya Jakarta Barat. Letak gedung ini berbatasan
dengan beberapa tempat strategis diantaranya :
 Sebelah utara, berbatasan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Laut Jawa
 Sebelah Timur, berbatasan dengan Kali Ciliwung
 Sebelah Barat, berbatasan dengan Kali Krukut
 Sebelah Selatan, berbatasan dengan Jalan Jembatan Batu
Lokasi Kota Tua yang strategis tersebut akhirnya menimbulkan perebutan
kekuasaan wilayah. Mulai dari Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Tarumanegara,
Kesultanan Banten, VOC, hingga Jepang dulu turut memperebutkannya. Kota Tua
Jakarta dikenal pula dengan sebutan lamanya yaitu “Oud Batavia” atau Batavia lama.
Seperti yang kita ketahui bahwa Batavia dulu juga merupakan nama untuk kota
Jakarta sekarang. Wilayah Kota Tua yang luasnya sekitar 1,3 km2 ini dulunya
sempat disebut sebagai “ Permata Asia” serta “Ratu Dari Timur’’. Wilayah ini
merupakan pusat perdagangan yang sangat strategis di Asia, apalagi begitu banyak
hasil yang melimpah di tempat ini. Wajar saja, banyak pemimpin yang tidak rela
melepaskan kekuasaannya di wilayah ini.

Sejarah Museum Fatahillah

Sejarah Museum JakartaDulu ketika era penjajahan Belanda, balai kota


Batavia yang pertama dibangun di tahun 1620 yang terletak di sisi timur Kali Besar.
Namun, gedung balai kota ini hanya bertahan selama enam tahun karena harus
dibongkar untuk menghadapi serangan dari pasukan Sultan Agung dari Kesultanan
Mataram pada tahun 1626. Sebagai ganti dari peristiwa ini, Gubernur-Jenderal Jan
Pieterszoon Coen memerintahkan pembangunan kembali balai kota di tahun 1627.
Tempat pembangunannya terletak di daerah Nieuwe Markt yang sekarang disebut
dengan Taman Fatahillah atau Sejarah Museum Kota Tua. Menurut tulisan sejarah,
balai kota Batavia yang baru ini hanya memiliki satu tingkat dan pembangunan
tingkat kedua dilakukan beberapa saat kemudian. Di tahun 1648, kondisi balai kota
cukup memprihatinkan. Tanah di kota Batavia yang sangat tidak stabil dan beratnya
bangunan menyebabkan balai kota perlahan-lahan turun dari permukaan tanah.
Hingga akhirnya di tahun 1707, atas perintah Gubernur-Jenderal yang baru
yaitu Joan van Hoorn, bangunan yang tenggelam ke tanah ini dibongkar lalu
dibangun ulang dengan menggunakan pondasi yang tidak jauh beda dari
sebelumnya. Ini adalah kali ketiga pembangunan balai kota. Balai kota baru ini
diresmikan oleh Gubernur-Jenderal Abraham van Riebeeck di tanggal 10 Juli 1710,
meskipun belum selesai sepenuhnya. Bangunan ini selesai total setelah dua tahun
diresmikan. Setelah selesai, selama dua abad, balai kota Batavia yang baru ini
digunakan sebagai kantor urusan administrasi kota Batavia. Tidak hanya
administrasi, tapi juga digunakan sebagai tempat College van Schepenen atau Dewan
Kotapraja dan Raad van Justitie atau Dewan Pengadilan. Dulunya tempat sidang
Dewan Pengadilan dilakukan di dalam Kastil Batavia. Lalu dipindahkan ke bagian
timur balai kota. Kemudian dipindahkan lagi pada tahun 1870 ke gedung pengadilan
yang baru.
Koleksi Museum Fatahillah
Koleksi-koleksi yang bisa ditemui di Museum Fatahillah ini adalah
kronologi sejarah Jakarta, beberapa replika peninggalan masa Kerajaan
Tarumanegara dan Kerajaan Pajajaran, hasil aktivitas penggalian arkeologis di
Jakarta dan beberapa perabotan antik era penjajahan Belanda mulai dari abad ke-17
hingga abad ke-19. Perabotan yang menjadi koleksi merupakan perpaduan dari gaya
Cina, Eropa dan Indonesia. Juga ada koleksi gerabah, keramik dan batu prasasti.
Koleksi yang dimiliki ini terbagi di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta,
Ruang Jayakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Sultan Agung, Ruang Fatahillah, dan
Ruang Muhammad Husni Thamrin.
Selain benda-benda bersejarah, museum ini juga mengkoleksi banyak hal
dari numismatik, kebudayaan Betawi, numismatik dan berbagai model becak.
Bahkan kini juga ada patung Dewa Hermes yang merupakan dewa dari mitologi
Yunani. Dewa Hermes merupakan dewa yang melambangkan keberuntungan dan
perlindungan bagi kaum pedagang. Dewa Hermes terletak di perempatan Harmoni.

Tata Letak Koleksi


Agar Museum Fatahillah menjadi museum menarik dan bersifat menarik,
pengelola Museum Fatahillah membuat tata letak khusus untuk koleksi-koleksinya.
Selain itu juga karena mengikuti dinamika masyarakat yang selalu ingin perubahan
agar tidak tenggelam dalam suasana museum yang membosankan. Tata letak koleksi
Museum Fatahillah diurutkan berdasarkan urutan waktu sejarah Jakarta serta Jakarta
sebagai pusat pertemuan budaya dari berbagai kelompok suku bangsa baik orang
Indonesia asli maupun luar Indonesia.
Pertunjukkan koleksi berwujud dalam bentuk display. Sehingga perlu
banyak koleksi yang berkaitan dengan sejarah Jakarta yang didukung secara grafis
dengan menggunakan foto, sketsa, gambar, peta dan label deskripsi supaya lebih
mudah dipahami.

b. Museum Mandiri
Sejarah Museum Mandiri
Museum Mandiri berseberangan dengan Stasiun Kota. Bangunan museum pada
mulanya adalah kantor Nederlandsch Handel-Maatschappij (NHM) atau Netherlands
Trading Corporation alias Maskapai Dagang Belanda. Kantor pusat NHM berada di
Amsterdam, sedangkan Batavia (Jakarta) adalah kantor cabang.
Sejak berlakunya cultuurstelsel (1830), menjadi tugas utama NHM membeli,
mengirim/shipping, dan menjual komoditi yang dihasilkan dari sistem tanam paksa
seperti kopi, gula, dan nila.
Namun selama periode 1850an dan 1860an, NHM telah bergerak dan membangun
jalinan keuangan sedemikian intensif dalam bidang industri gula sehingga boleh
dikatakan telah terjadi transformasi NHM dari maskapai dagang menjadi bank.

Bank Exim Pernah Berkantor Di Sini


NHM Batavia dikenal dengan sebutan Factorij atau factory dalam bahasa Inggris
yang berarti agen dagang di negara asing. Setelah Indonesia merdeka, NHM
dinasionalisasi (1960), kemudian berkembang menjadi Bank Exim dengan kantor
pusat di Gedung Factorij.
Bank Exim kemudian bergabung kedalam Bank Mandiri (1999). Sejak 2005 Gedung
Factorij difungsikan sebagai Museum Mandiri.
Arsitek Gedung Factorij adalah J. de Bruyn, A. P. Smits, C. van der Linde.
Pembangunan gedung berlangsung selama periode 1929-1933 dan peresmian oleh
Presiden Direktur NHM Karel CJ van Aalst.

Papan Penunjuk
Papan penunjuk menginformasikan aneka pelayanan bank di lantai dasar dan lantai
satu. Misalnya untuk pelayanan effecten (efek atau surat berharga) dan safe deposit
di sebelah kiri (dari sisi nasabah), sedangkan urusan perbankan di kanan. Di lantai
satu terdapat kantor inspektur gula (Suiker Bergcultuur Inspecteur) di sebelah kiri
dan direksi di sebelah kanan.

Chineesche Kas
Ruang pameran Museum Mandiri terletak di tiga lantai. Lantai Dasar terdiri dari
Ruang Treasury (Kas Afdeeling), Ruang Pembukuan (kamar khusus untuk buku
besar), Ruang Kasir China (Chineesche Kas). Di sayap selatan terdapat Ruang
Perlengkapan Bank, Ruang Kearsipan dan Komunikasi, Ruang ATM. Ruang
Kearsipan dulunya merupakan kantor budidaya gula yang cukup sibuk.
Ruang Rapat Besar
Setelah anak tangga terakhir menuju lantai satu, pengunjung akan berdiri di depan
Ruang Rapat Besar. Di sini terdapat seperangkat meja dan kursi untuk keperluan
rapat, sedangkan dinding dihiasi foto orang-orang penting dunia perbankan
Indonesia.
Salah satu yang dapat kita jumpai adalah foto Agus Martowardojo, Direktur Utama
Bank Exim (1998) dan Direktur Utama Bank Mandiri (2005-2010). Bankir kelahiran
Amsterdam ini dipilih Presiden SBY untuk menggantikan Sri Mulyani Indrawati
sebagai Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II sejak Mei 2010. Selanjutnya
penunjukan Anny Ratnawati oleh Presiden sebagai wakil menteri keuangan menjadi
faktor Anggito Abimanyu meletakkan jabatan di Kementerian Keuangan dan
kembali ke kampus. Setahun kemudian (Oktober 2011) terjadi perombakan kebinet.
Sejumlah menteri digeser dan sejumlah wakil menteri ditambahkan diantaranya
Mahendra Siregar. Sejak itulah kita memiliki dua wakil menteri keuangan. *Sebuah
foto ternyata bisa membawa kita kemana-mana*

Lantai Satu
Ruang pameran lain di lantai satu adalah Ruang Foto Direktur, Ruang Makan
Direktur, Ruang Presiden Direktur, Ruang Numismatika. Di sayap selatan terdapat
Ruang Mandiri Club, Ruang Piala, Ruang Kepegawaian, Ruang Security dan Rumah
Tangga, Perpustakaan.

Ruang Kluis Utama


Di bawah lantai dasar terdapat ruang kluis utama seluas sekitar 900 meter persegi
dan dinding luar setebal 100 cm sebagai tempat menyimpan uang kas, efek, maupun
barang-barang berharga milik nasabah.
Tiga galeri di ruang kluis atau khazanah adalah Effecten Kluis (ruang penyimpanan
surat-surat berharga), Ruang Safe Deposit Box, Kast Kluis (ruang penyimpanan
uang).
Dari Kast Kluis, terdapat pintu keluar menuju taman. Riuh jalak tunggir merah
sungguh menarik perhatian. Si burung hitam dengan paruh kuning dan merah
menyapu sebagian ekor. Aku suka matanya; menyiratkan rasa ingin tahu yang besar.
Sayang dikurung. Burung secerdas itu semestinya dibiarkan menjelajahi dunia
sekehendak hatinya.
Prasasti Pemberian KCJ Van Aalst
Prasasti Kaca Patri Museum Mandiri adalah hadiah Karel CJ van Aalst (1866-1939),
presdir kesepuluh NHM Batavia. Van Aalst lahir di Hoorn (Belanda) yang juga
merupakan kota kelahiran pendiri Batavia J.P. Coen (1587-1629). Alih-alih Batavia,
Coen sebenarnya menginginkan Nieuw Hoorn sebagai nama kota, namun bos-bos
besar Kompeni di Belanda (De Heren XVII) ternyata menghendaki lain.
Prasasti Kaca Patri terbagi dua bagian. Bagian bawah melukiskan empat musim di
Eropa dan alam Indonesia.
Bagian atas antara lain menggambarkan Cornelis de Houtman dikelilingi oleh empat
kapal yang berlayar ke Nusantara pada tahun 1595, yaitu Hollandia, Mauritius,
Amsterdam, Duyfen. Ekspedisi First Schipvaart mencapai Banten 14 bulan
kemudian. Acap Houtman memperoleh penghormatan terlalu besar sebagai
pemimpin ekspedisi Belanda yang pertama mencapai Nusantara. Keberhasilan yang
akan sulit dicapai tanpa map yang disediakan Petrus Plancius, seorang astronomer
dan kartografer handal, maupun detail rute perdagangan yang diperoleh Jan Huygen
van Linschoten dari Portugis.

Lukisan Cornelis De Houtman


Selalu dikatakan bahwa kita dijajah Belanda selama 3,5 abad. Angka ini dihitung
dari kedatangan ekspedisi Houtman di Banten (1596). Sejarawan Onghokham dalam
The Thugs, the Curtain Thief and the Sugar Lord menarik perhatianku bahwa bisa
jadi tidak demikian halnya. Tujuan ekspedisi pimpinan Houtman yang dibiayai oleh
Compagnie van Verre (cikal-bakal VOC) adalah untuk mencari dan membeli lada.
Kehadiran Belanda di Banten, kota pelabuhan yang ramai pada waktu itu halnya
orang-orang asing (Inggris, Portugis, China, Arab) maupun orang-orang lokal dari
Aceh, Makassar, dan kota-kota pelabuhan lainnya, adalah untuk berdagang. Jadi
apakah tepat jika kita menandai penjajahan Belanda di Indonesia dari kedatangan
Houtman.

Bahkan satu dekade kemudian ketika Batavia didirikan pada tahun 1609, belum
hadir ide besar tentang akan adanya suatu kekaisaran kolonial Belanda di kawasan
Nusantara. Dikemukakan Onghokham, 'In short, no body at that time could have
foreseen what would be developed out of Batavia...' Lebih lanjut, 'In the writer's
opinion it was not until 1830 that Dutch colonialism started, and even then only fully
in Java, because in the same year the Dutch launched a new policy to exploit the
island of Java.'

Gedung Nhm, Sekarang Museum Mandiri


Sekilas tiket masuk Museum Mandiri. Untuk melacak mengapa di tiket masuk
Museum Mandiri terdapat logo delapan bank yang kini sudah tidak terlihat lagi
batang hidungnya maka kita akan memulai dari perjalanan NHM.
1824: NHM didirikan oleh Raja Willem I di Amsterdam, Belanda.
1826: NHM cabang dibuka di Batavia.
1933: NHM cabang Batavia atau Factorij menempati gedung baru yang sekarang
menjadi Museum Mandiri.
1960: Nasionalisasi NHM.
1965: NHM digabung dengan Bank Negara Indonesia Unit II.
1968: BNI Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah BNI Unit II Divisi
Ekspor-Impor yang kemudian menjadi Bank Exim.
1998: Bank Mandiri berdiri sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan.
1999: Empat bank pemerintah yaitu Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya
(BBD), Bank Ekspor-Impor Indonesia (Bank Exim), Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo) bergabung kedalam Bank Mandiri.
Dengan demikian tidak mengherankan jika kita akan menemukan logo keempat bank
ini di tiket masuk Museum Mandiri. Sedangkan empat logo lainnya berasal dari
bank-bank pendahulu yaitu NHM, Escomptobank, NHIB, BIN.

NHM dinasionalisasi dan berkembang menjadi Bank Exim di kemudian hari.


Escomptobank N.V. setelah nasionalisasi menjadi Bank Dagang Negara.
Nasionalisasi Nederlandsch-Indische Handelsbank (NIHB) dan berganti nama
menjadi Nationale Handelsbank sejak 1950, menjadi cikal-bakal kelahiran Bank
Bumi Daya.
BIN (Bank Industri Negara) didirikan pada tahun 1951 dan digabung kedalam Bank
Bapindo yang dibentuk pada tahun 1960.
Itulah sebabnya aku akan memilih tiket masuk Museum Mandiri sebagai salah satu
yang terbaik di Indonesia. Diantara pertimbangan adalah tidak sekadar tiket sebagai
tanda pembayaran tetapi mengisahkan perjalanan dan sejarah museum melalui
penggunaan lambang berupa logo bank.

Pemandian Air Sodong


Lokasi Pemandian Sodong
Pemandian sodong baru-baru ini menjadi hits/terkenal sebagai tempat wisata keluarga
yang murah meriah. Lokasi pemandian sodong ini terletak di Kecamatan Klapanunggal
Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Penulis bertempat tinggal di wilayah Metland
Transyogi Cileungsi, hari ini berlibur bersama keluarga ke pemandian sodong. Moda
transportasi yang digunakan penulis untuk menuju lokasi adalah mobil suzuki ertiga.
Penulis tidak terlalu banyak explore untuk mengetahui lokasi secara detail dimana
pemandian sodong berada. Hanya berbekal google map, penulis menuju ke pemandian
sodong.
Sumber air dari pemandian sodong ini adalah mata air sodong di bawah sebuah bukit
kapur. Pemandian air sodong ini tadinya merupakan tempat buat mencuci warga
sekitarnya, tapi lama kelamaan menjadi tempat pemandian.
Di tempat pemandian sodong ini ada dua lokasi
1. Di sisi jalan, yang merupakan kolam utama
2. Kolam buatan, yang airnya tetap dari mata air sodong. Kolam buatan ini bentuknya
sudah berupa kolam renang modern, yang tentunya jelas terjaga kebersihannya
Di kolam kedua inilah penulis memutuskan untuk mandi dan berenang bersama keluarga.
Harga Tiket Masuk Pemandian Air Sodong
Tiket masuk pemandian sodong murah meriah saja.
1. Tiket masuk ke pemandian sodong per orang Rp 10.000,- baik kolam utama maupun
kolam kedua.
2. Tiket parkir mobil Rp 20.000,-
3. Tiket motor/sepeda Rp 10.000,-
4. Sewa ban renang/bebek-bebekan Rp 10.000,-
Sangat terjangkau bukan harga nya. jadi jangan lewatkan liburan anda untuk bisa main ke
tempat ini.
Berikut adalah rute ke pemandian sodong dengan jalan yang lebih cepat, jangan
mengandalkan google map yach…gak ada sinyal di perjalanan menuju lokasi.
1. Dari jalan raya narogong bisa melewati pertigaan Klapanunggal dengan jarak 5 Km ke
lokasi, sekitar 25 menit menggunakan sepeda motor/sepeda
2. Dari jalan raya cileungsi jonggol bisa melewati pertigaan Gandoang, tentunya ini jadi
lebih jauh dibandingkan rute pertama, 8 Km sampai lokasi atau sekitar 30 menitan.

Dokumentasi
Panorama Wisata Sodong

Anda mungkin juga menyukai