Anda di halaman 1dari 18

Kerugian dan Kerusakan Dampak Bencana di Sulawesi Tengah Mencapai 13,82 Trilyun Rupiah

Dampak bencana selalu berpengaruh terhadap pembangunan. Capaian pembangunan yang dengan
susah payah dibangun dan memerlukan waktu lama, tiba-tiba hancur seketika terjadi bencana.
Apalagi jika kapasitas menghadapi bencana masih rendah, maka dipastikan dampak bencana akan
besar, baik jumlah korban jiwa maupun kerugian ekonomi. Bencana dalam skala cukup besar
langsung menyusutkan kapasitas produktif dalam skala besar yang berakibat pada kerugian finansial
yang besar juga. Bahkan pertumbuhan pembangunan di wilayah terdampak bencana menjadi minus
atau mengalami kemunduran dalam rentang waktu tertentu.

Begitu juga bencana gempabumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda 4 daerah di Sulawesi Tengah
yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Parigi Moutong yang terdampak langsung oleh
bencana. Dampak bencana hingga Minggu (21/10/2018) pukul 13.00 WIB, tercatat 2.256 orang
meninggal dunia. Sebarannya di Kota Palu 1.703 orang meninggal dunia, Donggala 171 orang, Sigi
366 orang, Parigi Moutong 15 orang dan Pasangkayu 1 orang. Semua korban sudah dimakamkan.
Sebanyak 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan 223.751 orang mengungsi di 122 titik.

Banyak bangunan dan infrastruktur yang hancur akibat bencana. Kerusakan meliputi 68.451 unit
rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, perkantoran 78 unit, toko 362 unit, jalan 168 titik
retak, jembatan 7 unit dan sebagainya. Data tersebut adalah data sementara, yang akan bertambah
seiring pendataan yang terus dilakukan.

Tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB terus melakukan pendataan dan melakukan kaji cepat untuk
menghitung dampak bencana. Hasil perhitungan sementara terhadap kerugian dan kerusakan akibat
bencana berdasarkan data per 20/10/2018, mencapai lebih dari 13,82 trilyun rupiah. Diperkirakan
dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana ini akan bertambah, mengingat data yang
digunakan adalah data sementara.

Dari Rp 13,82 trilyun dampak ekonomi akibat bencana tersebut, kerugian mencapai Rp 1,99 trilyun
dan kerusakan mencapai Rp 11,83 trilyun. Dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana ini
meliputi 5 sektor pembangunan yaitu kerugian dan kerusakan di sektor permukiman mencapai Rp
7,95 trilyun, sektor infrastruktur Rp 701,8 milyar, sektor ekonomi produktif Rp 1,66 trilyun, sektor
sosial Rp 3,13 tilyun, dan lintas sektor mencapai Rp 378 milyar.

Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman adalah paling besar karena luas dan masifnya
dampak bencana. Hampir sepanjang pantai di Teluk Palu bangunan rata tanah dan rusak berat.
Terjangan tsunami dengan ketinggian antara 2,2 hingga 11,3 meter dengan landaan terjauh
mencapai hampir 0,5 km telah menghancurkan permukiman disana. Begitu juga adanya amblesan
dan pengangkatan permukiman di Balaroa. Likuifaksi yang menenggelamkan permukiman di Petobo,
Jono Oge dan Sibalaya telah menyebabkan ribuan rumah hilang.

Berdasarkan sebaran wilayah, maka kerugian dan kerusakan di Kota Palu mencapai Rp 7,63 trilyun,
Kabupaten Sigi Rp 4,29 trilyun, Donggala Rp 1,61 trilyun dan Parigi Moutong mencapai Rp 393
milyar. Perhitungan kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana belum dilakukan
perhitungan.

Diperkirakan untuk membangun kembali daerah terdampak bencana nantinya pada saat periode
rehabilitasi dan rekonstruksi akan memerlukan anggaran lebih dari Rp 10 trilyun. Tentu ini bukan
tugas yang mudah dan ringan, namun Pemerintah dan Pemda akan siap membangun kembali
nantinya. Tentu membangun yang lebih baik dan aman sesuai prinsip build back better and safer.

Sutopo Purwo Nugroho

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

Ini 6 Prioritas Penanganan Gempa dan Tsunami Palu-Donggala

AKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah bersama TNI, Polri dan lembaga terkait melakukan penanganan
gempa dan tsunami Palu- Donggala dengan mengutamakan enam penanganan prioritas. Enam
prioritas itu, menjadi fokus penanganan yang dilakukan hari ini. Pertama, melanjutkan evakuasi,
pencarian dan penyelamatan korban. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan
Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, pihaknya
membutuhkan banyak alat berat untuk proses evakuasi dan pencarian tersebut. Sebab, banyak
korban yang diduga tertimpa reruntuhan bangunan, material longsor, dan tertimbun lumpur yang
masih perlu untuk dievakuasi.

Prioritas kedua, adalah pemakaman jenazah. Sutopo mengatakan, harus segera dilakukan
pemakaman massal lantaran tiga hari pascagempa korban meninggal dunia sudah mengeluarkan
bau. "Bapak Menko Polhukam, Panglima TNI, Kepala BNPB, telah meninjau TPU Papuya. sudah digali,
disiapkan, ada 1.000 ruang di sana," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin
(1/10/2018).

Ketiga, percepatan pemulihan jaringan listrik. Sebab, saat ini jaringan listrik di Kota Palu belum
semua menyala. Bahkan di Donggala, Sigi, dan Parigi Mountong, kondisi listrik masih padam. Hal ini,
kata Sutopo, mempersulit proses evakuasi dan penanganan pengungsi. "Untuk itu, 216 personil PLN
masih memperbaiki gardu induk dan jaringan listrik. Diharapakan PLN menyelesaikan jaringan listrik
ini maksimal 2 hari ke depan," ujar Sutopo

Prioritas keempat, adalah percepatan pengadaan bahan bakar minyak (bbm), terutama genset
rumah sakit dan operator seluler. Sutopo menyebut, Senin pagi ini, 10 mobil tangki bbm dari Pare-
Pare tiba di Kota Palu. Sementara itu, Pertamina juga menerbangkan 4.000 liter solar dengan
pesawat khusus.

Kelima, adalah distribusi logistik dan makanan untuk pengungsi. "Bantuan logistik terus
berdatangan, baik dari jalur udara, darat, dan laut," terang Sutopo.

Terakhir, yaitu percepatan jaringan komunikasi. Sejak gempa berkekuatan magnitudo 7,4 SR
mengguncang dan tsunami melanda Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Jumat (28/9/2018) pukul
17.02, korban jiwa dan kerusakan terus bertambah. Hingga pukul 13.00 siang ini, tercatat, 844 orang
meninggal dunia, 90 orang hilang, serta 632 luka berat dan dirawat di rumah sakit. Selain itu, ada
48.025 jiwa mengungsi di 103 titik di Kota Palu. Sementara jumlah pengungsi di Kabupaten
Donggala, datanya belum dapat disampaikan.

Jumlah Korban Tewas Terkini Gempa dan Tsunami Palu 2.113 Orang

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban
meninggal akibat gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah dan sekitarnya bertambah menjadi
2.113 orang. Jumlah ini bertambah dari catatan jumlah korban meninggal sebelumnya 2.010 orang.

"Semua korban meninggal dunia telah dimakamkan, baik pemakaman massal maupun pemakanan
keluarga." Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyampaikannya
dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Sabtu, 20 Oktober 2018.

Sutopo mengatakan jumlah korban meninggal tersebar di beberapa lokasi. Di Palu korban tewas
tercatat 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu
1 orang.

Sedangkan korban luka-luka akibat gempa dan tsunami Palu mencapai 4.612 orang. Selain itu masih
ada sebanyak 1.309 orang hilang sampai saat ini. "223.751 orang juga masih mengungsi di 122 titik,"
katanya.

Sutopo menuturkan dari jumlah korban meninggal lantaran gempa dan tsunami Palu, ada satu orang
warga negara asing berkebangsaan Korea Selatan yang menjadi korban. Warga Korea Selatan itu
ditemukan di reruntuhan Hotel Roa-roa, Palu. "Basarnas menemukan satu jenazah warga negara
Korea Selatan pada 4 Oktober."
Sebelumnya, gempa berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, pada
pukul 17.02. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa itu berada di
0.18 Lintang Selatan dan 119.85 Bujur Timur atau 27 kilometer timur laut Donggala

Pemerintah memberlakukan masa tanggap darurat gempa dan tsunami Palu hingga 26 Oktober
2018. Percepatan pemulihan dampak bencana juga terus dintensifkan, khususnya pemenuhan
kebutuhan dasar pengungsi, pelayanan medis, perbaikan infrastruktur dasar, dan normalisasi
kehidupan masyarakat.

Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018

Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 adalah peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 Mw[2][7]
diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi, Indonesia, bagian utara pada
tanggal 28 September 2018, pukul 18.02 WITA. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80
km barat laut kota Palu[8] dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi dirasakan di
Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso,
Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju bahkan hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota
Makassar. Gempa memicu tsunami hingga ketinggian 5 meter di Kota Palu[9][10]

guncangan gempa Bumi

Pusat gempa bumi (episentrum) berada di darat, sekitar Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala.
Guncangan gempa bumi ini dilaporkan telah dirasakan cukup kuat di sebagian besar provinsi
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan sebagian Kalimantan Timur[11] serta Sulawesi Selatan[12],
Gorontalo, dan Sulawesi Utara.[13] Di Makassar misalnya, getaran sempat dirasakan beberapa detik.
Di Menara Bosowa, karyawan berlarian meninggalkan gedung. Di Palopo, Sulawesi Selatan,
guncangan membuat warga berlarian meninggalkan rumah. Di Samarinda, gempa turut dirasakan
sampai warga keluar berhamburan dari gedung dan pusat perbelanjaan.[14] Di Balikpapan,
guncangan gempa turut dirasakan di rusunawa, dan hotel.[15] Secara umum gempa dirasakan
berintensitas kuat selama 2-10 detik. Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman
hiposenttrum gempa bumi, tampak bahwa gempa bumi dangkal ini terjadi akibat aktivitas di zona
sesar Palu Koro. Sesar ini merupakan sesar yang teraktif di Sulawesi, dan bisa pula disenut paling
aktif di Indonesia dengan pergerakan 7 cm pertahun. Sesar yang diteliti di LIPI baru sampai sesar
darat. Sedangkan sesar di laut sama sekali nihil dari penelitian.[16] Menurut Sutopo Purwo Nugroho,
gempa bumi yang terjadi "merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar Palu Koro,
yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar
mengiri (slike-slip sinistral)".[17] Sehubungan gempa ini, Wahyu W. Pandoes dari pihak BPPT
menyatakan bahwa gempa ini berkekuatan 2,5 × 1020 Nm atau setara 3 × 106 ton TNT. Ini serupa
200 kali bom Hiroshima.[18]

LIKUEFAKSI
Akibat guncangan gempa bumi, beberapa saat setelah puncak gempa terjadi muncul gejala likuefaksi
(pencairan tanah) yang memakan banyak korban jiwa dan material[19]. Dua tempat yang paling
nyata mengalami bencana ini adalah Kelurahan Petobo dan Perumnas Balaroa di Kota Palu.[20]
Balaroa ini terletak di tengah-tengah sesar Palu-Koro. Saat terjadinya likuifaksi, terjadi kenaikan dan
penurunan muka tanah. Beberapa bagian amblas 5 meter, dan beberapa bagian naik sampai 2
meter.[21] Di Petobo, ratusan rumah tertimbun lumpur hitam dengan tinggi 3-5 meter. Terjadi
setelah gempa, tanah di daerah itu dengan lekas berubah jadi lumpur yang dengan segera menyeret
bangunan-bangunan di atasnya. Di Balaroa, rumah amblas, bagai terisap ke tanah.[8] Adrin Tohari,
peneliti LIPI, ada menyebut bahwa di bagian tengah zona Sesar Palu-Koro, tersusun endapan
sedimen yang berumur muda, dan belum lagi terkonsolidasi/mengalami pemadatan. Karenanya ia
rentan mengalami likuefaksi jika ada gempa besar.[8]

Laporan dan rekaman likuefaksi juga muncul dari perbatasan Kabupaten Sigi dengan Kota Palu.[22]
Lumpur muncul dari bawah permukaan tanah dan menggeser tanah hingga puluhan meter dan
akhirnya menenggelamkan bangunan dan korban hidup-hidup. Menurut data, likuefaksi yang terjadi
di Perumnas Balaroa menenggelamkan sekitar 1.747 unit rumah; sementara di Kelurahan Petobo
sekitar 744 unit rumah tenggelam. Jumlah korban jiwa belum dapat dikumpulkan hingga 2 Oktober
2018.[20]

Sebagai akibat dari likuefaksi ini, sampai 3 Oktober, tim SAR menemukan korban di Perumnas
Balaroa 48 orang meninggal dunia, dan di Petobo 36 orang, juga meninggal dunia. Di Jono Oge,
Kabupaten Sigi, mencapai 202 hektar, 36 bangunan rusak, dan 168 lain juga kemungkinan rusak. Di
Petobo, Palu, luasan mencapai 180 hektar, bangunan rusak 2.050, dan bangunan mungkin rusak 168.
Di Petobo, tujuh alat berat dikerahkan. Di wilayah Balaroa luasan mencapai 47,8 hektar,
menyebabkan 1.045 bangunan rusak, lima alat berat dikerahkan.[21] Di luar Petobo dan Balaroa,
terjadi pula kerusakan parah di Desa Tosale, Desa Towale, dan Desa Loli, Kabupaten Donggala.[21]
Adapun dalam bidang infrastruktur, daerah Kecamatan Sigi Biromaru, Sigi, ada Jalur Palu-Napu yang
jadi akses untuk ke Poso, terutama lembah Napu. Terlihat, jalan aspal terbuka menganga, didapati
kebun jagung dan kelapa terseret ke kampung itu. Tanah retak, bergelombang. Aspal terperosok
hingga kedalaman lebih dari 3 meter. Lahan juga terlihat bergelombang

Bantuan

Adapun bantuan sebesar 6-8 ton telah dibagikan oleh pesawat Hercules TNI.[60] Di lain tempat,
bantuan gempa disalurkan melalui jalur laut dari Bitung, Sulawesi Utara, dan Samarinda, Kalimantan
Timur.[61] Menurut laporan Anadolu Agency Indonesia, sebanyak 32 relawan dengan spesialisasi
evakuasi, logistik, pertolongan pertama, perawat, sanitasi air dan kesehatan, posko, dan dapur
umum. PMI juga telah mengirimkan logistik darurat berupa 200 selimut, 200 tikar, 500 jeriken, dan
200 sarung dan dana tanggap darurat sebesar Rp100 juta.[62] Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita
menyatakan bahwa bantuan mulai dikirim juga dari daerah penyangga seperti Gorontalo dan
Makassar. Adapun yang dikirimkan adalah velbed, tenda, kasur dan matras. Selain itu, 6 mobil umum
turut dikirim yang dapat memasak 2000 nasi bungkus. Sehingga, dalam 3 kali sehari, dapat dimasak
36.000 buah nasi bungkus.[63] Di luar itu pula, Satgas penanganan bencana mulai dibentuk dengan
pimpinan langsung Danrem dan Gubernur Sulawesi Tengah. Di tingkat pusat, satgas itu
dikoordinator oleh Menkopolhukam.[64]

Di luar bantuan dalam negeri, Joko juga mulai membuka keran bantuan dari luar negeri. Sudah ada
18 negara yang mulai menawarkan diri, termasuk Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Prancis. Menurut
Menkopolhukam Wiranto, termasuk negara ASEAN mulai menawarkan diri.[65] Menurut laporan
Astro Awani, Wakil Perdana Menteri Malaysia yaitu Datuk Sri Dr Wan Azizah Wan Ismail
mengirimkan bantuan sebanyak 500 ribu RM dan mengantarkan Pasukan Mencari Dan Menyelamat
Khas Malaysia (Smart) ke Sulawesi, guna membantu penyelamatan di Sulawesi.[66][67] Lembaga
ARC atau Palang Merah Australia, mulai mengumpulkan bantuan untuk Sulawesi. Tim pakar mulai
diterbangkan ke Indonesia. Hal serupa dilakukan Palang Merah Singapura yang telah menyalurkan
dana senilai 50.000 Dolar Singapura dan sebuah tim pakar ke Palu.[68] Winston Peters, Menlu dan
Wakil PM Selandia Baru menawarkan bantuan, selain Uni Eropa yang memberikan bantuan 1,5
miliar Euro[69] atau 25 miliar Rupiah untuk gempa Palu selain bantuan pemantauan satelit untuk
mengetahui kerusakan dan lokalisasi korban.[68] Ini dilakukan setelah Presiden Joko Widodo
menugaskan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Thomas Lembong, untuk mengorganisir
bantuan.[68] Dari Inggris, Ratu mengirimkan pesan kedukacitaan kepada Joko yang terjadi "tiba-tiba
saja baru terjadi setelah gempa Lombok (happened so soon after the recent earthquake in
Lombok)".[70] Turki, lewat Departemen Luar Negerinya, Turki menyatakan siap memberikan
bantuan kepada Indonesia, di mana gempa bumi dan tsunami menyebabkan banyak nyawa
hilang.[71]

Bantuan yang diadakan oleh masyarakat, dan organisasi-organisasi amal dalam negeri pun mulai
terlihat. Korban gempa Lombok dari Gumantar, Kabupaten Lombok Utara, menyumbangkan uang
dari penjualan hasil bumi untuk meringankan derita korban gempa Palu. Padahal, desa ini termasuk
desa yang paling parah terdampak gempa karena hampir semua tembok rumah roboh.[72] Di
Banyumas, Jawa Tengah, SD Negeri Kracak dan SMP Negeri 5 Purwokerto menggalang dana dan aksi
keprihatinan pada hari Jumat, 5 Oktober 2018. Sebanyak 6.490.000 Rp terkumpul dari SMP itu untuk
meringankan derita gempa Palu dan Donggala.[73] Organisasi amal, seperti ACT mulai mengirimkan
bantuan dalam kapal kemanusiaan. Isinya berupa 1.000 ton beras dari Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya, 500 ton logistik campur dari Pelabuhan Tanjung Priok, dan bantuan-bantuan lain dari
cabang-cabang ACT lainnya.[74] Dari perwakilan institusi juga mulai ada yg mengirim bantuan. ITB
mengirimkan bantuan makanan, handuk, perlengkapan bayi, dan obat-obatan kepada korban
bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, pada 1 Oktober 2018. ITB juga mulai
mempersiapkan bantuan teknologi penyediaan air bersih, rumah tahan gempa, sistem peringatan
dini, dan mitigasi bencana.[75]

Bantuan yang sampai ke lokasi bencana berada di bawah pengawalan TNI. Panglima TNI Marsekal
Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa, personel TNI akan menjaga bantuan sejak dari jalur masuk
sampai ke pengungsian. Para personel yang akan berjaga di sebelah utara, yakni di Kabupaten Parigi
Moutong, dan di sebelah selatan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.[76]
Kerusakan pascagempa di Petobo
Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018

berlokasi di SulawesiGempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018

Waktu UTC 2018-09-28 10:02:43

ISC 612780996

USGS-ANSS ComCat
Tanggal setempat 28 September 2018

Waktu setempat 18:02:44 (WITA)

Lama 3-7 Menit

Kekuatan 7,4 Mw

Kedalaman 10 km (6,2 mi)

Episentrum 0.18°S 119.85°EKoordinat: 0.18°S 119.85°E

Sesar Sesar Palu Koro

Jenis Sesar mendatar

Kerusakan total 66.390 rumah hancur[1]

Intensitas maks. IX MMI

Tsunami Ya (tinggi 7 m (23 ft) di Donggala) (atau 15 m (49 ft) di Wani)[2]

Gempa awal 6,0 Mw

Pukul 15:00:00 (WITA)

Gempa susulan 6,1 Mw

Pukul 18:45:25 (WITA)

Korban

2.045 tewas (menurut BNPB per 10 Oktober 2018)[3]

925 tewas (menurut Satgas Gempa-Tsunami Sulteng)[4]

1.203 tewas (menurut ACT)[5]

632 luka-luka[6]

100+ orang hilang

16.732 penduduk mengungsi

kejadian sekitar gempa

Beredar kabar bahwa ada penjarahan di minimarket dan SPBU di Palu, namun Mendagri Tjahjo
Kumolo membantah berita itu dan memperbolehkan aksi tersebut. Toko banyak yang rusak, dan
makanan minuman banyak yang terbuang. Sebab itu, memang diambil begitu saja.[77] Lebih dari itu,
Pemerintah Kota Palu memerintahkan minimarket seperti Alfamart dan Indomaret untuk membuka
tokonya dan dibayarkan oleh Pemerintah.[78] Joko juga menyebut agar tak mempermasalahkan
persoalan ini.[79] Namun demikian, sejumlah orang telah ditangkap karena diduga melakukan aksi
penjarahan di sejumlah toko pascabencana gempa bumi ini. Setyo Wasisto Kadiv Humas Polri juga
menyampaikan adanya penyelidikan sejumlah provokator penjarahan berkaitan pasca gempa
ini.[80] Namun begitu, efek dari pernyataan di atas sudah dapat ditebak. Ada peritel yang turut
merugi karena pembolehan di atas. Aprindo atau Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia menyayangkan
aksi penjarahan oleh masyarakat ini. 40 gerai Alfamidi dan 1 gerai Hypermart telah jadi sasaran di
sana. Roy N. Mandey, Ketum Aprindo menyayangkan hal ini dan menyebut bahwa keputusan ini
cenderung tak mendidik masyarakat.[81] Aprindo mencatat, bahwa kerugian yang telah ditanggung
peritel di Poso, Palu, dan Donggala mencapai Rp 450 miliar.[82] Sebagai akibat dari penjarahan ini,
45 orang telah ditangkap oleh kepolisian. Dari sejak 1 Oktober 2018, Setyo Wasisto juga mewanti-
wanti masyarakat agar tak berbuat kriminal selepas bencana gempa bumi dan tsunami ini.[83]

Selain itu pula, hal yang disorot oleh banyak kalangan adalah mitigasi bencana tsunami Indonesia
yang masih lemah, dan hilangnya buoy akibat dicuri orang-orang yang tak bertanggung jawab sejak
2012.[84] Selain tiadanya buoy tsunami di Palu —yang kelak membuat tidak dapatnya verifikasi pasti
tentang tsunami— tide gauge di Palu juga diketahui mati.[8]

Selain itu pula, gempa ini juga membawa dampak terhadap kampanye pemilihan presiden 2019.
Mengingat gempa yang terjadi di Sulawesi Tengah itu, Jubir Joko-Ma'ruf Amin Ace Hasan Syadzily
menyarankan agar kampanye tetap berlanjut, meskipun tengah terjadi penanganan bencana ini. Hal
itu disampaikan Ace menanggapi imbauan SBY untuk menghentikan sementara kampanye sebagai
bentuk solidaritas atas tsunami serta bencana gempa bermagnitudo 7,4 yang melanda Palu dan
Donggala, Sulawesi Tengah.[85] Peserta no urut 2, tim Prabowo Subianto menunda kampanye, dan
fokus untuk penggalangan dana dan tak ingin mengganggu jalannya penanganan pascabencana. Dia
memberi ruang kepada pemerintah agar lebih leluasa untuk mengerahkan bantuan secara
maksimal.[86] Hal itu juga disampaikan oleh Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar
Simanjuntak. Menurut Dahnil, Sandi telah membatalkan kunjungan ke Gorontalo dan akan fokus
menggalang relawan di Jakarta untuk membantu proses penanganan tanggap bencana di Palu dan
Donggala. Dahnil juga mengajak semua pihak untuk bahu-membahu membantu para korban
bencana di Palu dan Donggala, lantaran dunia internasional juga turut ikut membantu para korban di
daerah tersebut.[87]

Pemulihan minyak, listrik, dan bandara

Presiden Joko menyebut bahwa dalam seminggu, ia menargetkan bahwa jaringan listriik,
telekomunikasi, dan bandara akan lekas kembali pulih. Dalam pada itu, 5 daari 7 gardu rusak. Soal
jaringan komunikasi, Presiden mengaku membutuhkan waktu lebih lama untuk perbaikan. Pasalnya,
1000 menara telekomunikasi atau Base Transceiver Station (BTS) mengalami kerusakan. Bandara Sis
Al-Jufri juga akan diperbaiki supaya ia bisa kembali dipakai masyarakat umum.[92] Dalam urusan ini,
Republika 7 Oktober 2018 mencatat, Pertamina melakukan perbaikan distribusi minyak ke
masyarakat agar lebih lancar. Selain itu, PLN juga perlahan memulihkan kondisi listrik dan operator
seluler terus melakukan berbagai upaya agar jaringan komunikasi kembali normal.[1] Pasokan BBM
telah mencapai 75% persen.[93] Wapres Jusuf Kalla menganggap penjualan dengan cara eceran
lebih efektif. Karena jika menunggu listrik kembali pulih, akam sangat lama melayani warga yang
terdampak gempa.[94] Adapun dalam soal kelistrikan, pasca 10 hari gempa di Palu, Donggala dan
sekitarnya, telah pulih 100%.[95] Sebanyak 45 penyulang listrik, 7 gardu, telah pulih. Selain itu PLN
juga telah memperbaiki 1.192 gardu distribusi dan total 2.253 gardu distribusi yang rusak.
Sebelumnya, PLN juga menyatakan telah berhasil memperbaiki 7 gardu induk di Palu, Sigi dan
Donggala yang dihantam bencana gempa dan tsunami pekan lalu.[96][97]

DAMPAK Pendidikan

Sebagaimana yang diketahui mengenai akibat gempa ini, kehidupan masyarakat terdampak karena
adanya gempa ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebut bahwa ada
2736 sekolah di Sulawesi Tengah yang rusak, serta 20.000 guru dan 100.000 pelajar yang terdampak
karena bencana gempa dan tsunami ini[50][51] Angka itu merupakan jumlah keseluruhan yang
mengalami kerusakan tetapi belum diklasifikasi tingkat keparahannya, mulai dari hancur total hingga
rusak ringan. Sigi mencatat jumlah kerusakan tertinggi dibandingkan dengan Palu, Donggala dan
Parigi Moutong. Di Balaroa, ada 3 sekolah dasar yang rusak semua. Mendikbud Muhadjir Effendy
pada Rabu 3 Oktober 2018, memastikan akan dibangunnya kelas darurat dan pendidikan tak boleh
berhenti karena bencana ini. Kegiatan ini dirasa penting untuk menghapus trauma anak-anak. Selain
itu, akan diadakan tunjangan khusus untuk para guru. Sekolah darurat akan dibangun sesuai standar
UNICEF. Serta pembangunan sekolah permanen, perlu waktu setahun.[52]

Pada lain kesempatan, Menteri Muhadjir menyatakan bahwa akan relokasi sekitar 80% sekolah di
Palu. Mengingat ada 9 unit sekolah yang amblas, dari mulai TK sampai SMA. Selain itu pula, ia
menyatakan pihak Kemendikbud akan mengirimkan berbagai bantuan dan aset pendidikan. Sebab,
banyak aset pendidikan seperti komputer hilang pascagempa.[53] Selain itu pula, dari pihak
Kemendikbud telah menyediakan 333 unit sekolah darurat dengan 7 ruang. UNICEF juga akan
memberi ratusan tenda dan 20 tenda sedang dipersiapkan.[54]

Total jumlah peserta didik Kabupaten Donggala, Sigi, Parigi Moutong, dan Palu adalah 256.836.
Namun, untuk jumlah keseluruhan peserta didik yang terdampak masih dalam penghitungan. Ada
422 sekolah terdampak berdasarkan data per 6 Oktober 2018 yakni lima sekolah PAUD, 161 SD, 45
SMP, 89 SMA, 74 SMK, dan empat sekolah luar biasa (SLB). Selain itu, 79 guru dan tenaga pendidik
terdampak berdasar pada data 8 Oktober 2018, dan 59 siswa terdampak. Yakni 23 siswa meninggal,
35 siswa hilang, dan 1 luka berat.[54]

Dampak dan korban

Pada awalnya, 1 orang tewas dan 10 orang luka-luka dikabarkan akibat gempa pertama berkekuatan
6,0 Mw pukul 15.00 WITA.[29] Namun begitu, angka begitu cepat meningkat, sampai diketahuilah
jumlah korban telah sampai 420 orang meninggal.[30] Pada Selasa 2 Oktober, Sutopo mengabarkan
bahwa, korban meninggal telah mencapai 1234 orang. Adapun jumlah orang tertimbun yang
dilaporkan masyarakat telah mencapai 152 orang.[31] Orang yang terluka dibawa ke rumah sakit
untuk cepat mendapatkan perawatan. Korban yang tewas maupun yang terluka, merupakan korban
tertimpa bangunan yang roboh. BPBD Kabupaten Donggala juga menyatakan bahwa puluhan rumah
rusak karena adanya gempa ini.[32]

Sementara akibat gempa 7,4 Mw yang disusul Tsunami di Kota Palu hingga Sabtu, 29 September
2018, pukul 15.00 WITA korban tewas mencapai 844 jiwa,[33] lebih dari 500 orang luka berat, 29
orang hilang[34] dan sebanyak 65.733 rumah rusak menurut Kapendam Kodam XIII Merdeka Kolonel
(Inf) M Thohir.[4] Dari antara orang-orang yang hilang itu, sebanyak satu keluarga sebanyak 5 orang
hilang di tengah tsunami di Pantai Talise.[35] Dari antara 400 lebih orang yang meninggal itu, baru
teridentifikasi sebanyak 97 orang. Sejumlah tempat rata dengan tanah. Sepanjang cakrawala,
ternampaklah kayu yang bersepah di mana-mana, pepuingan, dan atap-atap yang terserak. Jalan
raya juga terkena longsor akibat gempa ini.[36] Menurut laporan Kompas mengutip dari seorang
saksi, bahwa banyak sekali mayat yang tewas bergelimpangan di pantai. Dilaporkan bahwa kondisi
korban meninggal dunia sangat memprihantinkan. Jenazah dilaporkan bercampur dengan puing-
puing material yang beserakan.[37] Seorang warga Korsel dilaporkan hilang dalam bencana ini.
Dikabarkan bahwa ia ditelpon pada pukul 16.50, dan telpon itu tidak diangkatnya. Orang Indonesia
yang pergi bersamanya juga tak dapat ditelpon.[38]

Terakhir, setelah diumumkan oleh BNPB pada 10 Oktober bahwa korban meninggal gfempa itu
mencapai 2.045 orang, didapati paling banyak ada di Palu sebesar 1.636 orang dan disusul Sigi
kemudian Parigi. Sementara itu, korban yang mengungsi sebanyak 82.775 orang, dan 8.731 orang
pengungsi berad di luar Sulawesi.[39]

Sebagai akibat dari guncangan gempa ini, Hotel Roa-Roa yang ada di Jalan Pattimura Palu, juga
Rumah Sakit Anuntapura di Jalan Kangkung, yang berlantai 4, juga roboh. Mal terbesar di Palu, Mal
Tatura, juga roboh. Ada puluhan sampai ratusan orang yang terjebak di dalamnya.[40] Tsunami di
Palu sampai membuat KM Sabuk Nusantara terhempas puluhan meter dari Pelabuhan Wani.
Pelabuhan itu sendiri rusak pula dermaga dan bangunannya. Pelabuhan Pantoloan rusak paling
parah di sana. Quay crane atau keran peti kemas yang biasa digunakan untuk bongkar muat peti
kemas juga roboh.[41]Dari sejumlah foto yang beredar, gempa Palu tergolong dahsyat. Kios-kios di
pesisir Teluk Palu atau Pantai Talise tersapu gelombang besar. Jembatan Kuning yang merupakan
ikon kota Palu turut ambruk.[14] Terlihat di Teluk Talise, reruntuhan jembatan yang memisah antara
Palu Barat dan Palu Utara. Selain itu, terlihat juga Masjid Arqam Bab Al Rahman atau Masjid Apung
Palu yang roboh masuk ke dalam laut. Terlihat pula reruntuhan menara ATC Bandara Mutiara Sis Al
Jufri Palu serta kerusakan di pelabuhan.[42] Sebagai akibat daripada kerusakan pada Bandara Palu
pula, bandara ini telah ditutup pada hari Jumat pukul 07.26 malam sampai 7.20 malam.[43]
Dilaporkan, Sigi, Parigi Moutong dan Donggala juga terdampak gempa ini. Jaringan air bersih, listrik,
dan bahan bakar minyak menjadi sulit diakses.[44] Perhubungan komunikasi antara Donggala dan
Palu menjadi sulit diakses akibat tak berfungsinya ratusan BTS tersebut.[45][46] Kemenkominfo
menyatakan bahwa dari antara 3007 BTS, ada 431 BTS yang tak berfungsi, yakni 14,31%nya. Ini
disebakan oleh karena mereka tidak mendapatkan akses listrik. ada beberapa jaringan
telekomunikasi dari Palu ke Santigi, Mamuju, dan Poso terputus akibat gempa bumi berkekutan 7,4
skala richter itu.[47] Menurut sumber Kumparan.com, apa-apa sudah mulai pada susah. BBM ada
yang dijual Rp 100 ribu perbotol mineral. Kondisi lalu lintas pun menjadi semrawut, macet pun tak
terhindarkan. Mobil dan motor tertahan di jalan raya karena mogok kehabisan bahan bakar. Selain
itu, air bersih mulai sulit dicari dan listrikpun padam.[48] Pada Jumat malam, ratusan warga Mamuju
telah pergi mengungsi karena khawatir akan datangnya tsunami.[14] Kemudian akibat dari bencana
ini, sekitar 16000 korban gempa mengungsi,[49] pada 24 titik di kota Palu.

gempa besar yang mengguncang Palu dan Donggala telah berlalu, ancaman bahaya masih ada.
Wabah penyakit infeksi setelah bencana alam seperti badai, banjir, tsunami dan gempa bumi sering
terjadi di negara berkembang, seperti Indonesia.

Sebagian besar penyakit pasca bencana ditimbulkan oleh sanitasi yang buruk, kurangnya air bersih,
dan makanan yang terkontaminasi bakteri.

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat menyerang korban bencana:

1. Kolera

Kolera adalah penyakit infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae. Bakteri ini dapat
kontak dengan manusia dari air minum atau makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat
berkembangan dengan cepab, bahkan dapat membunuh seseorang dalam waktu kurang dari sehari.

Infeksi penyakit ini menyebabkan diare berat yang menyebabkan hilangnya cairan tubuh hingga 10
liter dalam sehari sehingga menyebabkan dehidrasi parah, syok, dan risiko kematian

2. Demam Tifoid

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Anda bisa tertular dengan makan makanan
atau minum minuman dari orang yang terinfeksi. Bakteri tersebut masuk ke dalam air yang Anda
gunakan untuk minum atau mencuci.

Demam tifoid gejalanya termasuk demam tinggi 39-40 derajat celcius yang berkelanjutan, tubuh
lemas, sakit perut, sakit kepala atau kehilangan nafsu makan. Beberapa orang ada yang menderita
diare, namun ada juga yang malah mengalami konstipasi.

3. Disentri
Disentri juga dapat menyebar melalui air minum yang terkontaminasi, meskipun juga dapat
disebabkan oleh parasit yang hidup di perut seseorang. Sebagian besar kasus disebabkan oleh
bakteri.

Disentri menyebabkan diare di mana ada darah dan nanah dalam kotoran. Dalam kasus yang jarang
terjadi, dapat membunuh penderitanya dalam 24 jam. Namun, sebagian besar kasus hilang dengan
sendirinya, tanpa pengobatan.

Gejala utama disentri adalah diare dengan bercak darah, lendir, atau nanah. Gejala lain, tiba-tiba
demam tinggi dan menggigil, sakit perut, kram dan perut kembung, hilang nafsu makan, sakit kepala,
kelelahan, muntah dan dehidrasi. Jika dehidrasi menjadi parah, orang yang terinfeksi bisa berisiko
koma hingga kematian.

4. Hepatitis A dan E

Penyakit-penyakit ini menyebar melalui kotoran manusia. Seseorang bisa terinfeksi virus ini dari air
atau makanan yang terkontaminasi.

Tidak ada pengobatan khusus atau obat antibiotik untuk hepatitis A atau E. Mereka yang menderita
penyakit ini harus banyak beristirahat, tetap terhidrasi, dan makan makanan bergizi.

5. Balantidiasis

Ini merupakan jenis infeksi usus yang juga disebabkan dari kontak dengan air yang terkontaminasi.
Infeksi ini umumnya menyebar di daerah di mana manusia dan hewan peliharaan, khusunya babi,
tinggal berdekatan.

Babi banyak membawa bakteri yang menyebabkan balantidiasis dan dapat ditularkan ke manusia. Ini
juga bisa menyebar ketika kotoran babi masuk ke air yang digunakan manusia untuk mencuci atau
minum.

Gejala-gejala dari kondisi ini termasuk diare akut, disentri, mual, nafas berbau tak sedap, radang
usus besar, sakit perut, penurunan berat badan, ulserasi usus yang mendalam dan kemungkinan
perforasi usus. Jika tidak diobati, bisa berisiko kematian.
6. Leptospriosis

Air minum yang terkontaminasi juga dapat membawa bakteri penyebab leptospriosis. Seseorang
berisiko terinfeksi ketika air terkontaminasi oleh air kencing hewan yang membawa bakteri yang
menyebabkan leptospriosis, seperti sapi, babi, kuda, anjing, hewan pengerat dan hewan liar.

Gejalanya meliputi demam tinggi, sakit kepala berat, menggigil, nyeri otot dan muntah. Mereka yang
terinfeksi juga dapat terserang penyakit kuning, mata merah, sakit perut, diare atau ruam.

Jika tidak ditangani, pasien dapat berisiko mengalami kerusakan ginjal, meningitis, gagal hati dan
gangguan pernapasan. Dalam kasus yang jarang terjadi, leptospriosis dapat menyebabkan kematian.

7. Gigitan atau sengatan binatang

Jika Anda berada di negara tropis, Anda mungkin berisiko mengalami gigitan dari laba-laba dan ular
berbisa. Selain itu, nyamuk juga bisa menjadi ancaman

Gigitan hewan-hewan tersebut bisa berisiko beberapa penyakit. Seperti Malaria dan Demam
Berdarah. Malaria, adalah penyakit menular yang disebarkan oleh nyamuk, terutama di iklim tropis.
Gejala mulai muncul 10 sampai 15 hari setelah infeksi, termasuk sakit kepala dan demam, menggigil,
otot dan nyeri sendi, mual dan muntah, serta kejang. Jika tidak segera diobati, berisiko kematian

Sementara demam berdarah, adalah penyakit menular lainnya yang disebarkan oleh nyamuk.
Gejalanya termasuk demam yang tiba-tiba dengan sakit kepala yang parah, nyeri otot dan
persendian, dan ruam. Gejala seringkali hilang dalam enam hingga tujuh hari. Namun, dalam kasus
yang parah, kematian bisa terjadi.

Pentingnya tindakan segera

Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (APHA) menegaskan pentingnya tindakan segera untuk
mengurangi ancaman penyakit menular dan wabah pascabencana. Pemerintah dan para tim relawan
di lapangan harus menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan di lapangan berangsur-angsur
normal.

Monitoring dan surveilans ketat terhadap faktor lingkungan (air, sanitasi, penanganan sampah) dan
pengendalaian vektor penyakit (nyamuk dan lalat) harus mulai diperhatikan. Kelompok-kelompok
rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak, orang tua, serta orang cacat harus didata agar bisa
mendapat pelayanan kesehatan sesuai kebutuhannya.
Tindakan promosi kesehatan dan imunisasi terhadap penyakit berpotensi wabah harus mulai
dilakukan di lapangan, dengan mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan setempat.

Humanitarian Charter and Minimum Standards in Humanitarian Response yang diterbitkan oleh The
Sphere Project merupakan salah satu standar yang secara international diakui dan digunakan untuk
tindakan perlindungan dalam kondisi emergensi. Panduan yang dibuat oleh International Red Cross
and Red Crescent Movement dan lembaga swadaya masyarakat bidang bencana ini memuat
beberapa prinsip pelayan minimum yang harus dijalankan pascabencana.

Berdasarkan standar ini, yang harus dilakukan antara lain menyediakan sarana air minum dan
sanitasi dasar, pembuangan tinja (toilet), mengendalikan vektor penyakit dan manajemen sampah
termasuk pengelolaan air limbah. Pengelolaan tinja di lokasi pengungsian juga merupakan faktor
yang sangat penting mengingat ini adalah kebutuhan dasar. Kalau tidak dikelola baik, akan menjadi
sumber bencana baru.

Standar ini juga memberikan acuan untuk standar minimal untuk asupan gizi dan keamanan
makanan, standar minimal untuk tenda atau tempat tinggal sementara dan standar minimal
pelayanan kesehatan.

Untuk mencegah penyakit dan kejadian luar biasa pascagempa peran pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan mutlak diperlukan. Pemerintah perlu menyediakan infrastuktur kesehatan
termasuk fasilitas dasar dengan dan jumlah staf kesehatan yang kompeten.

Pemerintah juga perlu menjamin obatan-obatan dan logistik, termasuk peralatan yang disediakan
sesuai dengan standar dan aturan pemerintah Indonesia. Salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam pelayan obat-obatan dan logistik kesehatan adalah pemilihan item yang relevan dengan
prioritas kondisi kesehatan setempat dan harus tersedia setiap saat di fasilitas kesehatan.

Melihat besarnya gempa dan tsunami yang terjadi di Palu yang berdampak luas bagi masyarakat,
sudah saatnya hal-hal ini kita antisipasi. Pemerintah dan petugas tanggap bencana harus segera
melaksanakan tindakan sesuai prinsip-prinsip dan standard internasional agar tidak terjadi bencana
di atas bencana, akibat wabah dan penyakit menular pascabencana.
Penyakit menular pascabencana

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam petunjuk manajemen evakuasi jenazah pascabencana
menyatakan bahwa mayat korban bencana alam sebenarnya tidak menyebabkan wabah penyakit.
Karena mereka tewas akibat trauma, tenggelam, atau tertindih reruntuhan sehingga tidak
mengandung organisme penyebab epidemi, kecuali kalau mereka meninggal akibat wabah penyakit
menular, misalnya virus Ebola di Afrika.

Namun manajemen perawatan jenazah perlu diperhatikan karena jika terlambat ditangani atau lama
baru ditemukan, vektor tertentu seperti lalat, kutu, binatang pengerat, atau lainnya dapat
menyebarkan mikro organisme di dalam mayat. Jenazah korban bencana yang tidak ditangani baik
atau lama baru ditemukan juga dapat menulari sumber air minum.

Terlepas dari alasan kesehatan, penanganan jenazah pascabencana yang baik juga merupakan
penghargaan atas harkat dan martabat manusia.

Beberapa penyakit menular pascabencana, terutama setelah tsunami yang harus diwaspadai antara
lain kolera, diare, malaria, infeksi dada, demam berdarah dengue, typhoid, Hepatitis A, infeksi
vagina, dan penyakit anak-anak.

Dalam kondisi darurat, penyakit yang paling gampang menimbulkan Kejadian Luar Biasa adalah
campak dan malaria. Virus campak gampang menular pada kondisi pengungsian yang padat dan
lingkungan jelek, serta malaria merupakan ancaman karena pengungsi tidur di luar rumah tanpa
perlindungan terhadap gigitan nyamuk. Patut diperhitungkan juga ancaman tambahan, jika musim
hujan akan segera tiba.

Hal ini sudah terbukti di Aceh pascatsunami 2004 dan Lombok, Nusa Tenggara Barat baru-baru ini.
Pascagempa Lombok Agustus lalu, media melaporkan wabah malaria yang menyerang ibu hamil dan
anak-anak. Media juga melaporkan serangan penyakit varicella (cacar air) dan pneumonia (paru-
paruh basah).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah imunisasi tetanus untuk mencegah penyakit tetanus akibat
banyak korban bencana yang luka atau kemungkinan luka pada saat tindakan pertolongan
pascabencana.
Sumber risiko

Risiko penyakit menular dan kematian pascabencana umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi
yang tidak bisa dielakkan.

Pertama, terjadinya pengungsian besar-besaran secara mendadak dalam waktu singkat


menyebabkan pengelompokan orang pada titik tertentu, dengan kondisi apa adanya.

Pengungsian biasanya memiliki populasi padat tapi tanpa fasilitas sanitasi dasar dan air minum yang
memadai. BNBP merilis jumlah pengungsi mencapai 73 ribu orang di 109 titik dengan pelayanan dan
fasilitas yang tidak memadai.

Kedua, rusaknya berbagai fasilitas kesehatan, baik rumah sakit maupun puskesmas serta terbatasnya
persediaan obat dan logistik kesehatan serta personil di lapangan membatasi pelayanan kesehatan
bagi korban bencana. Dalam kondisi bencana, petugas kesehatan di lokasi bencana mengalami
trauma dan dilema. Mereka adalah korban, tapi di lain pihak mereka juga harus menolong orang lain
karena kompetensi dan keahliannya.

Risiko pengungsi terinfeksi penyakit menular meningkat dengan melemahnya kondisi fisik mereka.
Menurunnya daya tahan tubuh manusia mengingkatkan kemampuan kuman menularkan penyakit
dalam lingkungan yang buruk.

Ketiga, dalam kondisi darurat, kita sulit memprediksi kapan kondisi ini akan berakhir. Semua
tergantung pada jenis dan seberapa besar bencana yang terjadi, populasi yang terkena dampak serta
juga berat-ringannya dampak yang ditimbulkan oleh bencana, baik pada manusia maupun
infrastruktur pendukung kehidupan, serta cepat lambatnya upaya pertolongan berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai