PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik klinik keperawatan komunitas,
mahasiswa mampu menerapkan asuhan kepeawatan komunitas pada setiap area
pelayanan keperawatan di komunitas dengan pendekatan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
1) Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada masyarakat.
2) Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas
3) Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat
4
2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diris
endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga
lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan
lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat
keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
10
2.7 Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode
yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di
dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
2.7.1 Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam
mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat adalah:
1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui
wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC.
Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi;
nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan.
Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan
dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial;
komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan
efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan
disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data
memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor
yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas.
Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke
(1987) maslah tersebut terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
14
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
2.7.2 Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
15
2.7.3 Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait
2) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatannya
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri
atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat
keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil
stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
2.7.4 Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-
hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil
akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
1) Daya guna
16
2) Hasil guna
3) Kelayakan
4) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu
berapa?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:
Keterangan:
: peran masyarakat
: peran perawat
pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar
daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.
740
738
735 laki-laki
730 perempuan
730
725
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
Kepercayaan
1374
800 757
600
400 231 243 142
200 28 77
0
0-1 th 2-5 th 6-12 th 13-21 th 22-55 th > 55 th
19
700 587
600
500
400
348
269 246
300
200
100 28
0
TS SD SMP SMA PT
1000 846
800
600 264
289
400 10 8 16 45
200 0
0
ABRI
PNS
Buruh
Lain-lain
Tani
Karyawan
Tidak Kerja
Wiraswasta
Swasta
adalah mempunyai pekerjaan swasta 289 orang (19,6%) yaitu dagang, pekerja
bangunan dan karyawan swasta 264 orang (17,9%).
c. Lantai rumah:
Keramik : 34.6%
Tegel : 13,29%
Semen : 42,52%
Tanah : 9,6%
d. Keberadaan ventilasi:
Terdapat ventilasi di masing-masing kamar : 51,9%
Tidak terdapat ventilasi di masing-masing kamar : 48,1%
Kurang : 3,6%
i. Jamban/WC:
Ada : 97%
Tidak ada : 3%
m. Pembuangan sampah:
Bak sampah & diangkut petugas : 4,6%
Ditimbun : 2,6%
Dibakar : 91,4%
Lain-lain : 1,3%
22
e. Pemeriksaan kehamilan:
Memeriksakan : 100%
Tidak memeriksakan : 0%
24%
Ya
Tidak
76%
24
Dari gambar 4.6 diatas, didapatkan data bahwa dari 356 KK, terdapat
76% dari isteri menjadi akseptor KB.
2%
3% 0%
0% 1% Pantang Berkala
31%
Kondom
Pi l
Suntik
Im plant
IUD
lain
63%
2 kali : 9,1%
1 kali : 18,2%
Tidak imunisasi :23,9%
BCG:
1 kali : 75,3%
Tidak imunisasi : 24,7%
Campak:
1 kali : 60,2%
Tidak imunisasi : 39,8%
e. Tempat penimbangan
Posyandu : 56,2%
Puskesmas : 25%
Lain-lain : 18,8%
f. Waktu penimbangan
Rutin setiap bulan : 78,7%
Tidak rutin setiap bulan ( > 1 bulan) : 21,3%
26
RT 02 : 80 orang (20,6%)
RT 03 : 59 orang (17,5%)
RT 04 : 29 orang (13%)
c. Kegiatan waktu luang
Musik : 14,8%
Olah raga : 34,7%
Santai : 36,4%
Lain-lain : 14,2%
d. Kebiasaan remaja
Merokok : 10%
Begadang : 10%
Minum minuman keras : 0,4%
Lain-lain : 22,7%
f. Olah raga
Badminton : 6%
Sepak bola : 42,2%
Bola volley : 8,4%
Lain-lain : 13,4%
Krisis Identitas
Usia Remaja
28
seminggu
48,1% KK
tidak mempunyai
ventilasi di setiap
kamar rumahnya
48,6% KK
jarang membuka
ventilasi kamar
Mobilisasi
penduduk tinggi.
3,6% KK
dengan
pencahayaan oleh
matahari kurang
Informasi
kepala puskesmas
RESIKO TERJADINYA PENURUNAN STATUS
wiyung bahwa KESEHATAN PADA LANSIA
pembinaan lansia
di RW2 belum
berjalan
Dari survey Depresi Menarik
yang dilaksanakan Biologis diri
Merasa tidak berguna
terhadap 356 KK,
diketahui jumlah
lansia 129 orang.
Psikologis Penurunan fungsi Sosial -
74,4% lansia tubuh spiritual
tidak ada kegiatan
yang terorganisir
22,48 lansia
Proses menua
mengeluh-kan
sakit (hipertensi 5
orang, DM 4
orang, pusing-
pusing 4 orang dan
sesak 3 orang)
Keterangan
kepala puskesmas Deteksi resti kurang
bahwa dari 25
kader yang ada, 8 Pembinaan Mutu Pelayanan
diantaranya kader LP/LS (kes, Sistem :
aktif. pemda, Pencatatan
BKKBN) Pelaporan
Dari hasil PEMANFAATAN POSYANDU
Pengerahan
OLEH WARGA KURANG
survey diketahui EFEKTIF sasaran
27,5% masyarakat
tidak rutin ke
Pelayanan posyandu kurang efektif
posyandu setiap Penyebarluasa imformasi tidak merata
bulannya. Kurangnya reward u/ kader kesehatan
Distribusi Kesibukan warga
rutinitas Lokasi yang jauh dari posyandu
penimbangan tidak
normal, sebab
peserta posyandu
29
sebagian besar
berasal dari RT 01
dan 02.
Alasan tidak
rutin adalah letak
posyandu yang
jauh dari RT 03
dan 04, malas,
tidak ada teman
untuk berangkat
bersama dan
langsungdibawa ke
Puskesmas atau
bidan.
Kemungkinan diatasi
Interes komunitas
Potensi untuk
Resiko terjadi
Resiko parah
NO MASALAH KESEHATAN JUMLAH
30
31
33
kan, melaksanakan kegiatan pembi-naan
34
2. Resiko ter- Tujuan jangka Selu KIEM Koordi 22 Rum Verbal Kesediaan karang taruna Mh
jadinya ke- panjang: -ruh S nasi dengan Juli ah Psikomotor tiap RT untuk bekerja- s &
nakalan remaja Tidak terjadi ke- rema pengurus Karang 2002 ketua dan sikap sama dengan Pokjakes dan Pokja
di RW II Ke- nakalan remaja dan -ja Taruna di masing- karang mahasiswa kes
lurahan Wi- penyalahgunaan obat warg masing RT Taruna Mh
yung ber- pada remaja di- a RT
35
3. Resiko terjang- Jangka Panjang: Selu KIEM Penyuluha 24 Rum Verbal Dilakukannya
kit penyakit Tidak terjangkit- ruh S n kesehat-an tentang Juli ah Psikomotor penyuluhan kepada warga Ma
34
demam ber- nya/terjadinya pe- war- penye-bab, siklus 2002 warga dan sikap RW II Kelurahan Wiyung hasis
darah (DHF) nyakit demam ber- ga hidup nyamuk dan RW II sesuai waktu yang wa
diwilayah RW darah di RW II Kel. RW upaya pemutusan saat direncanakan
II Kelurahan Wiyung II siklus hidup pengaji
36
35
1. Terbentuk II kaderisasi kader 2002 yung jakes
nya sis-tem Kelu posyandu
37
5. Rendahnya Tujuan jangka Selu KIEM Identifikasi penye- 25- Rum Verbal Teridentifikasi penyebab Mh
penggunaan panjang: ruh S bab rendahnya peng- 26 ah ibu Psikomotor rendahnya penggunaan s,
metode kontra- Meningkatkan ca- ibu gunaan metode KB Juli hamil dan sikap metode kontap Pokja
sepsi jangka kupan penggunaan ha- jangka panjang / 2002 tiap RT kes
panjang di- alat kontrasepsi mil kontap dan
wilayah RW II jangka panjang di kader
kelurahan Wi- (IUD / Kontap) RW Koordinasi lintas Adanya koordinasi dan
36
38
37
3.3 Tahap Pelaksanaan
Setelah dilakukan pengkajian, perumusan masalah dan prioritas masalah,
37
serta pada tahap perencanaan oleh mahasiswa, Pokjakes dan warga RW II Wiyung,
maka mulailah dilaksanakan seluruh kegiatan yang direncanakan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan rencana tindakan, yaitu
pendekatan komunitas, pendekatan keluarga binaan, pendekatan kelompok khusus
dan pendekatan kepada instansi terkait.
Berikut ini tabel pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas:
Tabel 3.1 Tabel Pelaksanaan Rencana Tindakan dan Evaluasi Formatif
EVALUASI
DP TGL IMPLEMENTASI
FORMATIF
Resiko 13 Memfasilitasi Terbentuknya pokja
penurunan Agus- terbentuk-nya sarana lansia tiap RT dibawah
status tus pembinaan kesehatan tanggungjawab Pokja-
kesehatan 2002 lansia di RW2 (kelompok kes dan ketua RT
lansia di RW kerja lansia)
II Kelurahan 1- Terdata status demo-
Wiyung 19 / 8 / Melakukan grafi lansia sejumlah
berhubungan 02 pembinaan kesehatan 129 lansia
dengan lansia, antara lain: Terscreening
belum 16/8/ Pendataan status de- kesehatan 85 lansia
adanya 02 mografi lansia Terlaksana Posyandu,
pembinaan Screening kesehatan pemeriksaan dan peng-
kesehatan 19/8/ lansia obatan lansia pukul
lansia di RW 02 Posyandu lansia 15.00-18.00 WIB
II Kelurahan Pemeriksaan dan peng-
Wiyung 19/8/ obatan lansia
02 Tersusun proposal
19/8/ Memfasilitasi kegiatan pembinaan
02 penyusunan rencana lansia pada 13/8/02
kegiatan pembina-an
kesehatan lansia dengan
13 menyusunkan pro-posal
Agus- dan perencanaan
tus pembinaan lansia untuk
2002 Pokjakes dan Pokja Lansia Terlaksananya koor-
dinasi intensif dengan
Memfasilitasi Pokjakes
pelaksanaan kegiatan
pembinaan ke-sehatan
12- lansia.
19/8/02
Resiko ter- 22 Koordinasi Terkoordinasi dengan
jadinya ke- Juli dengan pengurus Karang karang taruna tiap RT
nakalan re- 2002 Taruna di masing-masing
maja di RW RT
II Kelurahan Ada dukungan dari
Wiyung ber- 22 Mencari toma & agama dengan
39
Terpantau jentik di
11-16 Pemantauan/surv beberapa rumah yang
Agus- ey jentik berkala. diambil secara random
tus oleh mahasiswa. Se-
2002 telah penilaian, jumlah
berkurang menjadi
10% dari rumah yang
bak airnya terdapat
jentik
Ternilai pada 19
11- Lomba Agustus 2002
16/8/02 kebersihan lingkungan
RW II
Kelurahan Menyarankan Tersampaikannya
Wi-yung ber- 22- penataan kembali sistem saran pengefektifan 5
hubungan 23 Juli yang terkait dengan meja di Posyandu
de-ngan 2002 posyandu dengan kepada Puskesmas
sistem mengefektifkan 5 meja di
pendukung Posyandu.. Dilakukan urun rem-
yang kurang 23 Kaderisasi kader bug kepada kader ke-
memadai Juli posyandu sehatan untuk mencari
2002 kader baru.
optimal.
c. Lantai rumah:
Dari seluruh rumah KK, didapatkan lantai rumah berupa keramik
(34.6%), tegel (13,29%), semen (42,52%) dan tanah (9,6%). Data tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar rumah warga sudah memenuhi
persyaratan rumah sehat, walaupun masihh terdapat 9,6% rumah warga yang
berlantai tanah.
d. Keberadaan ventilasi:
Terdapat ventilasi di masing-masing kamar keluarga sekitar 51,9%,
namun masih ada yang tidak berventilasi sebanyak 48,1%. Hal ini
memberikan dampak pada tidak adanya sirkulasi udara yang masuk ke
kamar, sehingga pasokan udara bersih berkurang dan mengakibatkan
ruangan menjadi pengap, lembab dan kurang oksigen. Kondisi semacam ini
menjadi faktor predisposisi munculnya permasalahan kesehatan lingkungan,
seperti penyakit saluran pernafasan, resiko demam berdarah dengan
memberikan media bagi nyamuk untuk bersarang.
mereka beranggapan percuma membuka cendela kamar dan ada yang tidak
beralasan. Hal ini merupakan faktor pendukung insidensi penyakit saluran
nafas dan DHF sebagaimana dampak yang dipaparkan pada data
kepemilikan ventilasi dikamar rumah warga.
h. Air minum:
Sebagian besar warga (89,3%) telah mengkonsumsi air minum dari
PDAM yang sudah dimasak, air kemasan (2,9%). Namun masih terdapat
1,9% warga menggunakan air PDAM yang tidak dimasak dan sumur (5,8%)
yang tidak teridentifikasi cara pengolahannya. Hal ini perlu diwaspadai
untuk terjadinya diare, khususnya pada anak, balita dan usia lanjut.
i. Jamban/WC:
Masih terdapat 3% warga yang tidak mempunyai jamban, ini
menunjukkan masih adanya rumah yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan. Alasan tidak adanya jamban adalah tidak ada biaya untuk
47
m. Pembuangan sampah:
Sebagian besar warga membuang dan mengolah sampah melalui
pembakaran (91,4%). Hal ini akan berdampak pada kesehatan lingkungan
dan menjadi faktor predisposisi terjadinya penyakit saluran pernafasan.
48
c. Status kesehatan:
Sebagian besar lansia dalam keadaan sehat (77,5%), keluhan sakit
hanyalah pegal linu, sesak, darah tinggi, kembung, diare dan lain-lain
dengan jumlah 22,5% dari seluruh lansia.
d. Usia kehamilan:
Usia kehamilan ibu hamil warga RW II 41,7% berusia 1-3 bulan, hal
ini mengharuskan kewaspadaan terhadap kondisi bumil, karena trimester III
merupakan masa rawan.
petugas secara lebih intensif dan menyesuaikan dengan budaya, adat istiadat
warga.
e. Tempat penimbangan
Sebagian besar warga menimbangkan anaknya ke Posyandu
(56,2%), sedangkan tempat lain yang didatangi untuk menimbangkan balita
adalah klinik dan bidan praktik (18,8%).
f. Waktu penimbangan
Rutin setiap bulan (78,7%), tidak rutin setiap bulan ( > 1 bulan)
yaatu 21,3%. Namun distribusi rutinitas penimbangan tidak normal, sebab
peserta posyandu sebagian besar berasal dari RT 01 dan 02. Alasan tidak
rutin adalah letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada
teman untuk berangkat bersama, tidak adanya kegiatan di Posyandu selain
penimbangan dan pemberian makanan tambahan, dan langsung dibawa ke
Puskesmas atau bidan.
d. Kebiasaan remaja
Terdapat 52,3% kebiasaan remaja yang tidak terdeteksi (lain-lain),
diantaranya melihat TV dan bermain ke teman-teman. Namun, masih ada 1
orang (0,4%) remaja yang minum-minuman keras.
f. Olah raga
Olah raga yang digemari remaja adalah sepak bola (65,4%), bagi
remaja putri lebih ke badminton dan volley di sekolahan. Olah raga lain-lain
yang tidak tertulis adalah lari dll.
2) Analisa Data
Dilakukan analisa data dengan menggunakan analisa SWOT dan
pengelompokan data dengan masalah dan penyebabnya menggunakan akar masalah
sebagaimana tertulis pada tabel analisa masalah bab 3.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktik klinik keperawatan komunitas yang dilaksanakan 01 Juli 2002-23
Agustus 2002 oleh mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan III Kelompok 3 Gerbong merupakan
salah satu program profesi untuk menghasilkan tenaga perawat yang profesional
sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. Sebagai aplikasi nyata dari konsep
keperawatan komunitas, maka diberikan asuhan keperawatan komunitas kepada
warga RW II Kelurahan Wiyung untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas adalah
pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4 tahap, yaitu pengkajian,
perencanaan, tindakan dan evaluasi yang dilaksanakan secara integral dan
komperhensif dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal
masalah kesehatannya dan mampu menciptakan berbagai alternatif dalam upaya
meningkatkat derajat kesehatannya.
Dari keempat tahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh
mahasiswa bersama dengan Pokjakes, aparat, kader, karang taruna dan warga RW II
Kelurahan Wiyung. Dalam pelaksanaannya tidak pernah lepas dari aral dan
rintangan, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan baik tanpa mengganggu
aktifitas praktik klinikk.
Secara umum tingkat keberhasilan pelaksanaan praktik klinik keperawtan
komunitas adalah 90% dengan tingkat antusiasme warga, peran serta aktif dan
bantuan dari brbagai pihak.
5.2 Saran-Saran
1) Pihak Puskesmas Wiyung
a. Agar lebih meningkatkan pembinaan terhadap
kelompok-kelompok yang terdapat di masyarakat khususnya di bidang
kesehatan, sehingga apa yang menjadi upaya Puskesmas untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dapat
tercapai dengan baik.
b. Terbukanya kerjasama lebih lanjut dengan
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga khususnya untuk program keperawatan komunitas dan keluarga.
56
2) Pihak Pendidikan
a. Dalam proses persiapan
memasuki program praktik klinik keperawatan komunitas yang dibekalkan
kepada mahasiswa hendaknya memiliki suatu konsep yang terstruktur dan
mengintegrasikan keseluruhan konsep keperawatan klinik dengan kondisi
lapangan, sehingga didapatkan kesamaan ide, pendapat, kesepakatan dan
persepsi menuju peningkatan efektifitas pelaksanaan praktik klinik di
lapangan.
b. Untuk meningkatkan,
memperluas dan mempermudah hubungan instansi yang terkait praktik
klinik keperawatan komunitas dengan mahasiswa, diharapkan adanya
kerjasama antara pendidikan dengan instansi terkait, baik berupa kontrak
waktu atau dalam bentuk yang lain.
c. Berdasarkan atas saran
pembimbing praktik klinik keperawatan komunitas untuk dilakukannya
evaluasi dan tindak lanjut terhadap wilayah yang telah dibina khususnya
oleh kelompok selanjunya, hendaknya disusun kembali/reorganisasi kembali
rencana program praktik klinik keperawatan komunitas khususnya konsep
evaluasi keberhasilan dari masyarakat sebagai suatu tindak lanjut.
3) Pihak LKMD
Dengan terbentuknya Kelompok Kerja Kesehatan “SENTOSA” di RW II
Kelurahan Wiyung, hendaknya diberikan bantuan, bimbingan, konseling dan
supervisi berkala sebagai salah satu program LKMD seksi 5 kesehatan.
c. Agar tetap bergerak aktif untuk menjalankan program kerja yang telah di
rencanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zaidin. (1998). Pengantar Asuhan Perawatan Kesehatan Pada Masyarakat Seri
4 Perawatan Kesehatan Masyarakat (MA 213). Universitas Indonesia.
Jakarta.