Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA INSTRUMEN

Percobaan ke : 1
Hari dan Tanggal Percobaan : Senin, 1 Oktober 2019
Kelompok : Paracetamol

NAMA : SELLY ALVIONITA TANJUNG


NPM : 1943057030

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
PENENTUAN KURVA BAKU STANDAR PCT DAN KAFEIN

A. TUJUAN
Untuk menentukan kurva baku standart sediaan obat paracetamol dan cafein serta
memahami cara penggunaan spektofotometri uv yang baik dan benar.

B. LANDASAN TEORI
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisi spektroskopi yang menggunakan sumber radiasi
elektromagnetik ultaviolet dan sinar tampak dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer. Prinsip dasar spektofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak
ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari
tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling rendah (excited state).
Pengabsorbansian ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbansi maksimum dapat
dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada di dalam molekul.
Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet (panjang gelombang 190 nm
- 380 nm) atau pada daerah cahaya tampak (panjang gelombang 380 nm – 790 nm).
Meskipun spektrum pada daerah ultraviolet dan daerah cahaya tampak dari suatu zat
tidak khas tetapi sangat cocok untuk penetapan kuantitatif, dan untuk beberapa zat
berguna untuk membantu identifikasi.

Alat spektrofotometer pada dasarnya terdiri dari :

1. Sinar monokromator
2. Tempat sel untuk zat yang diperiksa
3. Detektor
4. Penguat arus
5. Alat ukur untuk pencatat.

Spektofotometer dapat bekerja secara otomatik atatupun tidak dapat mempunyai sistem
sinar tunggal atau ganda.

Sel serap yang digunakan untuk pengukuran pada daerah ultraviolet dibuat dari silika,
sedang untuk pengukuran pada daerah sinar tampa dibuat dari kaca. Yang banyak
digunakan adalah sel serap dengan tebal 1 cm. Sel serap akan digunakan untuk larutan uji
dan larutan blangko harus mempunyai transmitan yang sama jika masing-masing berisi
pelarut. Jika harga transmitan tidak sama, harus dilakukan koreksi seperlunya. Kebersihan
sel serap harus mendapat perhatian secara khusus. Setelah sel dicuci dengan cairan
pembersih, harus dibilas dengan air kemudian dengan pelarut organik yang mudah
menguap agar cepat kering.
Penyerapan sinar uv dan visibel molekul. Penyerapan (absorbansi) sinar uv dan visibel
pada umumnya dihasilkan oleh eksitasi elektron-elekton ikatan yaitu :

1. Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron inti ikatan


2. Penyerapan oleh transisi elektron d dan f dari molekul kompleks
3. Penyerapan oleh perpindahan muatan

Pelarut sebagai pelarut untuk penetapan spektofotometri pada derah ultaviolet dapat
digunakan yaitu :

1. Air
2. Etanol
3. Kloroform
4. Eter
5. Amonia encer
6. larutan natrium hidroksida
7. asam sulfat
8. asam klorida
Dan harus dihindari penggunaan pelarut yang menggandung kotoran yang menyerap
sinar pada daerah yang digunakan untuk pengukuran.

Identifikasi zat secara spektofotometri pada daerah ultraviolet pada umumnya dilakukan
dengan menggambarkan spektrum serapan larutan zat dalam pelarut, dan dengan kadar
seperti yang tertera pada monografi, untuk menetapkan letak serapan maksimum atau
minimum. Spektrum serapan dari zat yang diperiksa kadang-kadang perlu dibandingkan
dengan pembanding kimia yang sesuai. Dalam hal ini pembanding kimia tersebut
dikerjakan dengan cara yang sama dan diukur dengan kondisi yang sama dengan zat yang
diperiksa. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, pembanding kimia tersebut
dilarutkan hingga kadarnya sama atau dalam batas lebih kurang 10% dari kadar zat yang
diperiksa. Dalam daerah ultraviolet identifikasi dapat pula dilakukan dengan menghitung
harga perbandingan serapan pada 2 maksimum. Dengan cara ini dapat dihindari
kesalahan yang disebabkan oleh pengaruh alat dan tidak diperlukan larutan pembanding.

Penetapan secara kuantitatif dilakukan dengan mengukur serapan larutan zat dalam
pelarut serta panjang gelombang tertentu. Pengukuran serapan biasanya dilakukan pada
panjang gelombang serapan maksimum dan yang umumnya telah dicantumkan dalam
monografi. Oleh karena letak serapan maksimum dapat berbeda jika digunakan alat yang
berbeda maka sebaiknya pengukuran dilakukan pada panjang geombang serapan
maksimum yang diperoleh dengan alat yang digunakan asalkan panjang gelombang yang
diperoleh tidak berbeda lebih ± 0,5 nm pada daerah 240 nm – 280 nm, tidak lebih dari ±
1 nm pada daerah 280 nm – 320 nm, serta tidak lebih dari ± 2 nm di atas 320 nm, dari
panjang gelombang yang ditentukan, Jika perbedaannya melebihi batas tersebut maka
alat harus dikalibrasi.
Pada pengukuran serapan suatu larutan hampir selalu digunakan blangko yang digunakan
untuk mengatur spektofotometri hingga pada panjang gelombang pengkuran serapan
nol. Maksud dari blangko adalah untuk koreksi serapan yang disebabkan oleh pelarut,
pereaksi, sel ataupun pengaturan alat.
Blangko dapat berupa blangko pelarut yaitu pelarut yang sama seperti yang digunakan
untuk melarutkan zat atau blangko pereaksi yaitu pereaksi yang sama seperti yang
digunakan untuk menyiapkan larutan zat.

Gambar struktur paracetamol N-asetil-4-aminofenol

Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat yang bersifat sebagai analgesik dan
antipiretik yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Paracetamol digolongkan dalam
obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) yang bekerja dengan menghambat
siklooksigenase yang menyebabkam asam arakhidot dan asam-asam C20 tak jenuh lainnya
menjadi endoperoksida siklik.
Endoperoksida siklik merupakan prazat dari prostaglandin, prostaglandin merupakan zat
yang terlibat dalam terjadinya nyeri dan demam, serta reaksi-reaksi radang.
Paracetamol megandung paracetamol, C8H9NO2, tidak kurang dari 98% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih, dalam natrium hidroksida 1 N, dan mudah larut
dalam etanol.
Baku pembanding : Paracetamol BPFI, lakukan pengeringan diatas silika gel p selama 18
jam sebelum digunakan.
Identifikasi paracetamol
a. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikerigkan di atas pengering ang
cocok dan didispersikan dalam kalium bromida p menunjukkan maksimum hanya
pada bilangan gelombang yang sama seperti paracetamool BPFI
b. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam
kloridaa 0,1 N dalam metanol P (1 dalam 100), menunjukkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama dengan paracetamol BPFI
c. Memenuhi uji identifikasi secara klomatografi lapis tipis
Penetapan kadar
larutan baku timbang saksama sejumlah paracetamol BPFI, larutkan dalam air hingga
kadar yang lebih kurang 12 µg per ml.
Larutan uji timbang seksama lebih kurang 120 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
500 ml, larutkan dalam 10 ml metanol P, encerkan dengan air sampai tanda.
Masukkan 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 100 ml ecerkan dengan air sampai tanda
dan campur. Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 244 nm, terhadap air sebagai blangko.

Gambar struktur caffein 1,3,7 - trimetilksantina

Kafein berbentuk anhidrat (BM 194,19) atau hidrat (BM 212,21) yang mengandung satu
molekul air. Kafein atau coffeinum mengandung tidak kurang dari 98 % dan tidak lebih
dari 101 % C8H10N4O2. Pemerian serbuk hablur atau hablur berbentuk jarum mengkilat
biasanya meggumpal, putih, tidak berbau dan rasa pahit. Kelarutan agak sukar larut dalam
air dan dalam etanol (95 %) P, mudah larut dalam kloroform P, sukar larut dalam eter P.

Kurva baku atau kurva kalibrasi adalah kurva yang diperoleh dengan memplotkan nilai
absorban dengan konsentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kurva ini merupakan hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi. Dari hukum Lambert-Beer dijelaskan bahwa nilai absorbansinya berkisar
antara 0,2 – 0,8 dan jika terpenuhi maka kurva kalibrasi akan berupa garis lurus.

C. ALAT dan BAHAN


Alat
 Labu ukur
 Spektofotometri UV
 Timbangan analitik
 Pipet volume
 Pipet filler
 Gelas arloji
 Spatel logam
 Beaker glass

Bahan
 Paracetamol
 Caffein
 Metanol
D. PROSEDUR KERJA

a. Pembuatan Larutan Standar

paracetamol

 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


 Timbang 50 mg paracetamol murni
 Masukkan dalam labu tentukur 100 ml
 Kemudian larutkan dengan metanol hingga batas tanda maka
diperoleh larutan standart 500 ppm

b. Pembuatan Larutan Baku

paracetamol

 Siapkan alat dan bahan.


 Siapkan konsentarsi 40 ppm dengan cara memipet 4 ml larutan
standart kemudian encerkan dengan 50 ml larutan metanol dalam
labu tentukur. Kosentari 40 ppm merupakan konsentrasi acuan
dalam menentukan absorbansi konsentrasi selanjutnya.
 Ukur absorbansi pada panjang gelombang 800 nm dan diperoleh
panjang gelombang maksimum larutan sampel sebesar 301 nm.
 Amati dan catat nilai absorbansi pada konsentrasi 40 ppm.
 Buat variasi konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 60 ppm, dan 80 ppm
dengan cara memipet 1 ml, 2 ml, 6 ml, dan 8 ml larutan standart
kemudian larutkan masing-masing dengan 50 ml metanol di dalam
labu tentukur.
 Amati dan catat nilai absorbansi pada masing-masing konsentrasi.

a. Pembuatan Larutan Standar

Kafein

 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


 Timbang 50 mg kafein murni
 Masukkan dalam labu tentukur 100 ml
 Kemudian larutkan dengan metanol hingga batas tanda maka
diperoleh larutan standart 500 ppm
b. Pembuatan Larutan Baku

Kafein

 Siapkan alat dan bahan.


 Siapkan konsentarsi 40 ppm dengan cara memipet 4 ml larutan standart
kemudian encerkan dengan 50 ml larutan metanol dalam labu tentukur.
Kosentari 40 ppm merupakan konsentrasi acuan dalam menentukan
absorbansi konsentrasi selanjutnya.
 Ukur absorbansi pada panjang gelombang 800 nm dan diperoleh
panjang gelombang maksimum larutan sampel sebesar 300 nm.
 Amati dan catat nilai absorbansi pada konsentrasi 40 ppm.
 Buat variasi konsentrasi 30 ppm, 35 ppm, 45 ppm, dan 50 ppm dengan
cara memipet 3 ml, 3,5 ml, 4,5 ml, dan 5 ml larutan standart kemudian
larutkan masing-masing dengan 50 ml metanol di dalam labu tentukur.
 Amati dan catat nilai absorbansi pada masing-masing konsentrasi.

E. HASIL

1. Kurva Baku Standar Paracetamol

Kurva Baku Standar Paracetamol


0.535
0.53
0.525
0.52
Absorbansi

0.515
0.51 y = 0.0005x + 0.4934
R² = 0.9333
0.505
0.5
0.495
0.49
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Konsentrasi Larutan

Panjang gelombang paracetamol diperoleh sebesar 301 nm.


2. Kurva Baku Standar Kafein

Kurva Baku Standart Kafein


0.7

0.6

0.5
Absorbansi

0.4

0.3 y = -0.0002x + 0.5182


R² = 0.0012
0.2

0.1

0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi Larutan

Panjang gelombang kafein diperoleh sebesar 300 nm.

F. PEMBAHASAN

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektofotometer
dan fotometer. Spektrofotometer yang menghasilakan sinar spektrum dengan panjang
gelombang dan fotometer adalah alat pengukuran intensitas cahaya transmisikan atau
yang diabsorbansi.

Spektrofometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau
kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan
konsentrasi larutan yang didalam kuvet.

Salah satu contoh instrumentasi analisi yang lebih kompeks adalah spektroskopi UV-Vis.
Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat
menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (190 nm - 380 nm) atau pada daerah cahaya
tampak (panjang gelombang 380 nm – 790 nm).
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisi spektroskopi yang menggunakan sumber
radiasi elektromagnetik ultaviolet dan sinar tampak dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer. Prinsip dasar spektofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak
ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari
tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling rendah (excited state).
Pengabsorbansian ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbansi maksimum dapat
dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada di dalam molekul.
Pada percobaan kali ini, dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum pada
paracetamol dan kafein. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang
dimana eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum. Tujuan dilakukan
pengukuran pada panjang gelombang maksimum adalah perubahan absorbansi untuk
setiap satuan konsentrasi adalah paling besar pada panjang gelombang maksimum
sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang maksimum.

Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum paracetamol yang diperoleh adalah 301
nm sedangkan panjang gelombang kafein diperoleh 300 nm, sedangkan menurut teori
panjang gelombang maksimum untuk parasetamol yaitu 244 nm dan panjang gelombang
maksimum kafein adalah 273 nm. Ketidaksesuain ini dikarenakan adanya pergeseran pita
penyerapan parasetamol. Pergeseran pita penyerapan tersebut karena pada struktur
molekul parasetamol memiliki gugus auksokrom yang terikat pada gugus kromofor.
Apabila gugus auksokrom terikat pada gugus kromofor maka akan mengakibatkan
pergeseran merah (batokromik) yaitu pergeseran pita absorbansi menuju ke panjang
gelombang yang lebih besar disertai dengan peningkatan intensitas serapan yang disebut
dengan efek hiperkromik. Hal ini juga terjadi karena beberapa faktor kesalahan
diantaranya, kesalahan pada prosedur pengerjaan, ketidak telitian pada proses
penimbangan, kurangnya pengocokkan larutan pada saat pengujian dan pelarut yang
digunakan mudah menguap sehinggah penyerapan berkurang. Di sisi lain, penentuan
spektrofotometri kafein yang sering digunakan spektrofotrometri UV-Vis karena biaya
yang relatif rendah, cepat, akurat, dan dapat diproduksi ulang. Akan tetapi metode
spektrofotometri UV-Vis tidak dapat digunakan secara langsung untuk penentuan kafein.

Nilai kurva baku parasetamol dari hasil praktikum adalah 0,518 dan kafein sebesar 0,585.
Nilai yang di dapat sesuai dengan range hukum Lambert-Bert yaitu 0,2 – 0,8.
G. Kesimpulan

1. Diperoleh panjang gelombang parasetamol sebesar 301 nm dan panjang


gelombang kafein 300 nm sedangkan menurut teori panjang gelombang
maksimum untuk parasetamol yaitu 244 nm dan panjang gelombang maksimum
kafein adalah 273 nm.
2. Diperoleh nilai absorbansi parasetamol 0,518 dan kafein sebesar 0,585. Nilai yang
didapat sesuai dengan range hukum Lambert-Bert yaitu 02 – 0,8.

H. Daftar Pustaka

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.
Anonim, 2013. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Gandjar, G.I., 2018. Spektroskopi Molekuler Untuk Analisis Farmasi. Yogjakarta :
Gadjah Mada University Press.
Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai