Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fisika modern merupakan salah satu bagian dari ilmu Fisika yang mempelajari
perilaku materi dan energi pada skala atomik dan partikel-partikel subatomik atau
gelombang. Pada prinsipnya sama seperti dalam fisika klasik, namun materi yang dibahas
dalam fisika modern adalah skala atomik atau subatomik dan partikel bergerak dalam
kecepatan tinggi.

Compton menemukan bahwa cahaya memiliki sifat kembar sebagai gelombang dan
sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie berpikir sebagaimana cahaya
bersifat gelombang dan partikel, maka partikel pun dapat bersifat gelombang. Canggung-nya
para ilmuan terhadap hipotesis De Broglie karena gagasan nya tidak berdasarkan
eksperimental tidak seperti teori kuantum yang mempunyai fakta-fakta empiris. Akan tetapi
setelah 3 tahun kemudian, Hipotsis De Broglie terbukti kebenaranya oleh dua ahli fisika
Amerika Serikat yaitu Clinton Davisson dan Lester Germer. Dalam hipotesis-nya De Broglie
menyatakan partikel-partikel seperti elektron, neutron maupun proton mempunyai sifat
dualisme yaitu partikel dan gelombang.

Prinsip dualisme partikel dan gelombang ini merupakan proses perkembangan


Mekanika kuantum yang sekarang ini masih di jadikan dasar penelitian dan masih kita
gunakan untuk belajar di bangku sekolah maupun perguruan tinggi. kaitanya dengan topik
yang akan di bahas yaitu Dualisme partikel dengan merujuk pada teori yang mendukung
prinsip Dualisme Partikel seperti pertentangan antara Newton dan Huygens, Percobaan
Young, Teori Max Planck, Efek Compton, Efek Fotolistrik, Hipotesis Luis de Broglie.

Ilmu Fisika Modern dikembangkan pada awal abad 20, dimana perumusan-perumusan
dalam Fisika Klasik tidak lagi mampu menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi pada
materi yang sangat kecil. Fisika Modern diawali oleh hipotesa Planck yang menyatakan
bahwa besaran energi suatu benda yang berosilasi (osilator) tidak lagi bersifat kontinu,
namun bersifat diskrit (kuanta), sehingga muncullah istilah Fisika Kuantum dan
ditemukannya konsep dualisme partikel gelombang. Konsep dualis medan besaran kuanta ini
merupakan dasar dari Fisika Modern. Dalam makalah ini dibahas mengenai postulat De
Broglie dan sifat gelombang materi.

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana dualitas partikel gelombang?
2. Bagaimana postulat de Broglie?
3. Bagaimana sifat gelombang materi?
4. Bagaimana aplikasi dari sifat dualisme partikel gelombang?

4.1. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui dualitas partikel gelombang
2. Mengetahui postulat de Broglie
3. Mengetahui sifat gelombang materi
4. Mengetahui aplikasi dari sifat dualisme partikel gelombang

2
BAB II

ISI

2.1. Dualitas Partikel Gelombang

Dalam fisika, dualitas gelombang partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda
memperlihatkan sifat gelombang dan partikel. Konsep utama dalam mekanika kuantum,
dualitas menyatakan kekurangan konsep konvensional seperti "partikel" dan "gelombang"
untuk menjelaskan perilaku objek kuantum.

Pada 1600-an Isaac Newton menganggap bahwa cahaya adalah partikel dengan
eksperimennya bahwa ketika cahaya dihalangi oleh benda maka bayangan benda tersebut
sama persis dengan bentuk bendanya, jadi Newton menganggap bahwa partikel-partikel
cahaya dihalangi oleh benda. Teori ini dinamakan Teori Korpuskuler. Teori ini bertahan lama
sampai Christiaan Huygens datang mengatakan bahwa cahaya adalah gelombang, karena
sifat-sifat cahaya sama dengan sifat-sifat gelombang yaitu : pembiasan, pemantulan dan
pelenturan cahaya. Kemudian pada awal abad 20, Max Planck dengan menggunakan
persamaan matematika dari hasil eksperimen Radiasi Benda Hitam mengatakan bahwa
cahaya dipancarkan dalam paket-paket energi yang disebut kuantum. Albert Einstein dengan
Percobaan efek fotolistrik memberikan penjelasan bahwa cahaya berperilaku seperti partikel
dengan energi tertentu yang tetap yang juga menguatkan rumusan Max Planck tentang
Kuantum. Lalu Thomas Young dengan percobaan celah ganda berhasil membuktikan bahwa
elektron yang dipancarkan melewati dua celah akan berperilaku seperti gelombang pada saat
melewati celah dan tiba menumbuk layar berperilaku seperti partikel. Juga analisis Louis de
Broglie yang mengatakan bahwa ternyata gelombang memiliki sifat partikel dan partikel
memiliki sifat gelombang.

Pada tahun 1905, fisikawan Albert Einstein mengembangkan teori baru tentang
radiasi elektromagnetik. Teori ini sering disebut teori gelombang partikel. Ini menjelaskan
bagaimana radiasi elektromagnetik dapat berperilaku baik sebagai gelombang dan partikel.
Einstein berpendapat bahwa ketika sebuah elektron kembali ke tingkat energi yang lebih
rendah dan melepaskan energi elektromagnetik, energi dilepaskan sebagai “paket” energi
diskrit. Sekarang kita sebut paket ini dengan energi foton. Menurut Einstein, foton
menyerupai partikel tetapi bergerak seperti gelombang. Anda dapat melihat ini pada Gambar

3
di bawah. Teori ini berpendapat bahwa gelombang foton bergerak melalui ruang atau bahan
yang membentuk radiasi elektromagnetik (Beiser, 1982).

2.2. Postulat De Broglie

Louis Victor De Broglie ( 1892 - 1987 ) adalah ahli fisika murni Perancis, Penemu
sifat gelombang electron, pengarang, guru besar, doctor, pemenang Hadiah Nobel, Anggota
Lembaga Ilmu Pengetahuan Perancis dan Inggris. Ia lahir di Dieppe, Perancis, pada tanggal
15 Agustus 1892 dan meninggal di Paris, Perancis pada tanggal 19 Maret 1987. Ia keturunan
orang bangsawan yang berkedudukan tinggi di Perancis. Broglie sebenarnya nama kota kecil
di Normandia. Kemudian nama ini berubah jadi nama keluarga. Sejak abad ke-17 dari
keluarga ini muncul tokoh-tokoh militer, politik dan diplomat terkenal.

Pada tahun 1924 dengan mempertimbangkan sifat simetri dari alam, Louis de Broglie
mengajukan hipotesis bahwa partikel (seharusnya) mempunyai gelombang. Sehingga
iamengemukakan bahwa sifat dualisme yang dimiliki cahaya juga dimiliki oleh partikel yang
bermassa. Ciri perkembangan fisika biasanya ditandai dengan periode panjang pekerjaan
eksperimen dan teori tidak memuaskan yang kadang-kadang diselingi oleh cetusan berbagai
gagasan mendalam yang menyebabkan perubahan mencolok dalam cara kita memandang
alam semesta. Contohnya seperti hipotesis-hipotesis diatas yang berurutan dari munculnya
hipotesis Max Planck, efek fotolistrik dari Arbert Einstein, Efek Compton hingga munculnya
hipotesis dari Louis de Broglie yang membahas mengenai gelombang dan partikel.Louis de
Broglie berpendapat bahwa partikel yang bermassa seharusnya juga mempunyai gelombang.
Dalam artian partikel yang bermassa juga memiliki sifat sebagaimana yang ditunjukkan oleh
foton yaitu dapat bersifat sebagai gelombang dan juga sebagai partikel.Dualisme yang
dikemukakan oleh de Broglie ini merupakan titik pangkal dari perkembangan mekanika
kuantum.Hipotesis de Broglie mengatakan, gelombang materi semestinya berbentuk
gelombang monokromatis dengan panjang gelombang λ= h/p dan frekuensi v = E/h. Dapat
disimpulkan bahwa gelombang materi tidak mungkin berupa gelombang monokromatis
karena gelombang monokromatis menyebar ke seluruh ruangan sedangkan gelombangmateri
harus dapat mendeskripsikan partikel.

Dalam buku pelajaran fisika De Broglie dipakai sebagai nama ahli fisika yang
mengajukan hipotesis, bahwa electron bersifat gelombang. De Broglie hanya membuat
hepotesis atau teori. Ia tidak pernah dan tidak suka mengadakan eksperimen. Ia tidak pernah
membuktikan, bahwa elektron bersifat sebagai gelombang. Tapi karena kemudian ternyata

4
bahwa teorinya benar, maka pada tahun 1929 ia mendapat Hadiah Nobel untuk fisika.
Peristiwa itu membuktikan bahwa intuisi kadang-kadang berada di atas akal sehat dan
eksperimen.

Mula-mula De Broglie ingin jadi diplomat. Maka ia bersekolah dan kuliah di jurusan
sejarah. Pada umur 17 tahun ia berhasil mendapat gelar di bidang sejarah. Tapi tiba-tiba ia
mendengar tentang penemuan Max Planck dan Albert Einstein. Max Planck menemukan
foton. Einstein menemukan, bahwa massa sama dengan energi. Sejak itu De Broglie sangat
tertarik pada fisika. Maka pada umur 18 tahun ia masuk Universitas Sorbonne jurusan fisika
teori. Empat tahun kemudian pecah Perang Dunia I (1914 – 1918). De Broglie diangkat jadi
petugas radio di menara Eiffel. Di sini ia berhadapan langsung dengan gelombang radio.
Pikirannya penuh dengan pertanyaan tentang gelombang. Sesudah perang selesai, ia
melanjutkan kuliahnya.

Pada tahun 1923 A.H. Compton menemukan bahwa cahaya memiliki sifat kembar
sebagai gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie berpikir
sebagai berikut, “Kalau cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikelpun
dapat bersifat gelombang”. Hipotesis ini dibuktikan kebenarannya oleh Clinton Davisson
dan Lester Germer pada tahun 1927. Keduanya ahli fisika Amerika Serikat.
De Broglie menyatakan bahwa partikel-partikel seperti electron, proton dan netron
mempunyai sifet dualisme, yakni gelombang dan partikel. Diilhami oleh sifat dualisme
radiasi, de Broglie pada tahun 1924 mengusulkan hipotesisnya, bahwa partikel yang bergerak
juga memperlihatkan sifatnya sebagai gelombang. Rumusan panjang gelombang partikel
berdasar hipotesis de Broglie identik dengan persamaan


λ  
𝑚𝑣

dengan m dan v berturut-turut menyatakan massa dan kecepatan partikel. Hipotesis de


Broglie tersebut kemudian dapat dibuktikan oleh Davisson dan Germer pada tahun 1927
dengan difraksi elektron. Seberkas elektron yang telah dipercepat dengan tegangan V
dikenakan pada kristal. Elektron-elektron terhambur dideteksi terhadap variasi sudut
hamburan, ternyata hasilnya memperlihatkan adanya pola difraksi seperti halnya cahaya atau
sinar X (Halliday, 1984).

5
Secara skematis kaitan antara partikel dengan gelombang dapat dinyatakan sebagai
berikut :

Sehingga terjadi hubungan yang simetris antara partikel dan gelombang

Artinya, gelombang dapat bersifat sebagai partikel dan sebaliknya partikel dapat bersifat
sebagai gelombang.

Untuk menguji hipotesis yang dilakukan oleh Louise de Broglie pada tahun 1927,
Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson di Inggris secara bebas
meyakinkan hipotesis Louise de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron yang
terdifraksi bila berkas ini terhambur oleh kisi atom yang teratur dari suatu kristal. Davisson
dan Germer melakukan suatu eksperimen dengan menembakkan elektron berenergi rendah
yang telah diketahui tingkat energinya kemudian ditembakkan pada atom dari nikel yang
diletakkan dalam ruang hampa. Berdasarkan hasil pengamatan Davisson dan Germer
terhadap elektron-elektron yang terhambur ternyata dapat menunjukkan adanya gejala
interferensi dan difraksi. Dengan demikian hipotesis de Broglie yang menyatakan partikel
dapat berkelakuan sebagai gelombang adalah benar. Dari hasil percobaan tentang efek
fotolistrik, efek Compton dan difraksi elektron menunjukkan adanya dualisme sifat cahaya
yaitu cahaya dapat bersifat sebagai gelombang dan di sisi lain cahaya dapat bersifat partikel.

Hipotesis de Broglie mampu menjelaskan hasil eksperimen yang dilakukan oleh C.J.
Davisson dan L.H. Germer satu tahun kemudian. Bagan dan hasil eksperimen tersebut
dijelaskan dalam gambar sebagai berikut :

6
Gambar 1. Bagan dan hasil eksperimen Davisson – Gremer

Intensitas elektron terpantul dapat dijelaskan sebagaimana difraksi Bragg dengan


memberikan sifat gelombang pada elektron penumbuk. Elektron – elektron dengan energi 54
eV bersesuaian dengan λ = 1,67 𝐴̇ yang mendekati harga λ difraksi Bragg.
λ = 2 d sin
λ = 2 x 0,91 x sin 65⁰ = 1,65 𝐴̇.
Karena berkas yang digunakan adalah elektron, eksperimen ini lebih dikenal dengan
eksperimen difraksi elektron. Hasil yang diperoleh dari eksperimen Davisson-Germer adalah
kurva berkas hambur elektron dengan pola maksimum – minimum yang jelas teramati yang
posisinya tergantung dari energi berkas elektron. Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan
kisi-kisi yang lebar celahnya kira-kira sama dengan panjang gelombang yang akan diuji.
Sebab jika celah terlampau lebar, tidak menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika
kisi terlampau sempit, pola-pola difraksi sukar teramati. Kisi – kisi yang tepat untuk
memperoleh pola difraksi gelombang elektron adalah kisi yang terjadi secara alamiah yakni
celah-celah yang berada antara deretan atom-atom kristal bahan padat, dalam hal ini
dipergunakan kisi kristal nikel. Hasil percobaan Davisson dan Germer menunjukkan bahwa
elektron-elektron dapat menimbulkan pola-pola difraksi. Kini tidak disangsikan lagi bahwa
apa yang kita kenal sebagai materi dapat pula menunjukkan sifat gelombang, tepat seperti
yang diramalkan oleh de Broglie (Purwanto, 2005).
Perbedaan fisika modern yang mulai diperkenalkan pada awal abad ke 20 dengan
fisika klasik yaitu fisika modern menyelidiki gejala-gejala pada skala ukuran yang sangat
kecil (kira-kira 10-10 m) dan pada skala kecepatan yang sangat tinggi yaitu mendekati
kecepatan cahaya c = 3 x 108 m/s atau disebut juga pada kecepatan relativistik. Ternyata
gejala-gejala pada skala atom tersebut dan penemuan tentang gelombang elektromagnetik

7
serta sifat dualisme dari cahaya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai bentuk
teknologi baru seperti televisi, komputer, pengendali jarak jauh (remote control).

2.3. Sifat Gelombang Materi

Pada tahun 1924, Louis de Broglie, seorang ahli fisika dari prancis mengemukakan
hipotesis tentang gelombang materi. Gagasan ini adalh timbal balik daripada gagasab partikel
cahaya yang dikemukakan Max Planck. Louis de Broglie meneliti keberadaan gelombang
melalui eksperimen difraksi berkas elektron. Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan “materi
mempunyai sifat gelombang di samping partikel”, yang dikenal dengan prinsip dualitas. Sifat
partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang tampak jelas
tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie dengan dimensinya serta
dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya. Pertikel yang bergerak memiliki sifat
gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah petir dan kilat. Kilat akan lebih dulu
terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir
menunjukan sifat pertikel berbentuk suara.

Sistem mekanika yang berkaitan dengan sistem kuantum lazim disebut ”mekanika
kuantum”.dalam hal ini akan dibahas serangkaian bukti percobaan yang mendukung perilaku
gelombang berbagai partikel seperti elektron. Dalam fisika klasik, hukum-hukum yang
mengatur kekhasan gelombang dan partikel sama sekali berbeda gerak peluru memenuhi
hukum-hukum yang berlaku bagi partikel,seperti mekanika newton;sedangkan gelombang
mengalami interferensi dan difraksi yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanika newton
yang berlaku bagi partikel. Energi yang diambil sebuah partikel (atau peluru)terpusat dalam
ruang batas partikel; sebaliknya energi gelombang,tersebar diseluruh ruang pada muka-muka
gelombangnya yang terus mengembang. Berlawanan dengan perbedaan tegas yang berlaku
dalam fisika klasik ini,teori kuantum mensyaratkan bahwa, dalam lingkungan
mikroskopik,partikel kerap kali mematuhi pula hukum-hukum yang berlaku pada gelombang!
Dengan demikian,kita dipaksa untuk membuang beberapa pengertian klasik tentang
perbedaan partikel dan gelombang. Kita telah mengetahui bagaimana elektron,apabila
mengalami hamburan compton, berperilaku seperti bola bilyar klasik sehingga kita cenderung
mempercayai bahwa dengan semacam tang yang sangat halus kita akan dapat memungut
elektron tetapi jika elektron adalah sebuah gelombang, maka kita sama sekali tidak dapat
melakukan hal tersebut.

8
Dalam upaya memberikan suatu sistem pemahaman yang masuk akal dan matematis
untuk memecahkan dilema-dilema seperti itu,kita akan merujuk kesejumlah aksioma,analogi
dan contoh yang tudak ada pasangannya dalam fisika klasik,sehingga mungkin akan
membuat kita akan akan ragu tentang landasan dari logika fisika kuantum.sejak mekanika
kuantum pertama kali dikemukakan,para fisikawan telah menggeluti dilema yang sama
ini,namun jawaban yang memuaskan terhadap penjelasan mengapa ketercampuradukan
perilaku gelombang dan partikel yang penuh teka-teki ini harus terjadi,belumlah
terpecahkan.hal yang terpenting adalah penerapan berlakunya. Rumusan matematikanya kita
menghitung secara terinci sifat berbagai atom serta intiya dengan ketelitian yang sangat luar
biasa.

Louis Victor de Broglie mempostulatkan “Karena foton memiliki karakteristik


partikel dan gelombang maka seluruh bentuk materi juga memiliki karakteristik gelombang
selain sebagai partikel”. Meskipun ide ini tidak dapat dibuktikan secara eksperimen, namun
menurut de Broglie partikel (misalnya elektron) bermassa m dan momentum p memiliki sifat
gelombang dengan panjang gelombang dengan menerapkan teori gelombang ini pada
elektron, de Broglie dapat menjelaskan kuantisasi panjang orbit elektron dalam atom sebagai
konsekuensi alami dari interferensi gelombang elektron. Barulah pada tahun 1927, Davisson
dan Germer mendemonstrasikan langsung sifat gelombang dari elektron dengan
menunjukkan bahwa elektron energi rendah didifraksikan oleh kristal tunggal nikel. Pada
eksperimenya, Davisson dan germer menembakkan berkas elektron pada kristal nikel.
Berkas elektron ditempatkan dalam medan potensial sehingga elektron akan bergerak
dipercepat sebagai hasil perubahan dari energi potensial listrik menjadi kinetik.

2.4 Aplikasi dari sifat dualisme partikel gelombang

Bahwa cahaya berperilaku sebagai sebuah gelombang sekaligus berperilaku sebagai


sebuah partikel merupakan sifat unik yang dimiliki oleh cahaya atau gelombang
elektromagnetik. Sifat ini dikenal dengan istilah dualisme gelombang-partikel. Sejak
diketahuinya sifat dualisme tersebut secara teoritis, para ilmuwan telah berusaha untuk dapat
mengamati secara langsung kedua sifat tersebut secara bersamaan. Namun hingga sejauh ini,
upaya tersebut belum berhasil. Tetapi, baru-baru ini, ilmuwan yang tergabung di EPFL
(Ecole Polytechnique Federale de Lausanne) untuk pertama kalinya, akhirnya berhasil
menangkap rekaman foto yang menggambarkan sifat dualisme cahaya tersebut.

9
Dalam mekanika kuantum, kita telah lama mengetahui bahwa cahaya memiliki sifat
partikel sekaligus bersifat sebagai gelombang. Selama ini, kedua sifat tersebut hanya dapat
muncul secara sendiri-sendiri. Tidak pernah ada hasil eksperimen yang dapat memaksa
cahaya untuk menampakkan sifat gelombangnya bersamaan dengan penampakan sifat
partikelnya. Namun demikian, melalui pendekatan eksperimen yang berbeda dengan
eksperimen yang telah banyak dilakukan oleh fisikawan yang mencoba menyingkap sifat
dualisme gelombang-partikel cahaya secara bersamaan, kelompok ilmuwan fisika di EPFL
baru-baru ini telah berhasil memperoleh gambar citra (foto) yang menunjukkan kemunculan
kedua sifat cahaya tersebut secara bersamaan. Hasil eksperimen ini dipublikasikan di Jurnal
Nature Communcations edisi 2 Maret 2015.
Ketika cahaya ultraviolet mengenai permukaan sebuah logam, maka cahaya ultraviolet ini
akan menyebabkan terjadinya pemancaran elektron. Pada tahun 1904, Einstein berhasil
menjelaskan fenomena ini, yang disebut dengan gejala efek fotolistrik, berdasarkan gagasan
yang telah dikemukakan oleh Max Planck sebelumnya (pada tahun 1900, Max Planck secara
revolusioner mengajukan sebuah ide bahwa radiasi dapat dipancarkan dalam bentuk butir-
butir energi yang disebut kuanta). Dalam penjelasannya, Einstein menganggap bahwa cahaya
ultraviolet itu, meskipun merupakan sebuah gelombang elektromagnetik, dapat dianggap
sebagai aliran berkas-berkas partikel. Sejak saat itu, meskipun telah banyak eksperimen yang
dilakukan dan berhasil mengamati sifat partikel dan sifat gelombang dari cahaya, tak satu pun
eksperimen tersebut yang dapat mengamati kedua sifat ini muncul secara bersamaan pada
satu waktu.

Gambar 2. Fotografi Penampakan Sifat Gelombang dan Sifat Partikel Cahaya Secara
Bersamaan

10
Tim ilmuwan di EPFL lalu menggunakan pendekatan baru dalam melakukan
eksperimen tentang fenomena klasik ini. Tim yang dipimpin oleh Fabrizio Carbone ini
melakukan sebuah rekayasa yang cerdik dalam eksperimen yang mereka lakukan, yaitu
menggunakan elektron untuk menghasilkan citra cahaya. Dengan pendekatan eksperimen
seperti ini, para peneliti di kelompok tersebut, akhirnya telah menangkap, untuk pertama
kalinya, sebuah hasil foto tunggal yang menunjukkan perilaku cahaya sebagai gelombang
bersamaan dengan perilaku cahaya sebagai aliran berkas-berkas partikel.
Ide eksperimen mereka pada dasarnya adalah menembakkan sebuah pulsa sinar laser
pada sebuah kawat nano metal yang sangat kecil. Sinar laser tersebut akan memberi
tambahan energi ke partikel-partikel bermuatan yang ada di dalam kawat nano tersebut,
sehingga membuatnya bergetar. Gelombang cahaya yang muncul karena getaran partikel
bermuatan ini akan merambat pada kawat nano dalam dua arah yang mungkin, seperti halnya
sebuah mobil di atas jalan tol. Ketika gelombang cahaya yang merambat pada arah-arah yang
berlawanan saling bertemu satu sama lain, maka terbentuklah sebuah gelombang baru yan
tampak seperti gelombang berdiri. Gelombang berdiri ini lantas menjadi sumber cahaya
untuk eksperimen tersebut, yang teradiasi ke sekeliling kawat nano.
Trik cerdas dalam eksperimen ini adalah ketika fisikawan menembakkan seberkas
elektron di dekat kawat nano tersebut dengan maksud menjadikan elektron yang ditembakkan
tersebut sebagai pencitra gelombang berdiri cahaya. Ketika elektron berinteraksi dengan
cahaya yang terkungkung pada kawat nano, maka elektron-elektron ini akan mengalami
percepatan atau perlambatan. Dengan menggunakan mikroskop ultracepat untuk mencitrakan
posisi dimana perubahan kecepatan ini terjadi, kelompok Carbnone telah dapat
memvisualisasikan gelombang berdiri tersebut, yang merupakan petunjuk tentang sifat
gelombang cahaya.
Ketika fenomena ini memperlihatkan sifat gelombang dari cahaya, secara bersamaan
peristiwa ini juga menunjukkan aspek partikel gelombang cahaya tersebut. Pada saat elektron
melewati gelombang berdiri yang terjadi di dalam kawat nano pada jarak yang cukup dekat,
elektron-elektron menumbuk partikel-partikel cahaya yang disebut foton. Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya bahwa tumbukan ini akan mempengaruhi kelajuan elektron.
Akibatnya, elektron tersebut dapat mengalami percepatan atau perlambatan. Perubahan
kelajuan ini tampak seperti pertukaran paket energi (kuanta) antara elektron dengan foton.
terjadinya pertukaran paket-paket energi ini menunjukkan bahwa cahaya pada kawat nano
berperilaku sebagai sebuah partikel.

11
Eksperimen ini menunjukkan bahwa, untuk kali pertama, kita dapat memfilmkan
mekanika kuantum, beserta sifat paradoksialnya secara langsung, kata Fabrizio Carbone. Di
samping itu, arti penting hasil eksperimen yang pertama kali dilakukan ini akan memperluas
perkembangan sains fundamental serta terhadap teknologi masa depan. Seperti yang
dikemukakan oleh Carbone, dengan dapatnya kita mengontrol dan mencitrakan fenomena
kuantum pada skala nanometer seperti dalam eksperimen ini, maka akan terbuka rute baru ke
arah komputasi kuantum (Yusuf, 2015).

12
BAB III
PENUTUP

2.2. Kesimpulan

Prinsip tentang Dualisme Partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda memperlihatkan
sifat gelombang dan partikel. Menurut perkembangan teori Dualisme Partikel dapat di
ketahui awal nya muncul perdebatan antara hugyens dan Newton mengenai sifat cahaya.
Newton beranggapan cahaya bersifat partikel dan Huygens sebaliknya berangapan cahaya
bersifat gelombang. Setelah itu muncul gagasan dari Thomas Young membetulkan
kekurangan –ini tentang teori gelombang mengenai cahaya mulai menuju ke arah yang di
terima umum. Perkembangan terus berlanjut A. H,. Compton menyatakan cahaya memiliki
sifat kembar sebagai gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie
berpikir sebagaimana cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikel pun dapat
bersifat gelombang. Teori dari de Broglie menjadi variabel khusus lahirnya prinsip Dualisme
Partikel .

Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana tertentu yang
terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu partikel yang
bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah petir dan kilat.
Hipotesis de Broglie dibuktikan oleh C. Davidson dan LH Giermer (Amerika Serikat) dan GP
Thomas (Inggris). Prinsip dualitas inilah menjadi titik pangkal berkembangnya mekanika
kuantum oleh Erwin Schrodinger.

2.3. Saran

Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga dapat membantu mahasiswa dalam
memahami konsep Gelombang dan partikel dengan lebih baik lagi serta dapat membantu
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan judul serta aplikasinya dalam kehidupan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur., (1982), Konsep Fisika Modern, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Halliday, Resnick., (1984), Fisika Jilid 2, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Purwanto, Agus., (2005), Fisika Kuantum, Yogyakarta, Gava Media.

Yusuf, Momang, (2015), Terobosan Baru Mekanika Kuantum: Fotografi Pertama


Penampakan Sifat Gelombang Dan Sifat Partikel Cahaya Secara Bersamaan, Dikutip
14 September 2019 dari fisik@net LIPI,
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1428810702

14

Anda mungkin juga menyukai