Anda di halaman 1dari 13

4.

1 Kependudukan Berdasarkan Strutur

Komposisi penduduk adalah dimana suatu Negara yang mempunyai wilayah yang
luas dan memiliki banyak penduduk didalam satu Negara tersebut, dari banyaknya penduduk
tersebut akan dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu.
Biasanya dalam pengelompokan itu kriteria yang diambil kebanyakan adalah umur,
jenis kelamin, mata pencaharian, dan tempat tinggal. Semua itu dikelompokkan agar tidak
terjadi masalah-masalah sepele yang timbul.
Struktur penduduk terdiri dari 3 jenis, yaitu :

1. Piramida Penduduk Muda : Piramida ini menggambarkan komposisi penduduk


dalam pertumbuhan dan sedang berkembang. Jumlah angka kelahiran lebih besar
daripada jumlah kematian. Bentuk ini umumnya kita lihat pada negara – negara
yang sedang berkembang. Misalnya : India, Brazil dan Indonesia.
2. Piramida Stationer : Bentuk piramida ini menggambarkan keadaan penduduk
yang tetap (statis) sebab tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak
begitu tinggi. Piramida penduduk yang berbentuk system ini terdapat pada
negara-negara yang maju seperti Swedia, Belanda dan Skandinavia.
3. Piramida Penduduk Tua : Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan adanya
penurunan tingkat kelahiran yang sangat pesat dan tingkat kematian yang kecil
sekali. Apabila angka kelahiran jenis kelamin pria besar, maka suatu Negara bias
kekurangan penduduk. Negara yang bentuk piramida penduduknya seperti ini
adalah Jerman, Inggris, Belgia dan Perancis.

Jenis-jenis piramida penduduk dibedakan menjadi 3, yaitu piramida penduduk muda


(ekspansive), piramida penduduk stasioner, dan piramida penduduk tua (konstruktif) :
a. Piramida Penduduk Muda (Expansive).
Suatu wilayah yang memiliki angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang
rendah sehingga daerah ini mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat. Piramida
ini dicirikan sebagian besar penduduk masuk dalam kelompok umur muda.
Contohnya adalah negara-negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia,
Malaysia, Filipina, dan India
b. Piramida Penduduk Stasioner.
Suatu wilayah memiliki angka kelahiran dan angka kematian yang sama-sama rendah
(seimbang). Contohnya adalah negara-negara Eropa Barat.
c. Piramida Penduduk Tua (Constructive).
Suatu wilayah memiliki angka kelahiran yang menurun dengan cepat dan tingkat
kematian yang rendah. Piramida ini juga dicirikan dengan jumlah kelompok umur
muda lebih sedikit dibanding kelompok umur tua. Contohnya adalah negara-
negara yang sudah maju, misalnya Amerika Serikat.
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat
menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua :

 Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14


tahun dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.
 Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun
ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang


secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara
maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator
demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan
semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban
yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif
dan tidak produktif lagi.
4.2 Permasalahan Yang Kerap Muncul

Masalah kependudukan adalah hal yang sudah umum dihadapi oleh setiap negara. Meski
setiap negara memiliki masalah kependudukan, tapi masalah kependudukan di masing -
masing negara bisa berbeda. Masalah kependudukan di Indonesia pun juga khas. Indonesia
sebagai suatu negara memiliki masalah kependudukan yang cukup berat serta perlu segera
ditangani. Jika masalah kependudukan dapat diatasi dengan baik, maka masalah
pembangunan dan kemakmuran penduduk berikutnya juga akan bisa ditangani dengan lebih
baik. Masalah kependudukan ini secara umum dapat dibedakan dalam dua hal umum, yakni
berdasarkan kuantitas dan kualitas penduduk. Untuk mengetahui data kualitas serta kuantitas
penduduk, suatu negara dapat melakukan berbagai cara, seperti dengan menggunakan metode
sensus, registrasi, dan survei penduduk. Ketika data penduduk sudah diketahui, maka
berikutnya suatu negara dapat melakukan pemetaan dan menentukan strategi yang tepat
untuk mengatasi masalah kependudukan tersebut. Masalah kependudukan di Indonesia
tersebut secara singkat akan diuraikan berikut.

1. Masalah Jumlah Penduduk yang Besar

Penduduk adalah faktor terpenting bagi suatu negara dalam program pelaksanaan
pembangunan. Sebab, peran penduduk adalah untuk menggerakan pembangunan itu sendiri
sekaligus hasil pembangunan juga ditujukan untuk kepentingan penduduk. Masalah yang
dapat ditimbulkan dari jumlah penduduk yang besar ini terutama dalam hal sosial ekonomi,
yang dapat meliputi :

 Upaya penyediaan kebutuhan hidup penduduk secara layak, seperti sandang, pangan,
papan, pendidikan, kesehatan serta fasilitas sosial lain yang harus lebih besar.

 Persaingan dunia kerja yang ketat, sehingga lapangan kerja jadi lebih sempit. Artinya,
penyediaan lapangan kerja harus lebih luas.

 Penyediaan jaminan keamanan, ketentraman serta kesejahteraan yang harus tinggi.

 Kebutuhan akan berbagai fasilitas sosial meningkat.

 Angka pengangguran meningkat, terutama bagi mereka yang tidak mampu bersaing
dalam dunia kerja.

 Angka kriminalitas yang meningkat.

Lalu, jika kita menemui masalah kependudukan di Indonesia yang seperti ini, ada beberapa
upaya penanggulangan yang bisa dilakukan, seperti berikut :

 Melalui program Keluarga Berencana (KB) sebagai gerakan nasional

 Menetapkan Undang-Undang Perkawinan untuk mengatur dan menetapkan batas usia


nikah.

 Membatasi tunjangan anak bagi PNS atau ABRI hanya sampai anak kedua.

2. Masalah Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi

Dampak masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi ini dari tahun ke tahun dapat
menimbulkan masalah sosial ekonomi, seperti :
 Kebutuhan berbagai fasilitas sosial meningkat

 Persaingan dunia kerja yang semakin meningkat sehingga mempersempit lapangan


dan peluang kerja

 Angka pengangguran meningkat, terutama bagi mereka yang tidak mampu bersaing

 Angka kriminalitas meningkat.

Dampak atau masalah ini dapat ditanggulangi dengan berbagai upaya, seperti :

 Mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) sebagai gerakan nasional.

 Menetapkan Undang-Undang Perkawinan untuk mengatur serta menetapkan tentang


batas usia nikah.

 Membatasi pemberian tunjangan anak bagi PNS/ABRI hanya sampai anak kedua.

3. Masalah Persebaran atau Kepadatan Penduduk yang Tidak Merata


Persebaran penduduk di Indonesia ini erat kaitannya dengan tingkat hunian atau
kepadatan penduduk. Di Indonesia, kondisi persebaran penduduknya tidak merata,
baik persebaran yang terjadi antar pulau, antar provinsi, kabupaten maupun antara
pedesaan dan perkotaan.
Akibat ketidakmerataan persebaran penduduk ini, dapat terjadi banyak masalah
kependudukan dan juga sosial ekonomi. Misalnyasaja berakibat pada luas lahan
pertanian yang semakin sempit di Pulau Jawa, karena lahan pertanian banyak
dijadikan sebagai pemukiman dan lahan industri.
Jenis kepadatan penduduk sendiri juga dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. Kepadatan Penduduk Berdasarkan Lahan Pertanian

Kepadatan penduduk berdasarkan lahan pertanian ini bisa dibedakan menjadi dua,
yaitu kepadatan penduduk agraris dan kepadatan penduduk fisiologis. Kepadatan
penduduk agraris adalah kepadatan penduduk yang dihitung berdasarkan
perbandingan antara jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dengan luas
lahan pertanian. Sedangkan kepadatan penduduk fisiologis adalah kepadatan
penduduk yang dihitung berdasarkan pada perbandingan antara jumlah penduduk
total, baik penduduk dengan mata pencaharian sebagai petani ataupun tidak, terhadap
luas lahan pertanian.
b. Kepadatan Penduduk Umum Aritmatik
Kepadatan aritmatik adalah jenis kepadatan penduduk yang dinilai dari perbandingan
antara jumlah penduduk total, tanpa memandang mata pencaharian, terhadap luas
wilayah total, baik lahan pertanian ataupun tidak. Untuk perhitungan kependudukan di
Indonesia, rumus kepadatan penduduk umum (aritmatik) inilah yang biasa digunakan.

c. Kepadatan Penduduk Ekonomi

Kepadatan penduduk ekonomi merupakan perhitungan kepadatan penduduk


berdasarkan pada besarnya jumlah penduduk yang ada pada suatu wilayah, dan
didasarkan atas kemampuan ekonomi wilayah yang bersangkutan.

Dampak ketidakmerataan persebaran penduduk di Indonesia ini dapat menimbulkan


berbagai permasalahan kependudukan, yang dirangkum sebagai berikut :

 Munculnya kawasan-kawasan kumuh di wilayah perkotaan serta berbagai


rumah yang tidak layak huni.
 Sulitnya persaingan yang terjadi di dunia kerja terutama di daerah padat
penduduk. Hal ini menyebabkan merebaknya sektor-sektor informal, seperti
pedagang kaki lima, pengamen, dan sebagainya, yang terkadang
keberadaannya berpotensi mengganggu ketertiban.
 Turunnya kualitas lingkungan di daerah padat penduduk
 Tidak termanfaatkannya daerah dengan jumlah sumber daya minim.
 Terganggunya stabilitas keamanan.

Untuk menanggulangi hal ini, dapat dilakukan usaha-usaha, meliputi hal-hal berikut
ini.

 Melaksanakan program transmigrasi.


 Melaksanakan program pemerataan pembangunan yang dilakukan dengan cara
mendistribusikan perusahaan atau industri di pinggir kota atau dekat kawasan
pedesaan yang ada di pulau-pulau selain Pulau Jawa.
 Melengkapi sarana dan prasarana sosial masyarakat hingga ke pelosok desa,
dan daerah minim penduduk, sehingga pelayanan kebutuhan sosial ekonomi
masyarakat desa dapat dipenuhi dan dapat mencegah atau mengurangi arus
urbanisasi.
4.3 Permasalahan Pengangguran

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau sedang dalam mencari
kerja atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pemecatan dan berusaha
untuk memperoleh pekerjaan. Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Menurut
Sakernas (Survey Keadaan Angkatan Kerja Nasional), pengangguran didefinisikan antara lain
sebagai berikut :

 Mereka yang sedang mencari pekerjaan dan saat itu tidak bekerja
 Mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam rangka untuk mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan yang baru
 Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin dalam
mendapatkan pekerjaan, hal ini disebut dengan penganggur putus asa
 Mereka yang telah memiliki pekerjaan, namun belum mulai bekerja.

Macam-macam penyebab pengangguran adalah sebagai berikut...

 Penduduk yang relatif banyak sedangkan lapangan kerja sedikit. Yang


mengakibatkan, permintaan tenaga kerja berkurang.
 Pendidikan dan keterampilan yang rendah sehingga tidak mampu bersaing dan
tersisih.
 Angkatan kerja yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh
dunia kerja
 Teknologi yang semakin modern belum terimbangi oleh kemampuan
 Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakakukan penghematan-
penghematan, misalnya penerapan rasionalisasi.
 Adanya lapangan kerja yang dipengaruhi oleh musim
 Terdapat ketidakstabilan perekonomian, politik, dan kemanan suatu negara.

a Dampak Pengangguran dari Segi Ekonomi


Dampak pengangguran dari segi ekonomi antara lain sebagai berikut..

 Jumlah pengangguran yang tinggi akan berakibat buruk bagi PDB


 Kurangnya sumbangan produktifterhadap PDB karna tidak menghasilkan barang dan
jasa
 Pengangguran menurunkan jumlah tabungan negara
 Pengangguran memengaruhi kemampuan berinvestasi
 Pengangguran dapat menurunkan daya beli masyarakat
 Mengakibatkan kelesuan dalam bidang usaha karna barang jasa kurang terserap oleh
pasar
 Meningkatkan biaya sosial meningkat
 Mengurangi pendapatan nasional dan pendapatan perkapita
 Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional dari sector pajak berkurang

b. Dampak Pengangguran dari Segi Lingkungan Sosial


Dampak pengangguran dari segi lingkungan sosial antaralain sebagai berikut..

 Menimbulkan gangguan Keamanan dalam masyarakat karena tingkat kriminalitas


meningkat
 Meningkatnya kemiskinan
 Kondisi keamanan tidak terjamin dari meningkatnya kriminalitas
 Merebaknya kawasan kumuh
 Meningkatnya kegiatan ekonomi ilegal
 Tingginya anak-anak putus sekolah
 Munculnya pengamen, anak jalan, dan pengamen
 Menimbulkan ketidakstabilan sosial
 Menimbulkan kesenjangan sosial
 Lingkungan hidup yang kurang sehat

Secara umum cara mengatasi pengangguran adalah dengan meningkatkan investasi,


meningkatkan kualitas SDM, transfer teknologi dan penemuan teknologi baru, pembenahan
perangkat hukum dalam bidang ketenagakerjaan, dan lainlain. Secara teknis kebijakan upaya-
upaya ke arah itu dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan misalnya :

 Menyelenggarakan bursa pasar kerja


Bursa tenaga kerja adalah penyampaian informasi oleh perusahaan-perusahaan atau pihak-
pihak yang membutuhkan tenaga kerja kepada masyarakat luas. Tujuan dari kegiatan ini
adalah agar terjadi komunikasi yang baik antara perusahaan dan pencari kerja. Selama ini
banyak informasi pasar kerja yang tidak mampu tersosialisasikan sampai ke masyarakat,
sehingga mengakibatkan informasi lowongan kerja hanya bisa diakses oleh golongan
tertentu.

 Menggalakkan kegiatan ekonomi informal


Kebijakan yang memihak kepada pengembangan sektor informal, dengan cara
mengembangkan industri rumah tangga sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Dewasa ini
telah ada lembaga pemerintah yang khusus menangani masalah kegiatan ekonomi informal
yakni Departemen Koperasi dan UKM. Selain itu dalam pengembangan sektor informal
diperlukan keterpihakan dari Pemda setempat.

 Meningkatkan keterampilan tenaga kerja


Pengembangan sumber daya manusia dengan peningkatan keterampilan melalui pelatihan
bersertifikasi internasional. Berdasarkan survei tentang kualitas Tenaga Kerja menunjukkan
bahwa ranking Human Development Index Indonesia di Asia pada tahun 2000 berada di
peringkat 110. Sementara negara lain seperti Vietnam ada diperingkat 109, Filipina (77),
Thailand (69), Malaysia (59), Brunei Darussalam (32), Singapura (25), Jepang (9). Data ini
menunjukkan rendahnya kualitas sumber daya manusia sehingga peningkatan keterampilan
mereka menjadi sangat perlu dilakukan.

 Meningkatkan mutu pendidikan


Mendorong majunya pendidikan, dengan pendidikan yang memadai memungkinkan
seseorang untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik. Dewasa ini sesuai dengan
perintah undang-undang, pemerintah diamanatkan untuk mengalokasikan dana APBN
sebesar 20% untuk bidang pendidikan nasional.

 Mendirikan pusat-pusat latihan kerja


Pusat-pusat latihan kerja perlu didirikan untuk melaksanakan pelatihan tenaga kerja untuk
mengisi formasi yang ada.

 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi


Pemerintah perlu terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga akan memberikan
peluang bagi penciptaan kesempatan kerja.

 Mendorong investasi
Pemerintah perlu terus mendorong masuknya investasi baik dari dalam negeri maupun luar
negeri untuk menciptakan kesempatan kerja di Indonesia.

 Meningkatkan transmigrasi
Transmigrasi merupakan langkah pemerintah meratakan jumlah penduduk dari pulau yang
berpenduduk padat ke pulau yang masih jarang penduduknya serta mengoptimalkan sumber
kekayaan alam yang ada.

 Melakukan deregulasi dan debirokrasi


Deregulasi dan debirokrasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi
baru. Deregulasi artinya adalah perubahan peraturan aturan main terhadap bidang-bidang
tertentu. Deregulasi biasanya ke arah penyederhanaan peraturan. Debirokrasi artinya
perubahan struktur aparat pemerintah yang menangani bidang-bidang tertentu. Debirokrasi
biasanya ke arah penyederhanaan jumlah pegawai/lembaga pemerintah yang menangani
suatu urusan tertentu.

 Memperluas lapangan kerja


Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru terutama yang
bersifat padat karya. Dengan adanya era perdagangan bebas secara regional dan internasional
sebenarnya terbuka lapangan kerja yang semakin luas tidak saja di dalam negeri juga ke luar
negeri. Ini tergantung pada kesiapan tenaga kerja untuk bersaing secara bebas di pasar tenaga
kerja internasional.
Adapun bentuk pemasalahan Indonesia adalah sebagai berikut:
Pada Agustus 2017 lalu, BPS mengungkapkan bahwa jumlah pengangguran naik menjadi
7,04 juta jiwa, dari yang sebelumnya hanya 7,03 juta jiwa di bulan Agustus 2016.
Peningkatan ini namun diiringi dengan penurunan angka Tingkat Pengangguran terbuka atau
TPT, dari 5,61% menjadi 5,50%. TPT sendiri merupakan persentase jumlah pengangguran
yang termasuk dalam penduduk usia kerja terhadap jumlah angkatan kerja.

Tahun ini, tepatnya pada bulan Februari 2018, BPS melaporkan bahwa jumlah pengangguran
di Indonesia berkurang sebanyak 140.000 jiwa. Persentase TPT yang juga turun ke angka
5,13% dari 5,33% pada Februari 2017. Total jumlah angkatan kerja tahun 2018 naik
sebanyak 2,39 juta dari Februari 2017 menjadi 133,94 juta jiwa, dengan jumlah
pengangguran sebanyak 6,87 juta dan yang bekerja sebanyak 127,07 juta jiwa.
4.4 Kependudukan Berdasarkan Aspek Distribusi Dan Perpindahan / Migrasi

Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas pendudukadalah perpindahan


penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat
nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional, dan ada pula
mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut
migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan
melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.

1. Jenis-jenis Migrasi
Migrasi dapat terjadi di dalam satu negara maupun antarnegara. Berdasarkan hal tersebut,
migrasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu :
Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainnya.
Migrasi internasional dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :

1. Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan
menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran
2. Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Orang yang
melakukan emigrasi disebut emigrant
3. Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara asalnya

Migrasi Nasional atau Internal, yaitu perpindahan penduduk di dalam satu negara. Migrasi
nasional /internal terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
Urbanisasi, yaitu perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan menetap. Terjadinya
urbanisasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :

1. Ingin mencari pekerjaan, karena di kota lebih banyak lapangan kerja dan upahnya tinggi
2. Ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
3. Ingin mencari pengalaman di kota
4. Ingin lebih banyak mendapatkan hiburan dan sebagainya
Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduk ke pulau
yang jarang penduduknya di dalam wilayah republik Indonesia. Transmigrasi pertama kali
dilakukan di Indonesia pada tahun 1905 oleh pemerintah Belanda yang dikenal dengan nama
kolonisasi.
Berdasarkan pelaksanaannya, transmigrasi di Indonesia dapat dibedakan atas :

1. Transmigrasi Umum, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan dan dibiayai oleh


pemerintah
2. Transmigrasi Khusus, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan degan tujuan tertentu,
seperti penduduk yang terkena bencana alam dan daerah yang terkena pembangunan
proyek
3. Transmigrasi Spontan (swakarsa), yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seseorang
atas kemauan dan biaya sendiri
4. Transmigrasi Lokal, yaitu transmigrasi dari suatu daerah ke daerah yang lain dalam
propinsi atau pulau yang sama

Ruralisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa dengan tujuan menetap. Ruralisasi
merupakan kebalikan dari urbanisasi.

Selain jenis migrasi yang disebutkan di atas, terdapat jenis migrasi yang disebut
evakuasi. Evakuasi adalah perpindahan penduduk yang yang terjadi karena adanya ancaman
akibat bahaya perang, bencana alam dan sebagainya. Evakuasi dapat bersifat nasional
maupun internasional.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Migrasi
Secara umum factor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi adalah sebagai berikut :

1. Faktor ekonomi, yaitu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di tempat yang baru
2. Faktor keselamatan, yaitu ingin menyelamatkan diri dari bencana alam seperti tanah
longsor, gempa bumi, banjir, gunung meletus dan bencana alam lainnya
3. Faktor keamanan, yaitu migrasi yang terjadi akibat adanya gangguan keamanan
seperti peperangan, dan konflik antar kelompok
4. Faktor politik, yaitu migrasi yang terjadi oleh adanya perbedaan politik di antara
warga masyarakat seperti RRC dan Uni Soviet (Rusia) yang berfaham komunis
5. Faktor agama, yaitu migrasi yang terjadi karena perbedaan agama, misalnya terjadi
antara Pakistan dan India setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris
6. Faktor kepentingan pembangunan, yaitu migrasi yang terjadi karena daerahnya
terkena proyek pembangunan seperti pembangunan bendungan untuk irigasi dan
PLTA
7. Faktor pendidikan, yaitu migrasi yang terjadi karena ingin melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi

Dampak Migrasi Penduduk


Migrasi penduduk baik internal atau nasional maupun eksternal atau internasional masing-
masing memiliki dampak positif dan negatif terhadap daerah asal maupun daerah tujuan.
a. Dampak Positif Migrasi Internasional antara lain :
Dampak Positif Imigrasi
1. Dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli
2. Adanya penanaman modal asing yang dapat mempercepat pembangunan
3. Adanya pengenalan ilmu dan teknologi dapat mempercepat alih teknologi
4. Dapat menambah rasa solidaritas antarbangsa
Dampak Positif Emigrasi
1. Dapat menambah devisa bagi negara terutama dari penukaran mata uang asing
2. Dapat mengurangi ketergantungan tenaga ahli dari luar negeri, terutama orang
yang belajar ke luar negeri dan kembali ke negara asalnya
3. Dapat memeperkenalkan kebudayaan ke bangsa lain
b. Dampak Positif Migrasi Nasional antara lain :
Dampak Positif Transmigrasi
1. Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama transmigran
2. Dapat memenuhi kekurangan tenaga kerja di daerah tujuan transmigrasi
3. Dapat mengurangi pengangguran bagi daerah yang padat penduduknya
4. Dapat meningkatkan produksi pertanian seperti perluasan perkebunan kelapa
sawit, karet, coklat dan lain-lain
5. Dapat mempercepat pemerataan persebaran penduduk
Dampak Positif Urbanisasi
1. Dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kota
2. Mengurangi jumlah pengangguran di desa
3. Meningkatkan taraf hidup penduduk desa
4. Kesempatan membuka usaha-usaha baru di kota semakin luas
5. Perekonomian di kota semakin berkembang
Dampak Negatif Migrasi Internasional antara lain :
Dampak Negatif Imigrasi
1. Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
2. Imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki tujuan yang kurang
baik seperti
3. pengedar narkoba, bertujuan politik, dan lain-lain.
Dampak Negatif Emigrasi
1. Kekurangan tenaga terampil dan ahli bagi negara yang ditinggalkan
2. Emigran tidak resmi dapat memperburuk citra negaranya.
d. Dampak Negatif Migrasi Nasional antara lain :
Dampak Negatif Transmigrasi
Adanya kecemburuan sosial antara masyarakat setempat dengan para transmigran
Terbengkalainya tanah pertanian di daerah trasmigrasi karena transmigran tidak betah
dan kembali ke daerah asalnya.
Dampak Negatif Urbanisasi:
1. Berkurangnya tenaga terampil dan terdidik di desa
2. Produktivitas pertanian di desa menurun
3. Meningkatnya tindak kriminalitas di kota
4. Meningkatnya pengangguran di kota
5. Timbulnya pemukiman kumuh akibat sulitnya mencari perumahan
6. Lalu lintas di kota sangat padat, sehingga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Anda mungkin juga menyukai