Anda di halaman 1dari 7

Aulia Kurniapuri, Woro Supadmi

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT


ANTIHIPERTENSI TERHADAP KEPATUHAN
PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
UMBULHARJO I YOGYAKARTA PERIODE
NOVEMBER 2014

THE INFLUENCE OF PROVIDING ANTIHYPERTENSIVE


DRUG INFORMATION ON HYPERTENSIVE PATIENTS’
COMPLIANCE IN UMBULHARJO I PUBLIC HEALTH CENTER
YOGYAKARTA IN PERIOD OF NOVEMBER 2014

Aulia Kurniapuri1, Woro Supadmi2


1,2
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tinggi.
Pengobatan hipertensi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah dan
mencegah penyakit komplikasi. Kepatuhan untuk mencapai keberhasilan
pengobatan dapat ditingkatkan dengan pemberian informasi obat (PIO) untuk
meningkatkan pemahaman instruksi pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh PIO antihipertensi terhadap kepatuhan pasien hipertensi
di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan rancangan kelompok statis, sehingga terdiri dari dua
kelompok yaitu tanpa PIO dan dengan PIO. Data diperoleh dari rekam
medik/resep dan kuesioner MMAS-8. Pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi selama November
2014 dan dianalisis menggunakan uji chi square. Sampel yang diperoleh
sebanyak 45 orang terdiri dari 23 orang dengan PIO dan 22 orang tanpa PIO.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antihipertensi yang paling banyak
digunakan adalah antihipertensi tunggal amlodipin (51,1%) dan antihipertensi
kombinasi amlodipin dan hidroklorotiazid (26,7%). Persentase pasien patuh
dengan PIO adalah kepatuhan rendah 8,9%, kepatuhan sedang 11,1%, dan
kepatuhan tinggi 31,1%. Persentase pasien patuh tanpa PIO adalah kepatuhan
rendah 24,4%, kepatuhan sedang 11,1%, dan kepatuhan tinggi 13,3%.
Berdasarkan analisis chi square nilai p=0,040 (< α=0,050) sehingga PIO
berpengaruh terhadap kepatuhan. Pemberian informasi obat antihipertensi
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pasien hipertensi di Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta.
Kata Kunci : Hipertensi, Informasi Obat, Kepatuhan

ABSTRACT
Hypertension is one of the diseases with high prevalence. Hypertension
medication aims to control blood pressure and prevent complications.
Compliance to achieve successful treatment can be improved by providing drug
information (PIO) to improve understanding on treatment instruction. This study
aims to discover the influence of providing antihypertensive drug information on
hypertensive patients’ compliance in Umbulharjo I Public Health center
Yogyakarta. This study used experimental method with static group comparison,
so it consisted of two groups, which were without PIO and with PIO. Data was
collected from medical records/prescriptions and MMAS-8 questionnaires.
Sampling was conducted by purposive sampling based on inclusion and
exclusion criteria during November 2014 and analyzed using chi square test. The
sample was 45 people who consisted of 23 people with PIO and 22 people

Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 1 Tahun 2015 268


Pengaruh Pemberian Informasi Obat …

without PIO. The study result showed that the antihypertensive medicine most
widely used was amlodipine (51,1%) for single antihypertensive and amlodipine
and hydrochlorothiazide (26,7%) for antihypertensive with two drug.
Percentages of compliant patients with PIO are 8,9% low compliance, 11,1%
moderate compliance, and 31,1% high compliance. Percentages of compliant
patients without PIO are 24,4% low compliance, 11,1% moderate compliance,
and 13,3% high compliance. Based on chi suare analysis, the value of p=0,040
(< α=0,050) so PIO influace compliance. Providing antihypertensive drug
information significant influenced hypertensive patients’ compliance in
Umbulharjo I Public Health center Yogyakarta.
Keywords : Hypertension, Drug Information, Compliance

PENDAHULUAN 2013). Dalam hal ini, peningkatan pemahaman


Hipertensi sering disebut the silent killer tentang instruksi pengobatan dan peningkatan
karena gangguan ini pada tahap awal adalah kepatuhan pasien sangat dipengaruhi intervensi
asimtomatis, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan pelayanan kefarmasian, yaitu Pelayanan Informasi
yang permanen pada organ-organ tubuh vital Obat (PIO) (Insani, dkk., 2013). Tenaga
(Baradero, dkk., 2005). Insidensi hipertensi kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan
meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat
hipertensi ringan sebesar 2% pada usia 25 tahun mempunyai peranan penting karena terkait langsung
atau kurang, meningkat menjadi 25% pada usia 50 dengan pemberian pelayanan, khususnya pelayanan
dan 50% pada usia 70 tahun (Davey, 2006). kefarmasian.
Menurut WHO dan The International Society of Berdasarkan data yang diperoleh di
Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta Puskesmas Umbulharjo I, Puskesmas tersebut
penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta memiliki kunjungan pasien terbanyak kedua yaitu
diantaranya meninggal setiap tahunnya (Rahajeng pasien hipertensi yang berjumlah 6.207 kunjungan.
dan Tuminah, 2009). Puskesmas Umbulharjo I memiliki jumlah
Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) kunjungan pasien hipertensi yang lebih banyak dan
Puskesmas di DIY pada tahun 2012 penyakit memiliki wilayah kerja yang lebih luas daripada
hipertensi (29.546 kasus) masuk dalam urutan ketiga Puskesmas Umbulharjo II yang juga berada di
dari distribusi 10 besar penyakit berbasis STP wilayah kerja Kelurahan Umbulharjo. Selain itu
Puskesmas. Hasil Riset Kesehatan Daerah penelitian tentang pengaruh pemberian informasi
(Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa obat antihipertensi terhadap kepatuhan pasien
provinsi DIY masuk dalam lima besar provinsi hipertensi di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta
dengan kasus hipertensi terbanyak. Penyakit jantung juga belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar
dan stroke dalam sepuluh tahun terakhir selalu belakang tersebut maka penelitian ini dilakukan.
masuk dalam 10 penyakit penyebab kematian
tertinggi (Dinas Kesehatan, 2013). Risiko hipertensi METODE PENELITIAN
jangka panjang adalah kerusakan organ target di Penelitian ini menggunakan metode
antaranya penyakit serebrovaskular seperti stroke penelitian eksperimen dengan rancangan
trombotik dan hemoragik, penyakit vaskular seperti perbandingan kelompok statis. Tujuan penelitian
penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri, untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi
dan gagal ginjal (Davey, 2006). obat antihipertensi terhadap kepatuhan pasien
Diperlukan usaha yang cukup besar untuk hipertensi di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta.
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol yaitu
obat demi mencapai target takanan darah yang penyerahan obat tanpa dilakukan pemberian
diinginkan. Satu studi menyatakan bahwa pasien informasi obat. Informasi obat dilakukan oleh
yang menghentikan terapi antihipertensinya lima kali peneliti dan informasi yang diberikan hanya waktu
lebih besar kemungkinan terkena stroke penggunaan. Selain itu juga menggunakan kelompok
(Departemen Kesehatan, 2006). Menurut laporan perlakuan, penyerahan obat dilakukan dengan
World Health Organization (WHO) pada tahun 2003, pemberian informasi obat. Informasi obat dilakukan
kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka oleh peneliti dan informasi obat yang diberikan
panjang terhadap penyakit kronis di negara maju yaitu nama obat, waktu penggunaan, lama
sebesar 50%, dan di negara berkembang penggunaan, cara penggunaan, efek yang akan
diperkirakan akan lebih rendah (Kearney, dkk., 2004 timbul, dan hal lain yang akan timbul.
dalam Saepudin, dkk., 2013). Instrumen penelitian yang digunakan adalah
Faktor kunci kepatuhan pasien terhadap data rekam medik pasien / resep obat dari dokter
pengobatan adalah pemahaman tentang instruksi untuk mengetahui hasil diagnosa dokter bahwa
pengobatan (Donnan, dkk., 2002 dalam Insani, dkk., pasien tersebut mengalami hipertensi, mengetahui

269 Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 1 Tahun 2015


Aulia Kurniapuri, Woro Supadmi

diperoleh melalui kuesioner MMAS-8 pada hari ke-3


Tabel II. Distribusi Frekuensi Sosiodemografi Pasien
Hipertensi di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta setelah penerimaan obat dan pemberian informasi
obat dengan cara wawancara.
Umur Frekuensi Persentase Data yang telah direkapitulasi kemudian diuji
dengan chi square. pengaruh Hasil p value kemudian
40 – 45 tahun 3 6,7 %
dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α) 5% atau
46 – 55 tahun 11 24,4 % 0,05. Jika p value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1
56 – 65 tahun 14 31,1 % diterima, artinya ada hubungan yang signifikan
>65 tahun 17 37 % antara variabel terikat dan variabel bebas. Jika p value
> 0,005 maka Ho diterima dan H1 ditolak artinya
Jenis Kelamin
tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
Laki-laki 22 48,9 % terikat dan variabel bebas.
Perempuan 23 51,1 % Hipotesis pada penelitian ini adalah
Pekerjaan
pemberian informasi obat dapat berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan pasien hipertensi di
Ibu Rumah Tangga/Pensiunan 21 46,7 % Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta pada periode
PNS/Pegawai Swasta/ November 2014.
12 26,7 %
Wiraswasta/Buruh/Pedagang
Lain-Lain 12 26,7 %
HASIL DAN PEMBAHASAN
identitas pasien, dan obat yang diberikan ke pasien, Sosiodemografi Pasien
serta kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Adherence Scale 8 Items) untuk mengetahui kepatuhan Umbulharjo I Yogyakarta selama periode
pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat November 2014. Sampel pada penelitian ini adalah
antihipertensi. sampel yang termasuk dalam populasi serta masuk
Pada penelitian ini yang menjadi variabel ke dalam kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.
bebas adalah pemberian informasi obat dan variabel Pada penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 45
terikat kepatuhan pasien hipertensi di Puskesmas orang. Data sosiodemografi terdiri dari umur, jenis
Umbulharjo I Yogyakarta periode November 2014. kelamin, dan pekerjaan. Data ini diperoleh dari data
Selain itu ada pula variabel pengganggu yaitu rekam medik pasien / resep obat dari dokter. Data
frekuensi penggunaan obat, riwayat hipertensi yang sosiodemografi sampel tersebut dapat dilihat pada
baru dialami atau sudah lama dialami, pendidikan Tabel II.
pasien, dan karakter pasien. 1. Umur
Populasi pada penelitian ini adalah pasien Berdasarkan hasil penelitian umur terendah
yang berobat dan menebus resep obat di Puskesmas yang mengalami hipertensi adalah umur 40 tahun
Umbulharjo I yogyakarta pada periode November dan umur tertinggi adalah umur 82 tahun. Umur
2014. Pengambilan sampel dilakukan secara tersebut kemudian diklasifikasikan berdasakan
purposive. Sampel yang digunakan dalam penelitian klasifikasi umur menurut Depkes RI (2009) dengan
ini yaitu pasien yang didagnosa hipertensi oleh rentang umur 40 – 82 tahun.
dokter dengan melihat data rekam medik, Berdasarkan distribusi frekuensi, umur >65
mendapatkan obat antihipertensi oleh dokter, tahun yang termasuk golongan masa manula
menebus resep obat di Puskesmas Umbulharjo I memiliki tingkat frekuensi mengalami hipertensi
Yogyakarta pada periode November 2014 dan yang yang paling besar yaitu 37%. Hal ini sesuai dengan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. penelitian yang menyatakan bahwa risiko hipertensi
1. Kriteria Inklusi meningkat dengan bertambahnya umur, pada
a. Pasien hipertensi tanpa komplikasi yang kelompok ≥75 tahun berisiko 11,53 kali (Rahajeng,
mendapatkan obat antihipertensi di Puskesmas 2009). Klasifikasi umur menurut departemen
Umbulharjo I Yogyakarta Periode November kesehatan menunjukkan bahawa umur ≥75 tahun
2014. juga termasuk dalam golongan masa manula.
b. Pasien yang berusia 20 tahun keatas. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
2. Kriteria Eksklusi mengalami penebalan oleh karena adanya
a. Pasien yang sedang hamil. penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
b. Pasien dengan gangguan kejiwaan. sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
c. Pasien dengan gangguan pendengaran. menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah
d. Pasien hipertensi dengan komplikasi. sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh
Pengumpulan data pasien hipertensi darah besar yang berkurang pada penambahan umur
dilakukan pada bulan November 2014. Data yang sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah
diambil meliputi nama pasien, usia, alamat, no. telp diastolik meningkat sampai dekade kelima dan
/ Hp, jenis kelamin, pekerjaan, dan antihipertensi keenam kemudian menetap atau cenderung
yang digunakan. Data kepatuhan pasien hipertensi menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan

Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 1 Tahun 2015 270


Pengaruh Pemberian Informasi Obat …

Tabel III. Penggunaan Obat pada Pasien Hipertensi di tangga / pensiunan yaitu 21 orang (46,7%). Hal ini
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa
responden yang tidak bekerja mempunyai risiko
Obat Antihipertensi Jumlah Persentase 1,42 kali terkena hipertensi karena pekerjaan
berkaitan dengan pengaruh psikologis terhadap
Antihipertensi Tunggal 28 62,2%
lingkungan pekerjaan (Rahajeng, 2009). Pengaruh
Antihipertensi Dua Obat 17 37,8% psikologis yang dialami dapat berupa kejadian stress.
Hal ini sesuai pula dengan teori yang menyatakan
Obat Antihipertensi yang Digunakan bahwa stress dapat meningkatkan pembuluh darah
Amlodipin 23 51,1% perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis (Armilawaty,
Captopril 4 8,9% dkk., 2007 dalam Anggraini, dkk., 2009).
Hidroclorotiazid 2 4,4%
Penggunaan Obat Pasien Hipertensi
Amlodipin + Captopril 1 2,2% Berdasarkan data resep obat dari dokter,
Amlodipin + Hidroclorotiazid 12 26,7%
pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta tidak hanya mendapatkan
Jumlah Obat Keseluruhan obat antihipertensi tetapi juga obat-obat lain. Obat-
obat lain tersebut terdiri dari vitamin, antiinflamasi,
Satu Obat 4 8,9%
dan antikonvulsan, sehingga obat-obat yang
Dua Obat 15 33,3% digunakan ada yang terdiri dari satu obat, dua obat,
dan lebih dari dua obat. Namun pada umumnya
Lebih Dari Dua Obat 26 57,8%
lebih banyak yang mendapatkan lebih dari dua obat
(57,8%). Penggunaan obat yang paling banyak
beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut diperoleh pasien hipertensi adalah penggunaan
terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas antihipertensi dan vitamin.
simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex Pada penggunaan antihipertensi, obat yang
baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah digunakan tidak hanya terdiri dari antihipertensi
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah tunggal tetapi ada pula yang terdiri dari
berkurang di mana aliran darah ginjal dan laju filtrasi antihipertensi dua obat. Antihipertensi tunggal
glomerulus menurun (Kumar, 2005 dalam (62,2%) lebih banyak diresepkan daripada
Anggraini, dkk., 2009). antihipertensi dua obat (37,8%). Hal ini sesuai
2. Jenis Kelamin dengan penelitian dari Norman (2012) dan
Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan Saepudin, dkk (2013) yang memperoleh hasil bahwa
bahwa perempuan lebih banyak mengalami sebagian besar responden mendapatkan obat
hipertensi yaitu 23 orang (51,1%) daripada laki-laki antihipertensi tunggal.
yaitu 22 orang (48,9%). Berdasarkan teori bahwa Antihipertensi yang sering diresepkan secara
sampai usia 55 tahun, laki-laki berisiko lebih tinggi tunggal terdiri dari amlodipin, captopril, dan
dibandingkan perempuan, tetapi di atas usia tersebut hidroklorotiazid. Obat yang paling sering digunakan
perempuan yang berpeluang lebih besar (Sustrani, untuk penggunaan antihipertensi tunggal adalah
dkk., 2006). amlodipin (51,1%). Berdasarkan penggunaan
Wanita yang belum mengalami menopause antihipertensi dua obat, obat yang digunakan adalah
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan amlodipin dan captopril, amlodipin dan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein hidroklorotiazid, serta captopril dan
(HDL). Kadar HDL yang tinggi merupakan faktor hidroklorotiazid. Penggunaan terbanyak yang
pelindung dalam mencegah terjadinya proses terdapat pada antihipertensi dua obat yaitu
aterosklerosis. Efek perlindungan esterogen amlodipin dan hidroklorotiazid (26,7%). Hal ini
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita tidak sama dengan penelitian dari Norman (2012)
pada usia premenopause. Pada premenopause dan Saepudin, dkk (2013) yang memperleh hasil
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit bahwa penggunaan obat antihipertensi yang paling
hormon esterogen yang selama ini melindungi banyak digunakan baik secara tunggal maupun
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus antihipertensi dua obat adalah hidroklorotiazid.
berlanjut di mana hormon esterogen tersebut Perbedaan yang terjadi pada penggunaan
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita obat pasien hipertensi dapat disebabkan oleh
secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada kondisi patofisiologi panyakit pada setiap pasien
wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005 dalam yang berbeda pula. Sehingga pengobatan bertujuan
Anggraini, dkk., 2009). untuk mengatasi masalah kesehatan lain selain
3. Pekerjaan hipertensi dan untuk menunjang pengobatan
Berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa hipertensi. Penggunaan obat antihipertensi lebih
tingkat hipertensi lebih tinggi terjadi pada ibu rumah

271 Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 1 Tahun 2015


Aulia Kurniapuri, Woro Supadmi

Tabel IV. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pasien Hipertensi Berdasarkan Kuesioner MMAS-8

Jumlah dan Persentase Pasien Berdasarkan Kepatuhan


Perlakuan
Rendah Sedang Tinggi
4 5 14
Dengan PIO
8,9% 11,1% 31,1%
11 5 6
Tanpa PIO
24,4% 11,1% 13,3%

Tabel V. Pengaruh Pemberian Informasi Obat terhadap Kepatuhan

Jumlah dan Persentase Pasien Berdasarkan Kepatuhan


Perlakuan P Value
Rendah Sedang Tinggi
4 5 14
Dengan PIO
8,9% 11,1% 31,1%
11 5 6
Tanpa PIO 0,040
24,4% 11,1% 13,3%
15 10 20
Total
33,3% 22,2% 44,4%

dari dua obat dilakukan agar dapat meningkatkan PIO juga penting untuk meningkatkan keberhasilan
efek antihipertensi dan mengurangi efek samping. terapi hipertensi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
Distribusi Kepatuhan Pasien pemberian informasi obat sangat penting untuk
Pada penelitian ini penilaian tingkat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
kepatuhan pasien diperoleh berdasarkan hasil mengkonsumsi obat sehingga pada efek selanjutnya
pengisian kuesioner MMAS-8. Pasien dibagi dapat meningkatkan keberhasilan terapi dalam
menjadi dua kelompok yaitu tanpa pemberian pengobatan hipertensi.
informasi obat (PIO) dan dengan PIO. Tujuan
pengelompokan tersebut untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Informasi Obat
pengaruh PIO terhadap kepatuhan pasien dalam terhadap Kepatuhan
mengkonsumsi obat. Kuesioner MMAS-8 tersebut Pada penelitian ini diperoleh sampel
berisi 8 buah pertanyaan yang mengandung jawaban sebanyak 45 orang. Sampel tersebut merupakan
ya atau tidak dan total skor MMAS-8 adalah 8. sampel yang termasuk dalam populasi serta
Kepatuhan dikatakan tinggi jika skor MMAS-8 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian
diperoleh adalah 8. Jika skor MMAS-8 yang yang dilakukan di Puskesmas Umbulharjo I
diperoleh 6-8 maka termasuk kepatuhan sedang. Yogyakarta selama periode November 2014. Sampel
Jika skor MMAS-8 yang diperleh kurang dari 6 yang berjumlah 45 orang tersebut dibagi menjadi
maka termasuk kepatuhan rendah. dua kelompok yaitu kelompok dengan PIO
Berdasarkan hasil kuesioner MMAS-8, sebanyak 23 orang dan kelompok tanpa PIO
diperoleh bahwa persentase pasien patuh sebanyak 22 orang. Setelah pemberian informasi
berdasarkan tingkat kepatuhan dengan PIO adalah obat, tiga hari kemudian dilakukan kunjungan ke
kepatuhan rendah 8,9%, kepatuhan sedang 11,1%, rumah pasien untuk melakukan pengisian kuesioner
dan kepatuhan tinggi 31,1% serta pasien patuh MMAS-8 secara wawancara. Hasil pengisian
berdasarkan tingkat kepatuhan tanpa PIO adalah kuesioner MMAS-8 lalu dinilai sesuai dengan
kepatuhan rendah 24,4%, kepatuhan sedang 11,1%, petunjuk yang telah ditentukan. Data selanjutnya
dan kepatuhan tinggi 13,3%. Pasien tanpa PIO lebih direkapitulasi dan dianalisis statistik.
banyak memiliki tingkat kepatuhan rendah yaitu 11 Pengaruh pemberian informasi obat
orang (24,4%) dan pasien dengan PIO lebih banyak terhadap kepatuhan dianalisis dengan menggunakan
memiliki tingkat kepatuhan tinggi yaitu 14 orang uji chi square yang kemudian diperoleh nilai Asymp.sig
(31,1%). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian (2-sided). Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai
yang dilakukan oleh Putriani (2014) yang pada Pearson chi square adalah 0,040, nilai tersebut
memperoleh hasil bahwa pasien dengan PIO dan kurang dari α = 0,050 sehingga H0 ditolak dan H1
tanpa PIO lebih banyak memiliki tingkat kepatuhan diterima. Hasil uji tersebut diperoleh bahwa ada
tinggi yaitu 41,50% dan 26,41%. Menurut penelitian pengaruh signifikan antara pemberian informasi
tersebut, kepatuhan dapat terjadi karena adanya obat terhadap kepatuhan.
keinginan pasien untuk sembuh, akan tetapi peran Hal ini berbeda dengan penelitian yang
memperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan

Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 1 Tahun 2015 272


Pengaruh Pemberian Informasi Obat …

Tabel VI. Distribusi Frekuensi Pertanyaan MMAS-8

Pertanyaan
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8
16 2 9 1 0 21 7 20
<1
35,6% 4,4% 20% 2,2% 0% 46,7% 15,6% 44,4%
29 43 36 44 45 24 38 25
1
64,4% 95,6% 80% 97,8% 100% 53,3% 84,4% 55,6%

antara PIO terhadap tingkat kepatuhan pasien telah membaik sehingga jika tetap digunakan
hipertensi karena PIO dan tanpa PIO sama-sama muncul rasa khawatir tentang ketergantungan dalam
memiliki tingkat kepatuhan tinggi. Namun peran menkonsumsi obat dan terjadinya efek samping jika
PIO tetap dianggap penting untuk meningkatkan obat terus dikonsumsi walaupun kondisi tubuh
keberhasilan terapi hipertensi (Putriani, 2014). dirasakan telah membaik.
Pemberian Informasi Obat dapat
meningkatkan pengetahuan pasien dalam KESIMPULAN
penggunaan obat yang tepat dan memotivasi pasien Penggunaan obat antihipertensi di
untuk menggunakan obat sesuai dengan anjuran Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta terdiri dari
penggunaan yang telah diberikan sehingga dapat obat antihipertensi tunggal dan antihipertensi dua
meningkatkan kepatuhan pasien dan selanjutnya obat. Obat antihipertensi tunggal yang paling
dapat meningkatkan keberhasilan terapi hipertensi banyak diresepkan adalah amlodipin (51,1%) dan
yang sedang dilakukan yaitu mewujudkan tekanan antihipertensi dua obat yang paling banyak
darah yang stabil dan mencegah terjadinya penyakit digunakan adalah amlodipin dan hidroklorotiazid
komplikasi karena hipertensi. (26,7%). Persentase pasien patuh berdasarkan
tingkat kepatuhan dengan pemberian informasi obat
Faktor Ketidakpatuhan Berdasarkan adalah kepatuhan rendah 8,9%, kepatuhan sedang
Kuesioner MMAS-8 11,1%, dan kepatuhan tinggi 31,1% serta pasien
Kuesioner MMAS-8 terdiri dari 8 patuh berdasarkan tingkat kepatuhan tanpa
pertanyaan. Setiap pertanyaan terdiri dari jawaban ya pemberian informasi obat adalah kepatuhan rendah
dan tidak kecuali pada pertanyaan nomor 8. Pada 24,4%, kepatuhan sedang 11,1%, dan kepatuhan
pertanyaan nomor 1 sampai 7, jika jawaban ya maka
tinggi 13,3%. Berdasarkan analisis Chi Square pada
nilainya 0 dan jika jawaban tidak maka nilaianya 1. pemberian informasi obat terhadap kepatuhan
Pengecualian pada pertanyaan nomor 5, jika menghasilkan nilai Pearson Chi Square 0,040, nilai
jawaban ya maka nilainya 1 dan jika jawaban tidak tersebut lebih besar dari nilai α 0,050 sehingga
maka nilainya 0. Pada pertanyaan nomor 8, nilainya diperoleh bahwa pemberian informasi obat
secara berurutan adalah 1; 0,75; 0,5; 0,25; dan 0. antihipertensi dapat berpengaruh signifikan
Pasien dikatakan memiliki kepatuhan tinggi jika total terhadap kepatuhan pasien hipertensi di Puskesmas
nilai 8, kepatuhan sedang jika total nilai 6-8, dan Umbulharjo I Yogyakarta.
kepatuhan rendah jika total nilai kurang dari 6. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai 1 yang dari setiap
pertanyaan menjelaskan bahwa pasien tersebut DAFTAR PUSTAKA
patuh dalam mengkonsumsi obat, sedangkan nilai Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di
kurang dari 1 menunjukkan bahwa pasien tersebut Puskesmas, Jakarta, Direktorat Bina
tidak patuh dalam mengkonsumsi obat. Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen
Faktor ketidakpatuhan pasien dalam Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkonsumsi obat dapat dilihat berdasarkan hasil Departemen Kesehatan RI.
pengisian kuesioner MMAS-8. Berdasarkan hasil Anonim, 2012, Profil Puskesmas Umbulharjo I
penelitian diperoleh bahwa distribusi pertanyaan Yogyakarta Tahun 2012, Yogyakarta,
dengan nilai kurang dari 1 yang paling banyak secara Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta.
berurutan terdapat pada pertanyaan ke-1, ke-8, dan Dinas Kesehatan, 2013, Profil Kesehatan Daerah
ke-6. Istimewa Yogyakarta Tahun 2013,
Pada pertanyaan ke-1 dan ke-8, pasien tidak Yogyakarta, Dinas Kesehatan Daerah
patuh karena lupa dalam mengkonsumsi obat. Pada Istimewa Yogyakarta.
pertanyaan ke-6, pasien tidak patuh karena pasien Baradero, M., Vayrit, M. W., dan Yakobus, S., 2005,
merasa kondisi penyakit telah membaik sehingga Klien Gangguan Kardiovaskular : Seri Asuhan
pasien menghentikan pengobatannya. Berdasarkan Keperawatan, Hal. 49-52, Jakarta, Penerbit
hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh Buku Kedokteran EGC.
bahwa menurut pasien menghentikan penggunaan Davey, P., 2006, At a Glance Medicine, In: Rahmalia,
obat dilakukan karena merasa kondisi kesehatan Annisa dan Novianty, Cut., 138-139,
Jakarta, Erlangga.

273 Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 1 Tahun 2015


Aulia Kurniapuri, Woro Supadmi

Insani, W. N., Lestari, K., Abdulah, R., dan


Ghassani, S. K., Pengaruh Pelayanan
Informasi Obat terhadap Keberhasilan
Terapi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2,
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2013, 2(4) :
127-135.
Norman, K. F., 2012, Pengaruh Ceramah
Kesehatan terhadap Kepatuhan dan
Tekanan darah Pasien Hipertensi di
Puskesmas Kecamatan Beji Kota Depok
Tahun 2012, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi Farmasi Universitas
Indonesia Depok.
Putriani, K., 2014, Pengaruh Pemberian Informasi
Obat Terhadap Kepatuhan Pasien pada
Penggunaan Obat Anti Hipertensi di
Puskesmas Kotagede I Yogyakarta
Periode September 2013, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta
Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009, Prevalensi
Hipertensi dan Determinasinya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia,
59(12): 580-587.
Saepudin., Padmasari, S., Hidayati, P., dan Ningsih,
E.S., Kepatuhan Penggunaan Obat pada
Pasien Hipertensi di Puskesmas, Jurnal
Farmasi Indonesia, 2013 6(4) : 246-253
Sustrani, L., Alam, S., dan Hadibroto, I., 2006,
Hipertensi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka.

Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 1 Tahun 2015 274

Anda mungkin juga menyukai