Asbabun Nuzul
Kali DIBAGIKAN
1. Bila terjadi pada suatu peristiwa maka turunlah ayat Quran mengenai peristiwa itu hal seperti
ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, bahwa ketika turun ayat 214: Rasulullah
pergi naik ke bukit shafa lalu berseru.
2. Bila Rasulullah ditanya sesuatu hal maka turunlah ayat Quran menerangkan hukum
menerangkan hukumnya. Sebagaimana Khaulah binti Tsa’labah dikenakan Zihar oleh suaminya,
Aus bin Shamit.
Diantara ayat Al Quran yang diturunkan sebagai permulaan tanpa sebab mengenai akidah iman,
kewajiban islam, dan syariat Allah dalam kehidupan pribadi dan sosial. Al Ja’bari berkata :
“Quran diturunkan dalam dua katagori: turun tanpa sebab dan turun karena suatu peristiwa atau
pertanyaan”.
Definisi Asbabun Nuzul: Sesuatu hal yang karenanya Qur’an diturunkan pada kejadian itu, baik
berupa peristiwa ataupun pertanyaan.
1. Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan
umum dalam menghadapi segala peristiwa karena sayangnya kepada umat.
2. Mengkhususkan dan membatasi hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi bila
hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.
3. Apabila yang diturunkan itu lafazd umum dan terdapat dalil atas penghususannya maka
pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul itu membatasi penghususan hanya terhadap yang selain
bentuk sebab. (Baca : Bagaimana Al-Quran Diturunkan?)
4. Cara terbaik untuk memahami makna Al Qur’an dan mengungkap kesamaran yang
tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak ditafsiri tanpa mengetahui Asbabun Nuzul.
5. Dapat menerangkan tentang siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat tersebut tidak diterapkan
kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisian.
Lafadz umum menjadi pegangan, bukan sebab khusus.
Apabila ayat yang diturnkan sesuai dengan sebab secara umum, atau sesiau dengan sebab secara
khusus maka yang umum diterapkan pad akeumuman dan yang khusus pada ke khususannya.
Contoh : QS. Al Baqarah: 222, anas berkata:” Bila istri-istri orang Yahudi haid, mereka
keluarkan dari rumah, tidak diberi makan dan minum dan didalam rumah tidak boleh bersama.
Lalu Rasulullah ditanya tentang hal itu maka Allah menurunkan: mereka bertanya kepadamu
tentang haid.
Contoh kedua: Al Lail: 17-21, diturunkan mengenai Abu Bakar. Kata Atqa adalah dari ismun
tafdil artinya superlatif, maka bila tafdil itu disertai Al ‘Adiyah ( kata sandang yang
menunjukkan bahwa kata yang dimasuki itu telah diketahui maksudnya), sehingga ini
dikhususkan bagi orang yang karenanya ayat ini diturunkan. Kata sandang “Al” menunjukan
umum bila ia berfungsi sebagai kata sambung (maushul) atau ma’rifatkan kata jamak. Sedangkan
Al Atqa pada bukan kata ganti penghubung / kata jamak, melainkan tunggal. Sehingga menurut
Al Wahidi: Al Atqa adalah Abu Bakar menurut pendapat para ahli tafsir.
Abu Bakar memerdekan budak sebanyak 7: Bilal, Amir bin Fuhairah, Nahdiyah dan anak
perempuannya, Ummu ‘isa, dan budak perempuan Bani Mau’il.
Jika sebab itu khusus, sedangkan ayat yang diturunkan berbentuk umum maka para ahli usul
berselisis pendapat: antara yang dijadikan pegangan itu lafdz yang umum atau sebab yang
khusus?
1. Jumhur ulama ( pendapat yang paling shahih ) berpendapat bahwa yang menjadi pegangan
adalah adalah lafadz umum bukan sebab khusus. Misalnya ayat lian yang diturnkan kepada
mengenai tudukan Hilal bin Umayyah kepda Istrinya, yag harus mendatangkan bukti walaupun
terhadap istrinya sehingga datang Jibril dan menurunkan ayat An Nur: 6-9.
Hukum yang diambil dari lafadz umum ini ( dan orang orang yang menuduh istrinya) tidak
hanya mengenai peristiwa Hilal, tetapi diterapkan pula pada kasus serupa lainnya tanpa
memerlukan dalil lain.
2. Segolongan ulama berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab khusus alasannya
lafadz umum menunjukkan bentuk sebab yang khusus.
• Terkadang berupa pernyataan tegas mengenai sebab, jika perawi mengatakan: “Sebab Nuzul
ayat ini adalah begini”, mengunakan fa’ ta’qibiyah ( kira-kira “maka”. Yang menujukkan urutan
peristiwa yang dirangkai dengan kata “turunlah ayat”. Seperti sabda Rasulullah: “Rasulullah
ditanya tentang hal begini maka turunlah ayat ini “.سئل رسول هللا عن كذا قنزلت االية
Sumber: Diringkas oleh tim alislamu.com dari Manna’ Al-Qaththan, Mabaahits fie ‘Uluumil
Qur’aan, atau Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA (Pustaka
Al-Kautsar), hlm. 92 – 123.