Anda di halaman 1dari 10

1

A. Pendahuluan
I- Latar Belakang
Asbabul an-nuzul oleh W.M. Watt, senada Taufik Adnan Amal yang menjadi
penerjemah dari bukunya, mengatakan bahwa, sebab-sebab turunnya beberapa ayat
dalam Al-Qur’an, membantu penaggalan Al-Qur’an, akan tetapi jumlahnya sangat
sedikit dan umumnya bertalian dengan periode Madinah. Sangat sedikit riwayat yang
mengemukakan tentang wahyu periode Makkah, selain jumlahnya sedikit, secara
historis, data tersebut juga meragukan dan umumnya dikaitkan dengan peristiwa-
peristiwa yang tidak begitu penting dan tidak diketahui secara pasti waktu turunnya.
Semisal dengan pewahyuan yang berkenaan dengan seorang buta, bernama
Abdullah ibn Maktum, yang menemui nabi pada saat Nabi berbincang-bincang dengan
beberapa orang dari suku Quraisy dengan maksud membujuk orang-orang tersebut
masuk Islam. Selain kenyataan periwayatan yang sedikit dan waktu yang tidak jelas
kapan diturunkannya, Taufik Adnan Amal_masih senada dengan W.M. Wat
menambahkan beberapa hal; bahan-bahan yang tidak lengkap itu dan penentuan sebab-
sebab pewahyuan yang relatif sedikit, masih sangat rentan terhadap kritik, bahkan
hingga kritik sanad. Juga tentang inkonsistensi didalam bahan-bahan (periwayatan)
tersebut. Walaupun beberapa kritik ini dimaksudkan sebagai bagian dari usaha
penaggalan Al-Qur’an (kronologis Al-Qur’an), tetap saja berpengaruh pada sisi lain dari
Al-Qur’an itu sendiri.
Wacana ulum Al-Qur’an kemudian tambah ramai dengan adanya terobosan beda
dari sekolompok cendikia Islam kontemporer. Salah seorang diantaranya ialah Nasr
Hamid Abu zaid, mengemukakan tentang pentingnya pembacaan ulang terhadap Al-
Qur’an serta pentingnya rekonstruksi metodologi dalam memahaminya.
Nasr Hamid berangkat dari asumsi bahwa Al-Qur’an, adalah muatan teks atau
rekaman verbal atas tindakan komunikasi. Dengan demikian secara keseluruhan hingga
keunit yang paling kecil dalam Al-Qur’an bisa dikatakan sebagai teks, dengan mengacu
pada mengertian modern tersebut. Pembentukan Al-Qur’an sebagai teks adalah hasil dari
pergumulan dengan realitas selama kurang lebih dua puluh tahun. Realitas inilah yang
2

menjadi salah satu unsur pembentukan teks tersebut Hingga demikian ada benarnya
kalau dikatakan bahwa Al-Qur’an adalah sebuah produk budaya.
Dalam realitas kebudayaan, aneka teks sudah barang tentu berdialektika hingga
membentuk intertekstual. Ada banyak teks yang saling menyapa. Kaitan dengan teks-
teks yang ada dalam budaya inilah, Al-Qur’an memiliki dua pilihan yaitu persamaan dan
perbedaan. Melalui persamaan ini Al-Qur’an dipahami dalam persfektif teks-teks
tersebut. Dengan pilihan perbedaan terhadap teks-teks lain, Al-Qur’an menampakkan
dirinya sebagai sesuatu yang progresif. Dan dikatakan perbedaan ini menjadi kreativitas
teks Al-Qur’an terhadap budaya terkait.
Beberapa pertanyaan yang selanjutnya penulis sebut sebagai permasalahan akan
kita bahas tentu pertama kali dengan mengemukakan apa itu asbabun nuzul_akan
dikemukakan beberapa pengertian defenitif dari ulama yang mempunyai kaitan, disiplin
ulum Al-Qur’an dan urgensinya sebagai bahasan pokok.

II- Rumusan Masalah


1. Apa pengertian asbabun nuzul?
2. Apa urgensi dan faedah asbabun nuzul?

III- Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian asbabun nuzul
2. Untuk mengetahui urgensi dan faedah asbabun nuzul

B. Pembahasan
I- Pengertian Asbab An Nuzul
Ungkapan Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan
“nuzul”. Secara etimologi, Asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi
terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu
dapat disebut Asbab An-Nuzul, dalam pemakaiannya, ungkapan Asbab An-Nuzul
3

khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya


Al-qur’an, seperti halnya asbab al-wurud secara khusus digunakan bagi sebab-sebab
terjadinya hadis.
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, di antaranya:
1. Menurut Az-Zarqani:
“Asbab An-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan
turunnya ayat Al-qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa
itu terjadi.”1
2. Ash-Shabuni:
Asbab An-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu
atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut,
baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan
dengan urusan agama.”2
3. Shubhi Shalih:

‫ض ِمنَةً لَهُ ا َ او ُم ِج اي َبةً َع انهُ ا َ او ُم َبيِنَةً ِل ُح اك ِم ِه‬ َ ‫ت ااْلَ َيةُ ا َ ِو ااْلَيَاتُ ِب‬
َ َ ‫سبَ ِب ِه ُمت‬ ِ َ‫َما نَزَ ل‬
‫زَ َمنَ ُوقُ او ِع ِه‬
Artinya: Ashbab an-nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat Al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa,
sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika
peristiwa itu terjadi.”3
4. Mana’ Al-Qaththan:

.‫س َؤال‬ َ ‫آن بِشَأانِ ِه َو اق‬


ُ ‫ت ُوقُ او ِع ِه َك َحا ِدثَة أ َ او‬ ٌ ‫َما نَزَ َل قُ ار‬

______________
Muhammad ‘Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, Manahil Al-Irfan fi ‘Ulum Al-qur’an, (Beirut, t.t.,
1

Jilid 1) hal. 106


2
Muhammad. ‘Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi ‘Ulum Al-qur’an, (Maktabah Al-Ghazali,
Damaskus, 1390) hal. 22.
3
Subhi Ash-Shalih, Mabahits fi ‘Ulum Al-Quran, (Dar Al-Qalam li Al-Malayyin, Beirut, 1988)
hal. 132.
4

Artinya: ”Asbab An-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan


turunnya Al-Qur’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu
kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.”4
Kendatipun redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda, semuanya
menyimpulkan bahwa yang disebut Asbab An-Nuzul adalah kejadian atau peristiwa
yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Quran, dalam rangka menjawab, menjelaskan,
dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut. Asbab An-
Nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat dipakai untuk memberikan keterangan
terhadap turunnya ayat Al-Quran dan memberinya konteks dalam memahami perintah-
perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah ini hanya melingkupi peristiwa pada masa
Al-Quran masih turun (‘Ashr at-Tanzil).
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Quran itu sangat
beragam, di antaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi antara suku
Aus dan suku Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang
mengimami shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat,
sedang, atau yang akan terjadi.
Persoalan mengenai apakah seluruh ayat Al-Quran memilliki Asbab An-Nuzul
atau tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi di antara para ulama. Sebagaian
ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Quran memiliki Asbab An-Nuzul. Oleh
karena itu, ada ayat Al-Quran yang diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya
(ibtida’), dan sebagian lainya diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa
(ghair ibtida’).5
Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama. Akan tetapi, sebagian
berpendapat bahwa kesejarahan Arabia pra-Quran pada masa turunnya Al-Quran
merupakan latar belakang makro Al-Quran, sedangkan riwayat-riwayat Asbab An-Nuzul

______________
4
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum Al-Quran, (Mansyurat Al -‘Ashr Al-Hadis, ttp.,
1973) hal. 78.
5
Manna’ Al-Qaththan, … hlm. 78.
5

merupakan latar belakang mikronya.6 Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua
ayat Al-Quran memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.

II- Urgensi Mengetahui Asbab An Nuzul


Az zarqani dan As-suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang berpendapat
bahwa mengetahui asbab an nuzul adalah hal yang sia-sia dalam rangka memahami Al-
Qur’an, mereka beranggapan bahwa memahami Al Qur’an dengan meletakan pada
konteks historis adalah sama dengan membatasi pesan-pesanya pada ruang dan waktu
tertentu, namun keberatan seperti itu tidaklah berdasar karena tidak mungkin
menguniversalakan Al Qur’an diluar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui
pemahaman yang semestinya terhadap Al Qur’an dalam konteks kesejarahan.
Sementara itu, mayoritas ulama sepakat bahwa konteks kesejarahan yang
terakumulasi dalam riwayat-riwayat asbab an nuzul merupakan satu hal yang signifikan
untuk memahami pesan-pesan Al Qur’an, dalam satu statemnnya Ibn Taimiyah
mengatakan: “asbab an nuzul sangat menolong dalam mengintepretasi al qur’an.”
Ungkapan senada dikemukakan oleh Ibn Daqiq al ‘Ied dalam pernyataannya:
“Penjelasan terhadap asbab an nuzul merupakan metode yang kondusif untuk
menginterpretasikan makna-makna Al Qur’an.” Bahkan Al Wahidi menyatakan ketidak
mungkinan untuk mengiterpretasikan tanpa mempertimbangkan aspek kisah dan asbab
an nuzul. Urgensi pengetahuan akan asabab an nuzul dalam memahami Al Qur’an yang
diperlihatkan oleh ulama salaf ternyata mendapat dukungan dari ulama khalaf, menarik
untuk dikaji adalah pendapat dari Fazlur Rahman yang menggambarkan Al Qur’an
sebagai puncak dari sebuah gunung es, sembilan per sepuluh bagian terendam di bawah
perairan sejarah, Rahman menjelaskan bahwa sebagian ayat Al Qur’an sebenarnya
mensyaratkan perlunnya pemahaman-pemahaman terhadap situasi-situasi historis yang
khusus yang memperoleh solusi tanggapan dan komentar dari Al Qur’an, uraian Ar

______________
6
Taufiq Adna Amal dan Syamsul Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual Al-Quran, (Mizan ,
Bandung, 1989) hal. 50
6

Rahman tersebut secara eksplisist mengisyaratkan asbab an nuzul dalam memahami al


qur’an.
Dalam uraian yang lebih rinci az zarqany mengemukakan urgensi asbab an nuzul
dalam memahami al qur’an, sebagai berikut:
1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian daam menangkap
pesan ayat-ayat Al Qur’an diantaranya dalam surat Al Baqarah ayat 115 dinyatakan
bahwa timur dan barat mereupakan kepunyaan Allah s.w.t. dalam kasus shalat
dengan melihat zahir ayat diatas seseorang boleh menghadap kemana saja sesuai
kehendaknya ia seakan-akan tidak berkewajiban menghadap kiblat ketika shalat akan
tetapi ketika setelah melihat asab an nuzulnya tahapan bahwa inteepretasi ayat itu
keliru sebab ayat diatas berkaitan dengan seseorang yang sedang berada dalam
perjalanan dan melakukan shalat diatas kendaraan , atau berkaitan dengan seseorang
yang sedang berjihad dalam menentukan arah kiblat.”
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduuga mengandung pengertian umum. Umpamanya
dalam surat al ‘Anam ayat 145 dikatakan :

ٓ ‫طا ِع ٖم يَ ۡطعَ ُم ٓهۥُ إِ ا‬


‫ْل أَن يَ ُكونَ َم ۡيتَةً أ َ ۡو‬ َ ‫ي ُم َح ار ًما َعلَ ٰى‬‫ي إِلَ ا‬ ِ ُ ‫ْل أ َ ِجد ُ فِي َما ٓ أ‬
َ ‫وح‬ ٓ ‫قُل ا‬
‫س أَ ۡو فِ ۡسقًا أ ُ ِه ال ِلغ َۡي ِر ا‬
‫ٱّللِ بِ ِهۦ فَ َم ِن‬ ٌ ‫نز ٖير فَإِناهۥُ ِر ۡج‬ ِ ‫دَ ٗما ام ۡسفُو ًحا أ َ ۡو لَ ۡح َم ِخ‬
ٞ ُ‫اغ َو َْل َعا ٖد فَإ ِ ان َربا َك َغف‬ ُ ۡ
١٤٥ ‫يم‬ٞ ‫ور ار ِح‬ ٖ َ‫ٱضط ار غ َۡي َر ب‬
Artinya : Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena
Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama
selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S. Al An’am :145)

Menurut As Syaf’i pesan ini tidak bersifat umum(hasr) untuk mengatasi


kemungkinan keraguan dalam , memahami ayat diatas As Syafi’i menggunakan alat
7

bantu asbab an nuzul, menurutnya ayat ini diturunkan sehubungnan orang-orang kafir
yang tidak mau makan sesuatu, kecuali apa yang telah mereka halalkan sendiri karena
mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah ataupun sebaliknya merupakan
kebiasaan orang-orang kafir terutama orang-orang yahudi, maka turunlah ayat diatas.
Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam Al Qur’an bagi ulama yang
berpegang teguh pada pendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang
bersifat khusus (khusus as sabab) dan bukanlah lafadz yang bersifat umum (umum al
lafazh) dengan demikian ayat zihar pada permulaan ayat al mujadalah [85] yang
berkenaan dengan aus ibn samit yang menzahir istrinya (Khaulah binti Hakim ibn Ats
Tsa’labah) hanya berlaku bagi kedua orang tersebut, hukum zihar yang berlaku bagi
selain keduanya adalah qiyas.
Taufiq Adnan Amal Syamsul Rizal Panggabean menyatakan bahwa pemahaman
terhadap konteks kesejarahan pra Qur’an dan pada masa Al Qur’an menjajikan beberapa
manfaat praktis. Pertama : Pemahaman itu memudahkan bagi kita mengidentifikasikan
gejala-gejala moral dan sosial pada masyarakat arab pada masa itu, sikap Al Qur’an
terhadapnya dan cara Al Qur’an memodifikasi atau mentransformasi gejala itu hingga
sejalan dengan pandangan dunia Al Qur’an; kedua kesemuanya itu dapat dijadikan
pedoman bagi umat islam dalam mengidentifikasi dan menangani problem-problem
yang mereka hadapi; ketiga, pemahaman tentang konteks kesejarahan pra Qur’an dan
pada masa Al Qur’an dapat menghindarkan kita dari praktik-praktik pemaksaan pra
konsep dalam Islam.
Menurut Fazlur Rahman arti penting mempelajari Asbabun Nuzul
menggambarkan al-Qur’an sebagai puncak dari gunung es. Sembilan sepersepuluh dari
bagiannya terendam di bawah perairan sejarah, dan hanya sepersepuluhnya yang tapak
atau dapat dilihat7, dan telah kita ketahui bahwa konteks kesejarahan yang terakumulasi
dalam riwayat-riwayat Asbabun-Nuzul merupakan satu hal yang signifikan untuk

______________
7
Rasihon Anwar,ulum al Qur’an ,(Yogyakrta: Pustaka setia: 2008)hlm63
8

memahami pesan-pesan al-Qur’an, maka tidaklah mungkin al-qur’an dapat


diinterpretasikan tanpa mempertimbangkkan aspek kisah dan Asbabun-Nuzul.
Diantara urgensi yang telah disebutkan di atas bias disimpulkan bahwa urgensi
asbabun nuzul sebagai berikut:
a. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap
pesan ayat-ayat al-Qur’an, seperti pada surah Al Baqarah ayat 15, dinyatakan bahwa
timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus sholat, dengan melihat
dzohirnya ayat diatas, maka seakan-akan sesearang bebas menghadap kemana saja
sesuai kehendak hati mereka. Namun setelah melihat asbabun nuzul dari ayat
tersebut, tahapan interpretasi tersebut keliru. Sebab ayat diatas berkaitan tentang
seseorang yang sedang melakukan sholat dalam perjalanan diatas kendaraan, atau
berkaitan dengan orang yang berijtihad dalam menentukan arah kiblat.
b. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum. Seperti dalam
surat Al-An’am[6] ayat 145 dikatakan:
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena
Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain
Allah.”(QS. Al-an’am:145)
Menurut Asy-Syafi’I’ pesan ayat di atas tidak bersifat umum (hasr). Untuk
mengatasi kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat diatas, Asy-Syafi’i
menggunakan alat bantu Asbabunnuzul, menurutnya ayat ini diturunkan manganai
orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, keculi terhadap apa yang
mareka halalkan sendiri, mereka menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah dan
mengharamkan apa yang telah Allah halalkan maka turunlah ayat ini.
c. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-Qur’an,
d. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan al-Qu’an turun. Umpamanya ‘aisyah
pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang menunjuk Abd Rahman Ibn Abu
Bakar sebagai orang yang menyebabkan turunya ayat:”Dan orang yang mangatakan
9

kepada orang tuanya “cis, kumu berdua…”(Q.S. Al-Ahqaf: 17). Untuk meluruskan
persoalan, ’aisyah berkata kepada Marwan; Demi Allah bukan dia yang
menyebabkan ayat itu turun. Dan aku sanggup untuk menyebutkan siapa yang
sebenarnya.”
e. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan
wahyu wahyu ke dalam hati yang mendengarkannya. Sebab hubungan sebab-akibat
(musabbab), hukum, peristiwa dan pelaku,masa dan tempat merupakan satu jalinan
yang mengikat hati.8
Adapun faedah dari ilmu Asbabun Nuzul dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hukum.
2. Menentukan hukum (takhshish) dengan sebab menurut orang yang
berpendapat bahwa suatu ibarat itu dinyatakan berdasarkan khususnya sebab.
3. Menghindarkan prasangka yang mengatakan arti hashr dalam suatu ayat yang
zhahirnya hashr.
4. Mengetahui siapa orangnya yang menjadi kasus turunnya ayat serta
memberikan ketegasan bila terdapat keragu-raguan.
5. Dan lain-lain yang ada hubungannya dengan faedah ilmu Asbaun Nuzul.

C. Kesimpulan
Asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu dapat disebut
Asbab An-Nuzul, dalam pemakaiannya, ungkapan Asbab An-Nuzul khusus
dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatar belakangi turunnya Al-
Qur’an, seperti halnya asbab al-wurud secara khusus digunakan bagi sebab-sebab
terjadinya hadis.

______________
8
Rasihon Anwar,ulum al Qur’an ,(Yogyakrta: Pustaka setia: 2008) hal 63-65
10

a. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian dalam


menangkap pesan ayat-ayat al-Qur’an.
b. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
c. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-Qur’an,
d. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan al-Qu’an turun.
e. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan
wahyu wahyu ke dalam hati yang mendengarkannya.

Anda mungkin juga menyukai