Anda di halaman 1dari 10

BAB 4

PERATURAN PERKAWINAN PEGAWAI

Kompetensi Dasar
3.13 Memahami peraturan perkawinan pegawai
4.13 Melaksanakan pengelompokan peraturan perkawinan pegawai

Gambar Awal Bab 4

Sumber: Freepik.com
Apersepsi

Pada prinsipnya perkawinan adalah suatu akad, untuk menghalalkan hubungan serta
membatasi hak dan kewajiban, tolong menolong antara pria dengan wanita yang antara
keduanya bukan muhrim. Apabila di tinjau dari segi hukum, jelas bahwa pernikahan adalah
suatu akad yang suci dan luhur antara pria dengan wanita, yang menjadi sebab sahnya status
sebagai suami isteri dan dihalalkan hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga
sakinah, mawadah serta saling menyantuni antara keduanya. Dalam Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 telah diatur ketentuan tentang perkawinan yang berlaku bagi segenap warga negara
dan penduduk Indonesia, termasuk didalamnya adalah warga negara yang berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil wajib memberikan contoh yang baik kepada
bawahannya dan menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat, juga
dalam menyelenggarakan kehidupan berkeluarga. Perkawinan sering disebut juga dengan
pernikahan. Pernikahan dianggap oleh sebagian orang sebagai suatu yang sakral, karena
diharapkan hanya satu kali dalam seumur hidupnya, sehingga pernikahan sebagai janji suci
antara seorang laki-laki dan wanita untuk hidup bersama. Tentunya perkawinan yang kekal
menjadi dambaan semua keluarga, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya perceraian
dalam penyelenggaraan kehidupan berumah tangga. Oleh karenanya bagi PNS telah diatur
mengenai Ijin perkawinan dan perceraiannya. Apakah pengertian dari perkawinan pegawai?
Apa tujuan dari peraturan perkawinan pegawai? Mari kita temukan jawabannya dengan
mempelajari bab ini.

Gambar Apersepsi Bab 4

Sumber: freepik.com
A. Pengertian Perkawinan
Ketentuan perkawinan bagi seluruh warga negara dan penduduk Indonesia diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Di bawah ini pengertian perkawinan menurut
UU No. 1 Tahun 1974 dan para ahli, antara lain:
1. UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 1
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Dunvall dan Miller (2012)
Pernikahan adalah adanya suatu hubungan yang sah antara pria dan wanita dengan
melibatkan hubungan seksual yang saling melengkapi sehingga mampu mengetahui
tugas masing-masingnya.
3. Maya (2013)
Pernikahan adalah adanya suatu bentuk pola sosial yang disetujui oleh kedua belah
pihak (pria dan wanita) sehingga mampu membentuk keluarga yang sah dimana
agama dan legal dimata hukum.
4. Heriyanti (2002)
Pernikahan adalah adanya suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan atas dasar
kemauan kedua belah pihak sehingga menjadi ciri khas yang mengikat satu sama
lainnya.
5. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pernikahan adalah sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi
suami istri.
6. Kompilasi Hukum Islam Pasal 2
Perkawinan adalah akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakah ibadah.

Dari beberapa pengertian pernikahan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pernikahan
adalah ikatan batin antara laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dengan tujuan
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.

B. Perkawinan PNS
Dasar hukum perkawinan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) telah diatur dalam:

1. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1983 Gambar 4.1 Sosialisasi PP Nomor 45
JO Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun Tahun 1990, Plt Bupati ingatkan ASN
1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Kabupaten Malang.
Pegawai Negeri Sipil.
2. Surat Edaran Badan Administrasi Kepegawaian
Negara (SAKN) Nomor 08/SE/1983 dan Nomor Sumber: freepik.com
48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 JO
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian
Bagi Pegawai Negeri Sipil.

Pegawai Negeri Sipil yang hendak melangsungkan perkawinan wajib mengirimkan laporan
perkawinan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang secara hierarki. Laporan
perkawinan harus dikirimkan selambat – lambatnya 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal
perkawinan. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi PNS yang duda/janda yang melangsungkan
perkawinan lagi.

Laporan perkawinan dibuat rangkap 3 (tiga) dengan dilampiri :


1. Salinan sah Surat Nikah /Akte Perkawinan untuk tata naskah masing-masing instansi.
2. Pas foto isteri/suami ukuran 3×4 cm sebanyak 3 lembar

Bagi PNS yang tidak memberitahukan/melaporkan perkawinannya secara tertulis kepada


Pejabat yang berwenang dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah
perkawinan dilangsungkan, maka akan dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 bila :
1. Beristri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari Pejabat yang
berwenang.
2. Tidak melaporkan perkawinannya yang kedua/ketiga/keempat kepada Pejabat yang
berwenang dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu tahun setelah perkawinan
dilangsungkan.
3. PNS wanita tidak diizinkan menjadi isteri kedua/ketiga/keempat.

Larangan PNS tentang pernikahan adalah PNS dilarang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan yang sah. Yang dimaksud hidup bersama diluar perkawinan yang sah adalah
melakukan hubungan sebagai suami isteri dengan wanita yang bukan isterinya atau dengan pria
yang bukan suaminya yang seolah-olah merupakan suatu rumah tangga. Hal ini akan dikenakan
hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010.

PNS dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sebagai PNS, apabila :
1. Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat yang berwenang,
2. Beristeri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat yang
berwenang,
3. Menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari PNS,
4. Menjadi isteri kedua/ketika/keempat dari pria yang bukan PNS tanpa memperoleh izin
lebih dahulu dari Pejabat yang berwenang,
5. Melakukan hidup bersama dengan pria/wanita di luar ikatan perkawinan yang sah dan
setelah diperingatkan secara tertulis oleh Pejabat yang berwenang, tidak menghentikan
perbuatan hidup bersama itu.
.
Persyaratan PNS Pria berpoligami
PNS Pria dapat melakukan poligami, akan tetapi tidak demikian halnya dengan PNS wanita
yang tidak boleh berpoliandri serta tidak boleh menjadi salah satu istri pria yang berpoligami.
Namun, untuk seorang PNS Pria yang akan berpoligami, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu
sebagai berikut :
1. PNS yang akan beristri lebih dari seorang, wajib mendapat izin tertulis lebih dahulu
dari Pejabat yang berwenang,
2. Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin untuk beristri lebih dari seorang,
wajib memberikan pertimbangan kepada Pejabat yang berwenang,
3. Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin untuk beristri lebih dari seorang,
wajib menyampaikan kepada pejabat yang berwenang melalui saluran hirarki selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal ia menerima surat permintaan izin
tersebut,
4. Setiap pejabat yang berwenang harus mengambil keputusan selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan terhitung mulai tanggal ia menerima surat permintaan izin tersebut,
5. Izin untuk beristri lebih dari seorang hanya dapat diberikan oleh Pejabat yang
berwenang apabila memenuhi sekurang-kurangnya salah satu syarat alternatif dan
ketiga syarat kumulatif.

Syarat alternatif (salah satu harus terpenuhi) :


1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya, karena menderita sakit jasmani/rohani.
2. Isteri mendapat cacat badan/penyakit lain yang tidak dapat disembuhkan.
3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan setelah menikah sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun.

Syarat komulatif (semua harus terpenuhi) :


1. Ada persetujuan tertulis secara iklas dari isteri dan disahkan atasannya,
2. PNS pria mempunyai penghasilan yang cukup,
3. PNS pria berlaku adil terhadap isteri-isterinya dan anaknya.

C. PERCERAIAN PNS
Perceraian Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur dalam Peraturan Pemerintah 45 Tahun 1990
tentang izin perkawinan dan perceraian bagi PNS. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan
melakukan perceraian wajib mendapatkan izin tertulis atau surat keterangan dari pejabat
yang berwenang. Jika PNS berkedudukan sebagai penggugat, maka harus mendapatkan
izin tertulis dari pejabat yang berwenang, sedangkan jika PNS berkedudukan sebagai
tergugat, maka PNS tersebut cukup mendapatkan surat keterangan saja dari pejabat yang
berwenang.

Alasan-alasan PNS dapat melakukan perceraian, antara lain :


1. Salah satu pihak melakukan zina,
2. Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat atau penjudi yang sulit disembuhkan,
3. Salah satu pihak meninggalkan selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin dan tanpa
alasan yang jelas atau hal lain diluar kemampuan/kemauannya,
4. Salah satu pihak melakukan penganiyaan berat,
5. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau lebih,
6. Antara suami dan isteri terjadi perselisihan terus menerus dan tidak ada harapan untuk
rukun kembali.

Permintaan izin bercerai ditolak, apabila :


1. Bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianut,
2. Bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku,
3. Alasan perceraian yang diajukan bertentangan dengan akal sehat.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dijatuhi hukuman disiplin berat berdasarkan PP Nomor 53
Tahun 2010 bila :
1. Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin dari pejabat yang berwenang,
2. Menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari PNS,
3. Menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari pria yang bukan PNS tanpa izin terlebih dulu
dari pejabat yang berwenang,
4. Beristeri lebih dari 1 (satu) orang tanpa izin terlebih dulu dari pejabat yang berwenang,
5. Melakukan hidup bersama dengan pria/wanita di luar ikatan perkawinan yang sah dan
setelah diperingatkan secara tertulis oleh pejabat, tidak menghentikan perbuatan hidup
bersama tersebut.

EVALUASI
A. PILIHAN GANDA
Pilih salah satu jawaban di bawah ini yang paling tepat!
1. Peraturan/dasar hukum perkawinan bagi seluruh warga negara dan penduduk
Indonesia diatur dalam….
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
c. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990
d. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
e. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2014

2. Sedangkan dasar hukum perkawinan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah….
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
c. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990
d. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
e. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2014

3. Suatu bentuk pola sosial yang disetujui oleh kedua belah pihak (pria dan wanita)
sehingga mampu membentuk keluarga yang sah dimana agama dan legal dimata
hukum, merupakan definisi perkawinan menurut….
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia
b. Heriyanti
c. Dunvall
d. Miller
e. Maya

4. Pegawai Negeri Sipil yang akan melangsungkan perkawinan wajib mengirimkan


laporan perkawinan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang secara
hierarki. Laporan perkawinan harus dikirimkan selambat – lambatnya …
terhitung mulai tanggal perkawinan.
a. 1 (satu) bulan
b. 3 (tiga) bulan
c. 6 (enam) bulan
d. 1 (satu) tahun
e. 2 (dua) tahun

5. Jika seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) melanggar peraturan/dasar hukum


perkawinan bagi PNS, maka dapat dikenakan sanksi disiplin berdasarkan….
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
c. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990
d. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
e. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2014

6. Seorang PNS pria yang tidak melaporkan perkawinannya yang kedua/ketiga/keempat


kepada Pejabat yang berwenang dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu tahun
setelah perkawinan dilangsungkan akan dikenakan sanksi hukuman disiplin….
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
d. Dipecat
e. Dipenjara

7. Seorang PNS yang akan menikah harus melaporkan perkawinannya kepada pejabat
yang berwenang. Laporan perkawinan dibuat sebanyak rangkap….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

8. Laporan perkawinan dilampiri dengan….


a. KTP dan Kartu Keluarga
b. KTP dan Buku Nikah
c. Kartu Keluarga dan Pas Foto
d. Buku Nikah dan Pas Foto
e. KTP dan Pas Foto

9. Hal yang tidak boleh dilakukan oleh PNS wanita adalah….


a. Menjadi istri kedua/ketiga/keempat
b. Melakukan perkawinan yang kedua
c. Menggugat cerai suami/istrinya
d. Meminta izin untuk melakukan perkawinan
e. Meminta izin untuk melakukan perceraian

10. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi jika seorang pria PNS akan melakukan
poligami adalah….
a. Isteri memiliki penghasilan yang cukup
b. Isteri mendapat cacat badan/penyakit lain yang tidak dapat
disembuhkan
c. Isteri dapat menjalankan kewajibannya
d. Isteri memiliki keturunan banyak
e. Isteri mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau lebih

11. Syarat komulatif yang harus terpenuhi oleh PNS pria yang akan melakukan poligami
adalah….
a. Isteri dapat menjalankan kewajibannya
b. Isteri memiliki keturunan banyak
c. Isteri mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau lebih
d. Persetujuan tertulis secara iklas dari isteri dan disahkan atasannya
e. Melakukan KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga)

12. PNS yang melakukan hidup bersama diluar ikatan perkawinan yang sah akan dikenakan
sanksi berdasarkan….
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
c. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990
d. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
e. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2014
13. Yang bukan merupakan alasan-alasan PNS melakukan perceraian adalah….
a. Salah satu pihak melakukan zina
b. Salah satu pihak berkhianat
c. Salah satu pihak menjadi pemabok atau penjudi yang sulit disembuhkan
d. Salah satu pihak melakukan penganiyaan berat
e. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau lebih

14. Permintaan izin bercerai ditolak, apabila….


a. Sesuai dengan aturan hukum
b. Bertentangan dengan kebiasaan
c. Bertentangan dengan akal sehat
d. Sesuai dengan agama yang dianut
e. Bertentangan dengan kepercayaan masyarakat

15. Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan dijatuhi hukuman disiplin berat, kecuali….
a. Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin dari pejabat yang berwenang
b. Beristeri lebih dari 1 (satu) orang tanpa izin terlebih dulu dari pejabat yang
berwenang
c. Melakukan hidup bersama dengan pria/wanita di luar ikatan perkawinan yang
sah
d. Menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari pria yang bukan PNS tanpa izin
e. Beristri lebih dari seorang dan mendapat izin tertulis dari Pejabat yang
berwenang,

B. ESAI
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat, jelas dan tepat!
1. Jelaskan pengertian perkawinan menurut 3 (tiga) orang ahli!
2. Jelakan dasar hokum perkawinan PNS!
3. Jelaskan dokumen yang harus dilampirkan dalam pembuatan laporan
perkawinan!
4. Jelaskan 5 (lima) syarat seorang PNS Pria yang akan berpoligami!
5. Jelaskan pengertian syarat alternatif bagi pria PNS yang akan berpoligami dan
sebutkan ke-3 (tiga) syarat alternatif tersebut!
6. Jelaskan pengertian syarat komulatif bagi pria PNS yang akan berpoligami dan
sebutkan ke-3 (tiga) syarat komulatif tersebut!
7. Jelaskan 5 (lima) alasan PNS dapat melakukan perceraian!
8. Jelaskan 3 (tiga) alasan yang menyebabkan permintaan izin bercerai ditolak!
9. Jelaskan 2 (dua) larangan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) wanita yang
berhubungan dengan perkawinan dan perceraian!
10. Jelaskan 5 (lima) larangan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berhubungan
dengan perkawinan dan perceraian yang dapat dijatuhi hukuman disiplin berat
berdasarkan PP Nomor 53 Tahun 2010!
C. AKTIFITAS
1. Buatlah kelompok masing-masing 2 – 3 orang,
2. Carilah materi tentang :
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
b. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990
3. Inventarisir pelanggaran-pelanggaran tentang perkawinan yang terjadi di
sekitarmu (masyarakat),
4. Buatlah dalam bentuk laporan dan presentasikan di depan kelas,
5. Kumpulkan laporan tersebut kepada Bapak?Ibu gurumu.

Anda mungkin juga menyukai