Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

HUKUM BOYLE

NAMA : NENENG ALIF KARLINA

NIM : 14/362703/PA/15781

NO. GOLONGAN : 44A

PRODI : GEOFISIKA

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA FMIPA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2014

1
LAPORAN PRAKTIKUM HUKUM BOYLE

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Kehidupan sehari-hari, setiap makhluk hidup pasti membutuhkan udara baik
untuk bernafas maupun kegiatan lainnya. Udara adalah zat berbentuk gas. Gas merupakan
fase dimana jarak antarmolekul sangat jarang, selalu memenuhi ruang berdasarkan bentuk
dan volume tempatnya, serta dapat ditekan dan mengembang. Gas mempunyai tekanan,
volume, dan temperatur/suhu.
Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak menurut jalan-jalan lurus ke segala
arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul gas ini selalu bertumbukan
dengan molekul yang lain dengan dinding bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini
menyebabkan adanya tekanan. Volume dari molekul-molekul sangatlah kecil bila
dibandingkan dengan volume yang teramati oleh gas tersebut sehingga sebenarnya
banyak ruangan kosong antara molekul yang menyebabkan gas mempunyai rapat yang
kecil daripada zat cair maupun zat padat. Hal ini menyebabkan gas bersifat kompresibel.
Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan untuk massa tetap, tekanan
absolut dan volume suatu gas berbanding terbalik. Robert Boyle (penemu hukum Boyle)
melakukan eksperimen berdasarkan asumsi tentang gerakan dan elastis sempurna. Boyle
juga mempertimbangkan adanya partikel fluida di tengah air yang tidak terlihat. Saat itu,
masih ada anggapan bahwa udara merupakan salah satu dalam empat elemen.
Dengan hukum Boyle, dapat diketahui sifat-sifat suatu gas, yaitu :
 Gas terdistribusi merata dalam ruang
 Bersifat transparan
 Dalam ruang, gas memberikan tekanan ke dinding
 Terdifusi ke segala arah
Dari uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa tekanan sangat bergantung pada volume
benda atau dengan kata lain, kerapatan zat/udara (gas) juga turut berperan dalam
menetapkan tekanan. Dengan tekanan berbanding terbalik dengan volume.
Pada praktikum kali ini, praktikan akan mencari besar tekanan (atmosfer) dengan
menggunakan alat manometer. Serta menginterpretasikan dan menerapkannya ke dalam
grafik dengan metode ralat bendera dan regresi. Dengan ini, diharapkan praktikan dapat
mengerti dan memahami tentang hukum Boyle serta pengartiannya dalam grafik.

2
B. Tujuan
 Belajar menerapkan dan mengartikan (meng-interpretasi-kan) grafik
 Menentukan tekanan atmosfer

II. DASAR TEORI


Hukum Boyle dirumuskan oleh seorang kimiawan dan fisikawan asal Inggris yaitu
Robert Boyle. Hukum Boyle ini berhubungan dengan besaran-besaran seperti volume,
suhu dan tekanan. Robert Boyle menyatakan tentang sifat gas bahwa apabila massa gas
(jumlah mol) dan temperatur suatu gas dijaga konstan, sementara volume gas diubah
ternyata tekanan yang dikeluarkan gas juga berubah sedemikian sehingga perkalian antara
tekanan (P) dan volume (V) selalu mendekati konstan. Dengan demikian adalah suatu
kondisi bahwa gas tersebut gas sempurna (ideal). Hukum ini dikenal dengan hukum
Boyle dengan persamaan :

P1 . V1 = Konstan
……………. (2.1)

Atau

P1 . V1 = P2 . V2 = Konstan ……………. (2.2)

Keterangan :
P1 = Tekanan pada keadaan awal
V1 = Volume pada kedaan awal
P2 = Tekanan pada keadaan akhir
V2 = Volume pada keadaan akhir
Syarat berlakunya hukum Boyle adalah gas harus dalam keadaan ideal (gas
sempurna), yaitu gas yang terdiri dari satu atom atau lebih dan dianggap identik satu sama
lain. Setiap molekul tersebut bergerak secara acak, bebas dan merata serta memenuhi
persamaan gerak Newton. Yang dimaksud gas ideal dapat didefinisikan bahwa gas yang
perbandingannya PV/nT nya dapat didefinisikan sama dengan R pada setiap besar
tekanan. Dengan kata lain, gas sempurna pada tiap besar tekanan bertabiat sama seperti
gas sejati pada tekanan rendah. Dengan persamaan sebagai berikut :

𝑃 . 𝑉 = 𝑛 . 𝑅 .𝑇 ……………. (2.3)

Kekuatan volume dari kuantitas tetap udara naik, menetapkan udara dari suhu yang
telah diukur tekanan (P) harus turun secara proposional. Jika dikonversikan, menurukan
3
volume udara sama dengan meninggikan tekanan. Untuk menunjukkan hukum Boyle,
digunakan manometer yang berfungsi mengukur tekanan tolak (dengan catatan tabung
dikondisikan dalam keadaan rapat, tidak terjadi celah/kebocoran udara). Persamaannya
sebagai berikut :
𝑃 − 𝑃𝑜 = 𝜌 . 𝑔 . ℎ ……………. (2.4)

Keterangan :
P = Tekanan Tolak 𝑔 = Gravitasi
Po = Tekanan atmosfer ℎ = Perbedaan tinggi pada tabung
𝜌 = Massa jenis larutan

III. METODE EKSPERIMEN


A. Alat dan Bahan
1. Air raksa
2. Kran
3. Tabung karet/Tabung ‘U’ elastis
4. Statis
5. Penggaris
6. Corong

B. Skema Percobaan

Gambar 3.1 Skema persiapan alat dan bahan (kran dibuka sehingga air raksa
sejajar)

4
Gambar 3.2 Skema perubahan ketinggian air ketika kran ditutup

C. Tata Laksana Percobaan


1. Alat dan bahan disiapkan dan disusun sesuai skema (Gambar 2.1) dengan kran
terbuka sehingga tinggi air sejajar.
2. Jarak antara kran dan air raksa diukur dan dicatat sebagai ℓ𝑜 sepanjang 20 cm
3. Tabung kolom kiri (tertutup dengan kran) diubah posisinya sebesar 0.5 cm
sebanyak 10 data
4. Penurunan air raksa pada kolom kanan pada setiap kenaikan 0,5 cm diamati,
dan selisih tinggi raksa kolom kiri dengan kanan diukur dan dicatat sebagai h
5. Jarak kran dan kedudukan air raksa di kolom kiri di ukur dan dicatat sebagai L
6. Langkah 1-5 diulangi dengan posisi ℓ𝑜 sepanjang 25 cm

D. Analisa Data
𝑃 . 𝑉 = 𝑛 . 𝑅 .𝑇 ……………. (3.1)
𝑃. 𝑉 =𝐾 ……………. (3.2)

𝑃 = 𝑃𝑜 + 𝜌 . 𝑔 . ℎ ……………. (3.3)

𝑉 = 𝜋 r2 ℓ
……………. (3.4) } Subtitusi ke persamaan (3.2)
(𝑃𝑜 + 𝜌 . 𝑔 . ℎ) 𝜋 r2 ℓ = 𝐾

𝑃𝑜 𝜋 r2 ℓ + 𝜌 . 𝑔 . ℎ 𝜋 r2 ℓ = 𝐾
𝐾
𝜌 . 𝑔 . ℎ 𝜋 r2 = − 𝑃𝑜 𝜋 r2

5
𝐾 1 𝑃𝑜
ℎ= . −
𝜌𝑔𝜋 r2 ℓ 𝜌𝑔

y m x c
* 𝜌r = 𝜌raksa = 13.600 kg/m2
* 𝑃𝑜 = 𝑐. 𝜌r . 𝑔

𝛥𝑃𝑜 = 𝛥𝑐. 𝜌r . 𝑔
} 𝑃𝑜 = 𝑃𝑜 ± 𝛥𝑃𝑜 𝑔 = 9,8 𝑚/𝑠2
1 kg/ms2 = 10−5 bar

 Metode Grafik
m1
ℎ(10−3 ) 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐 ∆𝑦 ∆ℎ
m 𝑚1 = =
∆𝑥 ∆ 1
(m) m2 𝑚1 +𝑚2 𝑚1 −𝑚2

∆𝑦 ∆ℎ

} 𝑚= 2
, ∆𝑚 = | 2
|

}
𝑚2 = =
∆𝑥 ∆ 1
ℓ 𝑚 = 𝑚 ± 𝛥𝑚
1
(m-1)
0 c2 ℓ
c

c1

Gambar 1. Grafik hubungan.... (… vs …)

Gambar 1. Tabel…...
1
ℓ (10−2 )(𝑚) ℎ (10−3 )(𝑚) (𝑚−1 )

 Metode Regresi

1 2
Σ𝑥 2 (Σ𝑦)2 − 2 Σ𝑥 Σ𝑦 Σ𝑥𝑦 + 𝑁 (Σ𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ [Σ𝑦 . ]
𝑁−2 𝑁 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2

Σ𝑥 2 Σ𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑥𝑦 Σ𝑥 𝑐 = 𝑐 ± 𝛥𝑐
𝑐= , Δ𝑐 = 𝑆𝑦√
𝑁 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2 𝑁 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2

6
IV. HASIL EKSPERIMEN
A. Data
Percobaan 1 (ℓ𝑜=0,20 m variasi pengurangan panjang 0,005 m)
Gambar 4.1 Tabel percobaan 1 dengan 𝓵𝒐=0,20 m
𝟏
𝓵 (𝟏𝟎−𝟐 )(𝒎) 𝒉 (𝟏𝟎−𝟑 )(𝒎) (𝒎−𝟏)
𝓵

19,5 4 5,13
19 8 5,26
18,5 12 5,40
18 16 5,56
17,5 20 5,71
17 24 5,88
16,5 27 6,06
16 31 6,25
15,5 35 6,45
15 39 6,67

Percobaan 2 (ℓ𝑜=0,25 m variasi pengurangan panjang 0,005 m)


Gambar 4.2 Tabel percobaan 2 dengan 𝓵𝒐=0,25 m
𝟏
𝓵 (𝟏𝟎−𝟐 )(𝒎) 𝒉 (𝟏𝟎−𝟑 )(𝒎) (𝒎−𝟏)
𝓵

24,5 5 4,08
24 8 4,17
23,5 12 4,26
23 16 4,35
22,5 20 4,44
22 23 4,54
21,5 27 4,65
21 30 4,76
20,5 33 4,88
20 37 5,00

7
B. Grafik
a) Percobaan 1 (ℓ𝑜 = 0,20 𝑚 variasi pengurangan ketinggian 0,005 𝑚 )
1) Grafik metode grafik dengan ℓ𝑜 = 0,20 𝑚

Gambar 4.3 Grafik metode grafik hubungan antara jarak dan


𝟏
selisih tinggi kolom raksa (𝓵 𝒗𝒔 𝒉) pada 𝓵𝒐 = 0,20 m
8
2) Grafik metode regresi dengan ℓ𝑜 = 0,20 𝑚

9
Gambar 4.4 Grafik metode regresi linier hubungan antara
𝟏
jarak dan selisih tinggi kolom raksa (𝓵 𝒗𝒔 𝒉) pada 𝓵𝒐 = 0,20 m
b) Percobaan 2 (ℓ𝑜 = 0,25 𝑚 variasi pengurangan ketinggian 0,005 𝑚 )
1) Grafik metode grafik dengan ℓ𝑜 = 0,25 𝑚

Gambar 4.5 Grafik metode grafik hubungan antara jarak dan


𝟏
selisih tinggi kolom raksa (𝓵 𝒗𝒔 𝒉) pada 𝓵𝒐 = 0,25 m 10
2) Grafik metode regresi dengan ℓ𝑜 = 0,25 𝑚

11
Gambar 4.6 Grafik metode regresi linier hubungan antara
𝟏
jarak dan selisih tinggi kolom raksa (𝓵 𝒗𝒔 𝒉) pada 𝓵𝒐 = 0,25 m
C. Perhitungan
a) Percobaan 1 (ℓ𝑜 = 0,20 𝑚 variasi pengurangan ketinggian 0,005 𝑚 )
 Metode Grafik
∆𝑦 ∆ℎ ∆𝑦 ∆ℎ
𝑚1 = = 𝑚2 = =
∆𝑥 ∆ 1 ∆𝑥 ∆ 1
ℓ ℓ
33𝑥10−3 − 12𝑥10−3 39𝑥10−3 − 20𝑥10−3
= =
6,25 − 5,40 6,67 − 5,71

19𝑥10−3 19𝑥10−3
= =
0,85 0,96
= 0,022 = 0,020

𝑚1 − 𝑚2 m1 − m2
𝑚= ∆𝑚 = | |
2 2

0,022 + 0,020 0,022 − 0,020


= =| |
2 2

0,042 0,002
= =| |
2 2

= 0,021 = 0,001

∴ 𝑚 ± 𝛥𝑚 = (0,021 ± 0,001)

 Metode Regresi Linier


ℓ𝑜 = 0,20 𝑚 (dari grafik hanya didapat 7 data yang dilalui dan dekat dengan
garis. Jadi, N=7)
Gambar 4.7 Tabel metode regresi linier percobaan 1
No. x (m) y (10-3) (m) x2 (m2) y2 (10-6) (m2) xy (10-3) (m)
1. 5,40 12 29,16 144 64,80
2. 5,56 16 30,91 256 88,96
3. 5,71 20 32,60 400 114,20
4. 6,06 27 36,72 729 163,62
5. 6,25 31 39,06 961 193,75
6. 6,45 35 41,60 1225 225,75
7. 6,67 39 44,49 1521 260,13
𝚺 42,10 180 254,54 5236 1111,21

12
1 Σ𝑥 2 (Σ𝑦)2 − 2 Σ𝑥 Σ𝑦 Σ𝑥𝑦 + 𝑁 (Σ𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ [Σ𝑦 2 . ]
𝑁−2 𝑁 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2

1 254,54 . (3,24𝑥10−2 ) − 16,84 + 8,64


=√ [5236x10−6 . ]
7−2 1781,78 − 1772,41

1 8,25 − 16,84 + 8,64


= √ [5236x10−6 . ]
5 1781,78 − 1772,41

1 0,05
= √ [5236x10−6 . ]
5 9,37

1
= √ [2,79𝑥10−5 ]
5

= √5,59𝑥10−6

𝑆𝑦 = 2,36𝑥10−3

Σ𝑥 2 Σ𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑥𝑦
𝑐=
𝑁 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
254,54 . 180𝑥10−3 − 42,1 . 1111,21𝑥10−3
=
1781,78 − 1772,41
45,82 − 46,78
=
9,37
= −0,102 * 𝑃𝑜 = 𝑐. 𝜌r . 𝑔

= −0,102 . 13600 . 9,8


Σ𝑥
Δ𝑐 = 𝑆𝑦√
𝑁 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2 = −13594,56 𝑘𝑔⁄𝑚𝑠 2

= −0,136 𝑏𝑎𝑟
42,1
−3 √
= 2,36𝑥10
9,37 𝛥𝑃𝑜 = 𝛥𝑐. 𝜌r . 𝑔

= 0,005 . 13600 . 9,8


= 2,36𝑥10−3 √4,49
= 666,4 𝑘𝑔⁄𝑚𝑠 2
= 0,005
= 0,006 𝑏𝑎𝑟

∴ 𝑐 ± 𝛥𝑐 = (−0,102 ± 0,005) ∴ 𝑃𝑜 = 𝑃𝑜 ± 𝛥𝑃𝑜 = (−0,136 ± 0,006) 𝑏𝑎𝑟

13
b) Percobaan 2 (ℓ𝑜 = 0,25 𝑚 variasi pengurangan ketinggian 0,005 𝑚)
 Metode Grafik
∆𝑦 ∆ℎ ∆𝑦 ∆ℎ
𝑚1 = = 𝑚2 = =
∆𝑥 ∆ 1 ∆𝑥 ∆ 1
ℓ ℓ
37𝑥10−3 − 20𝑥10−3 33𝑥10−3 − 16𝑥10−3
= =
5,00 − 4,44 4,88 − 4,35
17𝑥10−3 17𝑥10−3
= =
0,56 0,53
= 0,030 = 0,032

𝑚1 − 𝑚2 m1 − m2
𝑚= ∆𝑚 = | |
2 2

0,030 + 0,032 0,030 − 0,032


= =| |
2 2

0,062 0,002
= =| |
2 2

= 0,031 = 0,001

∴ 𝑚 ± 𝛥𝑚 = (0,031 ± 0,001)

 Metode Regresi Linier


ℓ𝑜 = 0,25 𝑚 (dari grafik hanya didapat 7 data yang dilalui dan dekat dengan
garis. Jadi, N=7)
Gambar 4.8 Tabel metode regresi linier percobaan 2
No. x (m) y (10-3) (m) x2 (m2) y2 (10-6) (m2) xy (10-3) (m)
1. 4,35 16 18,92 256 69,60
2. 4,44 20 19,71 400 88,80
3. 4,54 23 20,61 529 104,42
4. 4,65 27 21,62 729 125,55
5. 4,76 30 22,66 900 142,80
6. 4,88 33 23,81 1089 161,04
7. 5,00 37 25,00 1369 285,00
𝚺 32,62 186 152,33 5272 877,21

14
1 Σ𝑥 2 (Σ𝑦)2 − 2 Σ𝑥 Σ𝑦 Σ𝑥𝑦 + 𝑁 (Σ𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ [Σ𝑦 2 . ]
𝑁−2 𝑁 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2

1 152,33 . (3,46𝑥10−2 ) − 10,64 + 5,39


=√ [5272x10−6 . ]
7−2 1066,31 − 1064,06

1 5,27 − 10,64 + 5,39


= √ [5272x10−6 . ]
5 1066,31 − 1064,06

1 0,02
= √ [5272x10−6 . ]
5 2,25

1
= √ [4,69𝑥10−5 ]
5

= √9,38𝑥10−6

𝑆𝑦 = 3,06𝑥10−3

Σ𝑥 2 Σ𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑥𝑦
𝑐=
𝑁 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
152,33 . 186𝑥10−3 − 32,62 . 877,21𝑥10−3
=
1066,31 − 1064,06
28,33 − 28,61
=
2,25
* 𝑃𝑜 = 𝑐. 𝜌r . 𝑔
= −0,120
= −0,120 . 13600 . 9,8
Σ𝑥
Δ𝑐 = 𝑆𝑦√ = −15993,6 𝑘𝑔⁄𝑚𝑠 2
𝑁 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
= −0,160 𝑏𝑎𝑟
32,62 𝛥𝑃𝑜 = 𝛥𝑐. 𝜌r . 𝑔
= 3,06𝑥10−3 √
2,25
= 0,012 . 13600 . 9,8
= 3,06𝑥10−3 √14,49
= 1599,36 𝑘𝑔⁄𝑚𝑠 2
= 0,012
= 0,016 𝑏𝑎𝑟

∴ 𝑐 ± 𝛥𝑐 = (−0,120 ± 0,012) ∴ 𝑃𝑜 = 𝑃𝑜 ± 𝛥𝑃𝑜 = (−0,160 ± 0,016) 𝑏𝑎𝑟

15
V. PEMBAHASAN
Hukum Boyle menyatakan bahwa volume suatu gas berbanding terbalik dengan
tekanan yang diberikan pada saat suhu konstan. Pada praktikum kali ini, praktikan akan
mencari tekanan atmosfer dan berusaha membuktikan hukum Boyle tersebut. Alat yang
digunakan adalah manometer berbentuk “U”. Pada praktikum, praktikan melakukan dua
kali percobaan dengan ℓ𝑜 = 0,20 𝑚 dan ℓ𝑜 = 0,25 𝑚. Setiap percobaan, dilakukan
variasi ℓ dengan penurunan air raksa sebesar 0,005 𝑚 sampai 10 data. Setelah itu data
diolah dan di artikan ke dalam 2 bentuk grafik. Yaitu, metode grafik dan metode regresi
linier.
Dari metode grafik, dapat diamati bahwa pada percobaan 1 dn 2 c berbanding lurus
1
dengan . Berdasarkan metode grafik didapatkan:

a) Percobaan 1, ℓ𝑜 = 0,20 𝑚

𝑚 ± 𝛥𝑚 = (0,021 ± 0,001)

b) Percobaan 2, ℓ𝑜 = 0,25 𝑚

𝑚 ± 𝛥𝑚 = (0,031 ± 0,001)

Kelebihan penggunaan metode grafik adalah perhitungan yang sederhana. Namun,


metode grafik ini memiliki tingkat ketelitian yang rendah.
Metode kedua yang digunakan adalah metode regresi linier. Dengan metode ini
didapatkan nilai 𝑐, 𝛥𝑐, 𝑃𝑜, dan 𝛥𝑃𝑜 sebagai berikut :
a) Percobaan 1, ℓ𝑜 = 0,20 𝑚

𝑐 ± 𝛥𝑐 = (−0,102 ± 0,005)
𝑃𝑜 ± 𝛥𝑃𝑜 = (−0,136 ± 0,006) 𝑏𝑎𝑟

b) Percobaan 2, ℓ𝑜 = 0,25 𝑚

𝑐 ± 𝛥𝑐 = (−0,120 ± 0,012)

𝑃𝑜 ± 𝛥𝑃𝑜 = (−0,160 ± 0,016) 𝑏𝑎𝑟

Namun, terdapat ketidakcocokan antara nilai c hasil perhitungan metode regresi


linier dengan metode grafik. Pada metode grafik percobaan 1, didapat nilai c sebesar
1, sedangkan dalam perhitungan dihasilkan 𝑐 = −0,102. Dalam percobaan 2 pun juga

16
terjadi perbedaan dimana nila c pada metode grafik adalah -2 dan pada perhitungan
adalah 𝑐 = −0,120. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan ketidaktelitian praktikan
dalam menghitung ataupun dalam melaksanakan praktikum. Misalnya, ketidaktelitian
dalam membaca nila ℓ dan ℎ.
Untuk nilai 𝑃𝑜, dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa nilai 𝑃𝑜
1 𝑃𝑜
berbanding terbalik dengan karena 𝑐 = .
ℓ 𝜌𝑔

Sedangkan pada grafik yang telah digambar, dihasilkan grafik dengan kemiringan
garis yang linier. Grafik menunjukkan perbedaan ketinggian air raksa (ℎ) berbanding
1 1
lurus dengan . Sehingga, dapat disimpulkan bahwa teori 𝑃 = 𝑉 adalah benar.

Berkaitan dengan rumus 𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 dimana P berbanding lurus dengan
nilai ℎ (𝑃𝑜 + 𝜌𝑔ℎ) sedangkan V berbanding lurus dengan ℓ (𝑉 = 𝜋𝑟 2 ℓ). Jika
tekanan (P) dikombinasikan dengan volume (V), maka akan didapat rumus :
𝑐
𝑃𝑜 + 𝑐𝑔ℎ = 2
𝜋𝑟 ℓ
1
Dari rumus tersebut terlihat bahwa ℎ berbanding lurus dengan yang

menandakan bahwa kemiringan grafik linier adalah benar.
Akan tetapi, jika c pada perhitungan dan grafik berbeda nilai, maka dapat disimpulkan
bahwa nilai 𝑃 pada perhitungan dan grafik juga berbeda. Hal ini sudah dijelaskan,
terdapat banyak faktor yang menyebabkan perbedaan nilai c, sehingga menyebabkan
perbedaan nilai tekanan atmosfernya.

VI. KESIMPULAN
1
1. Selisih ketinggian kolom raksa (h) berbanding lurus dengan

1
2. Tekanan atmosfer berbanding lurus dengan ℓ

3. Perbedaan nilai c pada perhitungan dan grafik menyebabkan nilai 𝑃 atau tekanan
atmosfernya berbeda pula
4. Hukum boyle terbukti karena P berbanding terbalik dengan V
5. Apabila volume diperbesar, maka ℓ juga semakin besar. Sehingga, V berbanding
1
terbalik dengan

17
6. Hasil percobaan hukum Boyle :
a) Percobaan 1, 𝓵𝒐 = 𝟎, 𝟐𝟎 𝒎

𝑚 ± 𝛥𝑚 = (0,021 ± 0,001)

𝑐 ± 𝛥𝑐 = (−0,102 ± 0,005)

Tekanan atmosfernya :
𝑃𝑜 ± 𝛥𝑃𝑜 = (−0,136 ± 0,006) 𝑏𝑎𝑟

b) Percobaan 2, 𝓵𝒐 = 𝟎, 𝟐𝟓 𝒎

𝑚 ± 𝛥𝑚 = (0,031 ± 0,001)

𝑐 ± 𝛥𝑐 = (−0,120 ± 0,012)

Tekanan atmosfernya :

𝑃𝑜 ± 𝛥𝑃𝑜 = (−0,160 ± 0,016) 𝑏𝑎𝑟

VII. DAFTAR PUSTAKA


 Halliday, Resnick.1985. Fisika. Jakarta : Erlangga.
 Staf Laboratorium Fisika Dasar. 2014. Panduan Praktikum Fisika Dasar I.
Yogyakarta : Laboratorium Fisika Dasar UGM.
 Bueche, Fredenck J. 1998. Seri Buku Schaum Teori dan Soal Fisika Edisi
Kedelapan. Bandung : Erlangga

Yogyakarta, 1 Desember 2014


Asisten, Praktikan,

(Limaran K) (Neneng Alif Karlina)

18
Lampiran

19

Anda mungkin juga menyukai