Anda di halaman 1dari 10

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN

KINERJA MENGAJAR GURU

Oleh:
Iis Yeti Suhayati
email : yes_iis@yahoo.co.id Tlp. 081221561968

Abstrak

Penelitian ini difokuskan pada pengaruh supervisi akademik kepala sekolah, budaya sekolah terhadap kinerja
mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Kinerja mengajar guru
merupakan prestasi yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan tiga indikator:
(1) penguasaan bahan ajar, (2) kemampuan mengelola pembelajaran dan (3) komitmen menjalankan tugas.
Kinerja mengajar guru mendapat pengawasan dan pembinaan oleh kepala sekolah (supervisi akademik)
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar bermutu sehingga akan
menjadi kekuatan kualitas budaya sekolah bermutu. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analitis
dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran angket tetutup. Data hasil
penelitian dilakukan dengan “statistik deskriptif”.Temuan hasil penelitian adalah kinerja mengajar guru lebih
banyak dipengaruhi oleh budaya sekolah dibandingkan dengan pengaruh supervisi akademik kepala
sekolah..Kinerja mengajar guru akan menjadi optimal apabila diintegrasikan dengan semua komponen
persekolahan, kepala sekolah, guru, karyawan maupun peserta didik. Memelihara tradisi, nilai-nilai, dan
kebiasaan yang menguatkan budaya sekolah positif, akan berdampak pada peningkatan kualitas sekolah.
Kinerja mengajar guru akan lebih profesional bila diimbangi dengan p ela yana n sup ervisi a kad emik
kepa la sekola h yang ru tin dan terstru ktu r sebagai budaya sekolah bermutu.

Kata kunci : Supervisi akademik kepala sekolah, budaya sekokah dan kinerja mengajar guru.
Abstract

This study focused on the influence of academic supervision principals, school culture on the performance of
teachers teaching in elementary schools in the District of Bandung Regency Cileunyi . Teacher's teaching
performance is a feat achieved by a teacher in his duties by three indicators : ( 1 ) mastery of teaching
materials. ( 2 ) the ability to manage learning and ( 3 ) a commitment to run the task. Teaching performance of
teachers receive supervision and guidance by the principal ( academic supervision ) with the aim to develop the
potential of learners through the learning process so that the quality will be the strength of the quality of grade
school culture . Descriptive research method using analytical methods with quantitative approache . Data
collection techniques with tetutup questionnaire. Research data conducted by “descriptive statistics“. Findings
of the study is the performance of teachers to teach more influenced by the culture of the school compared to the
influence of the principal academic supervision of teachers .. teaching performance will be optimized if
integrated with all components of schools, principal, teachers, employees and students . Maintaining the
traditions, values, and habits that reinforce a positive school culture, will have an impact on school
improvement. Teacher's teaching performance will be more professional when balanced with the principal
academic supervision services are routine and structured as a grade school culture .

Keywords : Academic supervision principals, school culture and teaching performance of teachers.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Berbagai upaya dapat ditempuh untuk
Masyarakat mempunyai harapan yang menciptakan produktivitas/kinerja yang baik, salah
berlebih terhadap guru. Keberhasilan atau satunya adalah dengan meningkatkan kualitas
kegagalan sekolah sering dialamatkan kepada guru. kerja. Usaha meningkatkan kualitas pendidikan
Justifikasi masyarakat tersebut dapat dimengerti merupakan sentral dari segala macam usaha
karena guru adalah sumber daya yang aktif, peningkatan mutu dan perubahan pendidikan
sedangkan sumber daya-sumber daya yang lain (Winarno Surakhman, 2004;5). Masalah kualitas
adalah pasif. Oleh karena itu, sebaik-baiknya mengajar yang dilakukan guru harus mendapat
kurikulum, fasilitas, sarana dan prasarana pem- pengawasan dan pembinaan yang terus menerus
belajaran, tetapi jika kualitas gurunya rendah maka dan berkelanjutan. Pengawasan dalam pendidikan
sulit untuk mendapatkan hasil pendidikan yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik
bermutu tinggi. melalui kegiatan belajar bermutu yang dilayani
guru. Pengawasan profesional kepada guru oleh

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 86


kepala sekolah bertujuan untuk meningkatkan madya mangun karso, Ing ngarso sung tulodo”.
kemampuan mengajar disebut supervisi akademik. Semboyan ini menjadi tradisi yang menjadi ciri
(Djam’an Satori; 2005). khas berperilaku di lingkungan Depdiknas. Di Jawa
Selanjutnya dikatakan bahwa kinerja Barat berlaku semboyan “silih asih, silih asah,
merupakan hasil dari nilai-nilai budaya organisasi silih asuh“ artinya kehidupan dalam pendidikan di
yang berarti pula bahwa kinerja juga merupakan Jawa Barat harus dilandasi kasih sayang untuk
manifestasi nilai-nilai budaya yang ada. Hasil kerja saling mencerdaskan.
dan karya yang bermutu unggul dapat terwujud jika Budaya sekolah inilah yang menumbuh
didukung oleh sumber daya manusia yang bermutu suburkan bagaimana mutu dan kinerja dilaksanakan
unggul pula. Kekuatan sumber daya manusia ini oleh para anggotanya. Bagaimana kebiasaan
akan berarti dengan adanya budaya sekolah. Nilai bekerja memperbaiki diri dirasakan sebagai bagian
inti dari budaya sekolah biasanya lebih berfalsafah dari kehidupannya. Budaya sekolah dalam
bahkan agak mirip dengan menekankan pada kaitannya dengan penciptaan kepuasan pihak yang
kualitas yang merupakan karakter dari suatu dilayani sangat penting, sebab setiap personil
sekolah. sekolah merasakan peningkatan diri dan
Budaya sekolah secara umum terbentuk atas memperbaiki diri bukan lagi paksaan yang datang
dasar Visi dan Misi seseorang yang dikembangkan dari supervisor sebagai suatu pembinaan,
sebagai adaptasi terhadap tuntutan lingkungan melainkan dirasakan sebagai suatu bagian integral
(masyarakat) baik internal maupun eksternal. dari keharusan dirinya memecahkan masalah kerja
Setiap sekolah harus menciptakan budaya demi kepuasan peserta didik.
sekolahnya sendiri sebagai identitas diri dan juga Supervisi yang baik akan tumbuh dan
sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Budaya berkembang subur dalam budaya sekolah yang
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak kondusif. Usaha peningkatan mutu pembelajaran
dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. tercipta karena kesadaran yang kuat dari para
Kerjasama yang terjalin antar anggota anggotanya di sekolah. Toleransi saling
memiliki unsur visi dan misi, sumber daya, dasar menghormati dan saling mendorong semangat
hukum struktur dan anatomi yang jelas dalam merupakan iklim kerja yang kontruktif produktif.
rangka mencapai tujuan tertentu merupakan Kultur sekolah dibangun oleh pola-pola
organisasi secara formal. Pentingnya membangun kerja yang dilakukan warganya setiap hari,
budaya sekolah terutama berkenaan dengan upaya kehidupan keseharian kemudian membentuk
pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan budaya sekolah yang kemudian dianut sebagai
peningkatan kinerja sekolah. suatu nilai yang menjadi tradisi sekolah. Tradisi
Budaya sekolah memberi gambaran yang dijalankan oleh sekolah secara berulang-
bagaimana seluruh civitas akademika bergaul, ulang, menjadi ritual kemudian muncul sebagai
bertindak, dan menyelesaikan masalah dalam kultur sekolah yang terus dipertahankan
segala urusan di lingkungan sekolahnya. Kebiasaan anggotanya secara turun temurun, dan akan
mengembangkan diri terutama bagaimana setiap menjadi kebanggaan seluruh penghuninya.
anggota kelompok di sekolah berusaha Sekolah sebagai tempat bersama dalam
memperbaiki diri dan meningkatkan mutu melakukan pengabdian kepada pemerintah dan
pekerjaannya, merupakan kultur yang hidup bangsa, oleh karena itu suasananya harus dipelihara
sebagai suatu tradisi yang tidak lagi dianggap bersama supaya menyenangkan. Dalam sekolah
sebagai suatu beban kerja. Begitu halnya dengan yang iklimnya kondusif secara personal terasa
supervisi dalam usaha meningkatkan mutu sebagai sutu keluarga besar. Segala sesuatu yang
pembelajaran, bila telah membudaya, guru yang menjadi permasalahan dibicarakan untuk dicari
melaksanakannya tidak lagi menganggap bahwa pemecahan bersama dengan sebaik-baiknya.
pembinaan bukan merupakan suatu paksaan yang Budaya kerja seperti ini dapat memberi
datang dari luar dirinya. Melainkan tradisi dorongan kepada setiap petugas untuk memiliki
akademik yang dijunjung tinggi karena berguna perasaan bahwa sekolah adalah “ rumah tinggal”
buat sekolah secara keseluruhan. yang harus dijaga nama baiknya, dipelihara
Budaya sekolah mengacu kepada suatu kondisinya dan ditingkatkan mutu kinerjanya sebab
sistem kehidupan bersama yang diyakini sebagai menyangkut kelangsungan hidup masa datang.
norma atau pola-pola tingkah laku yang dipatuhi Bila tidak akan mengancam kelangsungan hidup
bersama. Budaya menjadi pegangan bagaimana warga yang menghuninya. Budaya sekolah yang
setiap urusan di sekolah semestinya diselesaikan harus dipelihara supaya meningkatkan mutu
oleh para anggotanya. Budaya sekolah merupakan akademik.
variabel yang mempengaruhi bagaimana anggota Kehadiran supervisi digunakan untuk
kelompok bertindak dan berperilaku. Budaya memajukan pembelajaran melalui p ertumb uhan
menjadi pegangan berperilaku dari seluruh kema mp uan guru -gurun ya. Sup ervisi
anggotanya. Departemen Pendidikan Nasional mendorong guru menjadi lebih berdaya, dan situasi
sendiri bersemboyan Tutwuri Handayani, Ing mengajar belajar menjadi lebih baik, pengajaran

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 87


menjadi efektif, guru menjadi lebih puas dalam Tujuan Penelitian
melekasanakan pekerjaannya. Dengan demikian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi
sistem pendidikan dapat berfungsi sebagaimana masalah dan perumusan masalah penelitian yang
mestinya dalam usaha mencapai tujuan telah dikemukakan tersebut di atas, maka tujuan
pendidikan penelitian ini secara umum adalah untuk
Kegiatan mengembangkan diri terutama mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi
bagaimana setiap anggota kelompok di sekolah akademik kepala sekolah dan budaya sekolah
berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan mutu terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah
pekerjaannya merupakan kultur yang hidup sebagai Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung?
tradisi yang tidak dianggap sebagai suatu beban Adapun tujuan khusus dari penelitian ini
kerja. Begitu juga halnya dengan supervisi dalam dimaksudkan :
usaha meningkatkan mutu pembelajaran, bila telah a. Untuk memperoleh informasi mengenai
membudaya, guru yang melaksanakannya tidak pengaruh supervisi akademik kepala sekolah
lagi menganggap bahwa pembinaan, pengawasan terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah
dan supervisi, bukan merupakan suatu paksaan Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten
yang datang dari luar dirinya melainkan tradisi Bandung.
akademik yang dijunjung tinggi karena berguna b. Untuk memperoleh informasi mengenai
buat sekolah secara keseluruhan. pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja
Berdasarkan analisis permasalahan tersebut mengajar guru pada di Sekolah Dasar di
di atas, maka topik penelitian ini dirumuskan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung
kedalam judul “Pengaruh supervisi akademik dan c. Untuk memperoleh informasi tentang
budaya sekolah terhadap kinerja mengajar guru seberapa besar pengaruh supervisi akademik
pada Sekolah Dasar di lingkungan Dinas kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap
Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Cileunyi kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di
Kabupaten Bandung.” Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

Identifikasi dan Perumusan Masalah Manfaat Penelitian


Penelitian ini lebih difokuskan pada: Melalui penelitian ini, diharapkan berbagai
1. Bagaimana pengaruh supervisi akademik permasalahan seputar supervisi akademik kepala
kepala sekolah terhadap kinerja mengajar sekolah, budaya sekolah dan kinerja mengajar guru
guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan dapat diungkap sehingga dapat dimunculkan solusi
Cileunyi Kabupaten Bandung? yang efektif untuk peningkatan kinerja mengajar
2. Bagaimana pengaruh budaya Sekolah guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi
terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Kabupaten Bandung sehingga pada gilirannya
Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten penelitian ini mampu memberikan evaluasi
Bandung? komprehensif bagi perbaikan dan peningkatan
3. Bagaimana pengaruh supervisi akademik efektifitas layanan supervisi akademik kepala
kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap sekolah terhadap guru oleh kepala sekolah, dan
kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di penerapan budaya sekolah yang kondusif yang
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung? akan menumbuhsuburkan mutu kinerja mengajar
guru pada Sekolah Dasar di lingkungan Dinas
pendidikan Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung.
TINJAUAN TEORITIS
Kinerja Mengajar Guru pengertian kinerja sebagai hasil pelaksanaan suatu
Anwar Prabu Mangkunegara, (2004:67) pekerjaan. Pengertian tersebut memberikan pema-
mengungkapkan bahwa istilah kinerja berasal dari haman bahwa kinerja merupakan suatu perbuatan
kata job performance atau actual atau perilaku seseorang yang secara langsung
performance (prestasi kerja atau prestasi maupun tidak langsung dapat diamati oleh orang
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). lain. Mulyasa (2004:136) mendefinisikan kinerja
Artinya kinerja adalah hasil kerja secara kualitas sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan Dari beberapa pengertian kinerja tersebut,
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. dapat dinyatakan kinerja mengarah pada suatu
Samsudin (2006:159) memberikan pengertian proses dalam rangka pencapaian suatu hasil.
kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang Kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh
dapat dicapai seseorang dengan menggunakan seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau
kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang pekerjaannya selama periode tertentu sesuai standar
telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan
Sedangkan Nawawi (2005:234) memberikan tersebut.

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 88


Sedangkan pengertian guru dikatakan kurikulum yang berlaku. Agar guru dapat mengajar
sebagai pendidik, menurut UUSPN No. 20/2003 dengan baik, maka syarat pertama yang harus
Bab XI Pasal 39 Ayat 2) dinyatakan bahwa dimiliki adalah menguasai betul dengan cermat dan
pendidik (guru) merupakan tenaga profesional jelas apa-apa yang hendak diajarkan. Seorang guru
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan yang tidak menguasai bahan ajar, tidak mungkin
proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dapat mengajar dengan baik kepada para siswanya.
dan pelatihan. Menurut UU No. 14 tahun 2004 Oleh karena itu, penguasaan bahan ajar merupakan
tentang Guru dan Dosen, yang disebut guru adalah syarat essensial bagi guru.
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, Hal penting dalam pembelajaran setelah
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, guru menguasai bahan ajar adalah peran guru
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pembelajaran menjadi hal penting karena berkaitan
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. langsung dengan aktivitas belajar siswa. Upaya
Dengan demikian guru adalah seseorang guru untuk menguasai bahan ajar yang akan
yang profesional dan memiliki ilmu pengetahuan, diajarkan, merencanakan dan melaksanakan
serta mengajarkan ilmunya kepada orang lain, kegiatan pembelajaran dengan optimal dapat
sehingga orang tersebut mempunyai peningkatan terwujud jika dalam diri guru tersebut ada
dalam kualitas sumber daya manusianya. Maka dorongan dan tekad yang kuat (komitmen) untuk
kinerja mengajar guru berkaitan dengan tugas menjalankan tugasnya dengan baik. Untuk
perencanaan, pengelolalan pembelajaran dan mendapatkan proses dan hasil belajar siswa yang
penilaian hasil belajar siswa. Sebagai perencana, berkualitas tentu memerlukan kinerja guru yang
maka guru harus mampu mendesain pembelajaran maksimal. Agar guru dapat menunjukkan
yang sesuai dengan kondisi di lapangan, sebagai kinerjanya yang tinggi, paling tidak guru tersebut
pengelola maka guru harus mampu menciptakan harus memiliki penguasaan terhadap materi apa
iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa yang akan diajarkan dan bagaimana
dapat belajar dengan baik, dan sebagai evaluator mengajarkannya agar pembelajaran dapat
maka guru harus mampu melaksanakan penilaian berlangsung efektif dan efisien serta komitmen
proses dan hasil belajar siswa. (Sanjaya, 2005:13- untuk menjalankan tugas-tugas tersebut.
14). Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja
Lebih lanjut Brown dalam Sardiman (2000: mengajar guru adalah prestasi yang dicapai oleh
142) menjelaskan tugas dan peranan guru, antara seorang guru dalam melaksanakan tugasnya selama
lain: menguasai dan mengembangkan materi periode waktu tertentu yang diukur berdasarkan
pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pela- tiga indikator yaitu: penguasaan bahan ajar,
jaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kemampuan mengelola pembelajaran dan
kegiatan belajar siswa. komitmen menjalankan tugas. Oleh karena itu
Sedangkan pembelajaran merupakan wujud peranan guru selain mengarahkan peserta didiknya
dari kinerja guru, maka segala kegiatan juga mengarahkan dirinya untuk berkembang.
pembelajaran yang dilakukan guru harus menyatu, tugas guru adalah sebagai pendidik, pengajar,
menjiwai, dan menghayati tugas-tugas yang pemimpin dan pengganti orang tua. Sedangkan
relevan dengan tingkat kebutuhan, minat, bakat dan peranan guru adalah sebagai penghubung,
tingkat kemampuan peserta didik serta kemampuan moderator, fasilitator dan pembangun.
guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran
dengan penggunaan ragam teknologi pembelajaran Supervisi Akademik Kepala Sekolah
yang memadai. Pengertian pembelajaran menurut Satori (2004;2) mengingatkan bahwa
UUSPN tahun 2003 adalah suatu proses interaksi istilah supervisi akademik Kepala Sekplah
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar mengacu pada sistem sekolah yang memiliki
pada suatu lingkungan belajar. Maka Proses misi utama memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran merupakan suatu proses yang mutu akademik, karena istilah supervisi
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa akademik (“instructional supervision” atau
atas hubungan timbal balik yang berlangsung “educational supervision”) merupakan istilah
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang dimunculkan untuk me-reform atau
tertentu. mereorientasi aktifitas kepengawasan
Uraian teoretis di atas memberikan arahan pendidikan kita yang dianggap lebih peduli
bahwa tugas guru dalam pembelajaran menuntut pada penampilan fisik sekolah, pengelolaan
penguasaan bahan ajar yang akan diajarkan dan dana, dan administrasi kepagawaian guru,
penguasaan tentang bagaimana mengajarkan bahan bukan pada mutu proses dan hasil
ajar yang menjadi pilihan. Pemilihan bahan ajar pembelajaran.
dan strategi pembelajaran yang akan digunakan Dalam konteks profesi pendidikan,
dalam pembelajaran oleh guru tentunya disesuaikan khususnya profesi mengajar, mutu proses dan
dengan karakteristik siswa yang akan belajar dan hasil pembelajaran merupakan refleksi dari

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 89


kemampuan profesional guru (Satori;3). Yang dan hasil belajar dapat dilihat pada gambar
menjelaskan hubungan perilaku supervisi berikut (Satori;4):
akademik Kepala Sekolah , perilaku mengajar

Perilaku Supervisi Akademik Perilaku Perilaku


kepala Sekolahke Mengajar Belajar

Hasil Belajar
Gambar 1.
Hubungan Perilaku Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Perilaku Mengajar dan
Perilaku Belajar dan Hasil Belajar

Supervisi Akademik Kepala Sekolah Program supervisi akademik Kepala


adalah bagian dari supervisi pendidikan Sekolah berprinsip kepada proses pembinaan
(educational supervision) yang langsung guru yang menyediakan motivasi yang kaya bagi
berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran pertumbuhan kemampuan profesionalnya dalam
yang dilakukan oleh guru, sehingga ditujukan mengajar. Ia menjadi bagian integral dalam usaha
untuk meningkatkan mutu proses dan hasil peningkatan mutu sekolah, mendapat dukungan
pembelajaran.’ Supervisi Akademik Kepala semua pihak disertai dana dan fasilitasnya. Bukan
Sekolah adalah bantuan profesional kepada sebuah kegiatan suplemen atau tambahan. Program
guru, melalui siklus perencanaan yang supervisi akademik yang baik berisi kegiatan
sistematis, pengamatan yang cermat, dan untuk meningkatkan kemampuan profesional
umpan balik yang obyektif, sehingga dengan guru dalam hal (Djam'an Satori, 2004:31) :
cara itu guru dapat menggunakan balikan 1. Kemampuan menjabarkan kurikulum
tersebut untuk memperbaiki kinerja kedalam program catur wulan
mengajarnya” (Depdikbud, 2004;130). 2. Kemampuan menyusun perencanaan
Program supervisi akademik Kepala Sekolah mengajar atau satuan pelajaran
biasanya berisikan kegiatan yang akan 3. Kemampuan
dijalankan untuk memperbaiki kinerja mengajar melaksanakan kegiatan belajar mengajar
guru dalam meningkatkan situasi pembelajaran dengan baik
yang menjadi tanggung jawabnya. Di dalam 4. Kemampuan menilai proses dan hasil belajar
program supervisi akademik Kepala Sekolah 5. Kemampuan untuk
tertuang berbagai usaha dan tindakan yang perlu memberi umpan balik secara teratur dan
dijalankan supaya pembelajaran menjadi lebih terus menerus
baik, sehingga akselerasi belajar peserta didik 6. Kemampuan membuat
makin cepat dalam mengembangkan potensi dan menggunakan alat bantu mengajar
dirinya, karena guru lebih mampu mengajar. secara sederhana
Program supervisi akademik Kepala Sekolah 7. Kemampuan
menurut Djam'an Satori (2004:30), ..." dimak- menggunakan/memanfaatkan lingkungan
sudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan sebagai sumber dan media pengajaran
proses dan hasil belajar mengajar...supaya 8. Kemampuan
kegiatan pembinaan relevan dengan membimbing dan melayani murid yang
peningkatan kemampuan profesional guru.” mengalami kesulitan dalam belajar
Program supervisi akademik Kepala 9. Kemampuan mengatur
Sekolah harus realistik dan dapat dilaksanakan, waktu dan menggunakannya secara
sehingga benar-benar membantu efisien untuk menyelesaikan program-
mempertinggi kinerja mengajar guru. Program program belajar murid
supervisi akademik Kepala Sekolah yang baik 10. Kemampuan memberikan pelajaran
menurut Oteng Sutisna (2003: 39-40) mencakup dengan memperhatikan perbedaan
keseluruhan proses pembelajaran yang individual diantara para siswa
membangun lingkungan belajar mengajar yang 11. Kemampuan mengelola kegiatan belajar
kondusif, di dalamnya mencakup maksud dan mengajar ko dan ektra kurikuler serta
tujuan, pengembangan kurikulum, metode kegiatan-kegiatan lainnya yang
mengajar, e val u a si, p e n ge mb a n g a n berkaitan pembelajaran siswa.
p en g ala ma n b el aj ar mur id ya n g
direncanakan baik dalam intra maupun extra Budaya Sekolah
kurikuler.

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 90


Tidak jauh beda dengan organisasi, sekolah budaya sekolah positif, namun yang lebih penting
juga memiliki budaya tersendiri sebagai suatu jati dari sekedar artifek adalah budaya bagi perbaikan
diri yang dicitrakan sekolah tersebut. Hal yang kualitas sekolah secara terus menerus.
membedakan antara budaya organisasi dengan John Saphier dan Mattium King yang
budaya sekolah terdapat pada tujuan yang hendak dikutip oleh Dadang Suhardan (2006: 99)
dicapai oleh sekolah yaitu tujuan pendidikan. mengungkapkan bahwa karakteristik budaya
Mc.Brien dan R.S. Brandt (2004: 89), sekolah, diantaranya:
mendefinisikan budaya sekolah sebagai berikut: a. Kolegalitas merupakan iklim kesejawatan
“Definition of the school culture: the some of the yang menimbulkan rasa saling hormat
values, culture, safety practise, n organizational menghormati dan menghargai sesama profesi
Deal and Paterson (2004;4) mengungkapkan kependidikan.
tentang budaya sekolah sebagai berikut “ deep b. Eksperimen. Sekolah merupakan tempat yang
pattens of values, beliefs, and traditions that have cocok untuk melakukan percobaan-percobaan
formed over the course of (the school’s) history.” kearah menemukan pola kerja (seperti model
Over time, a school leader can in conjunciton with pembelajaran) yang lebih baik dan diharapkan
other values and beliefs, astablishing new ones, or menjadi milik sekolah.
modifying elements that need to be changed. c. High Expectation. Keleluasaan budaya
Budaya sekolah menggambarkan bahwa sekolah yang memberi harapan kepada setiap
sekolah sebagai organisasi memiliki budaya yang orang untuk memperoleh prestasi tertinggi
sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan yang pernah dicapainya.
dikembangkan oleh individu-individu yang bekerja d. Trust and Confidence. Kepercayaan dan
dalam suatu organisasi sekolah, dan diterima keyakinan yang kuat merupakan bagian
sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan terpenting dalam kehidupan suatu profesi.
diturunkan kepada setiap anggoota baru. Nilai-nilai Budaya sekolah yang kondusif akan
tersebut digunakn sebagai pedoman bagi setiap memberikan peluang bagi setiap orang supaya
anggota selama mereka berada dalam lingkungan percaya diri dan memiliki keyakinan terhadap
organisasi tersebut dan dapat dianggap sebagai ciri insentif yang akan diterima atas dasar
yang membedakan sebuah sekolah dengan sekolah gagasan-gagasan baru yang diberikannya
lainnya. untuk organisasi.
Budaya sekolah dipandang sebagai e. Tangible Support. Budaya sekolah
eksistensi suatu sekolah yang terbentuk dari hasil mendukung lahirnya perbaikan pembelajaran
saling mempengaruhi antara tiga faktor yaitu sikap serta mendorong terciptanya pengembangan
dan kepercayaan orang yang berada di sekolah dan profesi dan keahlian.
lingkungan luar sekolah, norma-norma budaya f. Reaching Out to the Knownledge base.
sekolah dan hubungan antar individu di dalam Sekolah merupakan tempat pengembangan
sekolah yang membentuk karakter sekolah. ilmu secara luas, objektif dan proporsional,
Suparlan (2009) dalam artikelnya yang berjudul pengkajian, pengembangan gagasan baru,
Membangun Budaya Sekolah [online] tersedia: penelitian, pengembangan konsep baru
http// www. Suparlan.com[16 januari 2009]: semuanya memerlukan pemahaman landasan
Budaya sekolah adalah konteks di belakang keilmuannya terlebih dahulu.
layar sekolah yang menunjukkan nilai-nilai, g. Appreaciation and Recognition. Budaya
norma-norma, tradisi-tradisi, ritual-ritual, sekolah memelihara penghargaaan dan
yang telah dibangun dalam waktu yang lama pengakuan atas prestasi guru sehingga
oleh semua warga dalam kerjasama di menjunjung tinggi harga diri guru.
sekolah. h. Caring. Celebration and Humor. Memberi
Manifestasi budaya sekolah yang perhatian, saling menghormati, memuji dan
diharapkan tumbuh adalah memberikan memberi penghargaan atas kebaikan seorang
karakteristik utama pada perlakuan sekolah guru di sekolah adalah perbuatan yang terpuji.
terhadap peserta didik agar peserta didik dapat Humor dan saling menggembirakan adalah
mencintai pelajaran sehingga mereka memiliki budaya pergaulan yang sehat.
dorongan instrinsik untuk terus belajar. Pada i. Involvement in Decision Making. Kultur
sekolah harus terjadi “ an atmosphere where sekolah yang melibatkan staf turut serta dalam
students learn to love learning for learning’s sake, pembuatan keputusan menjadikan masalah
specially insofar as it evolves into akademic menjadi transparan dan semua staf sekolah
achievement, is a chief charakteristik oh an dapat mengetahui masalah yang dihadapi dan
effective school”. bersama-sama memecahkannya.
Prinsip yang terpenting dari pemeliharaan j. Protection of What’s Important. Melindungi
budaya sekolah yang bersifat artifek adalah harus dan menjaga kerahasiaan pekerjaan
memelihara tradisi, upacar-upacara agama, dan merupakan budaya di sekolah. Budaya
lambang yang telah dinyatakan dan menguatkan sekolah yang baik akan mengetahui mana

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 91


yang harus dibicarakan dan apa yang harus l. Honest, Open Comunication. Kejujuran dan
dirahasiakan. keterbukaan dilingkungan sekolah dan
k. Tradisi. Memelihara tradisi yang sudah seharusnya terpelihara, karena sekolah
berjalan lama dan dianggap baik adalah merupakan lembaga pendidikan yang
budaya dalam lingkungan sekolah dan membentuk manusia yang jujur, cerdas dan
biasanya sukar untuk ditiadakan, seperti terbuka baik oleh pemikiran baru ataupun
tradisi wisuda, upacara bendera, penghargan oleh perbedaan pendapat.
atas jasa atau prestasi dan sebagainya.
METODE PENELITIAN
Hubungan kausal antara variabel Supervisi data penelitian (Indirantoro, 2002:11). Penelitian
Akademik Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, dan ini menggunakan pendekatan kuantitatif, oleh
Kinerja Mengajar Guru dikaji melalui tahapan karenanya peran statistik dalam pengolahan data
sebagai berikut: (1) pengembangan instrumen penelitian ini sangat penting.
penelitian untuk setiap variabel dilanjutkan dengan Terdapat dua macam jenis statistik, yaitu
ujicoba untuk menguji validitas dan reliabilitas statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik
instrumen yang digunakan untuk pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data penelitian; (2) pengumpulan data yang statistik deskriptif, dimana kegunaannya adalah
dilakukan dengan menyebarkan instrumen terhadap untuk menganalisis data dengan cara
sejumlah sampel yang telah ditetapkan; serta (3) mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
analisis data yaitu pengolahan data menggunakan telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
teknik statistik untuk menguji hipotesis penelitian bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
serta mengungkap makna yang terkandung dari untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,
hasil pengujian hipotesis tersebut. 2009:207).
Prosedur pengumpulan data adalah tahap- Statistik deskriptif dalam penelitian pada
tahap yang dilalui penulis dalam pengumpulan data dasarnya merupakan proses transformasi data
penelitian, prosedur pengumpulan data penelitian penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah
ini ditempuh dalam tiga tahap, yaitu : (1) Tahap dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi
Persiapan; (2) Uji Coba Alat Pengumpul Data; (3) menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan
Pengolahan data. Teknik pengolahan data atau data dalam bentuk tabel numerik dan grafik.
analisis data merupakan bagian dari proses Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan
pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai informasi mengenai karakteristik variabel
bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan penelitian. Ukuran-ukuran yang digunakan adalah
penelitian, oleh karenanya agar hasilnya mean atau rata-rata. Penggunaan statistik deskriptif
memberikan bukti yang meyakinkan, peneliti dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis
menggunakan teknik statistik untuk menganalisis secara deskriptif pula.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisa Skor Supervisi Akademik Kepala
Sekolah Total Analisa Skor Budaya Sekolah Total
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai rata- Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai
rata kinerja mengajar guru total adalah 48,6222 rata-rata budaya sekolah total adalah 65,444
dengan standard deviasi 15.55385. Nilai dengan standard deviasi 14.04628. Nilai
maksimum teoritis kinerja mengajar guru bagi maksimum teoritis budaya sekolah adalah 38 x 5 =
setiap responden adalah 34 x 5 = 170. Nilai 190. Nilai maksimum dari budaya sekolah pada
maksimum dari kinerja mengajar guru pada kenyataannya adalah 104. 54, atau sebesar 7368%
kenyataannya adalah 92 atau sebesar 54,12 % dari dari nilai maksimum teoritis.
nilai maksimum teoritis.
Analisa Regresi Hubungan antara Kinerja
Analisa Skor Supervisi Akademik Kepala Mengajar Guru dengan Supervisi Akademik
Sekolah Total Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai rata- Korelasi antara variabel kinerja mengajar
rata supervisi akademik kepala sekolah total adalah guru dan variabel supervisi akademik kepala
62,644 dengan standard deviasi 14.40826. nilai sekolah adalah sebesar 0.457. maka dapat
maksimum teoritis supervisi akademik kepala dikatakan korelasi antara variabel kinerja mengajar
sekolah adalah 30 x 5 = 150. Nilai maksimum dari guru dan supervisi akademik adalah cukup.
supervisi akademik kepala sekolah pada Korelasi antara Variabel Kinerja mengajar
kenyataannya adalah 88 atau sebesar 58,66% dari guru dan variabel budaya sekolah adalah sebesar
nilai maksimum teoritis. 0.724. Maka dapat dikatakan korelasi antara
variabel kinerja mengajar dan budaya sekolah
adalah tinggi.

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 92


Korelasi antara variabel supervisi akademik menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel
kepala sekolah dan variabel budaya sekolah adalah supervisi akademik kepala sekolah dan budaya
sebesar 0.514. Maka dapat dikatakan korelasi sekolah mempengaruhi variabel kinerja mengajar
antara variabel supervisi akademik dan budaya guru Nilai Koefisien regresi dapat dilihat pada
sekolah adalah cukup. tabel 4.16. Nilai t- statistik untuk variabel supervisi
Hipotesis yang menyatakan bahwa : akademik kepala sekolah adalah sebesar 3,015
Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari dengan alpa sebesar 0.004 (lebih kecil dari 5%)
variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1), mempunyai arti bahwasanya variabel tersebut
dan Budaya Sekolah (X2) terhadap variabel signifikan mempengaruhi variabel kinerja mengajar
Kinerja Mengajar Guru (Y), diperoleh hasil guru
temuan sebagai berikut: Kesimpulannya: Hipotesis penelitian yang
menyatakan “ Terdapat pengaruh positif dan
Pengaruh Supervisi Akademik Kepala sekolah signifikan dari variabel Supervisi Akademik Kepala
(X1) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) Sekolah (X1), terhadap variabel Kinerja Mengajar
Supervisi dalam bentuk pengawasan Guru (Y) “ diterima pengaruhnya sebesar 17,8%.
profesional merupakan pengawasan terhadap Pengaruh Budaya Sekolah (X2) terhadap
pelaksanaan kegiatan teknis edukatif di sekolah, Kinerja Mengajar Guru (Y)
bukan sekedar pengawasan terhadap fisik Budaya sekolah yang diterapkan oleh suatu
material. Supervisi Akademik Kepala Sekolah sekolah menuntut para anggotanya untuk
merupakan pengawasan terhadap kegiatan menyesuaikan diri terhadap budaya sekolah yang
akademik yang berupa proses belajar mengajar, merupakan ciri khas suatu sekolah. Setiap calon
pengawasan terhadap guru dalam mengajar, anggota yang akan masuk, diharuskan
pengawasan terhadap murid yang belajar dan menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di
pengawasan terhadap situasi yang sekolah. Pada saat itu pula berlaku sistem seleksi.
menyebabkannya. Aktivitasnya dilakukan dengan Hal ini bertujuan supaya calon anggota yang akan
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan masuk ke dalam sekolah merupakan orang yang
pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang menjadi tepat sesuai yang dibutuhkan sekolah tertentu.
penyebabnya, dan mengapa guru tidak berhasil Budaya sekolah yang dianut oleh Sekolah
melaksanakan tugasnya dengan baik. Berdasarkan Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan dan
hal tersebut kemudian diadakan tindak lanjut yang Kebudayaan Kecamatan Cileunyi Kabupaten
berupa perbaikan dalam bentuk pembinaan. Bandung ini merupakan sarana untuk
Pembinaan merupakan sebuah pelayanan terhadap meningkatkan kinerja mengajar guru dan para
guru dalam memperbaiki kinerjanya. Pembinaan pegawai lainnya. Meningkatnya kinerja mengajar
selain pelayanan terhadap guru, juga merupakan guru merupakan hasil internalisasi guru terhadap
usaha preventif untuk mencegah supaya guru nilai-nilai budaya sekolah sehingga memunculkan
tidak terulang kembali melalukan kesalahahan loyalitas serta komitmen yang tinggi kepada
serupa yang tidak perlu, menggugah sekolah yang pada akhirnya berdampak pada
kesadarannya supaya mempertinggi kecakapan dan peningkatan kinerja mengajar guru.
ketrampilan mengajarnya. Hasil penelitian menunjukkan adanya
Hasil uji hipotesis yang dikemukakan di korelasi antara variabel kinerja mengajar guru dan
atas menunjukkan bahwa sub variabel Supervisi variabel budaya sekolah adalah sebesar 0.725.
Akademik (X1) memberikan pengaruh positif maka dapat dikatakan korelasi antara variabel
terhadap sub variabel Kinerja Mengajar Guru (Y). kinerja mengajar guru dan supervisi akademik
dengan korelasi sebesar 0.453. besar pengaruh adalah tinggi. Regresi yang dihasilkan mempunyai
antar variabel dinyatakan oleh koefisien nilai R square sebesar 0.360, yang memberikan arti
determinasi (r2) yaitu sebesar 0,4222 = 0,1781 atau bahwasanya variabel kinerja mengajar guru
17,81%.. Regresi yang dihasilkan mempunyai nilai dipengaruhi oleh variabel supervisi akademik
R square sebesar 0.178, yang memberikan arti kepala sekolah sebesar 36%. ada nilai sebesar 64%
bahwasanya variabel kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dipengaruhi oleh variabel supervisi akademik didefinisikan dalam penelitian ini. Adapun
kepala sekolah sebesar 17,8%. ada nilai sebesar besarnya Standar error of the estimation adalah
82,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak sebesar 12.58712 mempunyai arti bahwasanya data
didefinisikan dalam penelitian ini. Adapun yang didapat dari penelitian ini cukup fit terhadap
besarnya Standar error of the estimation adalah regresi yang dihasilkan.
sebesar 14.11416 sudah cukup kecil yang mana \
mempunyai arti bahwasanya data yang didapat dari Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah
penelitian ini cukup fit terhadap regresi yang (X1) dan Budaya Sekolah (X2) terhadap
dihasilkan. Kinerja Mengajar Guru (Y)
Nilai F test dari regresi sebesar 9.088 Berdasarkan hasil perhitungan, ditemukan
dengan nilai Sig of F change sebesar 0.004 korelasi antara variabel supervisi akademik kepala

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 93


sekolah dan variabel budaya sekolah adalah sebesar variabel budaya sekolah mempengaruhi varibel
0.514. Maka dapat dikatakan korelasi antara Kinerja mengajar guru secara signifikan. Dengan
variabel supervisi akademik dan budaya sekolah demikian bentuk persamaan regresinya adalah :
adalah cukup. Kinerja mengajar guru = 5.338 + 0,029 supervisi
Regresi yang dihasilkan mempunyai nilai R akademik kepala sekolah + 0.628 budaya sekolah
square sebesar 0.356, yang memberikan arti Regresi ini mempunyai makna bahwasanya
bahwasanya variabel kinerja mengajar guru jika supervisi akademik kepala sekolah nilainya
dipengaruhi oleh variabel budaya sekolah dan naik satu satuan maka kinerja mengajar guru akan
variabel supervisi akademik kepala sekolah sebesar naik sebesar 0.029 satuan. dan jika nilai budaya
35,6%. ada nilai sebesar 64,4% dipengaruhi oleh sekolah naik satu satuan, maka nilai kinerja
variabel lain yang tidak didefinisikan dalam mengajar guru akan naik sebesar 0.628 satuan.
penelitian ini. Adapun besarnya Standar error of pada regresi ini kontribusi variabel budaya sekolah
the estimation adalah sebesar 12.64382 sudah kepada variabel kinerja mengajar guru lebih besar
cukup kecil yang mana mempunyai arti dibandingkan dengan variabel supervisi akademik
bahwasanya data yang didapat dari penelitian ini kepala sekolah.
cukup fit terhadap regresi yang dihasilkan. Variabel kinerja mengajar guru dipengaruhi
Nilai F test dari regresi sebesar 11.330 oleh variabel budaya sekolah dan variabel supervisi
dengan nilai Sig of F change sebesar 0.000 akademik kepala sekolah diterima sebesar 35,6 %.
menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel ada nilai sebesar 64,4% dipengaruhi oleh variabel
supervisi akademik kepala sekolah dan budaya lain yang tidak didefinisikan dalam penelitian ini.
sekolah mempengaruhi variabel kinerja mengajar Adapun besarnya Standar error of the estimation
guru adalah sebesar 15,045 sudah cukup kecil yang
Nilai Koefisien regresi dapat dilihat pada mana mempunyai arti bahwasanya data yang
tabel 4.11. Nilai t- statistik untuk variable supervisi didapat dari penelitian ini cukup fit terhadap regresi
akademik kepala sekolah adalah sebesar 0,161 yang dihasilkan. Nilai F test dari regresi sebesar
dengan alpa sebesar 0.873 (lebih kecil dari 5%), 8.148 dengan nilai Sig of F change sebesar 0.001
mempunyai arti bahwasanya variabel tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel
signifikan mempengaruhi variabel kinerja mengajar supervisi akademik kepala sekolah dan budaya
guru. Sedangkan untuk variabel budaya sekolah sekolah terbukti mempengaruhi variabel kinerja
mempunyai nilai t sebesar 0,557 pada alpha 0.581 mengajar guru.
(lebih kecil dari 5%), mempunyai arti bahwasanya

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Secara khusus kesimpulan hasil penelitian Saran
ini adalah: 1. Kep ala Seko lah seyo gyan ya
1. Supervisi akademik kepala sekolah me mb erikan pelayanan sup ervisi
memberikan pengaruh yang positif dan akad emik secara rutin dan terstruktur
signifikan dengan rata-rata angka questioner agar ma mp u mendorong para guru menjadi
berpengaruh cukup terhadap kinerja lebih berdaya, dan situasi mengajar belajar
mengajar guru. menjadi lebih baik, pengajaran menjadi
2. Budaya sekolah memberikan pengaruh yang efektif, guru menjadi lebih puas dalam
positif dan signifikan dengan rata-rata angka melakasanakan pekerjaannya.
questioner berpengaruh tinggi terhadap 2. Kepala Sekolah sebaiknya selalu memberikan
kinerja mengajar guru. walaupun bukan pemahaman terhadap semua komponen
merupakan satu-satunya faktor yang sekolah agar selalu memelihara tradisi, nilai-
berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru, nilai sekolah yang menjadi ciri khas sekolah
namun budaya sekolah merupakan faktor dan menguatkan budaya sekolah positif,
yang lebih besar mempengaruhi kinerja namun yang lebih penting adalah budaya bagi
mengajar guru dibandingkan dengan variabel perbaikan kualitas sekolah secara terus
supervisi akademik kepala sekolah. menerus
3. Supervisi akademik dan budaya sekolah 3. Kinerja mengajar guru akan lebih professional
memberikan pengaruh dengan kriteria cukup dan berkualitas dengan cara mengaplikasikan
terhadap kinerja mengajar guru; artinya masih peningkatkan pendekatan kepada siswa
ada banyak faktor lain yang berpengaruh ataupun meningkatkan pelatihan diri sebagai
terhadap kinerja mengajar guru dintaranya pendidik sehingga guru lebih termotivasi
adalah kompensasi, lingkungan kerja, sarana untuk bekerja sehingga keefektifan
dan prasarana, teknologi, tata nilai, derajat pembelajaran akan lebih baik lagi.
kesehatan, dan tingkat upah minimum.

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 94


DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Hadi. (2005). Aplikasi Statistik dan Riduwan, (2010 Metoda dan Teknik MenyusunTesis,
Metode Penelitian untuk Administrasi dan Bandung; Alfabeta
Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.
Siagian, S.P. (2004). Manajemen Sumber Daya
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian : Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi V).
Sallis, Edward. (2011). Total Quality Management in
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Education. Yogyakarta: Ircisod.
Isjoni. (2004). Kinerja Guru. Artikel online. Tersedia:
Simanjuntak, Payaman J. (2005). Manajemen dan
http//re-seachengines.com/15Juni12.html
Evaluasi Kinerja. Jakarta: Facultas Ekonomi
Komariah dan Triatna. (2006). Visionary Leadership Universitas Indonesia.
Menuju Sekolah Efektif. Jakarta:PT.Bumi
Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan
Aksara
Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar
Kuswandi, wawan. (2007). Strategi Kinerja Guru Maju.
SMPN 2 Cileunyi kabupaten Bandung.
Sobirin, A. (2009). Budaya Organisasi: Pengertian,
(online) tersedia:
Makna, dan Aplikasinya Dalam Kehidupan
www.duniaguru.com/index.php?=com.cont
Organisasi edisi kedua. Yogyaakarta: UPP
ent&task=view&id560&interiod=40 STIM YKPN
Mangkunegara, P.A. (2006) Evaluasi Kinerja SDM. Suhardan, Dadang. (2006). Supervisi Bantuan
Bandung. PT. Refika Aditama. Professional (Layanan Dalam Meningkatkan
Nurdin Muhamad. (2010). Kiat Menjadi Guru Mutu Pembelajaran). Bandung: Mutiara
Professional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Ilmu.
Ndraha, T. (2005). Teori Budaya Organisasi. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2008).
Bandung: Alfabeta. Pengelolaaan Pendidikan. Bandung:
Jurusan administrasi Pendidikan, Gedung
Pabundu Tika, M. (2006). Budaya Organisasi dan FIP LT.1 Jalan DR.SetiaBudhi no.229
Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta:
PT. Bumi Aksara. Wiriatmadja, Rochiati.. Metode Penelitian Tindakan
Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik dan Dosen.
Indonesia No.16 tahun 2007
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman
Riduwan, (2010) Metoda dan Teknik Menyusun Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI
Proposal Penelitian, Bandung; Alfabeta
Riduwan, (2010) Skala Pengukuran Variabel-
variabel Penelitian, Bandung; Alfabeta

Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013 95

Anda mungkin juga menyukai