Anda di halaman 1dari 8

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 399

Artikel Penelitian

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu


Penyakit Tidak Menular di Kota Solok
1 2 3
Yulia Primiyani , Masrul , Hardisman

Abstrak
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Peningkatan PTM juga
terjadi di Provinsi Sumatera Barat. Demikian juga halnya dengan Kota Solok. Salah satu kebijakan pengendalian PTM
saat ini adalah melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM berbasis masyarakat dengan melakukan deteksi dini,
pemantauan faktor risiko dan tindak lanjut secara promotif dan preventif. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
pelaksanaan program posbindu PTM di Kota Solok dengan menganalisis input (kebijakan, ketersediaan sumber daya
manusia, anggaran biaya, sarana dan prasarana, petunjuk teknis, peran serta kemitraan), process (perencanaan,
pelaksanaan, monitoring evaluasi) dan output (capaian indikator posbindu PTM). Penelitian studi kebijakan dengan
pendekatan kualitatif ini dilaksanakan pada bulan April-November 2018. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara mendalam, observasi, Focus Goup Discussion (FGD) dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kebijakan posbindu ditetapkan melalui SK Walikota Nomor 188 tahun 2018 namun belum tersosialisasikan
sampai pelaksana posbindu, SDM pelaksana posbindu masih belum mencukupi karena baru memiliki 3 orang kader,
anggaran biaya berasal dari APBD dan BOK, sarana dan prasarana masih belum memadai, petunjuk teknis telah ada
tapi belum dikuasai oleh kader dan kemitraan dengan lintas sektor juga belum terjalin. Pada perencanaan, posbindu
belum mempunyai Plan Of Action (POA) dan belum pernah dilakukan sosialisasi dan advokasi, pelaksanaan sudah
memakai sistem lima meja, monitoring dan evaluasi masih belum optimal, output posbindu PTM di Kota Solok masih
belum tercapai karena angka kunjungan masih rendah.
Kata kunci: pelaksanaan, pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, posbindu, deteksi dini

Abstract
Non-communicable diseases (PTM) are one of the leading causes of death in the world. Increased PTM also
occurs in West Sumatra Province. The same goes for the Solok City. One of the current PTM control policies is
through community-based integrated development post of non-communicable diseases (Posbindu PTM) by
conducting early detection, monitoring of risk factors and promotive and preventive follow-up. The objective of this
study was to analyze the implementation of the Posbindu PTM program in the Solok city by analyzing inputs (policies,
availability of human resources, budget, facilities and infrastructure, technical instructions, role participation), process
(planning, implementation, monitoring evaluation) and output (the achievement of the PTM posbindu indicator). This
policy study with a qualitative approach was conducted from April-until November in 2018. The technique of data
collection were done through in-depth interviews, observations, Focus Group Discussion (FGD) and document review.
The results showed that the posbindu policy was determined through Mayor's Decree Number 188 in 2018 but had not
been socialized until posbindu stakeolders, Posbindu implementing human resources were still inadequate because
they only had 3 cadres, the budget came from the APBD and BOK, facilities and infrastructure were still inadequate,
instructions the technical aspects have already existed but have not yet been mastered by cadres and cross-sector
partnerships have not yet been established. In planning, Posbindu has not had Plan Of Action (POA) and had never
been socialized and advocated, implementation had been using a five-table system, monitoring and evaluation is still
not optimal, posbindu PTM output in Solok City had not been achieved because the visit rate is still low.
Keywords: implementation, integrated development post of non-communicable diseases, posbindu, early detection

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 400

Affiliasi penulis: 1. Dinas Kesehatan Kota Solok, 2. Bagian Ilmu Gizi Salah satu program pemberdayaan masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang (FK Unand), 3.
dalam upaya pencegahan dan deteksi dini PTM
Prodi S2 Kesehatan Masyarakat FK Unand
Korespondensi: Masrul, Email:masrulmuchtar@yahoo.co.id. Hp: adalah Pos Pembinaan Terpadu (posbindu) Penyakit
081363152961 Tidak Menular (PTM). Posbindu PTM merupakan
salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
PENDAHULUAN Masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko
Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi PTM yang berada dibawah pembinaan puskesmas.
penyebab utama kematian di dunia. Dua dari sepuluh Posbindu PTM yang dibangun berdasarkan komitmen
penyebab utama kematian di dunia disebabkan oleh bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli
penyakit tidak menular seperti stroke dan penyakit terhadap ancaman PTM. Kegiatan deteksi dini dan
jantung bahkan menjadi penyebab teratas di negara pemantauan faktor risiko PTM Utama yang
1 dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik.
maju maupun negara berkembang. Ada 57 juta
kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
sebanyak 36 juta atau 63% disebabkan oleh PTM, merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan
terutama disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres,
(48%), diabetes melitus (3%), kanker (21%) dan hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta
penyakit pernafasan kronis (12%). Menurut perkiraan menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang
WHO, kematian akibat PTM akan meningkat 15% ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera
secara global (sebanyak 44 juta kematian) antara merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
tahun 2010 sampai tahun 2030. Wilayah yang akan Sasaran utama Posbindu PTM adalah kelompok
mengalami peningkatan paling besar sebesar lebih masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM
6
dari 20% terjadi di wilayah Afrika, Asia Tenggara dan berusia 15 tahun ke atas.
2 Kota Solok merupakan salah satu kota di
Mediterania Timur. Seluruh kematian akibat PTM
terjadi pada orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% Provinsi Sumatera Barat yang telah menjalankan
di negara berkembang, sedangkan di negara maju Posbindu PTM sejak tahun 2014. Berdasarkan data
3 yang diperoleh, distribusi Posbindu PTM yang
sebesar 13%.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat
tahun 2007 dan 2013 melaporkan bahwa prevalensi dalam wadah kelurahan hingga akhir tahun 2017 telah
PTM cenderung meningkat seperti hipertensi, diabetes dibentuk sebanyak 27 Posbindu PTM yang tersebar
7
melitus, stroke dan penyakit sendi. Fenomena ini pada 13 kelurahan yang ada di Kota Solok.
diprediksi akan terus berlanjut. Data Riskesdas tahun Hasil rekapitulasi laporan program Posbindu
2013 menunjukkan secara nasional prevalensi PTM Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2017,
hipertensi yang diperoleh melalui pengukuran sebesar menunjukkan bahwa jumlah total masyarakat yang
25,8%. Data Survei Indikator Kesehatan Nasional berkunjung untuk melakukan pemeriksaan faktor risiko
(Sirkesnas) tahun 2016, prevalensi hipertensi tekanan darah di Posbindu PTM dengan angka
mengalami peningkatan menjadi sebesar 30,9%. Ini cakupan Posbindu PTM sebesar 15,59% dan ini
berarti hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak menandakan bahwa indikator pemeriksaan faktor
terdiagnosis. Sebagian besar penderita hipertensi risiko tekanan darah masih berada dalam kategori
tidak menyadari menderita hipertensi. Hal yang sama merah yakni dibawah 50%. Penilaian proporsi
untuk prevalensi stroke juga meningkat dari 8,3 per pengukuran faktor risiko PTM seperti pengukuran
1000 pada tahun 2007 menjadi 12,1 per 1000 pada lingkar perut sebesar 46,1% termasuk kategori merah
tahun 2013. Begitu juga prevalensi diabetes melitus dan pengukuran IMT sebesar 41,9% yang juga berada
mengalami peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 dalam kategori merah. Berdasarkan data dari Dinas
4,5 Kependudukan dan Catatan Sipil, sebesar 64,2%
menjadi 2,1% pada tahun 2013.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 401

penduduk yang berumur 15-59 tahun seharusnya monitoring evaluasi dan aspek output meliputi
menjadi sasaran ke posbindu PTM. Walaupun pencapaian indikator pelaksanaan posbindu PTM
keberadaan Posbindu PTM telah ada di masing- sesuai dengan petunjuk teknis Kementerian
masing kelurahan, tetapi belum semua sasaran Kesehatan. Berbagai temuan dari hasil wawancara
melakukan pemeriksaan kesehatan melalui Posbindu mendalam, FGD, observasi dan telaah dokumen
7
PTM. dilakukan pengolahan sesuai dengan variabel
Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat penelitian. Hasil penelitian juga dipertajam sesuai
dikatakan bahwa pelaksanaan Posbindu PTM di Kota dengan hasil penelitian sejenis terdahulu.
Solok belum berjalan dengan optimal, oleh karena itu
perlu dilakukan analisis lebih mendalam dengan HASIL
menggunakan pendekatan sistem terhadap aspek Posbindu PTM yang dilaksanakan di Kota
input, process dan output dari pelaksanaan program Solok telah berjalan sejak tahun 2014. Posbindu PTM
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di merupakan kegiatan rutin pemeriksaan kesehatan
Kota Solok khususnya Posbindu PTM yang berbasis sebagai deteksi dini PTM yang dilaksanakan setiap
masyarakat. bulannya sebanyak satu kali oleh masing-masing
Posbindu sampai saat ini.
METODE Pelaksanaan posbindu PTM di Kota Solok
Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang didasari oleh kebijakan Kementerian Kesehatan yang
diadakan di Kota Solok dengan melibatkan instansi dituangkan dalam Permenkes tentang penyakit tidak
Dinas Kesehatan, Puskesmas, Posbindu dan menular. Sebagai tolok ukur untuk pelayanan
masyarakat di Kota Solok. Periode penelitian kesehatan dasar maka keluarlah Standar Pelayanan
dilaksanakan pada April sampai dengan November Minimal (SPM) mengenai PTM yang diatur dalam
2018. Teknik yang digunakan dalam penelitian yaitu Permenkes 43/2016 dan daerah harus mencapai
wawancara mendalam, Focus Group Discussion/FGD, indikator PTM yang terdapat di dalam SPM tersebut.
observasi dan telaah dokumen. Informan yang dipilih Walikota Solok telah mengeluarkan SK tentang
untuk wawancara ditetapkan secara langsung pelaksanaan Posbindu PTM di Kota Solok. Adanya SK
menggunakan prinsip kesesuaian dan kecukupan tersebut maka kegiatan program Posbindu PTM di
yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kota Solok, Kepala lapangan diharapkan akan berjalan dengan baik,
Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Solok, Pengelola begitu pula halnya dengan prosedur posbindu di
Program PTM Dinas Kesehatan Kota Solok, Kepala lapangan bahwa SOP tentang pelaksanaan posbindu
Puskesmas Nan Balimo dan KTK, Pemegang Program PTM di wilayah kerja juga telah disusun oleh
PTM Puskesmas Nan Balimo dan KTK, Kader Puskesmas.
Posbindu Gumanta Indah, Abadi, Kamboja dan Berdasarkan telaah dokumen di dinas
Sembiko Saiyo serta masyarakat yang memanfaatkan kesehatan maupun puskesmas, tidak ditemukan
Posbindu PTM yang berusia 15 tahun ke atas. adanya SPM bidang kesehatan untuk Kota Solok,
Observasi penelitian dilakukan dengan membuat hanya mengacu saja kepada Permenkes 43/2016.
catatan selama di lapangan dan foto kegiatan Ada terdapat SK Walikota Solok tentang tim supervisi
Posbindu PTM. Data sekunder penelitian didapatkan deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular dan
dari hasil kegiatan Posbindu PTM di Kota Solok dan kader posbindu beserta tugas dan tanggung jawab
serangkaian peraturan perundangan yangdibahas dari masing-masing tim.
sesuai dengan variabel penelitian. Variabel penelitian Dari segi ketersediaan sumber daya manusia
yang digali secara tematik yakni aspek input meliputi diperoleh informasi bahwa seluruhnya tenaga sumber
kebijakan, ketersediaan Sumber Daya Manusia daya manusia yang terlibat dalam posbindu telah
(SDM), anggaran biaya, sarana dan prasarana, dilatih baik itu pemegang program, petugas kesehatan
petunjuk teknis dan peran serta kemitraan, aspek maupun kader. Hal ini dikarenakan tingginya
process meliputi perencanaan, pelaksanaan dan komitmen dari pemerintah dalam menjalankan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 402

program Posbindu PTM di Kota Solok terkait dengan sosialisasi ke masyarakat, namun semua bentuk
pendanaan yang berasal dari APBD dan BOK untuk kerjasama tersebut tidak ada bukti perjanjian
mengadakan pelatihan bagi petugas dan kader kerjasamanya. Kemudian kemitraan dengan kelurahan
posbindu. Berdasarkan telaah dokumen dan observasi siaga aktif dan klinik swasta dalam rangka
pada dinas kesehatan dan puskesmas ditemukan pengembangan kegiatan juga belum ada dilakukan.
bukti kegiatan pengadaan pelatihan untuk kader, Padahal pihak ini nantinya diharapkan dapat
sertifikat pelatihan yang dimiliki oleh kader posbindu. berkontribusi pada keberlangsungan posbindu PTM.
Sedangkan hasil FGD dengan kelompok kader Sebelum melakukan pelaksanaan posbindu
posbindu diperoleh informasi berbeda bahwa masih terlebih dahulu dibuat perencanaan.Perencanaan
ada kader yang belum mendapatkan pelatihan yang telah dibuat oleh puskesmas disampaikan
posbindu PTM. kepada kader di Posbindu, dengan tujuan kader
Anggaran biaya untuk program PTM termasuk mengetahui kapan kegiatan posbindu berlangsung,
didalamnya posbindu PTM didanai melalui APBD siapa saja petugas puskesmas yang ikut dalam
maupun BOK puskesmas. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan posbindu, sehingga sebelum kegiatan
pengadaan alat kesehatan, pembelian reagensia posbindu dilaksanakan kader bisa mempersiapkan
laboratorium, pencatatan dan pelaporan, sosialisasi ke segala sesuatu yang diperlukan.Pelaksanaan telah
masyarakat, skrining bagi petugas, transport petugas berjalan sesuai juknis SOP yang ada. Pelaksanaan
ke posbindu, pelatihan dan pembinaan kader posbindu sistem 5 meja meliputi Isi form pendataan, ukur tinggi,
serta honor kader. timbang, pencatatan selanjutnya ke tim medis tensi,
Masalah sarana prasarana diperoleh informasi cek labor, konsultasi oleh kader/petugas. Kualitas
bahwa belum semua posbindu PTM yang berada di pelayanan pada umumnya sudah baik namun ada
wilayah kerja puskesmas mempunyai posbindu kit beberapa hal dirasakan masih kurang maksimal dalam
masing-masing posbindu PTM sehingga pelayanan dimana masyarakat masih merasa kurang
penggunaannya harus bergantian pada waktu puas karena petugas jarang datang, alat pemeriksaan
pelaksanaan. Posbindu kit berisikan alat pemeriksa tidak cukup dan sering rusak serta pelaksanaan
gula darah, kolesterol, asam urat, pengukur tinggi posbindu diadakan pada jam kerja Diharapkan
badan kemudian body fat analyzer. Alat-alat pada puskesmas agar memberikan peringatan kepada
umumnya bersifat digital sehingga perlu dilakukan petugas yang akan turun ke posbindu dan apabila
kalibrasi alat agar tidak terjadi permasalahan dalam berhalangan hadir agar melapor ke pengelola program
penghitungan hasil. Berdasarkan hasil FGD kelompok untuk dicari penggantinya. Kepada Dinas Kesehatan
kader diketahui bahwa hampir seluruh dari informan agar mengupayakan perbaikan sarana prasarana
memberikan informasi bahwa media KIE tidak ada di yang rusak melalui penganggaran perbaikan alat
posbindu seperti poster, leaflet, lembar balik untuk kemudian kepada puskesmas agar mengupayakan
konseling dan ada sebagian peralatan yang digunakan membuat kesepakatan jadwal anatara petugas dan
di posbindu mengalami kerusakan. kader mengenai jadwal dan tempat pelaksanaan
Buku petunjuk teknis yang digunakan sebagai sehingga diharapkan kunjungan ke posbindu akan
pedoman pelaksanaan posbindu PTM di lapangan meningkat. Pencatatan dan pelaporan yang belum
dikeluarkan oleh kementerian kesehatan direktorat lengkap oleh kader sehingga tidak bisa dievaluasi
penyakit tidak menular dan telah terdistribusi hasil dari kegiatan posbindu. Diharapkan untuk
seluruhnya dari dinas kesehatan ke puskesmas dan memberikan pembekalan kepada kader dalam hal
seterusnya ke penanggung jawab dan petugas pencatatan dan pelaporan. Monitoring evaluasi telah
pelaksana posbindu. dilakukan setiap 6 bulan sekali, namun panduan
Kemitraan telah dilakukan dengan pihak monev untuk posbindu PTM belum ada secara
puskesmas dalam hal ini dengan program gizi, labor, khusus terstrukur sehingga tidak bisa mengevaluasi
promkes, mata. Begitu juga dengan pihak lain seperti pelaksanaan secara keseluruhan, selama ini hanya
TOMA, PKK, kelompok dalam masyarakat dalam hal membahas masalah yang ditemukan saja.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 403

Hasil pelaksanaan posbindu PTM belum menyatakan lima orang kader untuk terlibat dalam
tercapai sesuai target kementerian kesehatan karena pelaksanaan posbindu. Hal ini mungkin disebabkan
dinilai cakupan kunjungan masyarakat yang rendah karena keterbatasan anggaran. Kader Posbindu PTM
disebabkan masih adanya keterbatasan dalam sarana masih ada yang merangkap sebagai kader Posyandu,
dan prasarana, kurangnya sosialisasi baik itu lintas namun begitu kader tidak merasa ada masalah
program maupun lintas sektor sehingga disarankan ataupun berkeberatan karena jadwal pelaksanaan
untuk meningkatkan cakupan kunjungan melalui dinas Posyandu dan Posbindu PTM berbeda. Saat ini
kesehatan agar pemerintah daerah mempunyai dengan jumlah tiga orang kader belum ditemukan
inovasi dalam memberikan pelayanan ke masyarakat. kendala dalam pelaksanaannya karena kader dapat
melakukan dua tugas sekaligus seperti pada tahapan
PEMBAHASAN pertama pendaftaran dan tahapan kedua wawancara

Kebijakan tentang pengendalian penyakit tidak dapat dilakukan satu orang. Kader yang berikutnya

menular ini tertuang di dalam Undang-Undang melakukan tugas menghitung analyzer bodyfat dan

Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kader yang lainnya bertugas menghitung lingkar perut

Kesehatan. Pada pasal 161 ayat 3 disebutkan bahwa serta tinggi badan.Untuk tahapan cek tekanan darah,

manajemen pelayanan kesehatan penyakit tidak laboratorium dan konseling masih dilakukan oleh

menular lebih dititikberatkan pada kegiatan deteksi petugas kesehatan.

dini. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Sicilia

(Permenkes) nomor 71 tahun 2015 tentang et al (2018) yang menyatakan bahwa posbindu PTM

penanggulangan PTM disebutkan bahwa deteksi dini yang ada di wilayah kerja Puskesmas Muara Bungo I

merupakan salah satu strategi kunci dimana deteksi dilaksanakan oleh lima orang kader di tiap posbindu,

dini faktor risiko PTM bisa dilaksanakan melalui Upaya melalui koordinasi yang baik dengan petugas

Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yaitu melalui kesehatan wilayah setempat serta dukungan tokoh
8
Posbindu PTM (pasal 20 ayat 2). masyarakat setempat. Hal serupa juga disampaikan

Penguatan pelaksanaan program Astuti et al (2016) bahwa posbindu PTM Al-Mubarok

penanggulangan penyakit tidak menular, Kementerian mempunyai dua kader Posbindu PTM yang aktif dari

Kesehatan telah menuangkan dalam Permenkes lima kader yang telah dibentuk dan ini berarti satu

Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan posbindu PTM setidaknya mempunyai 5 kader
9
Minimal (SPM). Dalam pelaksanaannya penguatan Posbindu.

program ini di tingkat Kota Solok belum ditetapkan Berdasarkan penelitian Saputra et al (2017)

oleh Walikota Solok (belum ada Perwako tentang SPM berdasarkan kuantitasnya, jumlah SDM yang

bidang kesehatan). Untuk itu perlu penguatan tentang dibutuhkan untuk memaksimalkan pelaksanaan SPM

SPM. Standar pelayanan minimal bidang kesehatan dibutuhkan 4-6 orang kader, dan kader tersebut

menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/ sebaiknya berasal dari masyarakat daerah itu sendiri,

Kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan minimal dan secara kualitas keberhasilan pelaksanaan

yang berhak diperoleh setiap warga. Dalam SPM, posbindu didukung oleh kader yang telah mendapat
10
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota wajib pelatihan . Hasil penelitian Fatmah et al (2012)

memberikan pelayanan kesehatan kepada usia menunjukkan bahwa pelatihan mampu meningkatkan
11
produktif 15-59 tahun di wilayah kabupaten/ kota pengetahuan dan keterampilan kader posbindu.

tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan Pembiayaan program Posbindu PTM di Kota

kesehatan yang dimaksud disini dapat dilakukan Solok tidak bermasalah, pembiayaan didapatkan dari

melalui pemeriksaan kesehatan di posbindu PTM. berbagai macam sumber. Dana berasal dari

Berdasarkan wawancara mendalam dan pendanaan kegiatan yang bersifat preventif dan

observasi diketahui bahwa kader posbindu PTM promotif yang dialokasikan untuk berbagai program

berjumlah sebanyak 3 orang per posbindu. Ini belum pengendalian PTM termasuk Posbindu PTM baik dari

sesuai dengan petunjuk teknis dari pusat yang pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Seluruh

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 404

informan mengatakan tidak ada permasalahan dalam yang dilakukan dengan pola kesetaraan, keterbukaan
anggaran biaya untuk program PTM termasuk dan saling menguntungkan melalui fasilitasi
didalamnya posbindu PTM baik yang didanai dengan Puskesmas. Kemitraan juga perlu dilakukan dengan
APBD maupun BOK puskesmas. Hal ini sejalan forum desa/kelurahan siaga untuk mendapatkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni dan dukungan dari pemerintah daerah, melalui klinik desa
Hartono (2018) bahwa sumber dana posbindu berasal siaga atau Poskesdes dapat dikembangkan sistem
12
dari dana APBD, APBN dan BOK. Pembiayaan rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis medis
kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai untuk pelayanan kesehatan, sebaliknya bagi forum
upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan Desa Siaga penyelenggaraan Posbindu PTM
sumber daya keuangan secara terpadu dan saling merupakan akselerasi pencapaian Desa/Kelurahan
mendukung guna menjamin tercapainya derajat Siaga aktif
15
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Hasil penelitian Pranandari et al (2017)
Posbindu PTM belum semua yang berada di menyebutkan bahwa Posbindu PTM Desa Wirokerten
wilayah kerja puskesmas mempunyai posbindu kit dan Tamanan telah memiliki kemitraan, khususnya
sehingga penggunaannya harus bergantian pada dalam hal penyediaan dana dan alat habis pakai.
waktu pelaksanaan. Posbindu kit berisikan alat Kemitraan di Desa Wirokerten terjalin dengan pihak
pemeriksaan gula darah, kolesterol, asam urat, pemerintah Desa Wirokerten.Posbindu PTM Desa
pengukur tinggi badan kemudian body fat analyzer. Tamanan juga menjalin kemitraan dengan kampus
Alat yang sifatnya digital, belum pernah dilakukan swasta, sedangkan untuk empat desa lainnya belum
kalibrasi alat dan ini tentu saja berakibat fatal dalam menjalin kerja sama dengan pihak lain. Hal tersebut
penghitungan hasil pemeriksaan.Informasi dari kader karena terkendala birokrasi, administrasi dan lain-
13
posbindu bahwa tensimeter digital rusak, hasil lain. Padahal kemitraan ini penting dalam
pemeriksaan selalu tinggi bila dibandingkan dengan penyelenggaraan Posbindu PTM, khususnya dalam
tensimeter air raksa. Terkait peralatan posbindu digital dukungan dana, tenaga, sarana prasarana untuk
yang rusak juga sesuai dengan penelitian Astuti et al pengembangan kegiatan. Keberhasilan pelaksanaan
(2016) bahwa banyaknya peralatan posbindu PTM Posbindu PTM sangat ditentukan oleh keterlibatan dan
yang rusak/error, Alat tersebut antara lain; body fat peran aktif dari berbagai pihak mulai dari pemerintah,
scale analyzer, alat ukur gula darah dan alat ukur organisasi masyarakat, organisasi profesi, swasta dan
9
kolesterol total. Sama juga dengan penelitian oleh lain-lain. Kemitraan dengan lintas sektor ini
Pranandari et al (2017) menyimpulkan bahwa sarana sebenarnya dapat memanfaatkan potensi yang ada di
prasarana posbindu PTM di Kecamatan Banguntapan, daerah, misalnya dengan klinik keluarga, bidan
Kabupaten Bantul untuk pemeriksaan faktor risiko praktek mandiri, apoteker, tenaga kesehatan lainnya
13
PTM berupa strip pemeriksaan belum mencukupi. (sarjana kesehatan masyarakat, perawat, ahli gizi, dll)
Petunjuk teknis digunakan sebagai acuan Perencanaan dilakukan sebelum memulai
dalam penyelenggaraan posbindu PTM, sehingga suatu kegiatan dengan jadwal pelaksanaan yang telah
pengelola program, petugas puskesmas, koordinator dibuat dan melakukan pemberitahuan ke masyarakat
kegiatan posbindu dan petugas pelaksana posbindu sebelum mulai hari pelaksanaan posbindu melalui
dapat memahami konsep posbindu PTM dan mampu pemberitahuan di mesjid. Sama halnya dengan
melaksanakan langkah-langkah posbindu PTM. penelitian yang dilakukan oleh Maulida et al (2015)
Secara umum buku ini juga dipakai oleh seluruh bahwa kader sudah melakukan koordinasi yang baik
puskesmas yang ada di Kota Solok, karena memang dengan pihak puskesmas dan masyarakat untuk
14
buku inilah yang menjadi pegangan oleh Dinas persiapan pelaksanaan posbindu. Begitu pula
Kesehatan Kota Solok. dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni
Kemitraan sangat penting dilakukan untuk dan Hartono (2018) bahwa tugas kader dalam
mendukung implementasi dan pengembangan pelaksanaan program pengendalian PTM yang
kegiatan posbindu.Kemitraan dengan pihak swasta dilakukan di Posbindu sudah sesuai dengan Petunjuk

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 405

Teknis (Juknis) Posbindu PTM. Tugas kader yaitu Keberhasilan pelaksanaan program posbindu
mengingatkan jadwal dan mengajak masyarakat sangat dipengaruhi oleh adanya monitoring dan
memeriksakan diri ke Posbindu, menyiapkan evaluasi, karena dari monitoring dan evaluasi inilah
perlengkapan posbindu termasuk form pendaftaran, dapat diketahui segala permasalahan yang terjadi
peralatan dan perlengkapan pendukung seperti meja dalam pelaksanaan posbindu dan upaya-upaya
dan alat alat tulis. Bahkan kader juga menyempatkan pemecahan masalah terhadap masalah dan kendala
diri untuk mengunjungi rumah masyarakat sekitar yang kendala tersebut. Sesuai dengan penelitian yang
12
tidak sempat hadir datang periksa ke Posbindu PTM. dilakukan Nugraheni dan Hartono (2018) yang
Pada umumnya pelaksanaan posbindu sudah menyatakan jika keberhasilan suatu program posbindu
dilakukan menurut petunjuk teknis yang ada, hanya sangat dipengaruhi oleh monitoring dan evaluasi yang
saja karena kesibukan masyarakat sehingga dilakukan oleh pimpinan, jadi monev harus benar-
kunjungan ke posbindu itu masih sedikit pada saat benar dijalankan ditingkat puskesmas ataupun tingkat
pelaksanaan posbindu sehinmgga mengakibatkan dinas kesehatan terkait pelaksanaan posbindu
12
posbindu PTM belum berjalan optimal. Menurut Sicilia tersebut.
et al (2017), pelaksana Posbindu PTM belum Pada gambaran output hasil penelitian dapat
sepenuhnya memahami konsep posbindu sebagai dijelaskan bahwa dalam kurun waktu empat tahun,
mana isi juknis Posbindu PTM. Pelaksana merasa posbindu PTM yang dijalankan belum optimal.
belum cukup dibekali dalam pelaksanaan Posbindu Capaian kunjungan posbindu masih rendah. Ini terlihat
sesuai standar didalam juknis dan ingin mendapatkan dari hasil yang melakukan pemeriksaan tekanan darah
pelatihan secara lengkap dan berkesinambungan, hanya 15,59% masih jauh dari target 100% yang telah
sehingga kinerja mereka rasakan belum optimal, hal ditetapkan pemerintah melalui Permenkes Nomor 43
ini merupakan cerminan bahwa pelaksanaan posbindu Tahun 2016 dan ini tentu saja juga tidak sesuai
8
juga dipengaruhi oleh pengetahuan dari pelaksana. dengan target yang ditetapkan dalam juknis
Monitoring dan evaluasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan yakni diatas 50%. Hal ini
ditingkat Dinas Kesehatan masih berupa monitoring sejalan dengan hasil penelitian Sicilia et al (2018)
dan evaluasi terhadap laporan bulanan PTM, bahwa capaian kunjungan posbindu masih rendah
8
sedangkan Supervisi dan pertemuan bulanan sebagai yaitu: 5,7% (kurang dari 10%). Demikian pula hasil
umpan balik pelaksanaan program masih belum penelitian Astuti et al (2016) yang bertujuan
terlaksana sesuai dengan pedoman. Begitu juga mengetahui proses kegiatan Posbindu PTM Al-
halnya dengan Puskesmas bahwa supervisi dan kajian mubarok di Puskesmas Sempu yang hasil cakupan
hasilnya belum optimal sesuai dengan pedoman. Perlu kegiatan posbindunya berada di bawah 1% (dari target
9
adanya penyeragaman untuk panduan monitoring dan 10%).
evaluasi yang ditentukan oleh dinas kesehatan.
Monitoring diharapkan dapat dilakukan sebulan sekali
dengan pelaksananya adalah petugas puskesmas, SIMPULAN
dan sasarannya adalah petugas pelaksana Posbindu
Pelaksanaan program posbindu PTM di Kota
PTM, hasil monitoring dipergunakan sebagai bahan
Solok belum keseluruhan terlaksana dengan baik dan
penilaian kegiatan yang lalu dan sebagai bahan
optimal baik dari segi input, proses dan output.
informasi besaran faktor resiko PTM di masyarakat
serta tingkat perkembangan kinerja kegiatan Posbindu
SARAN
PTM disamping untuk menyusun perencanaan
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk
pengendalian PTM tahun berikutnya. Hasil
melakukan penelitian terkait tingkat pengetahuan dan
pemantauan dapat disosialisasikan kepada lintas
partisipasi masyarakat tentang program dan
program, lintas sektor terkait dan masyarakat untuk
keberadaan posbindu.
mengambil langkah/upaya tindak lanjut.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 406

UCAPAN TERIMA KASIH 7. Dinas Kesehatan Kota Solok. Profil kesehatan


Terima kasih kepada semua yang telah Kota Solok tahun 2016. Solok: Dinas Kesehatan
memberikan bimbingan, saran, maupun kritikan dalam Kota Solok.
penelitian ini, juga terima kasih kepada semua 8. Sicilia G, Dewi FST, Padmawati RS. Evaluasi
informan yang telah bersedia berpartisipasi dalam kualitatif program pengendalian penyakit tidak
penelitian ini. menular berbasis posbindu di wilayah kerja
Puskesmas Muara Bungo I. Jurnal Kebijakan

DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Indonesia: JKKI. 2018;7(2):88-92.


9. Astuti ED, Prasetyowati I, Ariyanto Y. Gambaran
1. World Health Organization (WHO).
proses kegiatan pos pembinaan terpadu penyakit
Noncommunicable diseases (NCD) country profiles
tidak menular di Puskesmas Sempu Kabupaten
2014 (diunduh 16 Mei 2017). Tersedia dari:
Banyuwangi. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 2016; 4
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/12
(1):160-7.
8038/9789241507509_eng.pdf?sequence=1
10. Saputra MH, Muhith A, Fardiansyah A. Analisis
2. World Health Organization (WHO). Global status
sistem informasi faktor resiko hipertensi berbasis
report on noncommunicable diseases 2010
posbindu di dinas kesehatan Kabupaten Sidoarjo.
(diunduh 17 Mei 2017). Tersedia dari:
Prosiding Seminar Nasional. Seri Ke-1 Tahun
https://www.who.int/nmh/publications/ncd_report_f
2017.
ull_en.pdf
11. Fatmah F, Nasution Y. Peningkatan pengetahuan
3. Remais JV, Guang Z. Guangwei L. Convergence
dan keterampilan kader posbindu dalam
of non communicable and infectious diseases in
pengukuran tinggi badan prediksi lansia,
low and middle income countries. International
penyuluhan gizi seimbang dan hipertensi studi di
Journal of Epidemiology. 2012; 42: 221–7.
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Media Medika Indonesia. 2012;46(2).
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta:
12. Nugraheni WP, Hartono RK. Strategi penguatan
Departemen Kesehatan (diunduh 7 Februari 2017).
program posbindu penyakit tidak menular di kota
Tersedia di: http://terbitan.litbang.depkes.go.id/
Bogor. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
penerbitan/index.php/lpb/catalog/download/22/22/2
2018;9(3):198-206.
9-2
13. Pranandari LL, Arso SP, Fatmasari EY. Analisis
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan..
implementasi program pos pembinaan terpadu
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta:
penyakit tidak menular (posbindu PTM) di
Departemen Kesehatan (diunduh 8 Februari 2017).
Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul.
Tersedia dari: http://labmandat.litbang.depkes.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 2017;5
go.id/images/download/laporan/RKD/2013/Laporan
(4):76-85.
_riskesdas_2013_final.pdf
14. Maulida, Hermansyah, Mudatsir. Komunikasi dan
6. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
koordinasi kader dengan pelaksanaan posbindu
Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pengendalian
lansia. Jurnal Ilmu Keperawatan, 2015;194-208.
Penyakit Tidak Menular.. Pedoman umum pos
15. Adisasmito W. Sistem kesehatan. Edisi ke-2.
pembinaan terpadu penyakit tidak menular.
Jakarta: Rajawali Pers; 2014.hlm.76.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)

Anda mungkin juga menyukai