Anda di halaman 1dari 26

STRATEGI DAN

KEBIJAKAN DALAM
PERBAIKAN
PERMUKIMAN
DESTRI WULANDA | 08111850010001
GEBYAR AYUNINGTYAS | 08111850010002
LAILI MAULIDIYAH | 08111850010003
Mengapa Perbaikan Permukiman itu Penting ?

“To improve access to adequate and sustainable housing, improve


the standard of living in slums and curb the growth of new slums in an
inclusive manner.” (UN-Habitat, 2012)

Presentasi slum dwellers


secara global menurun, dari
39% di tahun 2000 menjadi
30% di tahun 2016

RAPID URBANIZATION

Diperkirakan meningkat
drastis dari 1 milyar di tahun Slums
2016 menjadi sekitar 3 Informal Settlement
milyar di tahun 2030 Inadequate Housing

Sumber : UN-Habitat (2018) “Learning from 10 years of UN-Habitat’s work in the PSUP” in. Brussels: 3rd International Tripartite Conference.
Perkembangan Upaya Perbaikan Permukiman
1950-an 1960-an 1970-an 1980-an 1990-an
(Rekonstruksi) (Revitalisasi) (Renewal) (Redevelopment) (Regenerasi)
Strategi dan Rekonstruksi Kelanjutan Fokus pada Banyak muncul skema usaha yang lebih
Orientasi dan ekstensi dari tahun 1950an: skema redevelopment; projek komprehensif dan
dari area2 tua pertumbuhan pembaruan insitu besar terintegrasi dalam
di dalam kota Pinggiran kota. Dan lingkungan ( agship); di pembangunannya, baik
berdasar Beberapa usaha pada (neighborhood). luar kota-kota kebijakan maupun
masterplan/ rehabilitasi kecil. praktik.
rencana induk permukiman
Aktor Pemerintah Berkembang Sektor swasta lebih Lebih menekankan Pendekatan
pusat dan lokal; ke arah keseimbangan mendominasi pada peran swasta kerja sama atau
pengembang yang lebih besar antara dan meluasnya maupun agen khusus partnership lebih
sektor swasta dan sektor publik dan desentraliasi bagi pembangunan; kerja mendominasi.
kontraktor. sector swasta. pemerintah lokal. sama (partnership)
berkembang
Level aktivitas Tingkat lokal dan site. Aktivitas level Diawali oleh lokal atau Di awal lebih Penekanan kembali
neighborhood mulai wilayah, dan banyak fokus pada perspekstif
muncul. berangsurangsur pada site, dan strategis; tumbuh
Lebih pada skala berangsurangsur pada sebagai aktivitas
neighborhood. skala lokal. yang terkoneksi.
Roberts, P and Sykes, H. (2000) Urban Regeneration: A Handbook, Sage Publication, London
KEYTHEMES
Tema Faktor terkait

Local Pengembangan infrastruktur, ketersediaan lahan untuk usaha, mixed landuse, perbaikan lingkungan binaan, kualitas
economic-led ruang, citra kota, meminimalkan redundansi, pengembangan kapasitas bangunan, peningkatan lapangan kerja,
penciptaan peluang investasi, pengembangan kemitraan, identitas masyarakat, dan kerjasama stakeholder
Retail-led Ruang untuk bisnis retail, mixed landuse, peningkatan nilai properti, pelatihan dan peningkatan kapasitas
lokal, penciptaan lapangan kerja, kualitas lingkungan, peluang bisnis, daya beli konsumen, pertumbuhan
di sektor ritel, peningkatan pendapatan dan investasi dari bisnis, citra kota, menarik sektor swasta,
pengembangan kemitraan
Property-led Pengembangan dan pemeliharaan properti, harga properti, peluang investasi properti, menarik investasi swasta,
menarik pembiayaan sektor publik, pertumbuhan bisnis, pendapatan pekerja, pertumbuhan perumahan, public-
private partnership
Culture-led Pengembangan ruang untuk aktivitas budaya, pelestarian situs budaya, carrying capacity, citra kota, infrastruktur,
diversifikasi ekonomi, investasi, daya tarik wisata, lapangan pekerjaan,

Entertainment- Pembangunan kembali secara fisik, pertumbuhan bisnis komersial, peningkatan pendapatan, menarik wisatawan,
led pertumbuhan lapangan kerja, citra kota

Sumber : Singhal, S., Berry, J., dan McGreal, S. (2009) ‘A Framework for Assessing Regeneration and Urban Competitiveness’, Local Economy. London: SAGE Publications.
Vol. 24, pp. 111 - 124
Strategi dan
Framework

Sumber : Singhal, S., Berry, J., dan McGreal, S. (2009) ‘A Framework for Assessing Regeneration and
Urban Competitiveness’, Local Economy. London: SAGE Publications. Vol. 24, pp. 111 - 124
Studi Kasus : Local Economic Development-
Urban Renewal Initiative of The Mandela Bay

 Kegagalan kebijakan ekonomi ‘top-down’


sebelumnya mendesak pemerintah untuk
mencanangkan program yang lebih handal
 Pertumbuhan kota tidak memberikan manfaat
yang merata bagi kelompok masyarakat rentan
 Dibutuhkan katalis untuk implementasi urban
renewal yang sifatnya ‘bottom-up’ dan memiliki
dampak jangka panjang

• Visi : Mewujudkan kebebasan, keadilan, dan


peluang untuk semua lapisan masyarakat serta
penciptaan lapangan kerja dan layanan publik
• Misi : Kota Pelabuhan yang iconic, ramah, dan
dimotori oleh inovasi, keunggulan layanan dan
pembangunan ekonomi

Sumber : Mandela Bay Development Agency Planning Report (2018)


Stakeholder
Sebagai eksekutor, dibentuk 4
lembaga pelaksana di setiap level
pembangunan :
 Integrated Development
Planning (IDP)
 Built Environment Performance
Planning (BEPP)
 Metropolitan Spatial
Development Framework
Planning (MSDF)
 Local Spatial Development
Framework Planning (LSDF)

Sumber : Mandela Bay Development Agency Planning Report (2018)


Perkembangan Central Business District, Port Eizabeth
 Merupakan pusat pertumbuhan sekaligus Central Business District Mandela Bay
 Mengalami perkembangan yang “up and down”, dimana pernah ditinggalkan
oleh masyarakatnya, kemudian diaktifkan kembali melalui kegiatan pelabuhan
yang intens. Namun pembangunannya tidak dilakukan secara terintegrasi dan
partisipatif dengan masyarakat sekitar.
 Pada awal pembangunan, terdapat sebaran titik area kumuh, sementara area
dekat aktivitas pelabuhan yang padat juga tidak terawat

 Penggunaan mixed landuse yang dibangun di sepanjang


koridor transportasi
 Revitalisasi perumahan khusus di sekitar Govan Mbeki dan
Strand Street
 Penerapan transportasi multi moda yang terintegrasi
 Mengkonversi bangunan terlantar dan yang kurang optimal
pemanfaatannya untuk menjadi area perumahan
campuran berkepadatan tinggi (umumnya berupa ruko
dan kios)

Sumber : Mandela Bay Development Agency Planning Report (2018)


Pola Penanganan Permukiman Kumuh
Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011
PENINGKATAN KUALITAS
tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, Pola penanganan
1. Pemugaran : Perbaikan, pembangunan kembali
permukiman kumuh yang dapat
menjadi permukiman layak huni
dilakukan antara lain:
2. Peremajaan : permukiman yang lebih baik guna
PENCEGAHAN melindungi keselamatan dan keamanan
1. Pengawasan dan Pengendalian masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu
Kesesuaian terhadap perizinan, menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat
standar teknis dan pemeriksaan 3. Pemukiman kembali : Pemindahan masyarakat
sesuai dengan peraturan dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/
perundang-undangan tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau
2. Pemberdayaan Masyarakat rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi
Pelaksanaan melalui barang ataupun manusia (contoh: penyediaan
pendampingan dan pelayanan Rusunawa)
informasi
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta
Karya (2015), “Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh”, Vol.1, Jakarta.
Peningkatan
Kualitas dengan
Peremajaan

Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta
Karya (2015), “Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh”, Vol.1, Jakarta.
Peningkatan Kualitas dengan Pemukiman Kembali

Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya (2015), “Penanganan
Kawasan Permukiman Kumuh”, Vol.1, Jakarta.
DESA WISATA KANDRI, SEMARANG
LATAR BELAKANG
 Desa Kandri memiliki objek wisata alam  Waduk Jatibarang dan Goa Kreo
Goa Kreo yang memiliki nilai sejarah menjadi destinasi wisata baru dan
 Memiliki lahan pertanian sebagai sumber diresmikan oleh pemerintah tahun
mata pencarian warga 2013.
 Pemerintah membangun Waduk Jatibarang  Alih fungsi lahan menjadi waduk dan
sebagai solusi akan kebutuhan akan objek wisata menyebabkan guna lahan
ketersediaan air baku dan untuk lain di sekitarnya mengalami perubahan
menanggulangi permasalahan banjir. dengan dibangunnya fasilitas-fasilitas
 Waduk ini berlokasi pada area lahan pendukung wisata yang akan
pertanian warga dan kawasan Goa Kreo. meningkatkan nilai kawasan dan
pendapatan masyarakat sekitar
Ernedia, L. dkk., (2017), “Perubahan Lingkungan dan Tata Ruang Rumah Tinggal di Desa Wisata Kandri”, Tesa Arsitektur, Vol.15, No.1.
DESA WISATA KANDRI
 Desa Wisata Kandri terletak di Kel. Kandri,
Kec. Gunungpati, Semarang
 Desa Wisata Kandri memiliki wisata alam
berupa Goa Kreo, merupakan sebuah goa
kecil yang dipercayai sebagai petilasan
Sunan Kalijogo saat mencari kayu jati untuk
dijadikan saka guru (tiang utama) Masjid
Agung Demak.
 Saat ini Goa Kreo terletak ditengah
jembatan dan diperuntukkan untuk pejalan
kaki.

Ernedia, L. dkk., (2017), “Perubahan Lingkungan dan


Tata Ruang Rumah Tinggal di Desa Wisata Kandri”, Tesa
Arsitektur, Vol.15, No.1.
SEBELUM SESUDAH

Lahan pertanian dan perkebunan Waduk

Stakeholder Perbaikan Desa

Kelompok Koperasi
Pemerintah Sadar Suko
Wisata Makmur
Fasilitas objek wisata PKL
Sebelum Pembangunan Waduk Jatibarang Setelah Pembangunan Waduk Jatibarang
Lingkungan disekitar Goa Kreo merupakan lahan Sebagian lahan persawahan dan perkebunan
persawahan dan perkebunan menjadi waduk dan Goa Kreo menjadi pulau
buatan ditengah waduk
Tatanan rumah pada masa ini mengikuti pola Terdapat rumah-rumah baru yang dibangun
jalan utama dan tidak teratur
Belum terdapat ruang terbuka yang dapat Dibangun lapangan voli sebagai lahan terbuka
digunakan masyarakat Dusun Talun Kacang untuk untuk masyarakat bila ingin berkumpul dan
melakukan kegiatan bersama melakukan kegiatan outdoor bersama
Mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani dan Masyarakat banyak yang beralih profesi dan
buruh pabrik memiliki UBR
Terdapat penambahan dan perbaikan fasilitas
wisata, perbaikan infrastruktur
Ernedia, L. dkk., (2017), “Perubahan Lingkungan dan Tata Ruang Rumah Tinggal di Desa Wisata Kandri”, Tesa Arsitektur, Vol.15, No.1.
Peningkatan Kualitas Lingkungan
SEBELUM SESUDAH

• Perubahan fungsi lahan


• Peningkatan sarana dan prasarana permukiman
Ernedia, L. dkk., (2017), “Perubahan Lingkungan dan
Tata Ruang Rumah Tinggal di Desa Wisata Kandri”, Tesa • Penambahan fasilitas wisata seperti area untuk
Arsitektur, Vol.15, No.1. PKL, taman, dan wisata perahu.
Peningkatan
Kualitas
Lingkungan

 Awalnya pola jalan


tidak teratur
 Penambahan dan
perbaikan jalan
permukiman disekitar
objek wisata

Ernedia, L. dkk., (2017), “Perubahan Lingkungan dan Tata Ruang Rumah Tinggal di Desa Wisata Kandri”, Tesa Arsitektur, Vol.15, No.1.
Peningkatan
Ekonomi
Masyarakat
 Awalnya masyarakat
sebagian besar
bekerja sebagai petani
dan buruh pabrik
 Beralih menjadi
pedagang PKL
disekitar objek wisata
dan memiliki UBR
 Rumah menjadi 1. Rumah tinggal dan tempat usaha produksi (makanan)
homestay, kontrakan, 2. Rumah tinggal dan sarana akomodasi
warung, pabrik dodol 3. Rumah tinggal dengan lebih dari satu jenis usaha
4. Rumah tinggal dan tempat produksi dan penjualan
makan
5. Rumah yang mengalami perombakan total
Ernedia, L. dkk., (2017), “Perubahan Lingkungan dan Tata Ruang Rumah Tinggal di Desa Wisata Kandri”, Tesa Arsitektur, Vol.15, No.1.
Adanya perubahan
pendapatan masyarakat
sebesar 52 %, hal tersebut
menunjukan bahwa dengan
adanya Desa Wisata Kandri
membawa dampak positif
terhadap masyarakat Kandri

Safitra, A.R.,Yusman, F., (2014), “Pengaruh Desa Wisata Kandri Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Kandri Kota Semaran”, Teknik
PWK, Vo. 3, No.4.
Studi Kasus Permukiman Pasca Bencana di Indonesia Motif pembentukan HBE bervariasi. Berdasarkan
Desa Pengrajin Keramik, Kasongan, Bantul, Yogyakarta, studi tentang perusahaan berbasis rumah di
penghuni liar penyelesaian di New Delhi, India,
Kellett dan Tipple (2000) mengakui bahwa strategi
bertahan hidup dapat membentuk motivasi
terbentuknya HBE.
Latar belakang pertumbuhan HBE adalah
kurangnya lapangan kerja formal, seperti halnya
tingkat penyediaan pekerjaan yang ada di bawah
tingkat pertumbuhan angkatan kerja (Ligthelm,
2007).
REKONSTRUKSI PERUMAHAN Selanjutnya menurut Yankson (2000), usaha
berbasis rumahan adalah fenomena umum di
PASC A BENC ANA negara berkembang sebagaimana
kecenderungannya untuk mengikuti proses
urbanisasi dan pengembangan sektor informal.
HBE dipandang sebagai rumah produktif, yaitu
memberikan peluang ekonomi
PROCEDIA - ILMU SOSIAL DAN PERILAKU 227 (2016) 139 - 145
pascabencana. Sebuah konsep dimana rumah itu
TERSEDIA ONLINE DI WWW.SCIENCEDIRECT.COM
SCIENCEDIRECT
tidak hanya hunian tetapi juga untuk menghasilkan
1877-0428 © 2016 DITERBITKAN OLEH ELSEVIER LTD. INI ADALAH ARTIKEL AKSES TERBUKA pendapatan bagi pemilik, ini kemudian menjadi
DI BAWAH LISENSI CC BY-NC-ND
( HTTP://CREATIVECOMMONS.ORG/LICENSES/BY-NC-ND/4.0/ ). salah satu alternatif dalam pembangunan kembali
PEER-REVIEW DI BAWAH TANGGUNG JAWAB KOMITE PENYELENGGARA CITIES 2015
DOI: 10.1016 / J.SBSPRO.2016.06.054 rumah dalam situasi pascabencana.
KONFERENSI INTERNASIONAL CITIES 2015, PERENCANAAN CERDAS MENUJU KOTA CERDAS,
CITIES 2015,
3-4 NOVEMBER 2015, SURABAYA, INDONESIA
METODE

Pengumpulan data
Penelitian kualitatif untuk menemukan bagaimana dan mengapa usaha berbasis
rumah tangga di daerah Kasongan cukup tangguh dalam pemulihan
pascabencana yang terkena dampak gempa 2006, namun makalah ini difokuskan
Pembangunan rumah pada yang lebih sempit ruang lingkup: HBE dipandang sebagai pendekatan untuk
sekaligus HBE alternatif pembangunan kembali daerah yang terkena dampak gempa bumi.
Sedangkan studi yang lebih luas tentang HBE di daerah Kasongan memiliki
Kuisioner - seperangkat hasil survei berdasarkan kuesioner yang mencakup 58 orang
wawancara Kasongan dan juga meliput beberapa wawancara mendalam tentang beberapa
keypersons dan memilih 58 responden.
Selain itu, studi yang lebih luas menggunakan survei dokumenter, observasi
observasi
langsung dan pemetaan untuk memahami daerah. Namun, penelitian ini berfokus
pada kasus yang menunjukkan fakta bahwa implementasi HBE adalah
pendekatan yang digunakan dalam pemulihan pascabencana. Selain itu,
fakta implementasi
wawancara baik dari rumah tangga terpilih dan keypersons misalnya staf pemerintah
HBE
yang terlibat dalam program pemulihan pascabencana
pendekatan yang
digunakan dalam
pemulihan
pascabencana
(Lizarralde et al,2010; Tyas, 2015).
RUMAH BERPENGHASILAN RENDAH PASKA BENC ANA

Berdasarkan proyek tim penelitiannya selama periode 2002 hingga 2008,


Lizarralde et al. (2010) mengusulkan bahwa post-rekonstruksi bencana di
negara-negara berkembang dapat dipelajari dari sektor informal. Ini adalah cara
inovatif memperbaiki program perumahan, terutama jika menggunakan contoh- fleksibel
contoh baru dari Amerika Latin dan Afrika Selatan.
Secara umum, beberapa bukti dari studi Lizarralde (2010) menunjukkan strategi
perumahan pasca bencana yang lebih baik dengan belajar dari permukiman
informal.

Pola ini terdiri dari empat jenis: Modifikas material


1. Penggunaan fleksibel antara ruang tertutup dan ruang terbuka serta
kombinasi dari berbagai unit lantai.
2. Modifikasi untuk kenyamanan interior, perbedaan yang tidak jelas
antara inti hunian asli dan tambahan
3. Penggunaan intensif komponen dan bahan daur ulang.
4. Kombinasi berbagai bahan dan teknologi, beragam fungsi dan Kombinasi
kegunaan, campuran antara tempat tinggal dan kegiatan yang
fungsi
menghasilkan pendapatan
Sesuai dengan topik
makalah ini,
pertimbangan harus
d i b e r i k a n ke p a d a
salah satu dari
banyak pola,
khususnya diberbagai
f u n g s i d a n ke g u n a a n
dari tempat tinggal
d a n ke g i a t a n y a n g
menghasilkan
pendapatan (poin10).
Fenomena fungsi
rumah produktif
umumnya ditemukan
di negara-negara
b e r ke m b a n g ,
khususnya
di perumahan
informal atau
perumahan
pedesaan.
Respons Pasca Bencana di Indonesia
Desa Pengrajin Keramik, Kasongan, Bantul -Yogyakarta

• Wawancara dengan staf pemerintah, program membangun kembali rumah dengan 'gotong
royong' atau saling membantu rumah dalam kelompok masyarakat / pokmas telah membantu
banyak rumah tangga.
'Jika mereka tidak membangun kembali rumah mereka sendiri, untuk merencanakan dan
membangun kembali sendiri, berdasarkan apa yang mereka inginkan ... itu rekonstruksi akan
rendah dalam penerimaan '(staf badan perencanaan daerah / bappeda, 2011)
• Desa Kasongan yang semula memang dikenal dengan daerah penghasil keramik adalah area
yang terkena dampak gempa 2006. Mereka telah merancang hunian baru yang tidak hanya
untuk tempat tinggal, tetapi juga mampu mengakomodasi usaha rumah tangga sebagaimana
rumah mereka yang terdahulu. Dukungan dari pemerintah tidak hanya dengan dana, tetapi
juga memberikan izin kepada rumah tangga untuk mendesain rumah mereka sendiri, dibantu
oleh fasilitator dan disaat yang sama masyarakat diizinkan untuk mempertahankan kegiatan
pembuatan keramik di rumah.
• Masyarakat diberi izin untuk membangun kembali rumah dan aktivitas usaha di dalamnya,
meskipun termasuk dalam area pemukiman.
• Tetapi di sisi lain, polusi udara atau peningkatan kebisingan juga dapat menjadi sisi negatif dari
keberadaan HBE tersebut.
KASUS KASONGAN-B ANTUL,
Dengan menggunakan mekanisme gotong royong dan swadaya,
YOGYAKARTA rumah sesuai preferensi masyarakat dibangun kembali, tidak
hanya mencakup rumah sederhana yang baru, tetapi juga juga
mengakomodasi desain preferensi keluarga (berdasarkan
Gotong wawancara dengan staf pemerintah, 2011).
15jt/rumah
royong
Dalam sebuah kasus, Bu Sup menyebutkan bahwa pembangunan
kembali dirancang untuk mengakomodasi dualisme fungsi hunian
seperti situasi sebelum bencana. Proses rehabilitasi perumahan
permanen mendapat bantuan dari pemerintah sejumlah 15 juta
Renovasi Dan fungsi rupiah. Kerusakan besar adalah bagian belakang rumah, terutama
oleh Warga rumah HBE dapur. Setelah membangun kembali rumah bersama Pokmas, Bu
Sup dan suaminya sangat senang dengan rumah baru mereka
karena mereka memiliki rumah yang lebih baik dan lebih kuat
pascabencana (Gambar 3).
Mengembalikan ekonomi dan
kehidupan ... ' Mereka merasa bahwa hibah itu sangat berguna, tanpa hibah,
mereka berpikir bahwa mereka hanya dapat merehabilitasi rumah
dengan ‘ gedheg ' atau dinding bahan bambu, yang lebih murah, dan
mereka juga dapat memulai kembali kegiatan pembuatan keramik dari
rumah dengan segera ' (catatan lapangan tentang keluarga bu Sup,
20 Juli 2011)
KESIMPULAN

HBE dapat menjadi pendekatan dan metode


alternatif dalam upaya pemulihan pasca
bencana. Membangun rumah baru yang menggabungkan
fungsi rumah baik untuk tempat tinggal dan penghasil
pendapatan, itu akan mengakomodasi masyarakat untuk
pulih secara cepat dengan meregenerasi pendapatan dari
rumah. Jika mereka sudah menggunakan rumah untuk
menghasilkan pendapatan dalam konteks pra-bencana
seperti kasus ini, akan lebih mudah bagi mereka untuk
mengembalikan kegiatan sebelumnya.
Dalam melakukannya, peran pemangku kepentingan
lainnya sangat penting, terutama
pemerintah. Namun, pada kasus-kasus lain
khususnya ketika orang yang selamat kekurangan
atau bahkan tanpa pengalaman dalam kegiatan dalam
menghasilkan pendapatan dari di rumah, beberapa
program pendukung mungkin diperlukan, misalnya
pelatihan kewirausahaan, keterampilan dan pengetahuan
berkaitan dengan memulai bisnis rumahan, untuk
Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku 227 (2016) 139 - 145 mendukung akses ke kredit, atau akses ke pasar.
Tersedia online di www.sciencedirect.com
ScienceDirect
1877-0428 © 2016 Diterbitkan oleh Elsevier Ltd. Ini adalah
artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC-ND

Anda mungkin juga menyukai