Anda di halaman 1dari 21

Makalah Alat-Alat Ukur Listrik

’’Sensor Optik Dan Pneumatik”

Nama : Claudia Puspita Mea

Nim : 1701050035

Kelas : B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya haturkan kepada Allah Yang Maha Kuasa sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya saya mampu untuk menyelesaikan tugas makalah
Alat-Alat Ukur Listrik dengan judul “Sensor Optik Dan Pneumatik”

Pada kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu saya selama proses
penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini.

Selanjutnya dengan rendah hati saya meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat saya revisi kembali. Karena saya sangat menyadari, bahwa
makalah yang telah saya buat ini masih memiliki banyak kekurangan.

Demikianlah yang dapat saya haturkan, saya berharap supaya makalah yang telah saya buat ini
mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Kupang, 26 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………..………………………ii

DAFTAR ISI …………………………………..………………………iii

BAB 1 Pendahuluan

1.1.Latar Belakang ………………………………………………………….4


1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………………4

BAB 2 Pembahasan

2.1.Sensor Optik …………………………………………………………5

2.2.Sistem Kerja Sensor Optik………………………………………………5

2.3.Dasar Teori Pneumatik………………………………………………… 11

2.4. Keuntungan dan kerugian system Pneumatik…………………………12

2.5. Komponen Pneumatik…………………………………………………13

2.6. Standar dan Simbol Sistem Pneumatik………………………………..18

BAB 3 Penutup

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………… 20

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sensor optik adalah piranti masukan suatu sistem kendali otomatis yang dibuat dengan
komponen optikal yang berfungsi untuk menangkap/mengumpulkan informasi mengenai
kondisi lingkungan di sekitar sensor dengan bantuan cahaya. Oleh sebab sensor optik adalah
sensor yang bekerja dengan bantuan cahaya, maka proses penyaklaran tidak bisa dilakukan
oleh komponen saklar mekanik. Pada sensor optik, proses penyaklaran dilakukan oleh
komponen yang bekerja dengan bantuan cahaya, yaitu komponen optik
(LDR/photodiode/phototransistor)
Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara
kempa). Sejalan dengan pengenalan terhadap sistem keseluruhan pada pneumatik, secara
individu elemen pneumatik pun mengalami perkembangan pesat, misalnya dalam pemilihan
bahan/material, manufaktur dan proses disain.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sensor optik?
2. Bagaimana system kera sensor optik?
3. Apa yang dimaksud dengan Pneumatik?
4. Apa saja keuntungan dan kerugian system Pneumatik?
5. Apa saja Komponen Pneumatik?
6. Apa yang dimaksud dengan symbol dan standar dalam Pneumatik?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sensor optik

Sensor optik adalah piranti masukan suatu sistem kendali otomatis yang dibuat
dengan komponen optikal yang berfungsi untuk menangkap/mengumpulkan informasi
mengenai kondisi lingkungan di sekitar sensor dengan bantuan cahaya. Komponen yang
sering digunakan dalam pembuatan sensor optik adalah light dependent resistor (LDR),
photo-diode, dan photo-transistor.

2.2. Sistem Kerja Sensor Optik


Untuk memahami sistem kerja sensor optik, maka mari kita simak gambar 1 di
bawah ini! Pada gambar 1, tampak bahwa peran (proses switching) komponen saklar
mekanik (S1) digantikan oleh komponen optik (photodiode, D1). Sehingga apabila pada
rangkaian (A) diharapkan tegangan keluaran sama dengan +5 volt (Vout = +5 volt), maka
kita harus menekan saklar S1. Sebaliknya apabila diharapkan tegangan keluaran sama
dengan nol (Vout = 0 volt), maka saklar S1 tidak ditekan. Oleh sebab sensor optik adalah
sensor yang bekerja dengan bantuan cahaya, maka proses penyaklaran tidak bisa dilakukan
oleh komponen saklar mekanik. Pada sensor optik, proses penyaklaran dilakukan oleh
komponen yang bekerja dengan bantuan cahaya, yaitu komponen optik
(LDR/photodiode/phototransistor). Dari sini maka dapat disimpulkan bahwa, sensor optik
sistem kerjanya adalah seperti sebuah saklar, yaitu menghubungkan dan memutuskan aliran
arus listrik. Perbedaannya, proses penyaklarannya komponen saklar membutuhkan bantuan
manusia sedangkan komponen optik proses penyaklarannya dibantu dengan cahaya, yaitu
cahaya yang mengenai bagian photo-conductive komponen optik.

5
Gambar 1. Sistem kerja sensor optik

Gambar 2. Sensor optik sederhana menggunakan


a) LDR, b) Photodiode, c) Phototransistor

Gambar 2 adalah contoh rangkaian sensor optik sederhana. Apabila dicermati,


ketiga rangkaian sensor optik sederhana pada gamabr 2 adalah sama, yang berbeda
adalah jenis komponen optika yang digunakan. Pada gambar 2(a) komponen optik yang
digunakan adalah LDR, gambar 2(b) menggunakan photodiode, dan gambar 2(c)
komponen optik yang digunakan adalah phototransistor.

6
Rangkaian sensor optik seperti tampak pada gambar 2 di atas memiliki sinyal tegangan
keluaran (Vout) berupa sinyal tegangan analog (linier). Tabel 1 menunjukkan perbedaan
nilai sinyal tegangan keluaran (Vout) rangkaian sensor optik (gambar 2) pada dua
kondisi, yaitu saat komponen optik menerima berkas cahaya dan saat tidak menerima
berkas cahaya.

Tabel 1. Kondisi tegangan keluaran (Vout) sensor optik gambar 2

Gambar 3. Sensor optik analog – LDR

7
Gambar 4. Sensor optik analog - Photodiode

Gambar 5. Sensor optik analog - Phototransistor

Rangkaian sensor optik pada gambar 3, gambar 4, dan gambar 5 merupakan


pengembangan dari rangkaian sensor optik pada gambar 2. Rangkaian sensor optik pada
gambar 3, 4, dan 5 dilengkapi dengan komponen transistor yang berfungsi untuk
membalik kondisi sinyal tegangan keluaran (Vout) rangkaian sensor optik pada gambar 2.
Untuk lebih jelasnya, silakan bandingkan antara tabel 1 dengan tabel 2 di bawah ini!

8
Tabel 2. Kondisi tegangan keluaran (Vout) sensor optik gambar 3-4-5

Meskipun demikian, sinyal tegangan keluaran rangkaian sensor optik pada gambar 3, 4,
dan 5 adalah sama seperti sinyal tegangan keluaran rangkaian sensor optik pada gambar 2, yaitu
berupa sinyal tegangan analog. Oleh sebab itu, apabila kita membuat sensor optik dengan
mengikuti contoh rangkaian sensor pada gambar 2, 3, 4, dan 5, maka pada sistem elektronik yang
kita bangun masih harus menambahkan komponen atau rangkaian pengondisi sinyal analog
(analog signal conditioning) sebelum akhirnya sinyal tegangan keluaran sensor optik
diumpankan ke peranti pemroses sinyal (misal: mikrokontroler).

Gambar 6. Sensor optik digital - LDR

Gambar 7. Sensor optik digital – Photodiode

9
Gambar 8. Sensor optik digital - Phototransistor

Berbeda dengan rangkaian sensor optik pada gambar 2, 3, 4, dan 5, sinyal


tegangan keluaran (Vout) rangkaian sensor optik pada gambar 6, gambar 7, dan gambar 8
sudah berupa sinyal tegangan digital. Sehingga apabila kita membuat sensor optik dengan
mengikuti contoh rangkaian sensor optik pada gambar 6, 7, dan 8, maka sinyal tegangan
keluarannya dapat langsung diumpankan ke peranti pemroses sinyal. Apabila kita
perhatikan, komponen yang menjadikan sinyal tengangan keluaran sensor optik sudah
berupa sinyal tegangan digital adalah adanya komponen penguat operasi (OpAmp).
Dengan ini, maka dapat kita simpulkan bahwa komponen OpAmp merupakan salah satu
komponen yang dapat difungsikan sebagai pengondisi sinyal analog menjadi sinyal
digital.

Tabel 3. Kondisi tegangan keluaran (Vout) sensor optik gambar 6-7-8

Tabel 3 menunjukkan perbedaan nilai sinyal tegangan keluaran (Vout) rangkaian sensor optik
(gambar 6-7-8) pada dua kondisi, yaitu saat komponen optik menerima berkas cahaya dan saat
tidak menerima berkas cahaya. Di mana, sinyal tegangan masukan sensor optik dilewatkan
melalui kanal pembalik (inverting) komponen OpAmp.

10
2.3. Dasar Teori Pneumatik

Sistem pneumatik yang dalam bahasa Yunani ‘pneuma’ yang artinya udara atau angin.
Dengan kata lain pneumatik adalah semua sistem yang menggunakan tenaga yang
disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan. Pneumatik merupakan teori atau
pengetahuan tentang udara yang bergerak, keadaan-keadaan keseimbangan udara dan
syarat-syarat keseimbangan. Pneumatik menggunakan hukum-hukum aerodinamika yang
menentukan keadaan keseimbangan gas dan uap. Pneumatik dalam pelaksanaan teknik
udara mampat dalam industri merupakan ilmu pengetahuan dari semua proses mekanik
dimana udara memindahkan suatu gaya atau gerakan. Jadi pneumatik meliputi semua
komponen mesin atau peralatan, dalam mana terjadi proses-proses pneumatik. Dalam
bidang kejuruan teknik pneumatik dalam pengertian yang lebih sempit lagi adalah teknik
udara mampat (udara bertekanan). Memang sistem elektronik mempunyai respon yang
sangat cepat terhadap sinyal control. Tetapi sistem pneumatik mempunyai daya tahan
yang lebih baik. Dalam beberapa aplikasi sistem pneumatik dapat bekerja dalam atmosfer
yang tidak bisa dilakukan oleh sistem elektronik dan sistem pneumatik juga dapat
digunakan dalam kondisi basah (Mulianto, E. Suanli, dan T. Sutanto, 2002). Pneumatik
dibeda-bedakan ke dalam bidang menurut tekanan kerjanya, dari bidang tekanan sangat
rendah (1,001-1,1 bar), pneumatik tekanan rendah (1,2-2,0 bar), pneumatik tekanan
menengah atau disebut juga pneumatik tekanan normal (2-8 bar) dan pneumatik tekanan
tinggi (>8 bar).

Gambar 9 Hukum boyle Mariotte’s Law

11
2.4. Keuntungan dan kerugian sistem pneumatik

Beberapa keuntungan dalam penggunaan atau penerapan sistem pneumatik, antara lain:

a. Ketelitian yang tinggi dari peralatan-peralatan pneumatik yang konstruksinya semakin


baik memungkinkan suatu pengerjaan yang hampir tidak memerlukan perawatan dalam
jangka panjang.

b. Merupakan media/fluida kerja yang mudah didapat dan mudah diangkut udara
dimana saja tersedia dalam jumlah yang tak terhingga.

c. Udara bertekanan adalah bersih. Kalau ada kebocoran pada saluran pipa, benda-benda
kerja maupun bahan-bahan disekelilingnya tidak akan menjadi kotor.

d. Dapat bertahan lebih baik terhadap keadaan-keadaan kerja tertentu. Udara bersih
(tanpa uap air ) dapat digunakan sepenuhnya pada suhu-suhu yang tinggi atau pada
nilai-nilai yang rendah, jauh di bawah titik beku ( masing- masing panas atau dingin ).

e. Aman terhadap kebakaran dan ledakan.

f. Menguntungkan karena lebih murah dibandingkan dengan dengan komponen-


komponen peralatan hidraulik. Dan Pneumatik adalah 40 sampai 50 kali lebih murah
daripada tenaga otot. Hal ini sangat penting pada mekanisasi dan otomatisasi produksi.

g. Konstruksi yang kompak dan kokoh.

h. Memiliki beberapa tekanan kerja sesuai dengan kebutuhan pemakain (1 sampai 15


bar).

i. Dapat dibebani lebih ( tahan pembebanan lebih ) .Pada pembebanan lebih alat- alat
udara bertekanan memang akan berhenti, tetapi tidak akan mengalami kerusakan. Alat-
alat listrik terbakar pada pembebanan lebih.

Selain keuntungan adapun kerugian dalam menggunakan sistem pneumatik adalah


sebagai berikut:

12
a. Tidak mungkin untuk mewujudkan kecepatan-kecepatan torak dan pengisian yang
tetap, tergantung dari bebannya.

b. Suatu silinder pneumatik mempunyai kemampuan daya tekan yang terbatas.

c. Suatu gerakan teratur hampir tidak dapat diwujudkan apabila terjadi perubahan beban.

2.5. Komponen-komponen Pneumatik

Dalam penggunakan aplikasi sistem pneumatik sangat penting untuk kita memilih
komponen-komponen yang tepat, komponen-komponen pneumatik dibagi atas beberapa bagian
(Krist, T., dan Ginting, D., 1993);

a. Sumber energi (energi supply) seperti kompresor, tangki udara (reservoir), unit penyiapan
udara (air service unit), unit penyalur udara (air distribution unit) dan lain-lain.

b. Actuator (actuator), seperti silinder kerja tunggal, silinder kerja ganda dan lain- lain.

c. Elemen control (control element), seperti katup jenis 5/2, 3/2, flow regulator, dan lain-lain.

d. Elment masukan (input elments), seperti sensor, tombol, pedal, roller dan sebagainya.

a. Sumber energi (Energi Supply)

Pada sistem pneumatik sumber energi didapatkan dari udara, dalam penelitian ini
nantinya didapatkan dari kompressor. Kompressor berfungsi untuk menampung udara yang ada
sehingga udara tersebut nantinya dapat digunakan untuk sumber energi sistem pneumatik.
Prinsip kerja dari sumber energi pada sistem pneumatik adalah udara dimampatkan sehingga
udara yang ada berkumpul dan mempunyai energi untuk menggerakan sistem pneumatik.
Energi inilah yang digunakan pada sistem pneumatik tersebut. Komponen-komponen yang
digunakan untuk mendapatkan udara mampat antara lain, kompresor (air compressor) sebagai
penghasil udara mampat, tangki udara (reservoir) sebagia penyimpan udara, unit persiapan udara

13
(air service unit) untuk mempersiapkan udara mampat, dan unit penyalur udara (air distribution
unit) untuk menyalurkan udara mampat kepada komponen-komponen pneumatik

b. Aktuator (actuator)

Aktuator merupakan salah satu output sistem, dalam hal ini adalah sistem pneumatik.
Pada penelitian ini nantinya akan menggunakan beberapa komponen- komponen sistem
pneumatik, seperti:

 . Silinder pneumatik kerja ganda (Double Acting Cylinder)

Pada silinder tipe ini pergerakan maju dan mundurnya di atur dengan
sumber angin yang di mampatkan pada lubang bagian depan atau belakangnya.

 Katup pneumatik (Valves)

Katup pneumatik adalah sebagai komponen pengatur secara mekanik dari

pergerakan silinder baik kondisi torak maju maupun mundur.

 Silinder kerja ganda (double acting cylinder)

Silinder kerja ganda (double acting cylinder) memiliki lubang untuk


memasukan dan mengeluarkan angin pada kedua ujungnya. Bila sumber angin
dimasukkan melalui lubang dibagian belakang silinder maka torak akan bergerak
maju dan angin akan keluar melalui lubang bagian depan silinder. Kondisi ini
biasa dikatakan dengan kondisi extend. Demikian sebaliknya jika sumber angin
dimasukan melalui lubang depan silinder maka torak akan bergerak mundur dan
angin akan keluar melalui lubang bagian belakang silinder. Kondisi ini biasa
dikatakan dengan kondisi retract.

14
Gambar 10. Ilustrasi cara kerja silinder kerja ganda

c. Elemen kontrol (control element)

Elemen kontrol merupakan komponen pneumatik yang digunakan untuk mengendalikan


aliran udara yang masuk dan keluar, tekanan atau tingkat aliran (flow rate) dari udara mampat
yang akan disalurkan kepada komponen-komponen pneumatik lain sebagai input atau pada
aktuator. Elemen Kontrol dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

a. Katup satu arah (non-return valves).

b. Katup control aliran (flow control valves).

c. Katup control tekanan (pressure control valves).

Katup satu arah (non-return valves) merupakan suatu komponen pneumatik yang berfungsi
untuk melewatkan sinyal pneumetik dari satu isi dan menghambat sinyal yang datang dari sisi
yang lain.Katup kontrol aliran (flow control valves)merupakan komponen pneumatik yang
berfungsi untuk mengatur besarnya volume udara mampat yang ingin dialirkan baik satu arah
maupun dua arah, sehingga kecepatan (speed) silinder dapat diatur sesuai kebutuhan. Dilihat
dari arah aliaran katup pengontrol aliran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu throttle valve (2
arah) dan one-way flow control (1 arah). Katup control tekanan (pressure control valves)
merupakan komponen pneumetik yng berfungsi untuk memanipulasi tekanan udara mampat dan
juga komponen ini dapat bekerja dengan udara mampat yang telah dimanipulasi. Katup tipe 5/2
merupakan katup yang memiliki 5 lubang dan 2 pergerakan secara mekanik yaitu gerakan
mekanik yang menentukan silinder dalam kondisi maju atau silinder dalam kondisi mundur.

15
Gambar 10 Ilustrasi Cara kerja katup 5/2

Rincian kondisi gambar pertama pada gambar 9 yaitu lubang 1 sebagai sumber angin
masuk dari kompresor menuju lubang 2 untuk kemudian dialirkan ke lubang silinder bagian
depan yang menyebabkan silinder bergerak mundur yangmengakibatkan angin keluar melalui
lubang silinder bagian belakang dan masuk ke lubang katup 4 kemudian dikeluarkan melalui
lubang 5, dan lubang 3 dimampatkan. Rincian kondisi gambar kedua pada gambar 9 yaitu
lubang 1 sebagai sumber angin masuk dari kompresor menuju lubang 4 untuk kemudian
dialirkan ke lubang silinder bagian belakang yang menyebabkan silinder bergerak maju yang
mengakibatkan angin keluar melalui lubang silinder bagian depan dan masuk ke lubang katup 2
kemudian dikeluarkan melalui lubang 3, dan lubang 5 dimampatkan.

d. Elemen masukan (input element)

Element masukkan adalah komponen-komponen yang menghasilkan suatu besaran atau


sinyal yang diberikan kepada sistem sebagai masukkan untuk menjalankan sistem kepada
langkah sistem berikutnya. Elemen-elemen pada pneumatik terdiri dari switch dan sensor.
Seperti tombol, tuas pedal, roller, dan sebagainya. Sensor yang digunakan dalam pneumatik
terdiri dari: ¾ Sensor Proximity adalah sensor yang aktif tanpa kontak langsung dengan

aktuator yang terdiri dari:

• Sensor Kapasitif mendeteksi ada atau tidaknya suatu benda. Simbolnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

16
Gambar 11 Sensor Kapasitif

• Sensor Induktif mendeteksi benda yang terbuat dari logam. Simbolnya dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 2.5 Sensor Induktif

• Sensor Optik untuk mendeteksi warna suatu benda berdasarkan pantulan yang dihasilkan.
Untuk benda yang berwarna hitam maka pantulan yang dihasilkan hampir tidak ada sedangkan
benda lain dilihat berdasarkan terang gelapnya. Simbolnya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini

Gambar 2.6 Sensor Optik

17
• Sensor Magnetik untuk mendeteksi benda yang memiliki unsur magnetik. ¾ Sensor Non
Proximity adalah sensor yang berhubungan langsung dengan aktuator. Salah satu contoh sensor
Non Proximity yaitu Roller Switch. Sensor ini mendeteksi penekanan pada roller tersebut (sama
seperti saklar biasa). Simbolnya seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.7 Roller Switch

2.6.Symbol dan standarisasi dalam pneumatik

Pada pneumatik telah ditetapkan standar lambang-lambang bagan untuk unsur hubungan
antar komponen pneumatik, sehingga hubungan-hubungan yang direncanakanmenjadi jelas.
Lambang-lambang hubungan ini ditetapkan dalam ISO 1219-1976 mengenai “Circuit symbol
for fluidic equipment and sistem”. Setiap penomoran dan pemberian huruf pada setiap
komponen mengikuti ketentuan DIN ISO 5599-3. Selain itu terdapat ketentuan keamanan sistem
pneumatik yang diatur dalam ketentuan VDI 3229 mengenai “Technical Design Guidelines for
Machine Tools and other Production Equipment”. (Lihat lampiran simbol-simbol standar
pnematik). Komponen pneumatik dan simbolnya Berupa: Sumber energi, katup dan berbagai
port serta mekanismenya Pengkondisi fluida, Sambungan fluida.

18
19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Sensor optik adalah piranti masukan suatu sistem kendali otomatis yang dibuat
dengan komponen optikal yang berfungsi untuk menangkap/mengumpulkan
informasi mengenai kondisi lingkungan di sekitar sensor dengan bantuan cahaya.
 komponen OpAmp merupakan salah satu komponen yang dapat difungsikan
sebagai pengondisi sinyal analog menjadi sinyal digital.
 Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang bergerak,
keadaan-keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat keseimbangan.
 komponen-komponen pneumatik dibagi atas beberapa bagian yaitu Sumber
energi (energi supply),Actuator (actuator), Elemen control (control element),.dan
Elment masukan (input elments.
 Pada pneumatik telah ditetapkan standar lambang-lambang bagan untuk unsur
hubungan antar komponen pneumatik, sehingga hubungan-hubungan yang
direncanakanmenjadi jelas. Lambang-lambang hubungan ini ditetapkan dalam
ISO 1219-1976 mengenai “Circuit symbol for fluidic equipment and sistem”.

20
DAFTAR PUSTAKA

Darajat,Anisa.2012. SENSOR OPTIK.(Pdf) ( https://www.elektro.teknik.unja.ac.id) diakses pada


26 Maret 2019

https://www.thesis.binus.ac.id diakses pada 26 Maret 2019

KEMDIKBUD.2013.Sistem Pneumtik. (pdf) https://www.psmk.kemdikbud.go.id diakses pada 26


Maret 2019

Suyahdi,Tauiq.2014.Sensor Optik. (https://www.robotics-university.com) diakses pada 26 Maret


2019

21

Anda mungkin juga menyukai