Makalah Nifas PDF
Makalah Nifas PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang
artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah
nifas dalam (SDKI 2007) penting baik untuk ibu maupun bayinya karena bisa
informasi penting kepada ibu tentang cara merawat diri dan bayinya (Saleha,
2009).
Proses pemulihan kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang sangat
penting bagi ibu setelah melahirkan. Sebab selama masa kehamilan dan
persalinan telah terjadi perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi
badan pada masa hamil, serta terjadi bendungan pada tungkai bawah. Pada saat
pada jalan lahir, serta setelah persalinan otot-otot dasar panggul menjadi
1
2
longgar karena diregang begitu lama pada saat hamil maupun bersalin
(Sarwono, 2002).
proses involusi ini tidak berjalan dengan baik maka akan timbul suatu keadaan
yang disebut sub involusi uteri yang akan menyebabkan terjadinya perdarahan
yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari, hal ini mungkin disebabkan karena
ibu tidak mau menyusui, takut untuk mobilisasi atau aktifitas yang kurang
(Hanifa, 2005).
Menurut evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO (world
health organization) dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam
pertama, salah satu dari pernyataan yaitu bayi harus mendapatkan kontak
langsung dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu
jam, bayi dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini (Ambarwati dan
Wulandari, 2009).
jakarta 2011 jumlah ibu nifas di indonesia sebanyak 4,830,609 jiwa, dan yang
berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu
3
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan,
Masa nifas hari pertama adalah masa kritis yang rentan sekali terjadi
oksitosin yang di sekresi oleh kelenjar hipofise posterior, maka asuhan masa
nifas pada masa ini sangat di perlukan. Salah satu merangsang oksitosin adalah
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama yang sebagian basar disebabkan
Menurut hasil Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Aceh tahun 2011 jumlah
sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan data di
RSUZA tahun 2012, diketahui jumlah ibu nifas tahun 2010-2011 yaitu ada
8725 orang. dan yang mengalami mastitis berjumlah 108 orang. Dimana hal ini
berkaiotan dengan pemberian ASI seperti diketahui salah satu manfaat Air
Susu Ibu (ASI) bagi sang bayi yang diberikan oleh ibu pada saat bayi berusia 0
– 2 tahun adalah untuk melindungi bayi terhadap infeksi seperti infeksi gastro-
Menurut survey yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin pada tanggal 21 Februari 2013, Terdapat 9743 ibu yang berkunjung ke
Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang diantaranya ibu
hamil 8614 (88, 41%) dan ibu bersalin serta nifas 1129 (11,58%). Dengan
Menurut survey dengan cara wawancara ibu nifas, pada ibu nifas yang ada
di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin sebanyak 10 ibu nifas, 8 diantaranya
faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Parrtum
B. Rumusan Masalah
Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
2. Tujuan Khusus
tinggi fundus uteri Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Bagi ibu Memberi pedoman bagi ibu atau masukan bahwa faktor-
2. Bagi peneliti
3. Bagi institusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
nalurinya sendiri dapat menyusui segera dalam satu jam pertama setelah lahir,
bersama dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan
setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusui sendiri (Depkes
RI, 2008).
uterus karena pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan rasa mules karena
bayinya yang baru lahir maka hal ini yaitu memberikan ASI dan menyusui
proses kembalinya rahim ke posisi semula. Itu adalah salah satu manfaat ibu
memberikan ASI bagi kesehatan dan juga pencegahan perdarahan post partum
(Hamizan, 2012).
7
publichealtd;scission.blogspot.com)
a) Faktor Penghambat
Menyusui Dini adalah adanya pendapat atau pesepsi ibu, masyarakat dan
petugas kesehatan yang salah atau tidak benar tentang ibu kelelahan,
yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya,
2003).
optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI).
Penyebab kematian ibu sejak dulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan
8
(25%), terjadi pasca persalinan baik karena atonia uteri maupun sisa plasenta,
eklamsia (12%), aborsi tidak aman (13%), sepsis (15%) dan partus macet (8%).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dan di masa itu organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Pada masa nifas terjadi
hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas
tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam
uterus dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak
diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan
aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada
menjadi lebih baik. Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan
2. Autolisis
adanya hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10
kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut
jaringan yang diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal. Inilah
sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu mengalami beser air kemih atau
3. Aktifitas otot-otot
Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir,
yang diperlukan untuk menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya
2009) yaitu :
myosin kinase yaitu enzim yang melakukan fosforilase sebagai respon terhadap
myosin kinase. Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-
pelepasan kepala myosin dengan filament aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila
berikatan secara berulang dengan filament aktin dan bekerja melalui seluruh
histamine. Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka
Kadang timbul potensial aksi yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi
depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi dan depolarisasi ini membuat
ion kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi kontraksi pada otot uterus.
terhadap jaringan otot-otot uterus, yaitu hancurnya jaringan otot yang baru, dan
terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula. Adapun
tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, fundus uteri agak tinggi
sedikit disebabkan oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan uterus
setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit.
(Christin, 2005).
dipengaruhi oleh absorbsi insitu, namun oleh suatu proses eksfoliasi yang
dan stoma yang tersisa di bagian dalam desidua basalis setelah pelepasan
plasenta. Proses semacam itu akan dianggap sebagai konservatif, dan sebagai
suatu ketetapan yang bijaksana sebagai bagian dari alam. Sebaiknya kesulitan
besar akan dialami dalam pembuangan arteri yang mengalami obliterasi dan
trombin yang mengalami organisasi, kalau mereka tetap insitu, akan segera
menjadi suatu masa jaringan parut dengan akibat bahwa setelah beberapa
kehamilan tidak akan mungkin lagi untuk melaksanakan siklus perubahan yang
1. Uterus
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh
darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. (Sarwono, 2002).
12
Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah
pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara
Tabel 2.1 Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa
involusi
Infolusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan simpisi pusa 500
2 minggu Tidak terba di atas simpisis 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30
Sumber (Prawirohardjo, 2002).
diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke 6 2,4 cm
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.
Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal,
setelah 2 minggu
3. Lokia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas. pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna
a. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
persalinan.
b. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari
c. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
e. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
4. Servik
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi,
antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik sendiri
segera setelah janin dilahirkan. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3
jari dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri
(Sarwono, 2002).
14
5. Ligamen-ligamen
(Sarwono, 2002).
Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, faktor yang
1. Mobilisasi dini
anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena
adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang
tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini
2. Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan
jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka
15
pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi
kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post
partum dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman
sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses
involusi uterus.
3. Proses Laktasi
sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman
uterus. Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang
hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini
4. Usia
Faktor usia, elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun ke atas
berkurang. Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses
Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan,
5. Paritas
uteri bervariasi pada ibu post partum multipara dan primipara. Pada multipara
uterus teregang penuh dua kali lipat sehingga kontraksi uterus lebih kuat untuk
uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran lokia. Involusi uterus
situs plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi uterus,
a. Involusi Uteri
1) Pengertian
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot
polos uterus.
17
a) Autolysis
b) Attrofi Jaringan
c) Efek Oksitosin
2. Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri
b. Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat.
c. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari 5-7
tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus
I. Kerangka Teoritis
Menurut Sarwono (2002) proses involusi dapat terjadi secra cepat atau
lambat, faktor yang dapt mempengaruhi involusi uterus adalaha : mobilitas dini,
status gizi, proses laktasi, usia, dan paritas. Untuk lebih jelas secara skematis
kerangka teoritis penelitian ini dapat dilihat pada bagian dibawah ini:
Sarwono 2002
- Mobilisasi dini
Percepatan Penurunan
- Status gizi
Tinggi Fundus Uteri
- Proses laktasi
- Usia
- Partitas
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori tersebut, maka secara skematis kerangka konsep penelitian ini
Usia
B. Definisi Operasional
Independen
1 Inisiasi Tindakan Membagikan Kuesioner Ordinal
IMD
Menyusui pemberian kuesioner
Tidak
Dini ASI kepada dengan kriteria:
IMD
bayi
Ya, jika ibu
IMD
Tidak, jika
ibu tidak
IMD
Tidak, jika
bukan
primipara
Elastisitas otot
uterus jika
Umur ≥ 35
21
tahun
C. Hipotesa
Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Ha : Ada Pengaruh Usia Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
bebas dan variabel terikat. Jenis penelitian adalah yang berusaha cross sectional,
artinya mengumpulkan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas post partum pada
2. Sampel
Keterangan :
n: besar sampel
z: derajat kemaknaan 95% (1,96)
(0,10).
Q : (1-P).
berikut :
orang
Sehingga besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak
responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat. (Notoadmodjo, 2005).
Kriteria sampel yang diharapkan yaitu : ibu nifas yang bersedia menjadi respoden,
1. Tempat penelitian
24
Abidin.
2. Waktu penelitianp
Agustus 2013.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang langsung di peroleh dari responden dengan cara menyebarkan
kuetioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan dan selanjutnya oleh
kunjungan atau buku register Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin.
E. Instrumen Penelitian
centimeter (metlin).
1. Pengolahan Data
Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara (Purwanto, 1994):
25
terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang Lmungkin dapat menggangu
distribusi frekuensi.
2. Analisa data
a. Analisa Univariat
rata-rata. Hasil dari analisa ini berupa distribusi frekuensi dan presentase
dalam bentuk tabel. Untuk data demografi atau kriteria sampel dilakukan
perhitungan presentase :
Keterangan : P = persentase
f = jumlah frekuensi
n = jumlah responden
26
program SPSS.
b. Analisa Bivariat
kemaknaan (α = 0,05).
ketentuan :
2) Ha ditolak dan Ho diterima : Jika P value > 0,05 artinya tidak ada
Correction
27
3. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3
4. Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh merupakan
rumah sakit kelas A pendidikan dan Rumah sakit rujukan untuk provinsi
juni 1983, beralamat di jalan Teungku Daud Bereueh No.18 Banda Aceh,
Memiliki luas area 196,480M2. Adapun batas letak Rumah Sakit Umum
B. Hasil Penelitian
Abidin Banda Aceh pada tanggal 21 Agustus s/d 25 Agustus 2013, maka dapat
1. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Distibusi Frekuensi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post
Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Inisiasi Menyusui Dini Pada Post Partum
Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
c. Paritas
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Paritas Pada Post Partum
Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
30
No Paritas F (%)
1 Primipara 16 42,1
2 Bukan Primipara 22 57,9
Total 38 100
Sumber data primer diolah tahun 2013
d. Usia
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Usia Pada Post Partum
Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
No Usia F (%)
1 Elastisitas Otot Uterus 29 76,3
2 Tidak Elastis Otot Uterus 9 23,7
Total 38 100
Sumber Data Primer Diolah Tahun 2013
responden mayoritas pada kategori elastis yang usia pada post partum
2. Analisa Bivariat
Tabel 5.5
Pengaruh Iniasiasi Menyusui Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus
Uteri Pada Post partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
31
nilai p value = 0,005. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya
Post partum
Tabel 5.6
Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post
partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
nilai p value = 0,017. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya
Ha diterima atau ada pengaruh antara paritas dengan tinggi fundus uteri
c. Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum
Tabel 5.7
Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post
partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
Uterus <35
Tidak Elastis Otot
1 23 8 88,9 9 100
2 Uterus ≥35
Sumber data primer diolah tahun 2013
yang elastis pada usia ternyata sebanyak (75,9%) tinggi fundus uteri.
nilai p value = 0,001. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya
Ha diterima atau ada pengaruh antara usia dengan tinggi fundus uteri
C. Pembahasan
mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri terhadap usia pada post partum di
ada inisiasi menyusui dini ternyata sebanyak (81,8%) tinggi fundus uteri,
34
sedankan dari 16 responden yang tidak ada inisiasi menyusui dini ternyata
nilai p value = 0,005. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya
Ha diterima atau ada pengaruh antara inisiasi menyusui dini dengan tinggi
Menyusui Dini dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post
partum. Hal ini dimungkinkan ibu post partum ini melaksanakan inisiasi
menyusui dini dengan segera dan sesuai dengan tehnik yang telah
diajarkan. Penurunan TFU ini bisa terjadi dengan baik bila kontraksi
tentang adanya pengaruh yang besar antara penurunan tinggi fundus uteri
dengan Inisiasi Menyusui Dini, karena apabila ibu ada melakukan Inisiasi
Menyusui Dini semakin baik, tapi jika tidak ada seperti hal ibu yang
35
disebabkan oleh tidak adanya kolostrum atau ASI pertama maka tidak
partum
bukan pimipara pada paritas ternyata sebanyak (60%) rendah fundus uteri.
nilai p value = 0,017. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya
Ha diterima atau ada pengaruh antara paritas dengan tinggi fundus uteri
yang dilihat dari TFU dan lochea mayoritas normal berjumlah 17 orang
seperti semula.
3. Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum
Sedangkan dari 9 responden yang tidak elastis pada usia ternyata sebanyak
nilai p value = 0,001 Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha
diterima atau ada pengaruh antara usia dengan tinggi fundus uteri pada
post partum.
Menurut teori Farrer (2001), Usia ibu yang relatif muda dimana
otot dan kembalinya alat-alat kandungan juga semakin cepat karena proses
regenerasi dari sel-sel alat kandungan yang sangat bagus pada usia-usia
tersebut.
yang menyebutkan bahwa penurunan tinggi fundus uteri dengan usia pada
37
post partum suatu pengaruh yang baik terhadap proses penyembuhan dan
proses pemulihan kesehtan sebelum hamil. Oleh karena itu sangat penting
hamil uterus juga sering kali mengalami regangan. Dalam teori ini juga
gizi, usia, paritas, menyusui, dan senam nifas. Namun dalam lapangan
uterus.
(11,1%) mengalami penurunan tinggi fundus uteri yang baik. Hasil uji
penurunan tinggi fundus uteri, semakin tua umur seseorang maka semakin
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda
2. Ada Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post
Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p
value 0,017.
3. Ada Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post
Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p
value 0,001.
B. Saran
1. Bagi Responden
2. Bagi peneliti
3. Bagi institusi
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan dan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta; YBPSP.
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2011. Profil Kesehatan Aceh. Banda Aceh.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Selemba Medika.
41
Verney, Helen. (2000) Buku Ajaran Kebidanan Edisi 2 Volume 1. Jakarta: EGC
William, 2009. Obstetri Williams : Panduan Ringkasan, Ed. 21. Jakarta: EGC.