Pbiii Hukum Pemilu
Pbiii Hukum Pemilu
K.F Flechthiem:
“kekuasaan adalah keseluruhan dari kemampuan, hubungan-
hubungan, dan proses-proses yang menghasilkan ketaatan dari
pihak lain untuk tujuan yang ditetapkan oleh pemegang
kekuasaan”.
RM.Mac Iver:
“Kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan
tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan cara memberi
perintah maupun tidak langsung dengan mempergunakan alat dan
cara yang tersedia”.
Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum
(pemerintah) baik dalam proses terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai
dengan tujuan –tujuan pemegang kekuasaan itu sendiri.Kekuasaan pada dasarnya
adalah suatu hubungan yang didasarkan atas ketidaksamaan.
Kekuasaan dalam Negara selalu berbentuk piramida. Ini terjadi karena kenyataan
bahwa kekuasaan yang satu lebih unggul dari kekuasaan yang lain, dan kekuasaan
yang unggul selalu mengsubordinasi kekuasaan- kekuasaan lain.
Struktur Kekuasaan Negara dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu:
Suprastruktur/ struktur formal: adalah struktur di atas permukaan yang
keberadaannya ditentukan dalam Konstitusi Negara seperti, MPR, DPR,
Presiden, MA, sampai pada Kepala Desa yang merupakan lembaga-
Dari uraian di atas nampak bahwa: partai politik berada pada infra struktur/
struktur kemasyarakatan dan pemilihan umum merupakan jembatan antara supra
struktur politik dengan infrastruktur politik.
2. Sistem Kepartaian
1
Miriam Budiardjo,Prof. 1971. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta PT Gramedia; 160-162
2
Ibid; h163
Mengenai perlunya partai politik di dalam negara, ada dua kelompok pendapat:
ada yang menyatakan sangat perlu dan ada yang mengatakan tidak perlu.3
Yang mengangap perlu, mengemukakan alasan sebagai berikut:
a) Hanya dengan adanya partai politik baru terdapat pemerintahan yang
bertanggungjawab (Responsible government)
b) Dengan adanya partai politik rakyat memperoleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi di dalam pemerintahan.
c) Dengan adanya partai politik dapat dicegah tindakan sewenang-wenang
penguasa dan kepentingan umum dapat diperjuangkan. Penganutnya:
Woodrow Wilson (mantan Presiden AS), A.D. Lindsay, R.M.Mac Iver,
Joseph SchumpeterMaurice Duverger.
Yang menganggap tidak perlu:
a) Kata Partai berasal dari kata part = sebagian, sehingga dengan adanya
partai cenderung mengarah pada sparatisme/ pemisahan/ perpecahan, yang
dapat mengurangi loyalitas rakyat kepada Negara.
b) Untuk mewujudkan program partai politik memerlukan biaya ( terutama
dari para simpatisannya), akan tetapi sebagai imbalannya partai politik
menjanjikan sesuatu kepada penyumbangnya-penyumbangnya, sehingga
dapat merugikan Negara.
c) Organisasi partai yang memiliki struktur organisasi yang bersifat hirarkhis
cenderung bersifat birokrasi dan anggotanya memiliki disiplin partai yang
lebih kuat dari pada disiplin nasional. Penganutnya M Ostrogorsky, James
Bryce, Robert Crowley, dan Puffet.
3
Atmadja, IDG. Rangkuman Studi Ilmu Politik ( Diktat). Denpasar: FH Unud; h.77
4
Miriam Budiardjo.1980. Opcit. 166-170
5
Miriam Budiardjo.1980. Opcit; h 171
Ad 3) Masa UU No. 7 Tahun 1953 Tentang Pemilu ( LN. No. 29Tahun 1953)
ditetapkan 7 April 1953 diadakan Pemilihan Umum untuk: Memilih Anggota
DPR bulan September 1955 dan Memilih Anggota Konstituante 1 Maret 1956.
6
Atmadja,IDG. Opcit h.84
Ad 4) Masa Penpres No. 7 Tahun 1959/ Masa Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dari sejarah ketatanegaraan terjadi kegagalan Badan Konstituante menetapkan
UUD baru kemudian disusul Dekrit Presiden 5 Juli 1959.Terjadi perubahan
ketatanegaraan dari UUDS 1950 dengan memberlakukan UUD 1945, yang
dikenal dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Presiden Soekarno mengeluarkan
Penetapan Presiden (Penpres) No. 7 Tahun 1959 Tentang Syarat-syarat
Penyederhanaan Kepartaian, yang isinya antara lain:
1. Partai politik harus menerima asas Negara Kesatuan Republik
Indonesia menurut UUD 1945.
2. Dalam Anggaran Dasar Partai harus dicantumkan dengan tegas partai
politik menerima dan mempertahankan Pancasila.
3. Partai Politik harus menegaskan bahwa program kerjanya adalah
Manifesto Politik Pidato Presiden 17 Agustus 1959.(penjelasan dari
dikeluarkannya Dekrit)7
Kemudian dikeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 13 Tahun 1960 Tentang
Pengakuan, Pengawasan, dan Pembubaran Partai
Dengan Keppres No.440 Tahun 1961, Tentang Pengakuan Partai-partai
politik yang diakui 10 partai dan memiliki wakil di DPR –Gotong Royong
(GR) : PNI, NU, PKI, Parkindo, Partai Katolik, Partai Serikat Islam
Indonesia, Partai Islam Perti, Partai Murba, Partai Indonesia (Partindo),
Golongan Karya : yang merupakan wakil golongan fungsional : tani,
7
Lihat, lampiran Atmadja,IDG. 1989. Partai Politik dan Golongan Karya Dalam lintasan
Perundang-undangan. Denpasar: Penerbit Setiakawan.h 64-120
Ad 7) Masa Reformasi.
Diawali oleh krisis moneter Indonesia dilanda krisis kepercayaan (moral) terhadap
pemerintahan dalam arti luas bersamaan dengan isu penegakan hak asasi manusia
dan penegakan hukum. Khusus terhadap kehidupan partai politik dikeluarkan UU
No. 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik , UU No. 3 Tahun 1999 Tentang
Pemilihan Umum dan UU No. 4 Tahun 1999 Tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR dan DPRD.UU No.3 Tahun 1999 membuka kembali kebebasan
membentuk Partai politik dan boleh mencantumkan asas ciri masing-masing
partai. Akhirnya muncul sistem banyak partai, ada 48 Partai peserta Pemilu,
demikian juga berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004, berkurang secara signifikan
sebanyak 24 partai, dari 80 partai politik yang mendaftar, karena ditentukan
syarat-syarat partai politik yang dapat menjadi peserta pemilihan umum.8
8
Komisi Pemilihan Umum2003. Partai Politik Peserta Pemilu 2004 Perjalanan dan Profilnya.
Jakarta Desember 2003, hal. 4-5
9
Koesnardi dan Harmaily Ibrahim. 1981. PengantarHukum Tatanegara
Indonesia.Jakarta:Penerbit Pusat Studi Hukum Tatanegara Indonesia dan CV Sinar Bhakti; h332-
334
PERTEMUAN KE IV TUTORIAL
Tugas Kelompok:
Bagian I Pelajari UU terkait Pemilu 2009
UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (3 kelompok)
1. Syarat-syarat dan prosedur mendirikan Partai Politik
2. Tujuan, fungsi hak dan kewajiban Partai Politik
3. Larangan-larangan bagi Parpol
UU No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan
DPRD
4. Syarat-syarat menjadi peserta Pemilihan DPR, DPRD
5. Penentuan jumlah kursi dalam wilayah pemilihan masing-masing
6. Cara perhitungan suara dan perolehan kursi
7. Sistem pemilihan anggota DPD
8. Biaya Kampanye
9. Larangan dalam kampanye dan sanksi dan Penyelesaian kasus tindak pidana
pemilu.