Anda di halaman 1dari 17

PERTEMUAN III: PERKULIAHAN

PB. III. KORELASI ANTARA SISTEM POLITIK, SISTEM


KEPARTAIAN DAN SISTEM PEMILU

1. Negara merupakan satu sistem politik

Negara bila dilihat dari sudut kekuasaan/politik merupakan suatu sistem


kekuasaan. Pengertian kekuasaan adalah suatu kemampuan seseorang atau
kelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok
orang lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku seseorang atau kelompok orang
tersebut menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang memiliki
kemampuan itu.Gejala kekuasaan itu adalah gejala yang lumrah terdapat pada
setiap masyarakat.

K.F Flechthiem:
“kekuasaan adalah keseluruhan dari kemampuan, hubungan-
hubungan, dan proses-proses yang menghasilkan ketaatan dari
pihak lain untuk tujuan yang ditetapkan oleh pemegang
kekuasaan”.

RM.Mac Iver:
“Kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan
tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan cara memberi
perintah maupun tidak langsung dengan mempergunakan alat dan
cara yang tersedia”.
Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum
(pemerintah) baik dalam proses terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai
dengan tujuan –tujuan pemegang kekuasaan itu sendiri.Kekuasaan pada dasarnya
adalah suatu hubungan yang didasarkan atas ketidaksamaan.

Kekuasaan dalam Negara selalu berbentuk piramida. Ini terjadi karena kenyataan
bahwa kekuasaan yang satu lebih unggul dari kekuasaan yang lain, dan kekuasaan
yang unggul selalu mengsubordinasi kekuasaan- kekuasaan lain.

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 1


Gambar:2 2

Sumber-sumber Kekuasaan bisa didasarkan pada: Kekuasaan Fisik, Kedudukan/


jabatan/ rational, Kekayaan, Kepercayaan\ kharismatik. Bentuk lain kekuasaan
sering dikenal istilah: pengaruh, dominasi, hubungan/relasi, kontrol dan lain-lain
yang mirip dengan itu.

Ciri-ciri kekuasaan Negara:


 adanya unsur kekuatan memaksa: memungut pajak, menghukum mati
orang, memenjarakan orang dll.
 Negara memiliki monopoli kekuasaan memaksa secara jasmani dalam
menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat termasuk melarang suatu
keyakinan / paham tertentu seperti misalnya:komunisme/ PKI.
 Sifat kekuasaan Negara mencakup semua orang tanpa kecuali: setiap
peraturan negara berlaku bagi semua orang, tanpa kecuali.

Struktur Kekuasaan Negara dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu:
 Suprastruktur/ struktur formal: adalah struktur di atas permukaan yang
keberadaannya ditentukan dalam Konstitusi Negara seperti, MPR, DPR,
Presiden, MA, sampai pada Kepala Desa yang merupakan lembaga-

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 2


lembaga negara dan pemerintahan. Sehingga sering juga disebut Struktur
formal atau struktur pemerintahan.
 Infrastruktur: adalah struktur di bawah permukaan yang keberadaannya
ada dalam masyarakat. Komponennya antara lain : Partai- partai politik,
Kelompok Kepentingan (interest groups), Kelompok Penekan (Pressure
groups), Alat komunikasi politik (media massa), Tokoh-tokoh Politik.
Hubungan antara supra struktur dan infra struktur saling mempengaruhi: supra
struktur mengatur infrastruktur melalui peraturan perundang-undangan atau
kebijakan lainnya, sementara infrastruktur sangat mempengaruhi berjalannya
supra struktur politik, terutama dalam negara demokrasi.Hubungan yang paling
nyata adalah pada adanya lembaga pemilihan umum yang diselenggarakan secara
priodik.

Dari uraian di atas nampak bahwa: partai politik berada pada infra struktur/
struktur kemasyarakatan dan pemilihan umum merupakan jembatan antara supra
struktur politik dengan infrastruktur politik.

2. Sistem Kepartaian

1). Pengertian Partai Politik


Miriam Budiardjo mengatakan Partai politik pada dasarnya merupakan suatu
kelompok yang terorganisir, di mana para anggotanya memiliki orientasi, nilai-

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 3


nilai dan cita-cita yang sama, dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik
dengan merebut jabatan-jabatan politik secara konstitusional lewat pemilihan
umum.
Carl J. Friederich: Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisisir
secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya dan, berdasarkan penguasaan ini
memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun
materiil.
R.H. Soltau: Partai politik adalah sekelompok warganegara yang sedikit bayak
terorganisir, yang bertindak sbagai suatu kesatuan politik dan yang – dengan
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih- bertujuan untukmenguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.
Sigmund Newmann: Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik
yang berusaha untuk menguasasi kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-
golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. 1
Perbedaan Parpol dengan Gerakan dan Kelompok Kepentingan/kelompok
Penekan adalah sebagai berikut:
 Perbedaan partai politik dengan suatu gerakan adalah: suatu gerakan
merupakan kelompok atau golongan yang ingin mengadakan perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang malahan
ingin menciptakan suatu tatanan masyarakat yang baru sama sekali,
dengan memakai cara-cara politik. Dibandingkan dengan parpol, gerakan
memiliki tujuan yang lebih terbatas dan bersifat fundamental dan kadang-
kadang bersifat idiologis. Gerakan dalam memperjuangkan tujuannya
biasanya tidak melalui pemilihan umum.
 Kelompok Penekan/ pressure groups sebenarnya adalah sama dengan
kelompok kepentingan, perbedaannya terletak dalam cara
memperjuangkan kepentingannya lebih keras/gencar dengan melancarkan

1
Miriam Budiardjo,Prof. 1971. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta PT Gramedia; 160-162

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 4


tekanan kepada pemerintah agar mendapat keputusan yang
menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang merugikan
kepentingan kelompoknya.
 Perbedaan Kelompok kepentingan/Interest groups dengan Partai politik
adalah di dalam melancarkan pengaruhnya kelompok kepentingan tidak
berusaha merebut jabatan-jabatan politik bagi anggotanya, melainkan
cukup hanya mempengaruhi beberapa partai politik, pejabat pemerintah,
menteri-menteri agar kepentingannya mendapat perhatian.

2). Fungsi Partai Politik:2


Ada 4 fungsi utama partai politik dalam negara:
a) Partai sebagai sarana komunikasi politik: partai politik bertugas sebagai
alat komunikasi dua arah yakni menyalurkan aspirasi anggotanya ke pada
pemerintah dan sebaliknya menginformasikan segala kebijaksanaan yang
telah diambil pemerintah kepada para anggotanya. Proses penyaluran
aspirasi melalui langkah-langkah: penggabungan aspirasi (interest
aggregation), kemudian diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur
(interest articulation), hasil perumusan kepentingan ini kemudian
disampaikan kepada pemerintah.
b) Partai Politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi politik (Instrument of
political sozialization). Sosialisasi politik meupakan suatu proses melalui
mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi mengenai suatu fenomena
politik, yang umumnya berlku dalam masyarakat di mana ia berada, Proses
ini berjalan secara berangsur-angsur dari masa anak-anak sampai dewasa,
melalui mana orang-orang mentransfer norma-norma dan nilai-nilai dari
generasi ke generasi berikutnya. Partaipolitik inilah sebagai salah satu
sarana.
c) Partai Politik sebagai sarana recruitment politik. Partai politik berfungsi
mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota partai. Caranya; melalui kontak pribadi, persuasi

2
Ibid; h163

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 5


dan lain-lain. Melalui proses seleksi akan melahirkan kader-kader
pemimpin bangsa di kemudian hari.
d) Partai Politik sebagai sarana managemen konflik. Dalam suatu negara
demokrasi perbedaan pendapat adalah wajar terjadi. Jika sampai terjadi
konflik dalam masyarakat, partai politik berkewajiban menengahi/
menyelesaikan konflik.

Mengenai perlunya partai politik di dalam negara, ada dua kelompok pendapat:
ada yang menyatakan sangat perlu dan ada yang mengatakan tidak perlu.3
Yang mengangap perlu, mengemukakan alasan sebagai berikut:
a) Hanya dengan adanya partai politik baru terdapat pemerintahan yang
bertanggungjawab (Responsible government)
b) Dengan adanya partai politik rakyat memperoleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi di dalam pemerintahan.
c) Dengan adanya partai politik dapat dicegah tindakan sewenang-wenang
penguasa dan kepentingan umum dapat diperjuangkan. Penganutnya:
Woodrow Wilson (mantan Presiden AS), A.D. Lindsay, R.M.Mac Iver,
Joseph SchumpeterMaurice Duverger.
Yang menganggap tidak perlu:
a) Kata Partai berasal dari kata part = sebagian, sehingga dengan adanya
partai cenderung mengarah pada sparatisme/ pemisahan/ perpecahan, yang
dapat mengurangi loyalitas rakyat kepada Negara.
b) Untuk mewujudkan program partai politik memerlukan biaya ( terutama
dari para simpatisannya), akan tetapi sebagai imbalannya partai politik
menjanjikan sesuatu kepada penyumbangnya-penyumbangnya, sehingga
dapat merugikan Negara.
c) Organisasi partai yang memiliki struktur organisasi yang bersifat hirarkhis
cenderung bersifat birokrasi dan anggotanya memiliki disiplin partai yang
lebih kuat dari pada disiplin nasional. Penganutnya M Ostrogorsky, James
Bryce, Robert Crowley, dan Puffet.

3
Atmadja, IDG. Rangkuman Studi Ilmu Politik ( Diktat). Denpasar: FH Unud; h.77

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 6


3) Klasifikasi Sistem Kepartaian.4
Pengelompokan partai politik ada bermacam-macam criteria: ada 3 macam criteria
untuk mengadakan klasifikasi, yaitu: menurut jumlah dan fungsi anggotanya; sifat
dan orientasi partai; dan jumlah partai yang berpengaruh dalam badan perwakilan.
a. Klasifikasi menurut jumlah dan fungsi anggotanya; ada partai massa dan partai
kader.
 Partai Massa: yaitu partai yang selalu mendasarkan kekuatannya pada
jumlah anggotanya. Hubungan antara anggota sangat longgar, disiplin dan
kualitas anggota partai tidak/ kurang mendapat perhatian dan pembinaan.
 Partai Kader: partai yang mementingkan kualitas, loyalitas dan disiplin
anggotanya. Karena itu untuk menjadi anggota partai perlu seleksi yang
ketat, dan adanya sanksi yang tegas terhadap anggotanya dari pimpinan
partai yang menyimpang dari garis kebijakan partai serta disiplin partai
sangat tegas dan konswen. Jumlah anggota tidak dijadikan target partai.
b). Klasifikasi berdasarkan sifat dan orientasi partai: Partai dapat dibedakan atas 3
macam:

1) Partai Lindungan (Patronage Party). Umumnya memiliki organisasi


nasional yang kendor. Maksud utama adalah memenangkan pemilu dengan
mencari dukungan dan kesetiaan anggotanya terutama menjelang
pemilihan umum.
2) Partai asas/ Idiologi; biasanya mempunyai pandangan hidup (idiologi)
yang digariskan dalam kebijakan pimpinan dan berpedoman pada doktrin
dan disiplin partai yang kuat dan mengikat. Dengan demikian hubungan
antar anggota sangat kuat/ erat dan idiologinya sangat kuat.
3) Partai program: yaitu partai yang berorientasi pada program–program yang
kongkrit untuk diperjuangkan menjadi program nasional.
Diakui bahwa klasifikasi atas dasar 1) dan 2) di atas tidak memuaskan karena bisa
saja satu partai politik sekaligus merupakan partai kader dan partai massa, dan
dari sudut orientasi merupakan partai kader sekaligus partai program.

4
Miriam Budiardjo.1980. Opcit. 166-170

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 7


c). Klasifikasi atas dasar: jumlah partai yang berpengaruh dalam Badan
Perwakilan. Menurut Maurice Duverger, terdiri atas tiga (3) sistem, yaitu:
1) Sistem satu partai atau Partai Tunggal/Mono Partai. Di mana konsentrasi
kekuasaan ada pada satu partai; hanya ada satu partai yang berkuasa secara
dominant. Kalau toh ada partai politik lain sifatnya non kompetitif ( tidak
boleh bersaing secara bebas). Sistem ini biasanya dianut oleh Negara-
negara komunis.
2) Sistem dua Partai/ Dwi Partai. Dalam system dwi partai diartikan sebagai
adanya dua partai atau lebih, tetapi dengan peranan dominant dari dua
partai. Contohnya Inggris dan Amerika Serikat. Di Inggris ada 3 partai
yakni Partai Buruh, Partai Konservatif dan Partai Liberal. Namun yang
dominant adalah partai Buruh dan Konservatif. Sistem dwi partai akan
lebih menjamin stabilitas pemerintahan, karena fungsi partai dalam Badan
Perwakilan adalah sangat jelas. Partai yang menang dalam pemilihan
Umum akan menduduki pemerintahan, dan partai yang kalah akan menjadi
oposisi yang loyal. Menurut Miriam Budiardjo, sistem dwi partai akan
berjalan dengan baik bila didukung oleh: Komposisi Masyarakat adalah
homogen (social homogeneity); Konsensus dalam masyarakat mengenai
asas dan tujuan sosial yang pokok adalah kuat; adanya kontinuitas sejarah.
Di samping itu system dwi partai pada umumnya diperkuat dengan system
pemilihan distrik (single member constituency), karena sistem pemilihan
distrik cenderung menghambat tumbuh dan berkembangnya partai kecil.
3) Sistem Multi Partai. Di mana dalam sistem multi partai ada lebih dari dua
partai politik yang berpengaruh di badan perwakilan rakyat. Sistem ini
tumbuh dalam masyarakat yang komposisinya heterogen. Di mana
perbedaan ras, suku, agama adalah sangat kuat, sehingga kelompok-
kelompok dalam masyarakat cenderung mengikatkan diri pada ikatan-
ikatan terbatas ( primordial), dan menyalurkan aspirasinya lewat ikatan-
ikatan terbatas tersebut. Contohnya di Indonesia. (Untuk lebih jelas lihat
sejarah parpol di Indonesia berikut point 5). Sistem multi partai apabila
digandengkan dengan sistem pemerintahan parlementer akan cenderung

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 8


menyebabkan ketidakstabilan pemerintahan karena eksekutif merupakan
pemerintahan koalisi (gabungan lebih dari satu partai) untuk memperoleh
dukungan mayoritas di parlemen. Pemerintah koalisi ini mudah pecah bila
ada sedikit saja perbedaan pendapat antara partai yang berkoalisi. Di
samping itu tugas partai dalam parlemen menjadi tidak jelas karena suatu
saat ia menjadi partai pemerintah dan saat koalisi pecah ia berubah
menjadi partai oposisi. Contoh nyata dapat kita lihat dari pengalaman
Indonesia dari tahun 1950-1959, di bawah UUDS 1950, dalam jangka
waktu 9 tahun ada tujuh kali pergantian kabinet, yang membuktikan
eksekutif menjadi labil. Sistem multi partai akan terus berkembang bila
didukung oleh sistem pemilihan proporsional, karena memberi
kemungkinan kepada partai kecil terus hidup, walaupun ia memperoleh
sedikit sekali kursi di dalam parlemen.

4) Sejarah Pengaturan Kepartaian di Indonesia


Sejarah pengaturan partai politik di Indonesia dapat dikelompokkan atas:
1) Masa Penjajahan
2) Masa Maklumat pemerintah RI 3 Nopember 1945
3) Masa UU No. 7 Tahun 1953 Tentang Pemilu.
4) Masa Penpres No. 7 Tahun 1959
5) Masa Pemilu Tahun 1971
6) Masa UU Partai Politik dan Golongan Karya 1975-1985
7) Masa Reformasi

ad. 1). Masa Penjajahan:5


Partai politik dibentuk berdasarkan adanya gerakan ethische politiek dengan
memberikan kesempatan di wilayah jajahan membentuk dewan perwakilan rakyat
(Volksraad). Tahun 1939 .Partai politik dibentuk dan melakukan perjuangan
lewat Volksraad adalah:
 Indonesiche Nationale Groep dipimpin Moh. Yamin
 Fraksi National di bawah Husni Thamrin

5
Miriam Budiardjo.1980. Opcit; h 171

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 9


 Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi Putera di bawah Pimpinan Parwoto.
Di luar Volksraad ada usaha-usaha untuk menggabungkan partai politik dengan
membentuk:
 GAPI (Gabungan Partai Politik) yang merupakan gabungan dari partai
partai politik yang beraliran nasional.1939
 MIAI (Majelisul Islamil Alaa Indoesia), yang merupakan gabungan partai
-partai yang beraliran Islam.1937.
 MRI (Majelis Rakyat Indonesia) adalah gabungan partai dari organisasi
buruh.
Massa penjajahan Jepang, partai politik dilarang, hanya golongan-golongan islam
diberi kebebasan membentuk Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin
Indonesia.Pada Masa Penjajahan sistim kepartaian menganut pola sistim Multi
Partai.

Ad2).Masa Maklumat Pemerintah 3 Nopember 1945 6:


Maklumat ini merupakan pengumuman dari pemerintah yang berisi usulan dari
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BKNIP), untuk mendirikan
partai-partai politik dengan alasan partai politik akan dapat memperkuat barisan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Isi maklumat adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah menyukai pembentukan partai-partai politik;
2. Pemerintah berharap partai-partai itu terbentuk sebelum pemilihan
Badan Perwakilan Rakyat.
Dari himbuan ini muncul 10 partai politik : Masyumi, Partai Buruh Indonesia,
Partai Rakyat Jelata, Partai Kristen Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai
Rakyat Sosialis, Partai Sosialis Indonesia, Partai Katolik Republik Indonesia,
Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia, Partai Nasionalis Indonesia.Dengan
demikian lahir pola multi partai.

Ad 3) Masa UU No. 7 Tahun 1953 Tentang Pemilu ( LN. No. 29Tahun 1953)
ditetapkan 7 April 1953 diadakan Pemilihan Umum untuk: Memilih Anggota
DPR bulan September 1955 dan Memilih Anggota Konstituante 1 Maret 1956.
6
Atmadja,IDG. Opcit h.84

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 10


Partai Politik yang mengikuti Pemilu adalah: 24 parpol untuk merebut 272 kursi.
Perolehan suara terbesar adalah:
Masyumi: 60 kursi
PNI : 58 kursi
Nahdatul Ulama: 47 kursi
PKI : 32 kursi
Sisa kursi: 75 kursi diperebutkan partai-partai kecil lainnya.

Ad 4) Masa Penpres No. 7 Tahun 1959/ Masa Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dari sejarah ketatanegaraan terjadi kegagalan Badan Konstituante menetapkan
UUD baru kemudian disusul Dekrit Presiden 5 Juli 1959.Terjadi perubahan
ketatanegaraan dari UUDS 1950 dengan memberlakukan UUD 1945, yang
dikenal dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Presiden Soekarno mengeluarkan
Penetapan Presiden (Penpres) No. 7 Tahun 1959 Tentang Syarat-syarat
Penyederhanaan Kepartaian, yang isinya antara lain:
1. Partai politik harus menerima asas Negara Kesatuan Republik
Indonesia menurut UUD 1945.
2. Dalam Anggaran Dasar Partai harus dicantumkan dengan tegas partai
politik menerima dan mempertahankan Pancasila.
3. Partai Politik harus menegaskan bahwa program kerjanya adalah
Manifesto Politik Pidato Presiden 17 Agustus 1959.(penjelasan dari
dikeluarkannya Dekrit)7
Kemudian dikeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 13 Tahun 1960 Tentang
Pengakuan, Pengawasan, dan Pembubaran Partai
 Dengan Keppres No.440 Tahun 1961, Tentang Pengakuan Partai-partai
politik yang diakui 10 partai dan memiliki wakil di DPR –Gotong Royong
(GR) : PNI, NU, PKI, Parkindo, Partai Katolik, Partai Serikat Islam
Indonesia, Partai Islam Perti, Partai Murba, Partai Indonesia (Partindo),
Golongan Karya : yang merupakan wakil golongan fungsional : tani,

7
Lihat, lampiran Atmadja,IDG. 1989. Partai Politik dan Golongan Karya Dalam lintasan
Perundang-undangan. Denpasar: Penerbit Setiakawan.h 64-120

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 11


buruh, ABRI, Alim Ulama, Wanita, Cendekiawan, Koperasi, Pengusaha
nasional, veteran, wartawan, Angkatan 45).
 Partai-partai yang dibubarkan: Masyumi dengan Keppres No.200 Tahun
1960 17 Agustus 1960 Partasi Sosialis Indonesia (PSI) dengan Keppres
No.201/ 1960 17 Agustus 1960
 Partai yang ditolak dengan Keppres 129 Tahun 1961 tgl 14 April 1961:
PSII Abikusno Tjokrosuyoso; Partai Rakyat Nasional Bebasa Dalung
Lalo; Partai Rakyat Indonesia; Partai Rakyat Nasionalis Djodi
Gondokoesoemo. Tahun 1965 terjadi Pembrontakan Gerakan 30
September1965.

Ad 5) Masa Pemilu Tahun 1971 /Masa Orde Baru


Dengan Surat Perintah sebelas Maret 1966 Soeharto sebagai Letjen TNI
mengeluarkan Keputusan Tanggal 12 Maret 1966: Membubarkan PKI beserta
ormas-ormasnya, pembubaran ini diperkuat dengan Tap MPRS No.XXV/MPRS/
1966 Tentang Pembubaran PKI dan Ormas-Ormasnya, serta larangan
penyebarluasan ajaran Marxisme – Leninisme.Semboyan Orde Baru adalah
“Melaksanakan UUD 1945 Secara Murni dan Konskwen”. Pada masa orde baru
ini dikeluarkan UU No. 15 Tahun 1969 Tentang Pemilihan Umum, dan UU No.
16 Tahun 1969 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR,DPR, dan DPRD.
Pemilihan Umum diadakan tanggal 3 Juli 1971 yang diikuti oleh sepuluh ( 10)
partai Politik, yaitu: Nahdatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (PMI),
Partai Nasional Indonesia, Partai Serikat Islam Indonesia, Partai Kristen
Indonesia, Partai Katolik, Partai Islam Perti, Partai Murba, Ikatan Pendukung
Indonesia (IPKI), Golongan Karya.

Ad 6) Masa UU Partai Politik dan Golongan Karya 1975-1985


MPR hasil Pemilihan Umum, kemudian melakukan fusi / penggabungan dalam
fraksi-fraksi: Fraksi Persatuan Pembangunan: NU, PMI, PSII, Partai Islam Perti;
Fraksi Demokrasi Indonesia: PNI, Parkindo, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI;
Fraksi Karya Pembangunan: Golongan Karya .Dua Fraksi Fungsional yang
melalui pengangkatan : yaitu Fraksi ABRI, dan Fraksi Utusan Daerah.

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 12


Fusi ini kemudian diikuti dengan dikeluarkannya UU No.3 Tahun 1975 Tentang
Partai Politik dan Golongan Karya, yang menyederhanakan jumlah partai
(organisasi sosial politik) menjadi tiga, yaitu : Partai Demokrasi Indonesia, Partai
Persatuan Pembangunan dan Golkar. Ketiga Orsospol ini selain harus menerima
Pancasila dan UUD 1945 sebagai asas, juga masih diakui asas ciri partai politik
yaitu: PPP berasaskan Islam, PDI berasakan Nasionalisme dan Keadilan Sosial,
Golkar: Kerakyatan untuk kesejahteraan bangsa dan keadilan sosial. Tetapi asas
ciri ini dihapus dengan UU NO.3 Tahun 1985 Tentang Parpol dan Golkar, serta
dengan UU NO.5 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, yang hanya
mengenal asas Pancasila sebagai satu-satunya asas parpol dan ormas.Partai
diarahkan menjadi partai program.
Sejak tahun 1971 telah berhasil diadakan pemilihan umum legislative setiap lima
tahun sekali secara priodik, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997
dimana hasil pemilu selalu didominasi oleh Golkar.

Ad 7) Masa Reformasi.
Diawali oleh krisis moneter Indonesia dilanda krisis kepercayaan (moral) terhadap
pemerintahan dalam arti luas bersamaan dengan isu penegakan hak asasi manusia
dan penegakan hukum. Khusus terhadap kehidupan partai politik dikeluarkan UU
No. 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik , UU No. 3 Tahun 1999 Tentang
Pemilihan Umum dan UU No. 4 Tahun 1999 Tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR dan DPRD.UU No.3 Tahun 1999 membuka kembali kebebasan
membentuk Partai politik dan boleh mencantumkan asas ciri masing-masing
partai. Akhirnya muncul sistem banyak partai, ada 48 Partai peserta Pemilu,
demikian juga berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004, berkurang secara signifikan
sebanyak 24 partai, dari 80 partai politik yang mendaftar, karena ditentukan
syarat-syarat partai politik yang dapat menjadi peserta pemilihan umum.8

Sistem multi partai muncul karena masyarakat Indonesia sangat heterogen,


mereka cenderung melakukan ikatan-ikatan terbatas/primordial, baik berdasarkan

8
Komisi Pemilihan Umum2003. Partai Politik Peserta Pemilu 2004 Perjalanan dan Profilnya.
Jakarta Desember 2003, hal. 4-5

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 13


kelompok/ golongan, agama, ras maupun kedaerahan.Disamping itu, sistem
pemilihan proporsional tetap memberi peluang bagi partai-partai kecil tetap hidup.

3. Sistem Pemilihan Umum


Pemilihan umum merupakan satu cara untuk menentukan wakil-wakil rakyat yang
duduk dilembaga perwakilan rakyat. Sistim pemilihan ini sangat dipengaruhi oleh
cara pandang terhadap individu atau masyarakat dalam negara.Apakah mereka
dipandang sebagai individu yang bebas untuk memilih wakilnya atau dipilih
sebagai wakil rakyat atau mreka dipandang sebagai satu keastuan kelompok
sehingga tidak dapat menentukan pilihan atau mencalonkan diri untuk dipilih.
Atas kriteria ini, maka dikenal dua sistem pemilihan yakni:

1) Sistim pemilihan Mekanis: memandang rakyat sebagai massa individu-


individu yang sama sebagai satu kesatuan otonum dan negara / masyarakat
dipandang sebagai komplek hubungan-hubungan antar individu.Setiap
individu memiliki hak dipilih dan memilih aktif yang mengeluarkan satu
suara dalam setiap pemilihan.Sifat perwakilan yang dihasilkan adalah
perwakilan politik.
2) Sistim pemilihan Organis: menempatkan masyarakat sebagai satu kesatuan
individu-individu yang hidup bersama dalam berbagai macam kesatuan
hidup berdasarkan: hubungan genealogis, fungsi ekonomi, industri,
lapisan-lapisan sosial seperti: buruh, cendikiawan, pengusaha,
dsb.Kesatuan-kesatuan hidup inilah yang mengendalikan hak memilih dan
dipilih, atau mengutus wakil-wakilnya yang duduk di badan perwakilan
rakyat.Prosedurnya biasanya melalui pengangkatan, sehingga sifat
perwakilan yang dihasilkan adalah perwakilan fungsional.9Cara pandang
inipun berkaitan dengan soal apakah perlu atau tidak adanya partai politik
dalam Negara. Lihat didepan soal eksistensi partai politik.Menurut sistim

9
Koesnardi dan Harmaily Ibrahim. 1981. PengantarHukum Tatanegara
Indonesia.Jakarta:Penerbit Pusat Studi Hukum Tatanegara Indonesia dan CV Sinar Bhakti; h332-
334

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 14


pemilihan mekanis, maka partai politik mutlak diperlukan dan perlu
adanya pemilihan umum.
Pada umumnya Negara demokrasi menganut sistem pemilihan mekanis, atau
kombinasi kedua sistim ini, seperti Parlemen Inggris yang bersifat bi-cameral di
mana House of Lord diisi dengan pengangkatan dan House of Common diisi
lewat pemilihan umum.

Sistem pemilihan mekanis, mengenal dua macam cara yaitu:


1). Sistem perwakilan distrik/ Majority/ Singel member constituences.
2). Sistem perwakilan Proporsional.

Ad. 1). Sistem perwakilan distrik, dilakukan dengan cara:

1) Wilayah Negara dibagi-bagi dalam daerah pemilihan yang disebut distrik –


distrik pemilihan yang jumlahnya sama dengan jumlah anggota badan
perwakilan rakyat. Misalnya di badan perwakilan ada 500 kursi, maka
wilayah Negara akan dibagi-bagi menjadi 500 distrik pemilihan.
2) Setiap distrik diwakili oleh satu orang yang memperoleh suara mayoritas.
Misalnya dalam setiap distrik jumlah pemilih adalah 100 orang, dan
jumlah calon yang dipilih adalah 5 dengan perolehan suara masing-
masing: A = 40, B = 35, C = 15, D = 7, E = 3, maka yang mewakili distrik
adalah A dengan suara majoritas di antara para calon yang lain.
Ada beberapa dampak dalam sistem perwakilan distrik adalah:
1) Orang yang dipilih belum tentu mewakili suara mayoritas dari wilayah
distrik itu, terutama bila calon yang dipilih lebih dari dua orang. Oleh
karena itu bila dianut sistem pemilihan distrik, maka lambat-laun akan
mendorong lahirnya sistim dwi partai dalam Negara, karena partai- partai
kecil akan sangat kehilangan harapan untuk mendudukan wakilnya di
badan perwakilan rakyat.
2) Biasanya orang yang terpilih itu pasti sangat dikenal dan memiliki
hubungan yang sangat dekat dengan pemilihnya, sehingga ia akan dituntut
memperjuangkan aspirasi pemilihnya, sehingga kemungkinan akan ada

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 15


akibat bahwa si wakil hanya memperjuangkan kepentingan daerahnya dan
kurang memperhatikan kepentingan nasional.
Pemilihan Presiden dan wakil Presiden, Gubernur dan wakil Gubernur,
Bupati/Wali kota dan wakil menggunakan sistem distrik.Wilayah pemilihannya
adalah negara; propinsi; kabupaten/ Kota masing-masing.

Ad. 2) Sistem perwakilan proporsional.

Sistim perwakilan proporsional adalah sistim perwakilan di mana prosentase kursi


di badan perwakilan rakyat yang dibagikan kepada partai politik berdasarkan
prosentase jumlah suara yang diperoleh oleh tiap-tiap partai politik.Negara
merupakan satu wilayah pemilihan.Perolehan suara partai politik dihitung secara
nasional dan dibagi berdasarkan prosentase suara.Contoh: Jumlah suara pemilih
yang sah adalah 4000.000, sementara jumlah kursi yang diperebutkan adalah 400
buah, maka nilai sebuah kursi adalah 10.000 pemilih.

Dampak secara umum dari sistim pemilihan proporsional:


1) Setiap suara di wilayah pemilihan tetap dihitung secara nasional, sehingga
tidak ada suara yang hilang.
2) Sistim ini disukai oleh partai-partai kecil, karena masih ada harapan
kemungkinan dapat merebut kursi di lembaga perwakilan rakyat walaupun
hanya satu kursi. Sehingga sistim pemilihan proporsional cenderung
mendorong tumbuhnya sistim multi partai.
3) Perhitungan suaranya berbelit-belit
4) Rakyat bukan memilih orang, melainkan partai politik. Sementara sistem
distrik rakyat memilih orang.
Sistem proposional ada berbagai macam variasi dalam pelaksanaannya. Contoh:
di Indonesia dalam pemilu tahun 2004.Negara merupakan satu daerah pemilihan,
yang kemudian dibagi-bagi dalam wilayah pemilihan dan di tiap wilayah
pemilihan disediakan beberapa kursi sesuai dengan jumlah penduduknya.
Misalnya, daerah pemilihan anggota DPR adalah seluruh Indonesia sebayak 400
kursi, kemudian di tiap propinsi disediakan X atau Y kursi berdasarkan tingkat

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 16


kepadatan penduduk.Sehingga nilai sebuah kursi bervariasi di tiap propinsi,
sehingga jumlah kursi untuk seluruh Indonesia, tetap 400 kursi.
Misalnya: untuk Bali nilai satu kursi DPR mungkin hanya 150.000 suara,
sedangkan di Propinsi Irian Jaya 100.000 suara.

PERTEMUAN KE IV TUTORIAL
Tugas Kelompok:
Bagian I Pelajari UU terkait Pemilu 2009
UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (3 kelompok)
1. Syarat-syarat dan prosedur mendirikan Partai Politik
2. Tujuan, fungsi hak dan kewajiban Partai Politik
3. Larangan-larangan bagi Parpol

UU No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan
DPRD
4. Syarat-syarat menjadi peserta Pemilihan DPR, DPRD
5. Penentuan jumlah kursi dalam wilayah pemilihan masing-masing
6. Cara perhitungan suara dan perolehan kursi
7. Sistem pemilihan anggota DPD
8. Biaya Kampanye
9. Larangan dalam kampanye dan sanksi dan Penyelesaian kasus tindak pidana
pemilu.

Bahan Kuliah Hk.Pemilu 2015 Dr. Ni Ketut Sri Utari,SH,MH Page 17

Anda mungkin juga menyukai