TINJAUAN TEORITIS
C. Patofisiologi
Infark miokardium terjadi saat aliran darah kebagian otot jantung sepenuhnya
terhambat, menyebabkan iskemia jaringan yang lama dan kerusakan sel ireversibel. Oklusi
koroner biasanya disebabkan oleh ulserasi atau rupturnya lesi aterosklerosis. Ketika lesi
aterosklerosis rupture atau membentuk ulkus, zat dilepaskan yang menstimulasi agregasi
trombosit, pembentukan thrombus, dan tonus vasomotor lokal. Sebagai hasilnya,
pembuluh mengecil dan terbentuk thrombus (bekuan) yang menyumbat pembuluh dan
aliran darah menuju miokardium yang jauh dari obstruksi.
Cedera seluler terjadi saat sel tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Dengan iskemia lama yang berlangsung lebih dari 20 hingga 45 menit, hipoksemia
ireversibel menyebabkan kematian selular dan nekrosis jaringan. Oksigen glikogen, dan
simpanan ATP sel iskemik dengan cepat berkurang. Metabolism seluler berpindah ke
proses anaerob, menghasilkan ion hydrogen dan asam laknat. Asidosis seluler
meningkatkan kerentanan sel terhadap kerusakan lebih lanjut dengan pelepasan enzim
intraseluler lewat membrane sel yang rusak.
Wanita yang mengalami IMA sering kali datang dengan satu atau lebih manifestasi
yang jarang terjadi di atas. (M.Black, Joyce, 2014 : 346)
Infark Miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relative
menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri
koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan
hipoksia (Rendy & Margareth, 2012 : 87).
Pada lebih dari 90% pasien infark miokard transmural berkaitan dengan thrombosis
koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami penyempitan
arteriosklerosik. Penyebab lain lebih jarang di temukan (Rendy & Margareth, 2012 :
87).
F. Komplikasi Infark Miokard Akut (IMA)
Kemungkinan kematian akibat komplikasi selalu menyertai IMA. Oleh karena itu,
tujuan kolaborasi utama antara lain pencegahan komplikasi yang mengancam jiwa atau
paling tidak mengenalinya. (M.Black, Joyce, 2014 : 347)
1. Disritmia.
Disritmia merupakan penyebab dari 40 % hingga 50 % kematian setelah IMA. Ritme
ektopik muncul pada atau sekitar batas dari jaringan miokardium yang iskemik dan
mengalami cedera parah. Miokardium yang rusak juga dapat mengganggu system
konduksi, menyebabkan disosiasi atrium dan ventrikel (blok jantung). Supraventrikel
takikardia (SVT) kadang kala terjadi sebagai akibat gagal jantung. Reperfusi spontan
atau dengan farmakologis dari area yang sebelumnya iskemik juga dapat memicu
terjadinya ventrikel disritmia. (M.Black, Joyce, 2014 ; 347)
2. Syok kardiogenik.
Syok kardiogenik berperan hanya pada 9 % kematian akibat IMA, tetapi lebih dari 70
% klien syok meninggal karena sebab ini. Penyebabnya antara lain (1) penurunan
kontraksi miokardium dengan penurunan curah jantung, (2) disritmia tak terdeteksi,
dan (3) sepsis. (M.Black, Joyce, 2014 :347)
3. Gagal jantung dan edema paru.
Penyebab kematian paling sering pada klien rawat inap dengan gangguan jantung
adalah gagal jantung. Gagal jantung melumpuhkan 22 % klien laki-laki dan 46 %
wanita yang mengalami IMA serta bertanggung jawab pada sepertiga kematian setelah
IMA. (M.Black, Joyce, 2014 :347)
4. Emboli paru.
Emboli paru (PE) dapat terjadi karena flebitis dari vena kaki panggul (trombosis vena)
atau karena atrial flutter atau fibrilasi. Emboli paru terjadi pada 10 % hingga 20 %
klien pada suatu waktu tertentu, saat serangan akut atau pada periode konvalensi.
(M.Black, Joyce, 2014: 347)
5. Infark miokardium berulang
Dalam 6 tahun setelah IMA pertama, 18 % lakilaki dan 35 % wanita dapat mengalami
IMA berulang. Penyebab yang mungkin adalah olahraga berlebih, embolisasi, dan
oklusi trombotik lanjutan pada arteri coroner oleh atheroma. (M.Black, Joyce, 2014 :
347)
6. Komplikasi yang disebabkan oleh nekrosis miokardium. Komplikasi yang terjadi
karena nekrosis dari miokardium antara lain aneurisme ventrikel, ruptur jantung
(ruptur miokardium), defek septal ventrikel (VSD), dan otot papiler yang ruptur.
Komplikasi ini jarang tetapi serius, iasanya terjadi sekitar 5 hingga 7 ahri setelah MI.
Jaringan miokardium nekrotik yang lemah dan rapuh akan meningkatkan kerentanan
terkena komplikasi ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 347)
7. Perikarditis.
Sekitar 28 % klien dengan MI akut transmural akan mengalami pericarditis dini (dalam
2 hingga 4 hari). Area yang mengalami infark akan bergesekan dengan permukaan
pericardium dan menyebabkan hilangnya cairan pelumas. Gesekan friksi pericardium
dapat didengar di area prekardial. Klien mengeluh bahwa nyeri dada memburuk
dengan gerakan, inspirasi dalam, dan batuk. Nyeri pericarditis akan mereda dengan
duduk dan condong ke depan. (M.Black, Joyce, 2014 : 348)
8. Sindrom dressler (perikarditis akut)
Sindrom dressler, suatu bentuk pericarditis, dapat terjadi paling akhir enam minggu
hingga beberapa bulan setelah IMA. Walaupun agen penyebabnya tidak diketahui,
diduga terjadi karena faktor autoimun. 7 Klien biasanya datang dengan demam
berlangsung satu minggu atau lebih, nyeri dadaperikardium, gesekan friksi
pericardium, dan kadang kala pleuritis dengan efusi pleura. Ini merupakan fenomena
yang akan sembuh sendiri dan tidak ada pengobatan yang telah diketahui. Terapi
meliputi aspirin, prednisone, dan analgesic opioid untuk nyeri. Terapi antikoagulasi
dapt memicu tamponade kordis dan harus dihindari pada klien ini. (M.Black, Joyce,
2014 : 348).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi
2. Uji Laboratorium :
a. CK-MB
b. Troponin
c. Laktat dehidrogenese (LDH)
d. Aspartat transaminase (AST)
e. Laju Endap Darah ( LED)
f. Leukosit
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama, pendidikan,
tanggal MRS, serta pekerjaan yang berhubungan dengan stress atau sebab dari
lingkungan yang tidak menyenangkan. Identitas tersebut digunakan untuk
membedakan antara pasien yang satu dengan yang lain dan untuk mementukan
resikopenyakit jantung koroner yaitu laki-laki umur di atas 35 tahun dan wanita lebih
dari50 tahun.
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Penderita dengan infark miokard akut mengalami nyeri dada, perut, punggung, atau
lambung yang tidak khas, mual atau pusing, sesak napas dan kesulitan bernapas.
3. Keluhan Utama
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang rasanya
tajamdan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal. Nyeri dapat menyebar
kebelakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri, leher, rahang, atau bahu kiri.
Nyerimiokard kadang-kadang sulit dilokalisasi dan nyeri mungkin dirasakan sampai
30menit tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang dirasakanlebih
dari 30 menit, nyeri dapat menyebar sampai lengan kiri, rahang dan bahu yangdisertai
rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada klien infark miokard akut perlu dikaji apakah mempunyai riwayatdiabetes
mellitus, karena diabetes mellitus terjadi hilangnya sel endotel vaskulerberakibat
berkurangnya produksi nitri oksida sehingga terjadi spasme otot polos dinding
pembuluh darah. Hipertensi yang sebagian diakibatkan dengan adanya penyempitan
pada arteri renalisdan hipo perfusi ginjal dan kedua hal ini disebabkan lesi arteri oleh
arteroma dan memberikan komplikasi trombo emboli.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
7. Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes mellitus, peningkatan kolesterol darah,
kegemukan, hipertensi, yang beresiko diturunkan secara genetik berdasarkan kebiasaan
keluarganya. (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94) g. Riwayat Psikososial Rasa takut, gelisah dan
cemas merupakan psikologis yang sering muncul pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi
karena rasa sakit, yang dirasakan oelh klien. Peubhan psikologis tersebut juga muncul
akibat kurangnya pengetahuan terhadap penyebab, proses dan penanganan penyakit
infark miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang kooperatif dengan
perawat.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau compos
mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkatan gangguan yang melibatkan perfusi
sistem saraf pusat.
b. Tanda-Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, suhu tubuh meningkat dan menurun, nadi meningkat
lebih dari 20 x/menit.
c. Pemeriksaan Fisik Persistem
1) Sistem Persyarafan
Kesadaran pasien kompos mentis, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi.
2) Sistem Penglihatan
Pada pasien infark miokard akut penglihatan terganggu dan terjadi perubahan
pupil.
3) Sistem Pernafasan
Biasanya pasien infark miokard akut mengalami penyakit paru kronis, napas
pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernapasan, bunyi napas
tambahan (krekels, ronki, mengi), mungkin menunjukkan komplikasi 9
pernapasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
romboembolitik pulmonal, hemoptysis.
4) Sistem Pendengaran
Tidak ditemukan gangguan pada sistem pendengaran.
5) Sistem Pencernaan
Pasien biasanya hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah,perubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
6) Sistem Perkemihan
Pasien biasanya oliguria, haluaran urine menurun bila curah jantung menurun
berat.
7) Sistem Kardiovaskuler
Biasanya bunyi jantung irama tidak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
8) Sistem Endokrin
Pasien infark miokard akut biasanya tidak terdapat gangguan pada sistem
endokrin.
9) Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pada pasien infark miokard akut terjadi nyeri, pergerakan ekstremitas
menurun dan tonus otot menurun.
10) Sistem Integumen
Pada pasien infark miokard akut turgor kulit menurun, kulit pucat, sianosis.
11) Sistem Reproduksi
Tidak ditemukan gangguan pada sistem pendengaran
d. Pada pemeriksaan EKG
1) Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
Elevasi yang curam dari segmen ST
Gelombang T yang tinggi dan lebar
VAT memanjang Gelombang Q tampak.
2) Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
Gelombang Q patologis
Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
3) Fase resolusi (beberapa minggu / bulan kemudian)
Gelombang Q patologis tetap ada
Segmen ST mungkin sudah kembali iseolektris
Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan infark miokard akut menurut Black dan Hawks (2015) yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat oklusi arteri kororner
dengan hilang atau terbatasnya aliran darah ke area miokardium dan nekrosis dari
miokardium.
b. Perfusi jaringan tidak efektif (kardiopulmonal) berhubungan dengan thrombus pada
arteri koroner mengakibatkan gangguan aliran darah padda jaringan miokardium.
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik negative pada
jantung karena iskemia, cedera, atau infark pada miokardium, dibuktikan oleh
perubahan tingkat kesadaran, kelemahan, pusing, hilangnya nadi perifer, suara
jantung abnormal, gangguan hemodinamik, dan henti jantung paru.
d. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan curah jantung, yang
ditunjukkan oleh sianosis, pengisian kapiler yang terganggu, penurunan tekanan
oksigen arteri (PaO2), dan dispnea
e. Kehilangan kekuatan berhubungan dengan pengalaman hamper mati dan perubahan
gaya hidup diantisipasi, yang dibuktikan oleh perasaan yang terucapkan sebagai
“merasa dikutuk”, menangis dan merah.
2. Diagnosa Keperawatan infark miokard akut menurut (…) yaitu:
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan Agens fisik (iskemia jaringan)
b. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan Penurunan preload
meningkatkan resistansi vascular sistemik (SVR)
c. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
d. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap atau perubahan status
kesehatan, ekonomi; ancaman kematian
e. Risiko ketidkefektifan perfusi jaringan otak, gastrointestinal,perifer Yang
berhubungan dengan Efek samping terapi; terapi trombolitik
3. Diagnosa Keperawatan infark miokard akut menurut SDKI-PPNI yaitu:
a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler dibuktikan
dengan kesadaran menurun, Dispnea, Pola napas abnormal, pusing dan gelisah.
b. Risiko penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia) dibuktikan dengan mengeluh
nyeri, tampak meringis, gelisah, tekanan darah meningkat dan pola napas berubah.
d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
dibuktikan dengan dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukan iskemia dan
sianosis.
e. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri dan kematian dibuktikan dengan merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, sulit tidur, dan
merasa tak berdaya.
f. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi dibuktikan dengan menanyakan
masalah yang dihadapi dan menunjukan perilaku berlebihan (misal apatis, agitasi
dan histeria).
C. Intervensi Keperawatan
1. Intervensi keperawatan infark miokard akut menurut Black dan Hawk (2015) yaitu:
Diagnosa Intervensi Intervensi NIC
keperawatan
1. Nyeri akut 1. Kajilah karakterisitik nyeri Manajemen nyeri
berhubungan dada, termasuk lokal, durasi, Perawatan jantung akut
dengan iskemia kualitas, intensitas, adanya
miokard akibat penjalaran, factor pemicu dan
oklusi arteri pereda, serta manifestasi yang
kororner dengan terkait. Minta klien menunjuk
hilang atau nyeri pada skala 0 hingga 10
terbatasnya dan catat semua temuan dalam
aliran darah ke catatan keperawatan
area miokardium 2. Kaji respirasi, tekanan darah, Perawatan jantung akut
dan nekrosis dari dan denyut jantung pada tiap
miokardium. episode nyeri dada.
Perawatan jantung akut
3. Lakukan EKG 12- sadapan
pada saat klien dating dan tiap
kali nyeri dada muncul untuk
bukti adanya infark lebih lanjut Manajemen nyeri
4. Monitor respons klien terhadap Perawatan jantung akut
terapi obat. Beri tahu dokter
jika nyeri tidak mereda dalam
15-20 menit Perawatan jantung akut
5. Berikan perawatan dengan cara Pengurangan kecemasan
yang tenang dan efesien yang
memberikan kenyamanan dan
meminimalkan kecemasan
klien. Tetap bersama klien
hingga rasa tidak nyaman Perawatan jantung akut
berkurang. Pengurangan kecemasan
6. Batasi pengunjung sesuai yang Manajemen nyeri
diminta klien. Pemberian analgesic
7. Berikan nitrat seperti Perawatan jantung: akut
diperintahkan. Pemberian obat-obatan
8. Berikan morfin seperti
diperintahkan,
2. Perfusi jaringan 1. Jaga klien tetap tirah baring Perawatan jantung: Akut
tidak efektif dengan lingkungan yang Regulasi hemodinamik,
(kardiopulmonal) tenang perawatan sirkulasi:
berhubungan Insufisiensi arteri
dengan thrombus Perawatan jantung: Akut
pada arteri koroner 2. Berikan oksigen seperti Regulasi hemodinamik,
mengakibatkan diperintahkan perawatan sirkulasi:
gangguan aliran Insufisiensi arteri
darah pada Perawatan jantung: Akut
jaringan 3. Berikan trombolitik atau kirim Regulasi hemodinamik,
miokardium. klien untuk angioplasti seperti perawatan sirkulasi:
diperintahkan. Insufisiensi arteri
Pemberian obat-obatan
4. Monitor segmen ST perawatan jantung: akut
manajemen disaritmia
Kolaboratif
- Beri oksigen tambahan dengan rute yang tepat.
- Beri medikasi, sesuai indikasi; mis., isosorbid
dinitrat nitrogliserin, Analgesik, seperti morfin
sulfat.
Risiko penurunan curah jantung3 Efektivitas Pompa Jantung Perawatan Jantung: Akut
Faktor risiko4: - Mempertahankan stabilitas Independen
- Penurunan preload- meningkatkan hemodinamik, seperti TD, curah - Pantau status mental. Investigasi perubahan
resistansi vascular sistemik (SVR) jantung dalam kisaran normal, mendadak atau perubahan kontinu dalam
- Perubahan frekuensi/irama jantung haluaran urine adekuat, status mental, seperti ansietas, konfusi, letargi,
- Perubahan kontraktilitas- infarksi menurunkan frekuensi atau tidak dan stupor.
otot atau diskinetik terjadi disritmia. - Inpeksi pucat, sianosis, bercak, dan kulit dingin
- Melaporkan penurunan eoisode atau lembap.
Definisi3: dyspnea dan agina. - Pantau pernapasan, perhatikan kerja
Ketidakadekuatan darah yang dipompa - Mendemonstrasikan peningkatan pernapasan.
oleh jantung untuk memenuhi toleransi aktivitas. - Akultasi suara nafas.
kebutuhan metabolic tubuh. - Evaluasi kualitas dan ekualitas nadi.
Auskultasi bunyi jantung: Catat terjadinya
bunyi S3 dan S4.
- Catat keberadaan bising dan rubs.
- Periksa TD dengan sering. Pantau tekanan
hemodinamik ketika slang/alat invasive
terpasang.
- Pantau frekuensi dan irama jantung.
Dokumentasikan disritmia melalui telemetri.
- Pantau haluaran, perhatikan perubahan dalam
haluaran urine. Catat berat jenis urine, sesuai
indikasi. Hitung keseimbangan cairan.
- Catat distensi vena jugular dan pembentukan
edema akibat posisi tergantung.
- Timbang berat badan setiap hari menggunakan
timbangan yang sama.
- Sediakan perlengkapan dan medikasi
kedaruratan.
Kolaboratif
- Beri oksigen tambahan, sesuai indikasi.
- Ukur curah jantung dan parameter fungsional
jika tepat.
- Tinjau EKG berkala
- Pantau data laboraturium, seperti enzinm
jantung, gas darah arteri (GDA), elektrolit.
- Bantu intervensi medis atau bedah, sesuai
indikasi:
Beri medikasi sesuai indikasi:
Obat-obatan antidisritmia, beta blocker,
inhibitor enzim pengonversi angiotensin,
penyekat reseptor angiotensin, aspirin,
agens trombolitik, intervensi coroner
perkutan (PCI), termasuk angioplasty
coroner transluminal perkutan (PTCA),
dengan atau tanpa stenting
Persiapkan pembedahan, sesuai indikasi
Bantu pemasangan dan pertahankan alat
pacu jantung atau defibrillator kardiak
internal (AICD) jika digunakan.
Intoleran aktivitas3 Toleransi Aktivitas: Manajemen Energi:
Yang berhubungan dengan4: - Mendemonstrasikan peningkatan Independen
Ketidak seimbangan antara suplai dan progresif yang terukur dalam - Catat dan dokumentasikan frekuensi dan irama
kebutuhan oksigen toleransi terhadap aktivitas dengan jantung serta perubahan TD sebelum, selama,
frekuensi dan irama jantung, TD dan setelah aktivitas, sesuai indikasi.
Definisi3: dalam batas normal klien, dan kulit Hubungkan dengan laporan nyeri dada atau
Ketidakcukupan energy psikologis hangat, merah muda, dan kering. sesak napas.
untuk mempertahankan atau - Melaporkan tidak terjadinya agina - Dorong tirah baring pertama-tama ke kursi
menyelesaikan aktivitas kehidupan saat beraktivitas. untuk istirahat. Setelah itu, batasi aktivitas
sehari-hari yang baru atau yang ingin berdasarkan nyeri atau respons jantung yang
dilakukan. merugikan. Beri aktivitas pengalihan non-stres.
- Instruksikan klien untuk menghindari tindakan
yang meningkatkan tekanan abdomen, seperti
mengejan selama defekasi.
- Jelaskan pola peningkatan tingkat aktivitas
secara bertahap, seperti bagun ke kursi toilet
(commode) atau duduk di kursi, lakukan
ambulasi progresif, dan istirahat setelah makan.
- Tinjau tanda dan gejala yang merefleksikan
intoleransi terhadap tingkat aktivitas saat ini
atau yang memerlukan pemberitahuan ke
perawat atau dokter..
Kolaboratif
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
Ansitas3 kontrol Diri Terhadap Ansietas: Penurunan Ansitas:
Yang berhubungan dengan4: - Mengenali dan mengungkapkan Independen
- Ancaman terhadap atau perubahan perasaan. - Identifikasi dan kenali persepsi klien tentang
status kesehatan, ekonomi; - Mengidentifikasikan penyebab dan ancaman atau situasi. Dorong ekspresi, dan
ancaman kematian faktor kontribusi. hindari menolak perasaan, dan ketakutan.
- Konflik yang tidak disadari - Mengungkapkan penurunan - Catat terjadinya permusuhan, menarik diri, dan
mengenai nilai esensial, tujuan ansietas atau ketakutan. penyangkalan – afek yang tidak tepat atau
hidup - Mendemonstrasikan keterampilan menolak mematuhi regimen medis.
- Krisis situasi positif dalam menyelesaikan - Pertahankan sikap percaya diri, tampa
- Transmisi interpersonal masalah. penenangan yang salah.
- Mengidentifikasi dan - Orientasikan klien dan orang dekat kepada
Definisi3: menggunakan sumber secara tepat. prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Perasaan tidak nyaman atau Tingkatkan partisipasi jika memungkinkan..
kekhawatiran yang samar disertai - Observasi tanda verbal dan nonverbal dari
respons otonom (sumber sering kali ansietas, dan tinggal bersama klien. Intervensi
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh jika klien menunjukkan prilaku destruktif.
individu); perasaan takut yang - Terima tetapi jangan kuatkan penggunaan
disebabkan oleh antisipasi terhadap penyangkalan. Hindari konfrontasi.
bahaya. Hal ini merupakan isyarat - Jawab semua pertayaan secara faktual. Beri
kewaspadaan yang memperingatkan informasi yang konsisten; ulangi sesuai
individu akan adanya bahaya dan indikasi.
memampukan individu untuk bertindak - Beri privasi untuk klien dan orang dekat.
menghadapi ancaman. - Beri periode istirahat dan waktu tidur tampa
gangguan serta lingkungan yang tenang,
dengan klien mengendalikan tipe dan jumlah
stimulus eksternal.
- Dukung proses berduka, termasuk waktu yang
diperlukan untuk resolusi.
- Dorong kemandirian, perawatan diri sendiri,
dan pengambilan keputusan dalam rencana
terapi yang diterima.
- Dorong diskusi mengenai harapan setelah
pulang.
Kolaboratif
- Beri medikasi anti-ansietas atau hipnotik,
sesuai indikasi, seperti alprazolam dan
lorazepam.
Risiko ketidkefektifan perfusi Efektivitas pompa Jantung: Regulasi Hemodinamik:
jaringan [otak, Mendemonstrasikan perfusi yang Independen
gastrointestinal,perifer]3 adekuat yang tepat secara individual, - Investigasi perubahan mendadak atau
Yang berhubungan dengan4: seperti kulit hangat dan kering, nadi perubahan yang terus-menurus terjadi dalam
- Efek samping terapi; terapi perifer ada dan kuat, tanda vital berada kondisi mental seperti konfusi, iritabilitas,
trombolitik dalam kisaran normal klien, klien sadar letargi, dan stupor.
- Hipertensi atau terorientasi, asupan dan haluaran - Pantau respirasi, perhatikan kerja pernapasan.
- Spasme arteri coroner, infark seimbang, tidak ada edema, bebas - Pantau haluaran, perhatikan perubahan dalam
miokardium terbaru nyeri. Atau ketidaknyamanan, stabil, warna dan haluaran urine.
perbaikan EKG, tanda vital, dan - Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia,
Definisi3: kondisi mental. penurunan atau penghilangan bising usus,
Rentan terhadap penurunan sirkulasi mulai dan muntah, distensi abdomen, dan
otak, gastrointestinal, dan perifer yang konstipasi.
dapat mengganggu kesehatan. Perawatan Sirkulasi: Insufisiensi Vena
Independen
- Dorong latihan kaki aktif atau pasif dibantu.
- Kaji nyeri di eksremitas bawah dan tanda
Homan, eritema, dan edema.
- Instruksikan klien dalam pemakaian dan
pelepasan kaus kaki antiemboli, jika
digunakan.
Kolaboratif
Pakai alat kompresi sekuensial (SCD), sesuai
indikasi.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan.
Tindakan yang mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri (Independen) Adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada
kesimpulan dan keputusan sendiri bukan merupakan petunjuk atau perintah kesehatan
lain.
2. Tindakan kolaborasi Adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil keputusan
bersama, seperti dokter atau petugas kesehatan lain .Berdasarkan referensi diatas,
impelementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan terhaadap klien sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat baik itu secara mandiri atau kolaborasi.
E. Evaluasi keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikat.Langkah-langkah
evaluasi sebagai berikut :
1. Daftar tujuan-tujuan pasien.
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.Melihat bahasan
diatas, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan hasil pencapaian yang telah
dilakukan dengan berdasarkan kriteria.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce M. Block, Jane Hokanson Hawks.Elsevier, 2015 Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk hasil yang diharapkan.
Priscilla Lemone, Karen M. Burke, Gerene Bauldoff, 2017. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah
Gangguan Kardiovaskuler. Edisi 5, EGC : Jakarta.
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid
1, 2015 : 23
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI