Pendahuluan
Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al
Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya
orang yang memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu
pengetahuan.
Syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul terakhir,
mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau
komprehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak
akan ada syariah lain yang datang untuk menyempurnakannya.
Universal bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan
tempat sampai Hari Akhir nanti. Universalitas ini tampak jelas terutama pada
bidang muamalah. Selain mempunyai cakupan luas dan fleksibel, muamalah tidak
membeda-bedakan antara muslim dan non muslim. Kenyataan ini tersirat dalam
suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali, “ Dalam bidang muamalah
kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita. “
2
5. Fungsi harta
6. Harta dalam perspektif islam
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
d. wajib, dan
e. haram.
Untuk memahami hukum islam dengan baik dan benar seseorang harus
memahami beberapa istilah yang berkenaan dengan hukum islam. Dalam
pembahasan kerangka dasar agama islam disebutkan bahwa komponen kedua
agama islam adalah syariat yang terdiri dari dua bagian yakni ibadah dan
mu’amalah.
A. Al Qur’an
1. Pengertian Al Qur’an
Secara etimologi Al Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan,
atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-
dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah
ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad
SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan
menurut para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang diturunkan pada
Rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara
mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
Alquran berisi perintah dan larangan, ayat yang pertama turundi gua hira
pada permulaan Muhammad diangkat menjadi rasul dengan surah al-‘alaq.
Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surah al-maa’idah ayat 3.
Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, dan 324.345 huruf.
Menurut turunnya, wahyu dapat dibagi dua bagian, yaitu: wahyu(surah) yang
turun di mekah disebut makkiyah, dan wahyu(surah) yang turun di madinah
disebut madaniyah.
5
perintahnya dan ditinggalkan segala larangannya, sebagaimana firman Allah :
)43 : فاستمسك بالذي أوحى اليك ( الزخرف
Artinya :
“ maka berpeganglah kepada apa diwahyukan kepadamu”. (Az-Zukhruf ayat
43)
Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber
pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam, sekaligus juga sebagai dalil
utama fiqih. Al-Qur’an juga membimbing dan memberikan petunjuk untuk
menemukan hukum-hukum yang terkandung dalam sebagian ayat-ayatnya.
Karena kedudukan Al-Qur’an itu sebagai sumber utama dan pertama bagi
penetapan hukum, maka apabila seseorang ingin menemukan hukum maka
dilakukan penyelesainnya terlebih dahulu berdasarkan dengan Al-Qur’an. Dan
apabila menggunakan sumber hukum lain di luar Al-Qur’an, maka harus sesuai
dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak boleh melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan Al-Qur’an.
Hal ini berarati bahwa sumber-sumber hukum selain Al-Qur’an tidak
boleh menyalahi apa yang telah ditetapkan Al-Qur’an. Al-Qur’an juga
mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia
dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan
manusia dengan alam.
3. Pokok-pokok isi Al Qur’an
Isi pokok Al Qur’an adalah :
a) Tauhid
b) Ibadah
c) Janji dan ancaman
d) Sejarah
6
a) Hukum-hukum akidah(keimanan), yang bersangkut paut dengan hal-
hal yang harus di percayai oleh setiap mukallaf, tentang malaikat nya,
kitabnya, para rasulnya.
b) Hukum-hukum Allah , yang bersangkut paut dengan hal-hal yang
harus di jadikan perhiasan oleh setiap mukallaf.
c) Hukum-hukum amaliyah, yang bersangkut paut dengan hal-hal
tindakan setiap mukallaf, meliputi masalah ucapan, perbuatan,
akad(contract), dan pembelanjaan(pengelolaan harta benda).
Maka hukum selain ibadah dalam istilah syara’ disebut hukum muamalah.
Sedangkan menurut istilah modern hukum muamalah telah bercabang cabang
sesuai dengan hal-hal yang berhubungan dengan muamalah manusia yakni :
a) Hukum badan pribadi yaitu hukum yang dengan unit keluarga , mulai
dari pemulaan berdirinya.contohnya:mengatur hubungan anak dengan
orang tua, suami istri, dan kerabat. Ayat –ayat mengenai hukum ini
dalam Al Qur’an sekitar 70 ayat.
b) Hukum perdata yaitu : yang berhubungan dengan muamalah antara
perorangan ,masyarakat dan persekuatannya, seperti : jual beli,sewa-
menyewa ,gadai-menggadai,pertanggungan, dll. Dalam Al Qur’an
ada 70 ayat.
c) Hukum pidana yang berhubungan tindakan kriminal setiap mukalaf
dan masalah pidananya bagi sipelaku kriminal. Dan dalam Al Qur’an
terdapat sekitar 30 ayat.
d) Hukum acara yaitu : yang berhubungan dengan pengadilan , kesaksian
, dan sumpah. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 13 ayat
e) Hukum ketatanegaraan ,yaitu: yang berhubungan dengan peraturan
pemerintahan dan dasar-dasarnya. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar
13 ayat .
f) Hukum internasional, yaitu : yang berhubungan dengan masalah-
masalah hubungan antar negara-negara islam dengan bukan negara
7
islam,dan tata cara pergaulan selain muslim di negara islam. Dalam Al
Qur’an tercatat sekitar 25 ayat.
g) Hukum ekonomi dan keuangan ,yaitu: yang berhubungan dengan hak
orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bagian dari harta orang kaya. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 10
ayat.
8
c. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-
samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi
mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak
terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23.
Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut
mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat
dekat yang tidak disukai oleh agama Islam.
3. Pembagian Hadist
a. Sunnah Qouliyah
Sunnah Qouliyah yaitu perkataan nabi saw. yang menerangkan hukum-
hukum agama dan maksud isi Al-Qur’an serta berisi peradaban, hikmah, ilmu
pengetahuan dan juga menganjurkan akhlaq yang mulia. Sunnah qouliyah
(ucapan) dinamakan juga hadits nabi saw.
Sunnah Qouliyah juga disebut “khabar”. Jadi sunnah qouliyah itu boleh
dikatakan sunnah, hadits dan khabar. Khabar pada umumnya dapat dibagi tiga
:
Yang pasti benarnya,seperti apa yang datang dari Allah,RasulNya dan
khabar yang dibeikan dengan jalan mutawatir.
Yang pasti tidak benarnya, yaitu pemberitaan tentang hal-hal yang tidak
mungkin dibenarkan oleh akal, seperti khabar mati dan hidup dapat
berkumpul.
Khabar yang tidak dapat dipastikan benar bohongnya seperti khabar-
khabar yang samar,karena kadang-kadang tidak dapat ditentukan mana
yang kuat, benarnya atau bohongnya.
b. Sunnah Fi’liyah
Sunnah Fi’liyah yaitu perbuatan Nabi SAWyang menerangkan cara
melaksanakan ibadah, misalnya cara berwudhu, shalat dan
sebagainya.Sunnah Fi’liyah itu terbagi sebagai berikut :
Pekerjaan nabi saw. yang bersifat gerakan jiwa, gerakan hati, gerakan
tubuh, seperti : bernafas, duduk, berjalan dan sebagainya. Perbuatan
9
seperti ini tidak bersangkut-paut dengan soal hukum, dan tidak ada
hubungannya dengan suruhan larangan atau tauladan.
Perbuatan nabi saw. yang bersifat kebiasaan, seperti : cara-cara makan,
tidur dan sebagainya. Perbuatan semacam ini pun tidak ada
hubungannya dengan perintah, larangan, dan tauladan. kecuali kalau ada
perintah anjuran nabi untuk mengikuti cara-cara tersebut.
Perbuatan nabi saw. yang khusus untuk beliau sendiri, beristri lebih dari
empat. Dalam hal ini orang lain tidak boleh mengikutinya.
Pekerjaan yang bersifat menjelaskan hukum yang mujmal, seperti :
shalatnya, hajjinya, yang kedua-duanya menjelaskan sabdanya :
.صلواكمارأيتمونى اصلى
Artinya :
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
Dan:
.خذوا مناسككم
Artinya :
“Ambillah dari padaku hal-hal (pelakuan) ibadah hajjimu”.
Hukum perbuatan tersebut sama dengan hukum apa yang dijelaskan,
baik wajib maupun mandubnya.
Pekerjaan yang dilakukan orang lain sebagai hukuman, seperti: menahan
orang,atau mengusahakan milik orang lain.
Pekerjaan yang menunjukkan kebolehan saja, seperti: berwudhu dengan
satu kali, dua kali dan tiga kali.
c. Sunnah Taqririyah
Sunnah Taqririyah yaitu bila Nabi SAW mendengar sahabat mengatakan
sesuatu perkataan atau melihat mereka memperbuat suatu perbuatan, lalu
ditetapkan dan dibiarkan oleh Nabi SAW dan tiada ditegurnya atau
dilarangnya, maka yang demikian dinamai sunnah ketetapan Nabi (taqrir).
Maka perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu sama saja dengan
perkataan dan perbuatan Nabi sendiri, yaitu dapat menjadi hujjah bagi ummat
seluruhnya.
10
Syarat sahnya taqrir ialah orang yang dibiarkannya itu benar-benar orang
yang tunduk kepada syara’, bukan orang kafir atau munafiq.
Contoh-contoh taqrir antara lain sebagai berikut:
Mempergunakan uang yang dibuat oleh orang kafir.
Mempergunakan harta yang diusahakan mereka seketika masih kafir.
Membiarkan dzikir dengan suara keras sesudah shalat.
11
)59 : يايهاالذين امنوا اطيعوا هللا واطيعوا الرسول واولى األمر منكم ( النساء
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya dan
Ulil Amri diantara kamu".
Yang dimaksud "ulil amri" ialah orang-orang yang memerintah dan para
ulama.Menurut hadits:
التجتمع أ ّمتى على الضّاللة
Artinya:
"Ummatku tidak bersepakat atas kesesatan".
Menurut sebagian ulama bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri fid-
dunya, yaitu penguasa, dan Ulil Amri fid-din, yaitu mujtahid. Sebagian ulama
lain menafsirkannya dengan ulama.
Ijma' ini menempati tingkat ketiga sebagai hukum syar'iy, yaitu setelah Al-
Qur'an dan as-Sunnah.Dari pemahaman seperti ini, pada dasarnya ijma' dapat
dijadikan alternatif dalam menetapkan hukum sesuatu peristiwa yang di dalam
Al-Qu'an atau as-Sunnah tidak ada atau kurang jelas hukumnya.
D. Qiyas
1. Pengertian Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan, atau
mempersamakan sesuatu dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan.
Sedang menurut istilah qiyas ialah menetapkan hukum sesuatu yang belum ada
ketentuan hukumnya dalam nash dengan mempersamakan sesuatu yang telah
ada status hukumnya dalam nash.
Berbeda dengan ijma', qiyas bisa dilakukan oleh individu, sedang ijma'
harus dilakukan bersama oleh para mujtahid.
12
)2 : ( الحسر.فاعتبروا يااولى االبصار
Artinya:
"Hendaklah kamu mengambil i'tibar (ibarat = pelajaran) hai orang-orang
yang berfikiran". (S. Al-Hasyr ayat 2)
Karena i'tibar artinya "qiyasusysyai-i bisysyai-i : membandingkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain".
Harta di dalam bahasa Arab disebut al-mal atau jamaknya al-amwal (Munawir,
1984). Harta (al-mal) menurut kamus Al-Muhith tulisan Al Fairuz Abadi, adalah
ma malaktahu min kulli syai (segala sesuatu yang engkau punyai). Menurut istilah
syar’i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang
legal menurut urge syara’ (urge Islam) seperti jual beli, pinjaman, konsumsi dan
hibah atau pemberian (An-Nabhani, 1990). Di dalam Al Quran, kata al mal
dengan berbagai bentuknya disebut 87 kali yang terdapat dalam 79 ayat dalam 38
surat. Berdasarkan pengertian tersebut, harta meliputi segala sesuatu yang
digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari (duniawi)[3], seperti uang, tanah,
kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil
perikan-lautan, dan pakaian termasuk dalam katagori al amwal. Islam sebagai
agama yang benar dan sempurna memandang harta tidak lebih dari sekedar
anugerah Allah swt yang dititipkan kepada manusia.
Sikap Islam terhadap harta merupakan bagian dari sikapnya terhadap kehidupan
dunia. Sikap Islam terhadap dunia adalah sikap pertengahan yang seimbang.
Materi atau harta dalam pandangan Islam adalah sebagai jalan, bukan satu-satunya
tujuan, dan bukan sebagai sebab yang dapat menjelaskan semua kejadian-
kejadian. Maka disan kewajiban itu lebih dipentingkan daripada materi. Tetapi
materi menjadi jalan untuk merealisir sebagai kebutuhan-kebutuhan dan manfaat-
13
manfaat yang tidak cukup bagi manusia, yaitu dalam pelayanan seseorang kepada
hal yang bersifat materi, yang tidak bertentangan dengan kemaslahatan umum,
tanpa berbuat dhalim dan berlebihan.
Harta yang baik adalah harta jika diperoleh dari yang halal dan digunakan pada
tempatnya. Harta menurut pandangan Islam adalah kebaikan bukan suatu
keburukan. Oleh karena itu harta tersebut tidaklah tercela menurut pandangan
Islam dan Karen itu pula Allah rela memberikan harta itu kepada hamba-Nya. Dan
kekayaan adalah suatu nikmat dari Allah sehingga Allah SWT. Telah memberikan
pula beberapa kenikmatan kepada Rasul-Nya berupa kekayaan.
Pandangan Islam terhadap harta adalah pandangan yang tegas dan bijaksana,
karena Allah SWT. Menjadikan harta sebagai hak milik-Nya, kemudian harta ini
diberikan kepada orang yang dikehendakinya untuk dibelanjakan pada jalan
Allah.
Adapun pemeliharaan manusia terhadap harta yang telah banyak dijelaskan dalam
al-Qur’an adalah sebagai pemeliharaan nisbi, yaitu hanya sebagai wakil dan
pemegang saja, yang mana pada dahirnya sebagai pemilik, tetapi pada hakikatnya
adalah sebagai penerima yang bertanggung jawab dalam perhitungnnya.
Sedangkan sebagai pemilik yang hakiki adalah terbebas dari hitungan.
14
b. Perkara-perkara yang merugikan hak perorangan dan kepentingan sebagian atau
keseluruhan masyarakat, berupa perdagangan yang memakai bunga.
Kaidah ushul fiqh menyatakan bahwa “Asal atau pokok dalam masalah transaksi
mu’amalah adalah sah, sampai ada dalil yang membatalakan dan yang
mengharamkannya”.
Fungsi harta bagi manusia sangat banyak. Harta dapat menunjang kegiatan
manusia, baik dalam kegiatan yang baik maupun yang buruk. Oleh karena itu,
manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasainya. Tidak jarang dengan
memakai beragam cara yang dilarang syara’ dan urge urge, atau ketetapan yang
disepakati oleh manusia.
Biasanya cara memperoleh harta, akan berpengaruh terhadap fungsi harta. Seperti
orang yang memperoleh harta dengan mencuri, ia memfungsikan harta tersebut
untuk kesenangna semata, seperti mabuk, bermain wanita, judi, dan lain-lain.
Sebaliknya, orang yang mencari harta dengan cara yang halal, biasanya
memfungsikan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Dalam pembahasan ini, akan dikemukakan fungsi harta yang sesuai dengan
syara’, antara lain untuk:
15
2. Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT, sebagai kefakiran mendekatkan kepada kekufuran.
“tidaklah seseorang itu makan walaupun sedikit yang lebih baik daripada
makanan yang ia hasilkan dari keringatnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah,
Daud, telah makan dari hasil keringatnya sendiri” (HR. Bukhari dari Miqdam bin
Madi Kariba)
Artinya:
“bukanlah orang yang baik bagi mereka, yang meninggalkan masalah dunia untuk
masalah akhirat, dan meninggalkan masalah akhirat untuk urusan dunia,
melainkan seimbang di antara keduanya, karena masalah dunia dapat
menyampaikan manusia kepada masalah akhirat” (HR. Bukhari)
16
2.6 Pandangan Islam Memandang Harta
a. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang
amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
c. Harta sebgai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara mendapatkan dan
memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak (al-Anfal: 28).
2) Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata pencaharian
(Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya.
3) Dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-
Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9),
melupakan sholat dan zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada
sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr: 7).
4) Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-
Baqarah: 273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91),
mencuri merampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-
Muthaffifin: 1-6), melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188),
dan melalui suap menyuap (HR Imam Ahmad).
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus
mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita
pelajri sesuia dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat
dalam as-sunnah (hadist). Pergunakanlah harta sebaik- baiknya. Kalau bisa
sedekahkan harta yang kita punya kepada orang yang lebih membutuhkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19