Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM

PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam UUD

1945. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang standar

pelayanan minimal rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit sebagai salah satu

sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

memiliki peran sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Hal tersebut menuntut rumah sakit untuk memberikan

pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 2008).

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi pada

dasarnya menyebabkan perubahan pada masyarakat. Masyarakat menjadi semakin

tertarik dan lebih mempunyai pengetahuan tentang perawatan kesehatan dan

peningkatan kesehatan (Smeltzer dan Bare, 2002). Kesadaran masyarakat akan

kesehatan yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat akan pelayanan kesehatan cenderung meningkat pula. Hal tersebut

menjadi tantangan tersendiri bagi rumah sakit, oleh karena itu semua rumah sakit

berusaha meningkatkan mutu pelayanan yang baik (Putra, 2008).

Menurut Nursalam (2011), sistem manajemen mutu yang baik perlu

dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan untuk mencapai mutu

1
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pelayanan kesehatan yang optimal. Rumah sakit perlu menetapkan strategi yang

terencana dan menggunakan berbagai pendekatan mutu diantaranya Manajemen

Mutu Terpadu (total quality management), Peningkatan Mutu Berkelanjutan

(continuous quality improvement), pendekatan Gugus Kendali Mutu (GKM), dan

Problem Solving for Better Hospital (PSBH) serta mencari alternatif pendekatan

pengembangan lainnya (Hidayat, 2006).

Banyak rumah sakit yang saat ini menggunakan PSBH sebagai pendekatan

peningkatan mutu kualitas pelayanannya. Hoyt (2007) menyebutkan bahwa PSBH

adalah suatu pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan di rumah sakit

dengan cara yang mudah, menarik juga dilakukan dengan senang hati.

Keuntungan menggunakan PSBH diantaranya; waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan setiap kegiatannya pendek, dana yang dibutuhkan minimal,

aplikatif dan mudah dikembangkan (Hidayat, 2006).

RSUP Dr. Sardjito adalah salah satu rumah sakit yang sudah menerapkan

metode PSBH ini. Salah satu komponen penting dalam PSBH adalah problem

solver yaitu karyawan rumah sakit yang terdiri dari dokter, tenaga keperawatan,

tenaga kesehatan lainnya dan tenaga non medis yang telah mengikuti pelatihan

atau workshop PSBH selama 2-3 hari. Pada kegiatan workshop ini dipaparkan

langkah-langkah atau tahapan dalam metode PSBH. Di akhir workshop problem

solver ditugaskan untuk membuat Plan Of Action (POA), yang selanjutnya

mempresentasikan POA, melaksanakan POA, dan mempresentasikan hasilnya

kepada fasilitator.
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dari hasil wawancara dengan ketua PSBH RSUP Dr. Sardjito, Patricia Suti

Lasmani, diketahui bahwa pendekatan PSBH tersebut telah dilaksanakan sejak

tahun 2004, dimana workshop PSBH rutin dilakukan kecuali pada tahun 2006 dan

2007. Jumlah problem solver dari tahun 2004 sampai tahun 2011 di RSUP Dr.

Sardjito adalah 193 orang. Diketahui pula terdapat beberapa problem solver yang

tidak melaksanakan PSBH dengan baik yaitu tidak melaksanakan POA secara

berkelanjutan, padahal seharusnya PSBH terus menerus dan berkelanjutan

dilakukan sehingga dapat membantu rumah sakit dalam menjaga dan

meningkatkan mutunya. Sebagian besar problem solver hanya melaksanakan POA

sebanyak 1 kali yaitu POA wajib yang ditugaskan saat mendapatkan pelatihan

PSBH, sedangkan POA diluar POA wajib tidak semua problem solver mau

melakukan. Ini menunjukkan bahwa kinerja problem solver tidak selamanya

konsisten.

Pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan dalam hal ini adalah pelaksanaan

program peningkatan mutu dengan PSBH merupakan hasil interaksi antara

kemampuan melaksanakan tugas dan motivasi (Robbins, cit Nursalam, 2011).

Kemampuan dalam melaksanakan PSBH penting dalam penilaian kinerja problem

solver. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah faktor individual yang dapat

mendorong problem solver untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan

tertentu dan memberi kontribusi pada tingkat komitmen dalam melaksanakan

PSBH.

Sumarni (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa untuk meningkatkan

kualitas pelayanan, rumah sakit menginginkan motivasi untuk bekerja yang tinggi
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

karena motivasi kerja memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan

organisasi. Berbeda dengan penelitian Soelistyawati (2007) yang menyebutkan

bahwa komitmen problem solver berpengaruh dalam pelaksanaan PSBH,

sedangkan faktor individual lainnya seperti motivasi, kemampuan dalam berkuasa

dan hubungan interpersonal yang dimiliki oleh problem solver tidak mempunyai

efek yang signifikan terhadap pelaksanaan PSBH.

Goleman (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi

motivasi kerja karena kecerdasan emosional berhubungan dengan kemampuan

seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri,

berempati, dan membina hubungan dengan orang lain. Individu yang mempunyai

kecerdasan emosi yang tinggi memiliki kemampuan tinggi untuk melibatkan diri

dengan orang atau masalah dan untuk memikul tanggung jawab dan memiliki

komitmen yang tinggi dan mempunyai pandangan moral yang dapat

dipertanggung jawabkan (Sumardi, 2007).

Penelitian Saltar (2008) menyebutkan bahwa ada hubungan positif yang

bermakna antara tingkat kecerdasan emosi dengan motivasi kerja perawat.

Adanya kecerdasan emosional dan motivasi akan meningkatkan kualitas tenaga

kesehatan untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang

berkualitas (Jati, 2010). Individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi

akan mampu mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan optimalisasi

pada fungsi kerjanya.

Sejauh ini peneliti sedikit menemukan penelitian terkait problem solver dan

kegiatan peningkatan mutu dengan PSBH serta kaitannya dengan kecerdasan


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

emosional dan motivasi kerja. Melihat uraian di atas penelitian untuk mengetahui

kecerdasan emosional dan motivasi kerja problem solver penting untuk dilakukan.

Peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi

kerja problem solver dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dengan

Problem Solving for Better Hospital (PSBH).

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan motivasi kerja

problem solver dalam pelaksanakan kegiatan peningkatan mutu dengan Problem

Solving for Better Hospital (PSBH) di RSUP Dr. Sardjito”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi kerja

problem solver dalam pelaksanakan kegiatan peningkatan mutu dengan PSBH

di RSUP Dr. Sardjito.

2. Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui kecerdasan emosional problem solver dalam pelaksanaan

kegiatan peningkatan mutu dengan PSBH di RSUP Dr. Sardjito.

b. Mengetahui motivasi kerja problem solver dalam pelaksanaan kegiatan

peningkatan mutu dengan PSBH di RSUP Dr. Sardjito.


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

c. Mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi kerja baik

aspek motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang kecerdasan emosional,

motivasi kerja, serta hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi kerja

problem solver di RSUP Dr. Sardjito

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi rumah sakit.

Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen rumah sakit yang

menggunakan PSBH dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan rumah

sakitnya dalam memilih problem solver.

b. Bagi panitia peningkatan mutu dengan PSBH

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

kecerdasan emosional dan motivasi kerja problem solver sehingga dapat

digunakan sebagai bahan masukan dalam pemilihan dan rekrutmen problem

solver.

c. Bagi problem solver

Mengetahui tingkat kecerdasan emosional mereka serta hubungannya

dengan motivasi kerja sehingga dapat mengelola emosi dan motivasi kerja

yang mereka alami dengan baik.

d. Bagi institusi pendidikan


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Sebagai masukan untuk pengembangan pengetahuan mahasiswa khususnya

dalam kegiatan peningkatan mutu rumah sakit dengan PSBH, pengelolaan

emosi dan motivasi kerja.

e. Bagi peneliti

Menambah kemampuan dalam meneliti serta menambah pengetahuan

tentang kecerdasan emosional, motivasi kerja serta hubungan kecerdasan

emosional dengan motivasi kerja.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian tentang hubungan

kecerdasan emosional dengan motivasi kerja problem solver, namun beberapa

penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Penelitian Soelistyawati (2011) yang berjudul “Analisis Penerapan Problem

Solving for Better Hopitals (PSBH) di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.

Analisis Pengaruh Faktor Individu dan Organisasi terhadap Kinerja Problem

Solver”. Penelitian ini mengevaluasi hasil pelatihan PSBH yang telah

dilaksanakan di RSU Haji Surabaya. Evaluasi dilakukan terhadap dampak

program terhadap perilaku dan sikap dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Desain penelitian ini adalah observsional cross sectional dengan metode

wawancara dan kuesioner pada problem solver dan observasi dan studi

dokumentasi untuk menilai kinerja problem solver. Dari hasil penelitian ini

diketahui bahwa faktor individu, organisasi tidak memiliki pengaruh yang


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

signifikan sedangkan keaktifan problem solver memiliki dampak yang

signifikan.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

problem solver. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

variabel yang diteliti dan juga pada metode penelitiannya. Variabel pada

penelitian Soelistyawati adalah faktor-faktor individu dan organisasi sedangkan

variabel yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan adalah

kecerdasan emosional dan motivasi. Penelitian Soelistyawati dilakukan dengan

pendekatan kualitatif sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan

menggunakan pendekatan kuantitatif.

2. Penelitian Saltar (2008) yang berjudul “Hubungan Tingkat Kecerdasan Emosi

dan Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang dengan Motivasi Kerja

Perawat di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Sulawesi Tenggara”. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan

penelitian deskriptif korelasional dan pendekatan cross sectional. Dari

penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan positif yang bermakna antara

tingkat kecerdasan emosi dengan motivasi kerja perawat, begitu pula dengan

persepsi gaya kepemimpinan kepala ruang dengan motivasi kerja perawat

terdapat hubungan yang bermakna.

Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada

variabel yang digunakan yaitu kecerdasan emosional dan motivasi kerja,

rancangan penelitian cross sectional dan jenis penelitian kuantitatif.


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada tempat penelitian

yaitu pada penelitian Saltar bertempat di RSUD Kabupaten Muna Sulawesi

Tenggara sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan bertempat di RSUP

Dr. Sardjito. Populasi dan sampel pada penelitian Saltar adalah perawat di

ruang rawat inap sedangkan populasi dan sampel pada penelitian yang akan

dilakukan adalah problem solver di RSUP Dr. Sardjito.

3. Penelitian Sumarni (2008) dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional

Pemimpin Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit Bangkatan

Binjai”. Dari penelitian ini diketahui bahwa ada pengaruh yang positif antara

kecerdasan emosional pemimpin terhadap motivasi kerja perawat di Rumah

Sakit Bangkatan Binjai.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel yang

diteliti yaitu kecerdasan emosional dan motivasi kerja. Perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan pada jenis penelitian, lokasi dan sampel

penelitian. Penelitian Sumarni menggunakan jenis penelitian survey dengan

pendekatan analitik sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah

korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi pada penelitian yang akan

dilakukan adalah di RSUP Dr. Sardjito. Populasi dan sampel adalah problem

solver.

4. Penelitian Cooper dan Petrides (2010) dengan judul “A Psychometric Analysis

of the Trait Emotional Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF) Using Item

Response Theory”. Penelitian ini menguji sifat psikometri dari TEIQue-SF


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI KERJA PROBLEM SOLVER DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN MUTU DENGAN PROBLEM SOLVING FOR BETTER
HOSPITAL (PSBH) DI RSUP DR. SARDJITO
ARI RUSDAYATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

menggunakan item response theory. Penelitian dilakukan sebanyak dua kali

pada sampel yang cukup besar dan bervariasi.

Persamaan penelitian Cooper dan Petrides dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah pada instrumen yang digunakan yaitu TEIQue-SF.

Perbedaannya pada sampel yaitu pada penelitian yang akan dilakukan sampel

yang digunakan adalah problem solver.

5. Penelitian Amabile (1994) dengan judul “The Work Prefence Inventory :

Assesing Instrinsic and Extrinsic Motivational Orientations. Penelitian ini

mengkaji faktor ekstrinsik dan instrinsik pada sampel yang sangat bervariasi,

terdiri dari berbagai macam profesi dan dari berbagai usia yang berkisar antara

19-73 tahun dan lama bekerja yang bervariasi yaitu kurang dari 1-40 tahun.

Penelitian menunjukkan bahwa instrumen WPI tersebut menilai orientasi

motivasi yang stabil pada individu.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada instrumen

penelitian yang digunakan yaitu Work Prefence Inventory (WPI). Perbedaan

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada sampel. Penelitian Amabile

menggunakan sampel yang bervariasi dari bermacam-macam profesi

sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan sampel yang digunakan adalah

problem solver.

Anda mungkin juga menyukai