Strengths 1. Menambah pengetahuan pasien dalam pengambilan
keputusan 2. Membantu pasien dalam melatih kemampuan pengambilan keputusan dalam masalah yang dialami pasien di kehidupan nyata nantinya melalui permainan peran 3. Membantu pasien dalam bersosialisasi dengan sesama pasien dan juga tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses terapi 4. Memberikan motivasi pasien skizofrenia bahwa dirinya mampu dan bisa mengambil keputusan mengenai hidupnya 5. Memberikan rasa positif pada diri pasien ketika bisa mengambil keputusan 6. Membantu pasien dalam hal manajemen stres dan program pemberdayaan untuk skizofrenia 7. Peningkatan harga diri pasien karena dapat terlibat langsung dalam pengambilan keputusan menyangkut hidupnya, misalnya dalam pengobatan 8. Tahap konsultasi dan evaluasi dilakukan oleh praktisi kesehatan profesional dalam bidang kejiwaan sehingga hasilnya akurat 9. Program sangat menarik dan tidak membosankan yang terbagi atas 8 sesi dengan topik yang berbeda-beda di setiap sesi Weaknesses 1. Penelitian berlangsung selama 8 minggu yang terbilang cukup singkat 2. Masih sedikit penelitian dengan metode shared decision making training program yang dilakukan dalam penanganan pasien skizofrenia 3. Intervensi dengan metode shared decision making training program tidak dapat dilakukan pada pasien yang memiliki gangguan psikiatrik akut, masalah kognitif, komunikasi 4. Intervensi ini juga tidak dapat dilakukan pada pasien yang memiliki keterbatasan kemampuan untuk membaca mengingat metode yang digunakan berisi penggunaan kuesioner Opportunities 1. Terapi dengan metode shared decision making training program tidak memerlukan biaya yang besar 2. Intervensi ini dapat mudah untuk diterapkan karena tidak memerlukan prosedur invasif yang memerlukan peralatan khusus serta biaya yang dibutuhkan relatif terjangkau. 3. Dapat diterapkan di tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia 4. Jurnal ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian serupa selanjutnya Threats 1. Kemungkinan pasien akan mengantuk saat terapi pada grup ke 2 sesi terapi ke dua (sore) dilakukan 2. Pasien mengalami kesulitan atau merasa malu dalam memulai komunikasi 3. Pasien satu akan mengganggu atau menjahili pasien yang lain saat terapi berlangsung 4. Ketersediaan waktu luang yang dimiliki pasien berbeda- beda sehingga harus didiskusikan terlebih dahulu untuk jadwal antara pasien dengan tenaga kesehatan yang menerapi