PEMBAHASAN
1. Pengertian Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon
yang tersusun dalam konfigurasi C 6 -C 3 -C 6 , yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin
ketiga. terdiri dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai
linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan
hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan (Markham, 1988).
Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin
hetero siklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola
yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar
flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon
dengan salah satu dari cincin benzene.
Agar mudah, cincin diberi tanda A, B, dan C,atom karbon dinomori menurut
sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta
angka “beraksen” untuk cincin B.Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis
struktur, yaitu flavonoid (1,3-diarilpropana), isoflavonoid(1,2-diarilpropana),
neoflavonoid (1,1-diarilpropanaModifikasi flavonoid lebih lanjut (Andayani,2013).
1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini
disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan
sebagai astringen (turunan tanin).
2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini
disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid
yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.
3. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid
ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan
sebagai
Kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi antara jalur
sikhimat dan jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur utama biosintesis
cincin aromatik. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida (jalur
asetat-malonat), yaitu kondensasi tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B
dan tiga atom karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur
sikhimat) (Sofia,2006).
3. Klasifikasi Flavonoid
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar
luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan
struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari
jalur shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis.
Flavonoid banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya
tumbuhan berpembuluh.
Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan
merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu
antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan
warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin.
Dalam sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam
cornflower biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah
proton dari salah satu gugus fenolnya. Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator
asam-basa(Sjahid,2008).
2. Flavonol
Flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam
berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah
galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah
3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B),
dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-
dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan
quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam
tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida.
Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui
tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus
Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung
nobiletin, tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-pentametoksiflavon(Redha,2010).
3. Flavon
Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau tergantung
pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin A. flavon stabil
terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan penambahan HI atau
HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama
demetilasi tata ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan
pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-
dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6
dihidroksiflavon.(Rahmat,2009).
4. Khalkon
Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun
terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami
isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila khalkon 2,6-
dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi
mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan
keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Hingga khalkon yang
terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau gugus 2-hidroksil-6-
glikosilasi.Struktur Khalkon
Beberapa khalkon misalnya merein, koreopsin, stillopsin, lanseolin yang
terdapat dalam tanaman, terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning,
kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae subtribe, dan
family Compositea (Marliana,2006).
5. Dihidrokhalkon
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang
penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum family Rosaceae juga terdapat
dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam
bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.
6. Auron
Auron berupa pigmen kuning yang terdapat pada bunga tertentu dan Bryofita.
Auron ditandai dengan adanya struktur 2-benzilidenekumaranon.
2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana.
Isoflavon merupakan golongan flavonoida yang jumlahnya sangat
sedikit, dan sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi
warna manapun. Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara
alami disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik
fenilalanin atau tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan
melalui sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat,
calkon, flavon dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflvon
digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon termasuk
dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan merupakan kelompok
yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun isoflavon merupakan
salah satu metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba seperti bakteri,
algae, jamur dan lumut tidak mengandung isoflavon, karena mikroba
tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesanya. Jenis senyawa
isoflavon di alam sangat bevariasi.
c. Flavonoid Sulfat
Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang
terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate karena
terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa glikosida
bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih bebas atau
pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai
ekologi dengan habitat air.
d. Biflavonoid
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G.
biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-
dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon).
Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang
dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan
flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-
dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan
interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa
biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid
terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.. Hingga kini
jumlah biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus
bertambah, namun yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas.
Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin,
amentoflavon, morelloflavon, robustaflavon, hinokiflavon, dan
ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa
yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan
antar flavanoid.
2. Biosintesis Flavonoid
Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada
awalnya para peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan
hasil dari fenil propanoid. Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua
jalur yaitu jalur poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini
merupakan serangkaian reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat.
Sedangkan jalur fenilpropanoid atau biasa disebut jalur shikimat
(Markham,K.R 1988).
1. Jalur Poliketida
Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi
antaraasetilCoA dengan CO yang akan menghasilan malonat CoA. Setelah
itu malonatCoA akanbereaksi dengan asetilCoA menjadi asetoasetilCoA.
AsetoaseilCoA yang terbentuk akan bereaksi dengan malonatCoA dan
reaksiini akan berlanjut sehingga membentuk poliasetil. Poliasetil yang
terbentukakan berkondensasi dan berekasi dengan hasil dari jalur
fenilpropanoid akanmembentuk suatu flavonoid. Jenis flavonoid yang
terbentuk dipengaruhi daribahan fenilpropanoid.
2. Jalur Fenilpropanoid.
Jalur ini merupakan bagian dari glikolisis tetapi tidak memperolehsuatu
asam piruvat melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi inimelibatkan
eritrosa dan fosfo enol piruvat. Asam shikimat yang terbentukakan
ditransformasikan menjadi suatu asam amino yaitu fenilalanin dantirosin.
Fenilalanin akan melepas NH3 dan membentukasam sinamatsedangkan
tirosin akan membentuk senyawa turunan asam sinamat karenaadanya
subtitusi pada gugus benzennya
Jalur biosintesis fenilpropanoid
b) Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu
fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada
gerakan relatif dari dua fasa tersebut. Kromatografi secara garis besar dapat
dibedakan menjadi kromatografi kolom dankromatografi planar. Kromatografi
kolom terdiri atas kromatografi gas dan kromatografi cair, sedangkan
kromatografi planar terdiri ataskromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas
(Hostettemann,1995).
b. KLT 2 Dimensi
KLT 2 arah atau 2 dimensi bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel
ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia yang
hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-
asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat
digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk melakukan
pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda .
2. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan dan pemurnian senyawa
dalam skalapreparative. Kromatografi kolom dapat dilakukan pada tekanan
atmosferatau dengan tekanan lebih besar dengan menggunakan bantuan
tekananluar (Khopkar, 1990). Kromatografikolom prinsipnya mudah memilih
ukuran, kemasan (packing), dan isikolom sesuai jenis serta jumlah cuplikan yang
akan dipisahkan. Kolomyang digunakan dan kromatografi ini dapat berupa gelas,
plastik ataunilom. Ukuran kolom yang lazim digunakan mempunyai diameter 2
cm danpanjang 45 cm. Untuk memilih kemasan (Packing) yang akan
digunakandalam kolom biasanya menggunakan selulosa, silika gel, alumina,
arang(charcoal) (Hostettemann, 1995).
c. Metode Spektroskopi
Spektroskopi merupakan suatu metode untuk penentuan rumus struktur dari
suatu senyawa. Menurut Anwar (1994) bahwa spektroskopi bila
dibandingkandengan metode kimia konvensional (metode basah), spektroskopi
memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : Jumlah zat yang diperlukan untuk
analisis relatif kecil dan zat tersebut sering kali dapat diperoleh kembali dan waktu
pengerjaannya relatif cepat (Ikawati,2004).
3. Spektroskopi FT
Spektroskopi FT suatu senyawa memberikan gambaran mengenai berbagai
gugus fungsional dalam molekul organik berdasarkan bilangan gelombang,
misalnya O-H, C-H dan N-H menyerap di daerah 3.800 - 2700 cm-1, C=O, C=C,
C=N dan N=O menyerap pada daerah 1.900 - 1.500 cm-1 dan C-C, C-O dan C-N
menyerap pada daerah 130 - 800 cm-1. Daerah antara 4000 - 1.300 cm-1
merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus fungsional.
daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran. Daerah
antara 1.300-900 cm-1 adalah daerah sidik jari, sering kali sangat rumit karena
menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran dan tekukan. Daerah
sidik jari merupakan daerah frekuensi spesifik untuk pengenalan suatu senyawa.
5. Manfaat Flavonoid
1. Flavonoid sebagai antioksidan
Stavric dan Matula(1992) melaporkan bahwa di negara-negara Barat,
konsumsi komponen flavonoid bervariasi dari 50 mg sampai 1 g per hari dengan
2 jenis flavonoid terbesar berupa quersetin dan kaempferol. Flavonoid dikatakan
antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom
hidrogen dari gugus hidroksilnya. Aksi radikal memberikan efek timbulnya
berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai
sistem pertahanan antioksidatif yang lebih sehingga apabila terkena radikal bebas
yang tinggi dan berlebih, tubuh tidak dapat menanggulanginya. Saat itulah tubuh
manusia membutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) yang dapat dilakukan
dengan asupan senyawa yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi
melalui suplemen, makanan, dan minuman yang dikonsumsi.