Modul 3 - William - 2015041024

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

MODUL 3

UJI TEKUK PADA STRUKTUR KOLOM

LAPORAN PRAKTIKUM
TME 345 – Praktikum Mekanika Teknik

Nama : William
NIM : 2015-041-024
Kelompok : MG-2
Tanggal Praktikum : 8 September 2017
Tanggal Pengumpulan : 15 September 2017
Asisten : Randy

LABORATORIUM MEKANIKA EKSPERIMENTAL


PRODI TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2017
I. TUJUAN
 Menunjukkan terjadinya fenomena tekuk yang terjadi pada struktur
berbentuk kolom dengan jenis tumpuan dan material yang berbeda.
 Mencari nilai gaya tekuk dengan rumus Euler.

II. TEORI DASAR


Struktur kolom (column) merupakan sebuah batang tekan dengan
ketebalan yang sangat tipis, apabila dibandingkan dengan panjangnya.
Kolom akan mengalami kerusakan akibat adanya gaya tekuk atau buckling
apabila beban bertambah secara perlahan dengan beban yang lebih kecil
terhadap beban yang diperlukan untuk mematahkan batang tersebut. Lihat
Gambar 2.1, dimana ditunjukkan terjadinya fenomena tekuk pada suatu
struktur kolom.

Gambar 2.1 Fenomena tekuk yang terjadi pada struktur kolom: (a) batang
dengan beban gaya P, (b) gaya tekuk pada kolom, (c) diagram benda bebas
pada penampang batang.

Apabila gaya P yang bekerja pada suatu kolom relatif kecil, maka kolom
pada Gambar 2.1 akan stabil dalam arah lateral (sejajar dengan sumbu
batang). Hal ini berarti bahwa jika ujung B didorong ke samping oleh suatu
gaya lateral (atau gaya tegak lurus terhadap sumbu batang), maka batang
akan kembali ke bentuk semula atau dengan kata lain batang akan lurus
kembali setelah gaya lateral dihilangkan. Sebaliknya, jika gaya tekan P
diperbesar sampai suatu nilai tertentu, maka batang dapat menjadi stabil
netral. Keadaan stabil netral yaitu keadaan dimana pada saat batang
didorong kesalah satu arah, maka batang akan tetap berada pada posisi
tersebut walaupun gaya lateral telah dihilangkan. Fenomena tersebut
dinyatakan sebagai kejadian tekuk atau buckling. Sedangkan gaya yang
menyebabkan tepat terjadinya peristiwa tekuk disebut beban atau gaya
kritis, Pcr.
Dengan demikian beban kritis adalah batas gaya aksial tekan yang dapat
diterima oleh suatu struktur kolom agar tidak terjadi fenomena tekuk pada
kolom. Beberapa keadaan yang menyatakan perbandingan antara besar gaya
tekan yang bekerja P terhadap besar beban kritis Pcr, sebagai berikut:
 Jika P < Pcr, maka batang dikatakan stabil, yaitu jika ujung batang B
didorong ke samping lalu dilepaskan, maka batang akan kembali ke
posisi semula.
 Jika P = Pcr, maka batang disebut dalam keadaan stabil netral, artinya
jika ujung batang B didorong dengan gaya lateral yang relatif kecil,
maka kedudukan batang akan tetap pada posisi tersebut walaupun
gaya lateral tadi dihilangkan.
 Jika P > Pcr, maka batang dikatakan dalam keadaan labil, artinya jika
ujung bebas batang B didorong sedikit ke samping maka lendutan
akan bertambah terus sehingga menjadi sangat besar.
Untuk struktur kolom dengan salah satu ujung jepit dan ujung lainnya
bebas seperti pada Gambar 1.1 dapat diuraikan penurunan rumus Euler.
Diagram benda bebas pada potongan batang kolom (Gambar 1.1 c) dapat
menentukan besar momen lentur pada Persamaan (1.1).

𝑀 = 𝑃 (𝛿 – 𝑦) (3.1)
Dimana:
M = momen lentur yang terjadi, Nm
P = gaya tekuk yang bekerja pada kolom, N
δ = defleksi lateral, m
Besarnya beban kritis untuk beberapa macam tumpuan dapat dianalisis
secara matematis seperti contoh diatas sehingga dihasilkan rumus Euler
untuk beberapa macam tumpuan seperti Tabel 3.1.
Tabel 2.1. Rumus-rumus Euler untuk beberapa macam tumpuan [1]

III. PERALATAN PERCOBAAN


1. GUNT WP 120

Gambar 3.2 GUNT WP 120


2. Batang spesimen
3. Dial gauge

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


Pada praktikum kali ini dilakukan dilakukan 3 jenis percobaan tekuk
yaitu percobaan uji tekuk tumpuan jepit-jepit, tumpuan jepit-engsel, dan
tumpuan jepit-engsel dengan material yang berbeda-beda.
1. Pastikan posisi selongsong sesuai dengan panjang batang spesimen
dengan memutar spindle pada alat uji.
2. Pasang batang spesimen pada alat uji.
3. Pastikan batang spesimen terpasang pada tumpuan dengan baik.
4. Pasang dial gauge pada batang spesimen sesuai dengan jarak yang telah
ditentukan berdasarkan jenis batangnya.
5. Kalibrasikan dial gauge agar hasil pengukuran defleksi akurat.
6. Berikan pembebanan dengan memutar spindle hingga terjadi tekukan
pada batang spesimen. Pengukuran besar defleksi yang diakibatkan oleh
tekukan dan besar gaya yang menyebabkan defleksi tersebut dilihat
dengan menggunakan dial gauge.
7. Perhatikan dan catat data-data yang ditunjukan oleh instrumen
pengukuran (besar defleksi benda uji, tekanan yang ditunjukan oleh
pressure gauge).
8. Hentikan pemberian pembebanan apabila pengukuran angka pada
pressure gauge dalam keadaan tetap (tidak berubah atau setelah
pressure gauge menunjukan angka tertinggi dan kemudian turun
kembali).
9. Lepaskan benda uji setelah selesai mendapatkan data pengujian dengan
memutar spindle dan membuka tumpuan.
10. Lakukan pengujian lainnya dengan tumpuan yang berbeda dan panjang
dan material yang berbeda pula.
V. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Jelaskan yang dimaksud dengan beban kritis, jari-jari girasi dan ratio
kerampingan!
Jawab:
Beban kritis adalah beban aksial maksimum yang dapat diterima oleh
suatu benda agar tetap lurus hingga terjadinya defleksi.

Jari-jari girasi adalah jarak yang menunjukkan distribusi massa atau luas
dari suatu benda, misalnya pada lingkaran, jari-jari tersebut dianggap
massa atau area yang terdistribusi secara sama.

Ratio kerampingan adalah perbandingan panjang kolom terhadap jari-


jari girasi minimum suatu penampang. Rasio kerampingan tidak
memiliki dimensi.

2. Jelaskan jenis-jenis tumpuan dan gambarnya!


Jawab:
Jenis-jenis tumpuan adalah
 Tumpuan jepit adalah tumpuan berupa suatu balok yang terjepit
pada kolom yang dapat memberikan reaksi terhadap gaya
horizontal, vertikal dan putaran momen.

Gambar 5.1 Tumpuan Jepit


 Tumpuan pin adalah tumpuan yang mampu memberikan reaksi
terhadap gaya horizontal dan vertikal, namun tidak dapat menahan
putaran momen.
Gambar 5.2 Tumpuan pin (A)
 Tumpuan rol adalah tumpuan yang dapat bergeser kearah
horizontal sehingga tumpuan ini tidak dapat menahan gaya
horizontal, tetapi dapat memberikan reaksi terhadap gaya
vertikal.

Gambar 5.3 Tumpuan rol (C)

3. Jelaskan (minimal 2) aplikasi buckling dalam kehidupan sehari-hari


khususnya pada bidang teknik mesin!
Jawab:
Aplikasi buckling dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada bidang
teknik mesin adalah
 Jembatan
Jembatan dapat mengalami buckling akibat adanya beban diatas
jembatan tersebut. Jembatan biasanya memiliki kelenturan pada
strukturnya dalam menahan beban sehingga tidak mudah patah.
 Kerangka pesawat terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan
pesawat tersebut merupakan material-material ringan dengan
tingkat elastitas yang tinggi namun memiliki kekuatan yang baik
dalam menahan beban agar tidak terjadi penekukkan.

4. Jelaskan cara menentukan besar reaksi tumpuan eksperimental!


Jawab:
Cara menentukan besar reaksi tumpuan eksperimental adalah
Suatu batang berada pada kondisi yang diam, sehingga tidak ada
kecepatan maupun percepatan yang terjadi. Untuk mengetahui suatu
besar reaksi tumpuan disuatu titik, maka diberi analisis jenis gaya yang
sesuai dengan tumpuan. Jika tumpuan jepit diberi gaya horizontal,
vertikal, dan momen gaya. Jika tumpuan pin diberi gaya horizontal dan
vertikal. Jika tumpuan rol diberi gaya vertikal. Karena suatu benda
berada dalam kondisi diam maka untuk mencari persamaan gerak
batang tersebut adalah dengan menghitung jumlah semua momen gaya
yang bekerja sama dengan nol (∑M = 0). Selain itu, dengan menghitung
jumlah gaya vertikal dan horizontal pada benda yang sama dengan nol
(∑Fx = 0 dan ∑Fy = 0).
VI. LEMBAR DATA, PERHITUNGAN, DAN ANALISIS
6.1. LEMBAR DATA

Gambar 6.1.1. Baja 500mm Tumpuan Engsel-Engsel

Gambar 6.1.2. Baja 600mm Tumpuan Engsel-Engsel


Gambar 6.1.3. Baja 650mm Tumpuan Engsel-Engsel

Gambar 6.1.4. Baja 650mm Tumpuan Engsel-Jepit


Gambar 6.1.5. Baja 650mm Tumpuan Jepit-Jepit

Gambar 6.1.6. Aluminium 600mm Tumpuan Engsel-Engsel


Gambar 6.1.7. Kuningan 600mm Tumpuan Engsel-Engsel

Gambar 6.1.8. Tembaga 600mm Tumpuan Engsel-Engsel


Gambar 6.1.9. Fiber 600mm Tumpuan Engsel-Engsel
6.2. PERHITUNGAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, berikut dibawah ini adalah tabel
hasil eksperimen dan perhitungan uji tekuk.
 Tabel hasil eksperimen dan perhitungan baja ukuran 500 mm dengan
tumpuan engsel-engsel.
Tabel 6.2.1. Baja 500 mm dengan Tumpuan Engsel-Engsel
δ (mm) F (N) L (mm) I (mm4) E (N/mm2) Pcr (N)
0 100 500 106,6 210000 883,76385
0,25 800 500 106,6 210000 883,76385
0,5 825 500 106,6 210000 883,76385
0,75 900 500 106,6 210000 883,76385
1 900 500 106,6 210000 883,76385
1,5 910 500 106,6 210000 883,76385
2 930 500 106,6 210000 883,76385
2,5 930 500 106,6 210000 883,76385
3 930 500 106,6 210000 883,76385
3,5 930 500 106,6 210000 883,76385
4 930 500 106,6 210000 883,76385

Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya


tekuk (Pcr) menggunakan data ke-7.
Diketahui:
L = 500mm δ = 2 mm
I = 106,6 mm4 F = 930 N
E = 210000 N/mm2
Jawab:
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 =
𝐿2
𝜋 2 . 210000𝑁/𝑚𝑚2 . 106,6𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 = = 883,76385𝑁
(500𝑚𝑚)2
 Tabel hasil eksperimen dan perhitungan baja ukuran 600 mm dengan
tumpuan engsel-engsel.
Tabel 6.2.2. Baja 600 mm dengan Tumpuan Engsel-Engsel
δ (mm) F (N) L (mm) I (mm4) E (N/mm2) Pcr (N)
0 100 600 106,6 210000 613,7249
0,25 370 600 106,6 210000 613,7249
0,5 500 600 106,6 210000 613,7249
0,75 560 600 106,6 210000 613,7249
1 580 600 106,6 210000 613,7249
1,5 625 600 106,6 210000 613,7249
2 630 600 106,6 210000 613,7249
2,5 640 600 106,6 210000 613,7249
3 650 600 106,6 210000 613,7249
3,5 650 600 106,6 210000 613,7249
4 650 600 106,6 210000 613,7249

Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya


tekuk (Pcr) menggunakan data ke-7.
Diketahui:
L = 600mm δ = 2 mm
I = 106,6 mm4 F = 630 N
E = 210000 N/mm2
Jawab:
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 = 2
𝐿
𝜋 2 . 210000𝑁/𝑚𝑚2 . 106,6𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 = = 613,7249𝑁
(600𝑚𝑚)2
 Tabel hasil eksperimen dan perhitungan baja ukuran 650 mm dengan
tumpuan engsel-engsel.
Tabel 6.2.3. Baja 650 mm dengan Tumpuan Engsel-Engsel
δ (mm) F (N) L (mm) I (mm4) E (N/mm2) Pcr (N)
0 100 650 106,6 210000 522,93719
0,25 250 650 106,6 210000 522,93719
0,5 300 650 106,6 210000 522,93719
0,75 350 650 106,6 210000 522,93719
1 370 650 106,6 210000 522,93719
1,5 420 650 106,6 210000 522,93719
2 440 650 106,6 210000 522,93719
2,5 450 650 106,6 210000 522,93719
3 475 650 106,6 210000 522,93719
3,5 500 650 106,6 210000 522,93719
4 500 650 106,6 210000 522,93719

Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya


tekuk (Pcr) menggunakan data ke-7.
Diketahui:
L = 650mm δ = 2 mm
I = 106,6 mm4 F = 440 N
E = 210000 N/mm2
Jawab:
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 = 2
𝐿
𝜋 2 . 210000𝑁/𝑚𝑚2 . 106,6𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 = = 522,93719𝑁
(650𝑚𝑚)2
 Tabel hasil eksperimen dan perhitungan baja ukuran 650 mm dengan
tumpuan engsel-jepit.
Tabel 6.2.4. Baja 650 mm dengan Tumpuan Engsel-Jepit
δ (mm) F (N) L (mm) I (mm4) E (N/mm2) Pcr (N)
0 100 650 106,6 210000 747,0531
0,25 250 650 106,6 210000 747,0531
0,5 370 650 106,6 210000 747,0531
0,75 470 650 106,6 210000 747,0531
1 550 650 106,6 210000 747,0531
1,5 630 650 106,6 210000 747,0531
2 700 650 106,6 210000 747,0531
2,5 750 650 106,6 210000 747,0531
3 800 650 106,6 210000 747,0531
3,5 820 650 106,6 210000 747,0531
4 850 650 106,6 210000 747,0531

Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya


tekuk (Pcr) menggunakan data ke-7.
Diketahui:
L = 650mm δ = 2 mm
I = 106,6 mm4 F = 750 N
E = 210000 N/mm2
Jawab:
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 =
0,7𝐿2
𝜋 2 . 210000𝑁/𝑚𝑚2 . 106,6𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 = = 747,0531𝑁
0,7. (650𝑚𝑚)2
 Tabel hasil eksperimen dan perhitungan baja ukuran 650 mm dengan
tumpuan jepit-jepit.
Tabel 6.2.5. Baja 650 mm dengan Tumpuan Jepit-Jepit
δ (mm) F (N) L (mm) I (mm4) E (N/mm2) Pcr (N)
0 100 650 106,6 210000 2091,7487
0,25 600 650 106,6 210000 2091,7487
0,5 800 650 106,6 210000 2091,7487
0,75 1000 650 106,6 210000 2091,7487
1 1075 650 106,6 210000 2091,7487
1,5 1275 650 106,6 210000 2091,7487
2 1425 650 106,6 210000 2091,7487
2,5 1500 650 106,6 210000 2091,7487
3 1600 650 106,6 210000 2091,7487
3,5 1650 650 106,6 210000 2091,7487
4 1650 650 106,6 210000 2091,7487

Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya


tekuk (Pcr) menggunakan data ke-7.
Diketahui:
L = 650mm δ = 2 mm
I = 106,6 mm4 F = 1425 N
E = 210000 N/mm2
Jawab:
4𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 =
𝐿2
4𝜋 2 . 210000𝑁/𝑚𝑚2 . 106,6𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 = = 2091,7487𝑁
(650𝑚𝑚)2
 Tabel hasil eksperimen dan perhitungan aluminium ukuran 600 mm
dengan tumpuan engsel-engsel.
Tabel 6.2.6. Aluminium 600 mm dengan Tumpuan Engsel-Engsel
δ (mm) F (N) L (mm) I (mm4) E (N/mm2) Pcr (N)
0 100 600 450 70000 863,5903
0,25 750 600 450 70000 863,5903
0,5 850 600 450 70000 863,5903
0,75 870 600 450 70000 863,5903
1 880 600 450 70000 863,5903
1,5 880 600 450 70000 863,5903
2 880 600 450 70000 863,5903
2,5 880 600 450 70000 863,5903
3 880 600 450 70000 863,5903
3,5 880 600 450 70000 863,5903
4 880 600 450 70000 863,5903

Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya


tekuk (Pcr) menggunakan data ke-7.
Diketahui:
L = 600mm δ = 2 mm
I = 450 mm4 F = 880 N
E = 70000 N/mm2
Jawab:
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 = 2
𝐿
𝜋 2 . 70000𝑁/𝑚𝑚2 . 450𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 = = 863,5903𝑁
(600𝑚𝑚)2
 Tabel hasil eksperimen dan perhitungan kuningan ukuran 600 mm
dengan tumpuan engsel-engsel.
Tabel 6.2.7. Kuningan 600 mm dengan Tumpuan Engsel-Engsel
δ (mm) F (N) L (mm) I (mm4) E (N/mm2) Pcr (N)
0 100 600 450 104000 1283,0485
0,25 1200 600 450 104000 1283,0485
0,5 1325 600 450 104000 1283,0485
0,75 1325 600 450 104000 1283,0485
1 1325 600 450 104000 1283,0485
1,5 1325 600 450 104000 1283,0485
2 1325 600 450 104000 1283,0485
2,5 1325 600 450 104000 1283,0485
3 1325 600 450 104000 1283,0485
3,5 1325 600 450 104000 1283,0485
4 1325 600 450 104000 1283,0485

Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya


tekuk (Pcr) menggunakan data ke-7.
Diketahui:
L = 600mm δ = 2 mm
I = 450 mm4 F = 1325 N
E = 104000 N/mm2
Jawab:
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 = 2
𝐿
𝜋 2 . 104000𝑁/𝑚𝑚2 . 450𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 = = 1283,0485𝑁
(600𝑚𝑚)2
 Tabel hasil eksperimen dan perhitungan tembaga ukuran 600 mm
dengan tumpuan engsel-engsel.
Tabel 6.2.8. Tembaga 600 mm dengan Tumpuan Engsel-Engsel
δ (mm) F (N) L (mm) I (mm4) E (N/mm2) Pcr (N)
0 100 600 450 125000 1542,12568
0,25 1400 600 450 125000 1542,12568
0,5 1540 600 450 125000 1542,12568
0,75 1540 600 450 125000 1542,12568
1 1540 600 450 125000 1542,12568
1,5 1540 600 450 125000 1542,12568
2 1540 600 450 125000 1542,12568
2,5 1540 600 450 125000 1542,12568
3 1540 600 450 125000 1542,12568
3,5 1540 600 450 125000 1542,12568
4 1540 600 450 125000 1542,12568

Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya


tekuk (Pcr) menggunakan data ke-7.
Diketahui:
L = 600mm δ = 2 mm
I = 450 mm4 F = 1540N
E = 125000 N/mm2
Jawab:
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 = 2
𝐿
𝜋 2 . 125000𝑁/𝑚𝑚2 . 450𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 = = 1542,12568𝑁
(600𝑚𝑚)2
 Tabel hasil eksperimen dan perhitungan fiber ukuran 600 mm dengan
tumpuan engsel-engsel.
Tabel 6.2.9. Fiber 600 mm dengan Tumpuan Engsel-Engsel
δ (mm) F (N) L (mm) I (mm4) E (N/mm2) Pcr (N)
0 100 600 2083,3 10000 571,1485
0,25 270 600 2083,3 10000 571,1485
0,5 3700 600 2083,3 10000 571,1485
0,75 440 600 2083,3 10000 571,1485
1 495 600 2083,3 10000 571,1485
1,5 550 600 2083,3 10000 571,1485
2 600 600 2083,3 10000 571,1485
2,5 610 600 2083,3 10000 571,1485
3 630 600 2083,3 10000 571,1485
3,5 640 600 2083,3 10000 571,1485
4 650 600 2083,3 10000 571,1485

Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya


tekuk (Pcr) menggunakan data ke-7.
Diketahui:
L = 600mm δ = 2 mm
I = 2083,3 mm4 F = 600N
E = 10000 N/mm2
Jawab:
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 = 2
𝐿
𝜋 2 . 10000𝑁/𝑚𝑚2 . 2083,3𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 = = 571,1485𝑁
(600𝑚𝑚)2
6.3. ANALISIS
Pada praktikum ini, dilakukan uji tekuk yang terdiri dari baja tumpuan
engsel-engsel dengan panjang 500mm, 600mm, 650mm, baja 650 mm
dengan tumpuan engsel-jepit dan jepit-jepit dan aluminium, kuningan,
tembaga, dan fiber dengan panjang 650mm dengan tumpuan engsel-engsel.
Praktikum dilakukan dengan menentukan gaya tekan yang dihasilkan akibat
adanya defleksi setiap penekukkan dengan jarak tertentu.

Pada Gambar 6.3.1, baja dengan tumpuan engsel-engsel memiliki hasil gaya
tekan yang berbeda-beda. Batang dengan gaya tekan terbesar adalah batang
dengan ukuran 500mm, lalu 600mm, dan terakhir 650mm. Batang baja
500mm memiliki gaya tekan yang paling besar karena semakin pendek
suatu batang, maka gaya yang dibutuhkan untuk membuat batang itu
bengkok lebih besar, sehingga jika batang baja 650mm yang diberi diberi
defleksi maka gayanya tidak lebih besar dari batang baja 500mm. Ketiga
batang ini juga mengalami kondisi yang labil, karena gaya tekan yang
dihasilkan pada percobaan lebih besar dari gaya tekuk (Pcr) pada
perhitungan yang menyebabkan benda terus menerus mengalami lendutan
akibat penekukkan.

Baja Tumpuan Engsel-Engsel


1000

800
Gaya, F (N)

600

400

200

0
0 0.25 0.5 0.75 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Defleksi, δ (mm)

500mm 600mm 650mm

Gambar 6.3.1. Grafik Baja Tumpuan Engsel-Engsel dengan panjang yang


berbeda-beda
Pada Gambar 6.3.2, percobaan yang dilakukan adalah menggunakan baja
650mm dengan tumpuan engsel-jepit dan jepit-jepit. Batang dengan hasil
gaya tekan terbesar adalah batang dengan tumpuan jepit-jepit. Hal ini terjadi
karena batang yang ditumpu dengan tumpuan jepit membutuhkan gaya yang
lebih besar agar terjadinya penekukkan dimana tumpuan jepit memberikan
reaksi gaya horizontal, vertikan dan momen gaya, sedangkan tumpuan
engsel memberikan reaksi gaya horizontal dan vertikal. Pada batang baja
650mm tumpuan engsel-engsel, nilai gaya tekan yang bekerja pada batang
lebih besar dari perhitungan gaya tekuknya. Sedangkan, pada batang baja
650mm tumpuan jepit-jepit, nilai gaya tekan lebih kecil dari gaya tekuknya,
karena tumpuan yang digunakan adalah tumpuan jepit pada kedua sisinya
yang mampu menahan gaya lebih baik.

Baja 650mm
1800
1600
1400
Gaya, F (N)

1200
1000
800
600
400
200
0
0 0.25 0.5 0.75 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Defleksi, δ (mm)

Jepit-Jepit Engsel-Jepit

Gambar 6.3.2. Grafik Baja 650mm dengan tumpuan yang berbeda-beda

Pada Gambar 6.3.3, percobaan yang dilakukan menggunakan batang ukuran


650mm dengan tumpuan engsel-engsel yang terdiri dari aluminium,
kuningan, tembaga, dan fiber. Jika pada baja terdapat perbedaan gaya tekan
yang disebabkan karena perbedaan panjang dan jenis tumpuan, maka pada
bagian ini penyebabnya adalah modulus elastisitas material yang berbeda-
beda. Karena modulus elastisitas tembaga terbesar diantara ketiga material
lain, maka gaya tekan yang dibutuhkan untuk menekuk batang lebih besar,
sehingga hasil gayanya lebih besar juga dan pada fiber dihasilkan gaya
tekan yang terkecil karena modulus elastisitasnya yang terkecil. Pada batang
aluminium dan kuningan, nilai gaya tekan yang dihasilkan lebih besar dari
perhitungan gaya tekuk dimana jika dibiarkan benda akan mengalami
lendutan terus-menerus, sedangkan pada batang tembaga dan fiber nilai
gaya tekan yang dihasilkan lebih kecil dari percobaan yang membuat batang
dalam keadaan stabil.

Batang 600mm Tumpuan Engsel-Engsel


1800
1600
1400
1200
Gaya, F (N)

1000
800
600
400
200
0
0 0.25 0.5 0.75 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Defleksi, δ (mm)

Aluminium Kuningan Tembaga Fiber

Gambar 6.3.3. Grafik Batang 600mm Tumpuan Engsel-Engsel dengan


material yang berbeda-beda
VII. SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, kesimpulannya adalah sebagai
berikut:
1. Batang baja dengan tumpuan engsel-engsel memiliki gaya tekan
terbesar pada batang dengan ukuran yang lebih pendek, dalam
praktikum yaitu 500mm. Hal ini karena batang tersebut lebih sulit
dibengkokkan sehingga butuh gaya tekan yang lebih besar untuk
menghasilkan pertambahan panjang yang sama diantara batang dengan
ukuran 600mm ataupun 650mm.
2. Batang baja yang ditumpu dengan tumpuan jepit-jepit memiliki hasil
gaya tekan yang lebih besar daripada tumpuan engsel-jepit. Hal ini
karena tumpuan jepit-jepit memberikan reaksi gaya yang lebih besar
dibandingkan dengan tumpuan engsel-jepit.
3. Batang dengan modulus elastisitas terbesar akan membutuhkan gaya
tekan yang lebih besar. Hal ini karena batang tersebut lebih sulit
dibengkokkan. Dalam praktikum ini, antara batang aluminium,
kuningan, tembaga, dan fiber dengan panjang dan jenis tumpuan yang
sama, batang tembaga memiliki hasil gaya tekan yang lebih besar
dibandingkan dengan ketiga material lainnya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


[1] Beer, F. P., Johnston, E. R. & DeWolf, J. T., 2006. Mechanics of
Materials. 4th ed. New York: McGraw-Hill Education.
IX. LAMPIRAN

Gambar 9.1 Batang-batang spesimen

Gambar 9.2 GUNT WP 120

Gambar 9.3 Dial Gauge


Gambar 9.4 Pressure Gauge

Anda mungkin juga menyukai